Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

INFLASI dan INVESTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Investasi & Pasar Modal

Dosen Pengampu : Lia Rachmawati, S.E., M.Ak

Disusun oleh :

1. Deva Kurniawati Ananda / 18.104271


2. Anis Fitriyani / 18.104191
3. Riski Walupi / 18.104102

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANDALA JEMBER

JEMBER

2020
A. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi
di mana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami
pelemahan.

A. Pembagian Inflasi
Berdasarkan area terjadinya, inflasi terbagi menjadi dua:
1. Inflasi domestik (domestic inflation)
Inflasi domestik terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di
dalam negeri, salah satunya kebijakan pemerintah (government policy)
dalam mengeluarkan deregulasi yang mampu mempengaruhi kondisi
kenaikan harga. Misalnya, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga
bensin, solar, dan gas elpiji akan berimbas pada kenaikan harga barang
secara keseluruhan. Salah satu penyebabnya adalah adanya kenaikan biaya
angkutan dan biaya makan sebagai dampak dari kenaikan harga gas elpiji.
2. Inflasi impor (imported inflation)
Inflasi impor disebabkan faktor situasi dan kondisi yang terjadi di luar
negeri, seperti terjadinya goncangan ekonomi di Amerika Serikat yang
berpengaruh pada naiknya harga berbagai barang yang berasal dari negara
tersebut. Jika suatu negara memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
pada ekonomi luar negeri terutama jika kurangnya kemampuan dalam
memproduksi barang dalan jenis tertentu maka pada saat inflasi terjadi,
salah satunya akan berdampak pada kenaikan harga jenis barang tersebut
dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.

Berdasarkan penyebab terjadinya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Inflasi struktural (structural inflation), yatu suatu keadaan yang


ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang karena pergeseran struktur
ekonomi-pergerakan faktor-faktor produksi dari sektor nonindustri ke
sektor industri.
2. Desakan biaya (cost pust inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh
kebijakan perusahaan untuk menaikkan harga barang dagangannya karena
implikasi dari kenaikan biaya internal seperti kenaikan upah buruh, suku
bunga, atau harapan untuk memperoleh laba yang tinggi.
3. Desakan permintaan (demand full inflation), yaitu inflasi yang timbul
karena didorong oleh biaya atau inflasi lain, seperti faktor kenaikan
pendapatan masyarakat atau ketakutan terhadap kenaikan harga yang
terus-menerus sehingga masyarakat memborong barang. Inflasi seperti ini
disebut juga dengan inflasi yang timbul karena dorongan permintaan.

B. Skala Penilaian Inflasi


Berdasarkan skala penilaian inflasi, ada empat kategori skala yang biasa
digunakan.
Skala penilaian inflasi

No Jenis Inflasi Definisi Skala


. Penilaian
1. Inflasi ringan Kondisi inflasi seperti ini disebut < 10% per
(creeping inflation) dengan inflasi ringan karena skala tahun
inflasinya berada di bawah 10%.
Kondisi yang ringan seperti ini
dialami oleh Indonesia pada era
sekarang (pascareformasi) dan
masa orde baru.
2. Inflasi sedang dianggap tidak 10-30% per
Inflasi sedang
efektif bagi kelangsungan tahun
(moderate
ekonomi suatu negara karena
inflation)
dinilai dapat mengganggu dan
bahkan mengancam pertumbuhan
ekonomi.
3. Inflasi berat Inflasi berat adalah kondisi ketika 30-100% per
sektor-sektor ekonomi sudah tahun
mulai mengalami kelumpuhan
(kecuali yang dikuasai oleh
negara)
4. Inflasi sangat Hiperinflasi terjadi pada masa >100% per
berat/hiperinflasi Perang Dunia ke-2 (1939-1945), tahun
(hyper inflation) uang terpaksa dicetak secara
berlebihan untuk mencukupi
keperluan perang.

C. Perhitungan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)


Sebelum menghitung inflasi tahunan, kita harus terlebih dahulu menghitung
indeks harga konsumen - IHK (consumer price indeks-CPI). Menurut Gerald J.
Thuesen dan W.J. Fabrycky, CPI menyajikan perubahan harga eceran untuk
“keranjang pasar” yang telah dipilih, meliputi pakaian, makanan, perumahan, dan
alat-alat rumah tangga.
Semestara, menurut Jbel G. Siegel dan Jae K. Shim CPI merupakan rasio
dari biaya konsumsi khusus dalam satu tahun terhadap biaya pos tersebut pada
tahun dasar. CPI meliputi seluruh biaya dasar yang dibutuhkan oleh seorang
konsumen dalam aktivitas sehari-hari, seperti beras, gula, minyak makan, tepung,
rumah, biaya pengobatan, dan lain-lain. Biaya-biaya seperti ini juga dikenal
dengan istilah cost of living index.

Rumus untuk menghitung CPI adalah :

CP
CPI= X 100
BPP

Keterangan : CPI = consumer price index (indeks harga konsumen)

CP = current price atau harga dari suatu jenis barang yang dilihat
pada periode berlangsung atau berjalan

BPP = base-period price atau harga dari suatu jenis barang yang
dilihat pada periode dasar

D. Manfaat Perhitungan CPI


Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakuka perhitungan CPI
ini, antara lain:
1. Bagi investor kategori real investment yang ingin berinvestasi ke suatu
negara dapat menggunakan informasi ini sebagai salah satu pendukung
rekomendasinya. Adapun pengertian real investment adalah investasi
nyata yang secara umum melibatkan aset berwujud seperti tanah, mesin-
mesin, atau pabrik.
2. Bagi investor kategori financial investment, ukuran dan hasil hitungan CPI
ini dapat menjadi salah satu dasar analisis. Sebagai contoh pertimbangan
efek-efek inflasi pada sebuah obligasi yang dibeli seseorang dapat
mempergunakan CPI bila orang tersebut adalah pembeli, sedangkan
pembelian yang sama oleh sebuah organisasi industri dapat memerlukan
indeks yang berbeda. Adapun pengertian financial investment adalah
investasi keuangan yang melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa
(common stock) dan obligasi (bond).
3. Tujuan indeks itu adalah mengukur perubahan harga eceran yang
dibutuhkan untuk mempertahankan standar kehidupan yang tetap bagi
konsumen “rata-rata”.

E. Perhitungan Inflasi
Setelah kita menghitung indeks harga konsumen, selanjutnya kita dapat
menghitung inflasi. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung inflasi
adalah:
IRx = (IHKx / IHKx-1 . 100) – 100
Keterangan :
IRx = inflation rate atau tingkat inflasi tahun x
IHKx = indeks harga konsumen tahun x
IHKx-1 = indeks harga konsumen tahun sebelumnya

Kita juga dapat menggunakan rumus lain untuk mendapatkan hasil yang
sama yaitu:
CPI x −CPI x−1
IR x = x 100
CPI x−1
Keterangan :
IRx = inflation rate atau tingkat inflasi tahun x
CPIx = indeks harga konsumen tahun x
CPIx-1 = indeks harga konsumen tahun sebelumnya

Contoh
Berdasarkan data CPI di bawah ini, hitunglah besarnya inflasi tahunan.

Tahun CPI atau IHK Tahun CPI atau IHK


1990 391,4 1995 456,5
1991 408,01 1996 469,9
1992 420,3 1997 480,0
1993 432,7 1998 488,3
1994 444,0 1999 497,6

Jawaban:
 Besarnya inflasi tahun 1991 adalah:
IR1991 = (IHK1991 / IHK1990 . 100) – 100
IR1991 = (408,01 / 391,4 . 100) - 100
IR1991 = (104,2) – 100
IR1991 = 4,2
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1991−CPI 1990


IR 1991= x 100
CPI 1990
408,01−391,4
IR 1991= x 100
391,4
16,61
IR 1991= x 100 = 4,2
391,4

 Besarnya inflasi tahun 1992 adalah:


IR1992 = (IHK1992 / IHK1991 . 100) – 100
IR1992 = (420,3 / 408,01 . 100) - 100
IR1992 = (103,01) – 100
IR1992 = 3,0
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1992−CPI 1991


IR 1992= x 100
CPI 1991
420,3−408,01
IR 1992= x 100
408,01
12,01
IR 1992= x 100 = 3,0
408,01

 Besarnya inflasi tahun 1993 adalah:


IR1993 = (IHK1993 / IHK1992 . 100) – 100
IR1993 = (432,7 / 420,3 . 100) - 100
IR1993 = (102,95) – 100
IR1993 = 3,0

Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1993 −CPI 1992


IR 1993= x 100
CPI 1992
432,7−420,3
IR 1993= x 100
420,3
12,4
IR 1993= x 100 = 3,0
420,3

 Besarnya inflasi tahun 1994 adalah:


IR1994 = (IHK1994 / IHK1993 . 100) – 100
IR1994 = (444,0/ 432,7 . 100) - 100
IR1994 = (102,61) – 100
IR1994 = 2,6
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1994 −CPI 1993


IR 1994= x 100
CPI 1993
444,0−432,7
IR 1994= x 100
432,7
11,3
IR 1994= x 100 = 2,6
432,7

 Besarnya inflasi tahun 1995 adalah:


IR1995 = (IHK1995 / IHK1994 . 100) – 100
IR1995 = (456,5 / 444,0 . 100) - 100
IR1995 = (102,8) – 100
IR1995 = 2,8
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1995 −CPI 1994


IR 1995= x 100
CPI 1994
456,5−444,0
IR 1995= x 100
444,0
12,5
IR 1995= x 100 = 2,8
444,0

 Besarnya inflasi tahun 1996 adalah:


IR1996 = (IHK1996 / IHK1995 . 100) – 100
IR1996 = (469,9 / 456,5 . 100) - 100
IR1996 = (102,9) – 100
IR1996 = 2,9
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1996 −CPI 1995


IR 1996= x 100
CPI 1995
469,9−456,5
IR 1996= x 100
456,5
13,4
IR 1996= x 100 = 2,9
456,51

 Besarnya inflasi tahun 1997 adalah:


IR1997 = (IHK1997 / IHK1996 . 100) – 100
IR1997 = (480,8 / 420,3 . 100) - 100
IR1997 = (102,3) – 100
IR1997 = 2,3
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1997 −CPI 1996


IR 1997= x 100
CPI 1996
480,8−469,9
IR 1997= x 100
469,9
10,9
IR 1997= x 100 = 2,3
469,9

 Besarnya inflasi tahun 1998 adalah:


IR1998 = (IHK1998 / IHK1997 . 100) – 100
IR1998 = (488,3 / 480,8 . 100) - 100
IR1998 = (101,6) – 100
IR1998 = 1,6
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1998 −CPI 1997


IR 1998= x 100
CPI 1997
488,3−480,8
IR 1998= x 100
480,8
7,5
IR 1998= x 100 = 1,6
480,8

 Besarnya inflasi tahun 1999 adalah:


IR1999 = (IHK1999 / IHK1998 . 100) – 100
IR1999 = (497,6 / 488,3 . 100) - 100
IR1999 = (101,9) – 100
IR1999 = 1,9
Atau, dapat dihitung dengan cara berikut:

CPI 1999 −CPI 1998


IR 1999= x 100
CPI 1998
497,6−488,3
IR 1999= x 100
488,3
9,3
IR 1999= x 100 = 1,9
488,3

Selanjutnya, hasil perhitungan dapat kita lihat dalam tabel berikut ini:
Tahun CPI atau Tingkat Tahun CPI atau Tingkat
IHK Inflasi IHK Inflasi
1990 391,4 - 1995 456,5 2,8
1991 408,01 4,2 1996 469,9 2,9
1992 420,3 3,0 1997 480,0 2,3
1993 432,7 3,0 1998 488,3 1,6
1994 444,0 2,6 1999 497,6 1,9

F. Pengertian Deflasi
Deflasi adalah suatu kondisi diman harga barang dan jasa terus mengalami
penurunan dan nilai uang terus mengalami penguatan. Pada kondisi deflasi,
penurunan harga barang dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk menggairahkan produksi, industri, kesempatan kerja, dan
meningkatkan nilai uang.
2. Agar barang yang telah diproduksi terjangkau untuk dibeli oleh
masyarakat.
3. Membantu para pebisnis dalam memasarkan barangnya dan memperoleh
perputaran modal untuk kembali untuk memroduksi barang yang baru.

kondisi inflasi dan deflasi yang tidak terkendali dapat merusak tatanan
ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, deflasi yang dimaksud adalah deflasi yang
terkendali atau actual deflation (deflasi yang diharapkan) karena deflasi yang
terkendali memberikan banyak keuntungan yang diperoleh, terutama pada kinerja
keuangan di berbagai sektor bisnis.

G. Metode Penyesuaian Laporan Keuangan Terhadap Inflasi


Menurut Rico Lemana dan Rudy Surjanto, ada tiga macam metode untuk
melakukan penyesuaian laporan keuangan terhadap inflasi, yaitu:
1. Current Cost
2. Costabt Dollar
3. Current Cost/Costant Dollar
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, ada dua cara memasukan pengaruh
inflasi ke dalam akuntansi, yaitu akuntansi menggunakan dolar sebagai mata uang
konstan (constant dollar accounting) dan akuntansi biaya untuk periode berjalan
(current cost accounting).
Dalam praktiknya, pengembalian keputusan sangat bergantung pada kondisi
dan situasi yang terjadi di dalam suatu perusahaan, seperti:
1. Ruang lingkup bisnis perusahaan tersebut.
2. Jumlah cadangan kas dolar yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Pengaruh penerapan keputusan yang dipilih bagi perusahaan secara
jangka pendek dan jangka panjang (short term and long terem effect).
4. Pengaruh keputusan yang dipilih bagi pertumbuhan perusahaan seperti
kenaikan atau penurunak profit.

H. Pengaruh Inflasi Yang Stabil Dan Terkendali Pada Perusahaan


Secara umum ada beberapa pengaruh positif yang dialami oleh perusahaan
akibat terjadinya inflasi yang stabil dan terkendali terhadap kinerja keuangan
suatu perusahaan.
1. Dengan kondis inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki
peluang untuk bisa memperoleh keuntungan sesuai dengan terget dalam
rencana bisnis (business plan).
2. Dengan kondisi inflasi yang stabil dan terkendali memungkinkan
perusahaan untuk meminjam uang ke perbankan dalam bentuk kredit
jangka menengah dan panjang karena manjer bisa memperhitungkan
kemampuan pengembalian angsuran kredit secara tepat waktu dan agunan
yang diberikan sebagai jaminan bisa diperoleh kembali. Bahkan, jika
keuntungan yang diperoleh cukup tinggi, perusahaan dapat melunasi kredit
lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
3. Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki
peluang untuk mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan untuk
melakukan ekspansi usaha, seperti membuka kantor cabang baru,
menciptakan produk baru, meningkatkan kompetensi karyawan dengan
memberikan pelatihan dan pendidikan (training and education), dan lain-
lain.
4. Dengan kondisi inflasi yang stabil, memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan untuk ditempatkan di pos
cadangan (reserve), bahkan pada pos lindung nilai (hedging). Adapun
pengertian headging adalah menukar valas di masa depan dengan mata
uang lokal untuk melindungi uang tersebut dari perubahan nilai tukar.
Dengan antisipasi sebelum terjadinya gejolak moneter, maka perusahaan
diharapkan sudah memiliki cadangan (reserve) dalam bentuk mata uang
asing (foreign currencies) yang khusus dimasukkan dalam kategori dana
lindung nilai.
5. Dengan kondisi inflasi yang stabil memungkinkan berbagai kontrak bisnis
dapat terlaksana, bahkan perusahaan bisa membangun kontrak bisnis
(business contract) seperti Memorandum of Understanding (MoU), Letter
of Intens (LoI), dan sebagainya dengan berbagai perusahaan lain dalam
konteks yang saling mengguntungkan atau mampu memberi keuntungan
bagi perusahaan.

I. Pengaruh Inflasi Pada Investasi


Keketika konsep pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan,
tindakan tersebut selalu berhungan denga inflasi. Hal ini disebabkan karena selalu
adanya trade off antara inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja di pihak lain.
Berikut laju perkembangan inflasi di Indonesia dari tahun 1980-2003 (%)
Tahun Tingkat Inflasi Tahun Tingkat Inflasi
1980 15,97 1992 4,94
1981 7,09 1993 9,77
1982 9,69 1994 9,24
1983 11,46 1995 8,64
1984 8,76 1996 6,47
1985 4,31 1997 11,05
1986 8,83 1998 77,63
1987 8,9 1999 1,92
1988 5,47 2000 9,35
1989 5,97 2001 12,55
1990 9,53 2002 10,03
1991 9,52 2003 5,06

Penerapan kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia dalam situasi


sekarang adalah menekanan pada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan yang
ekspansif seperti ini cenderung memberikan tekanan terhadap inflasi. Oleh karena
itu, sektor perbankan harus dibuat sebagai penyangga (buffer) dalam menciptakan
tingkat inflasi yang rendah atau lebih tepatnya bank sentrak menerapkan
kebijakan yang bertujuan untuk mengendakukan jumlah uang yang beredar di
masyarakat dan menciptkan tingkat suku bunga yang stabil. Di sisi lain,
pemerintah harus berhati-hati untuk selalu menjaga agar suku bunga tidak
meningkat, sebab akan mendorong para pelaku ekonomi untuk cenderung lebih
banyak memegang aset dalam bentuk obligasi dan deposito, atau mengurangi
saham. pada kondisi ini pertumbuhan ekonomi akan melambat. Oleh karena itu,
pemerintah harus menciptakan suatu inflation targeting framework yang nantinya
akan dijadikan sebagai acuan bank sentral dalam menerapkan kebijkannya.
Tidak tercapainya taget inflasi yang ditetapkan akan berdampak pada
menurunnya minat berinvestasi di kalangan investor dan penurunan daya beli
publik. Jika hal ini masih berlanjut dan tak ada kejelasan mengenai
penyelesaiannya, maka akan menjalar ke berbagai sektor lain termasuk pada
bidang lapangan kerja. Akibat yang lebih fatal akan terjadi jika muncul krisis
kepercayaan publik. Pada kondisi ini peranan bank sentral menjadi dominan untuk
menerapkan kebijakan yang terkendali dengan mengutamakan prinsip kehati-
hatian.
Berdasarkan gambaran tersebut, dapat kita lihat sejauk mana peranan bank
sentral dalam menentukan arah moneter dan investasi nasional. Selain itu, ada
beberapa faktor lain yang ikut memengaruhi arus investasi ke dalam suatu negara,
di antaranya:
1. Belum ada kepastian hukum dan peraturan yang jelas dalam mengatur
pelaksanaan, konsep, dan jaminan dalam berinvestasi sehingga terdapat
kemungkinan risiko tinggi (hight risk) dan ketidakpastian (uncertainty)
dalam berbisnis.
2. Belum tuntasnya pelaksanaan proses restrukturisasi utang perusahaan.
Akibatnya, apa yang dahulu pernah diharapkan oleh publik dan
dilaksanakan oleh pemerintah, misalnya melalui Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) ditambah dengan perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam proses restrukturisasi, merupakan perusahaan yang
memilik omset. Dengan demikian, secara tidak langsung perusahaan
tersebut mampu memengaruhi perekonomian nasional.
3. Dampak dari kedua hal tersebut, pemerintah harus menanggung utang
perusahaan swasta dengan menerbitkan dana pinjaman baru guna
menutupi utang perusahaan swasta. Dana tersebut diperoleh dari kas
pemerintah, maka secara tak langsung stimulus dari pemulihan ekonomi
pun cenderung melambat.
4. Proses kematangan berpolitik yang belum memperlihatkan kemajuan
signifikan walaupun tetap bergerak secara berkesinambungan. Seperti
masih adanya perdebatan yang menggambarkan suatu karakter yang
jauh dari bentuk kedewasaan berfikir demi bangsa dan negara.

Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara secara umum


sangat bergantung pada tiga hal, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan perluasan kesempatan kerja?
2. Bagaimana perkembangan tingkat pemerataan?
3. Apakah jumlah penduduk miskin semakin berkurang?

Dari segi makro, laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat memengaruhi


laju pertumbuhan ekonomi. Artinya, hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi
dan laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dijelaskan melalui elastisitas
kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja yang semakin tinggi
mengindikasikan setiap laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan
kesempatan kerja yang lebih luar.
Inflasi berhubungan dengan suku bunga. Jika inflasi semakin tinggi tanpa
diimbangi oleh kenaikan suku bunga maka keuntungan investasi, terutama dipasar
uang menjadi tidak menarik lagi sehingga dapat menyebabkan lemahnya nilai
tukar. Pihak yang paling berpengaruh dan berwenang dalam mengendalikan
tingkat bunga adalah bank sentral. Bank sentral harus melakukan prinsip kehati-
hatian (prudential principle) dalam pengambilan setiap kebijakan yang dapat
mempengaruhi pasar. Pertimbangan yang matang pada kenaikan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) haruslah diperhatikan karena setiap kenaikan akan
berdampak negatif atau memberi reaksi yang negatif terhadap perkembangan
perbankan nasional.
Tekanan kuat yang mengharuskan pemerintah menaikkan suku bunganya
bisa saja berkaitan dengan melonjaknya inflasi atau semakin terpuruknya kurs
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Misalnya, SBI selama bulan April 2004
berada pada kisaran 7,32-7,37%. Sementara itu, suku bunga perbankan untuk
deposito berjangka satu bulan besarnya 5,85% per tahun. Bagi pihak bank sentral,
kebijkan untuk menaikkan SBI dapat diterapkan dengan alasan untuk menghindari
terjadinya pelarian modal (capital flight) atau mencegah melemahnya nilai tukar
rupiah serta asumsi terhadap prediksi meningkatnya laju inflasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga

Pertumbuhan
ekonomi
Penawaran atas
dana pinjaman
Inflasi

Suku bunga

Perilaku
menabung
Permintaan atas
dana pinjaman
Kebijakan
moneter
Dengan demikian, pada saat SBI dinaikkan maka persoalan yang timbul
bagi dunia perbankan adalah perbankan terpaksa melakukan kebijakan untuk
meningkatkan kenaikkan suku bunga kredir perbankan. Persoalan lain yang dapat
timbul adalah kenaikkan suku bunga kredit yang menyebabkan meningkatnya
jumlah kredit macet sehingga terjadi kenaikan pada rasio kredit bermasalah. Hal
ini dapat disebabkan oleh ketidakmampuan kreditor untuk mengembalikan
pinjaman yang diberikan oleh perbankan jika dihubungkan dengan aktivitas
penggunaan dana kredit untuk memberikan keuntungan (profit).

Fenomena demikian dapat dianggap wajar jika pihak perbankan melakukan


kebijakan wait and see terlebih dahulu, sehingga kebijakan untuk menaikkan suku
bunga harus dipikirkan dan dilakukan dengan matang karena dapat berdampak
pada operasioal perbankan. Oleh karena itu, untuk menghadapi situasi seperti ini
perbankan diharapkan menerapkan kategori kredit dengan perhatian khusus yang
didasarkan pada alasan-alasan yang memungkinkan (feasible).
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham. 2015. Manajemen Investasi : Teori dan Soal Jawab. Edisi 2. Jakarta
Selatan, Selemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai