Anda di halaman 1dari 33

INFLASI DAN

PENGANGGURAN
Lathiefah Rabbaniyah, S.E.I., M.E.K.
INFLASI
■ Inflasi merupakan peristiwa moneter yang dijumpai hampir pada semua negara di
dunia. Inflasi dalam moneter menyangkut pada barang, uang, dan berkaitan dengan
harga.
■ Harga-harga akan naik bila terjadi kondisi-kondisi yang mempengaruhi keadaan
moneter sebagai berikut:
– bila suatu negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih
cepat dari yang dibutuhkan
– bila berbagai golongan dalam perekonomian berusaha untuk memperoleh
tambahan pendapatan relatif yang lebih besar dari kenaikan produktivitasnya
– bila pengharapan (expectation) yang terlalu bersemangat akan menyebabkan
permintaan barang atau jasa naik terlalu cepat dibandingkan pertambahan
output yang mungkin bisa dicapai perekonomian tersebut.
DEFINISI INFLASI
■ Inflasi adalah kelebihan permintaan (exces demand) terhadap penyediaan barang-barang dalam suatu
perekonomian secara keseluruhan (A.P. Lerner, 1995) Kelebihan tingkat pengeluaran atau permintaan akan
barang dan jasa dipandang sebagai:
– Kelebihan tingkat pengeluaran (exces spending) dari barang akhir dibanding dengan penyediaan output
maksimum dengan sumber-sumber produksi yang tersedia, yang dapat dicapai dalam jangka panjang,
maksudnya adalah pengerjaan faktor-faktor produksi yang normal.
– Too much money is chasing the available goods yaitu barang-barang yang tersedia terlalu sedikit
dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang diharapkan.
■ Inflasi adalah keadaan dimana pendapatan nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan
pendapatan nasional riil. Atau pendapatan nominal jauh lebih cepat meningkat dibandingkan dengan
peningkatan arus barang-barang dan jasa yang tersedia (F.W. Paish).
■ Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Inflasi merupakan
suatu proses ketidak seimbangan (disequilibrium) yang mana tingkat harga terus menerus mengalami
peningkatan selama periode tertentu.
■ Dari pengertian inflasi di atas, terkandung tiga unsur pokok yaitu; a) adanya kecenderungan (trend) harga-
harga untuk meningkat, b) kenaikan harga-harga itu berlangsung berkelanjutan (sustainable increase), c)
kenaikan harga bukan pada satu atau beberapa komoditi saja tetapi tingkat harga umum (general level of
price).
INFLASI DILIHAT DARI BERBAGAI SUDUT
PANDANG

Kondisi tingkat Penyebab awal Berdasarkan Berdasarkan


keparahan inflasi asal inflasi sektor
• Inflasi ringan • Demand pull • Domestic • Sektor
• Inflasi sedang inflation inflation pemerintah
• Inflasi berat • Cost push • Import • Sektor
inflation inflation perbankan
• Struktural • Sektor lain
inflation
KONDISI TINGKAT KEPARAHAN
INFLASI
■ Inflasi yang terjadi dihubungkan dengan laju inflasi tersebut yaitu laju inflasi, denga
kategori:
– Laju inflasi di bawah 10 % pertahun disebut inflasi ringan
– Laju inflasi antara 10 % sampai dengan 30 % pertahun disebut inflasi sedang
– Laju inflasi antara 30 % sampai dengan 100 % pertahun disebut inflasi berat
– Laju inflasi diatas 100 % pertahun disebut hyperinflasi.
■ Misal inflasi 10 % pertahun, maksudnya adalah kenaikan harga-harga secara umum
10 % pertahun.
■ Dalam keadaan hiperinflasi, masyarakat lebih cenderung memegang barang, dan
enggan memegang uang karena nilai mata uang menurun drastis sehingga menambah
kesulitan moneter. Karena uang dibelanjakan untuk membeli barang menyebabkan
jumlah uang yang beredar semakin bertambah dan perputaran semakin cepat.
DEMAND-PULL INFLATION
■ Inflasi yang terjadi karena permintaan konsumen atas barang dan jasa melebihi kemampuan
produsen dalam menyediakan barang dan jasa di pasar. Sehingga terjadi kelangkaan barang atau jasa
di pasar, dan berdampak pada pergeseran harga yang bergerak naik.
■ Bila dipandang dari sudut permintaan agregat, akan terjadi peningkatan harga-harga bila terjadi
excess demand dalam keadaan full employment. Adanya kelebihan permintaan inilah yang
menyebabkan terjadinya perubahan harga.
■ Penyebab inflasi dari sudut permintaan ini melahirkan beberapa pendapat yaitu:
– Perbedaan harga ini terjadi karena adanya kelebihan permintaan dalam masyarakat, pendapat
ini menekankan adanya kelebihan permintaan tanpa melihat faktor-faktor lain yang mempunyai
kaitan dengan penyebab inflasi.
– Neo Keynesian, bahwa penyebab utama terjadi inflasi akibat adanya ekspansi penawaran uang
(money supply)
– Kelompok monetaris, mengatakan inflasi dapat terjadi akibat adanya peningkatan konsumsi,
investasi, dan pengeluaran pemerintah. Walaupun jumlah sirkulasi uang yang beredar tidak
meningkat. Peningkatan konsumsi mungkin diakibatkan pencairan tabungan masyarakat,
sedangkan pengeluaran pemerintah dan investasi diakibatkan oleh perubahan suatu kebijakan.
■ Q0 menggambarkan terjadinya full
employment dalam perekonomian.
Penawaran agregat (aggregate
supply) tejadi pada garis AS,
sedangkan aggregate demand
digambarkan pada AD0, karena
adanya peningkatan permintaan
masyarakat, maka kurva AD
bergeser dari AD0 ke AD1,
sehingga mendorong harga naik
dari P0 ke P1.
■ Perubahan ini dapat terjadi
sebagai akibat pertambahan
permintaan dalam masyarakat
(pencairan tabungan), juga sebagai
pertambahan penawaran uang,
kasus kenaikan gaji pegawai dan
penetapan upah minimum akan
menciptakan excess demand.
COST-PUSH INFLATION
■ Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya-biaya pada komponen produksi (seperti upah tenaga
kerja, biaya bahan baku, dan biaya lainnya), mencakup:
– Wage cost-push inflation
Wage cost ini berkaitan pada biaya komponen produksi yaitu biaya tenaga kerja, tapi kenaikan
biaya ini lebih disebabkan oleh desakan tertentu sehingga upah tenaga kerja dinaikan (biaya
tenaga kerja ini naik misalnya karena adanya desakan dari serikat pekerja, dari pekerja pada
suatu unit usaha, dari penetapan standard upah minimum yang dikeluarkan oleh pemerintah).
Sementara kenaikan biaya pada bahan baku dapat disebabkan oleh kelangkaan bahan baku di
pasar maupun dari pemasok, permainan tertentu dari pemasok atau agen untuk menaikan harga
bahan, bahan baku yang dipasok dari luar negeri bila harganya naik di negara asal barang, maka
otomatis harga dalam negeri akan naik. Biaya lainnya, misalnya dalam pengenaan pajak yang
harus ditanggung oleh perusahaan berarti mengurangi pendapatan perusahaan, maka untuk
mengatasinya perusahaan menaikan harga produk yang dijualnya.
– Price push inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan harga barang atau jasa yang disengaja atau yang diinginkan
oleh produsen atau pengusaha untuk mendapatkan dan keuntungan yang lebih besar.
■ Pada output Q0 tingkat harga berada pada
P0, bila terjadi kenaikan biaya produksi
maka berdampak terhadap kenaikan
harga dari output yang dihasilkan
produsen, yaitu dengan bergesernya
harga dari P0 ke P1 dan output pun
bergeser dari Q0 ke Q1.
■ Model inflasi dorongan biaya ini
merupakan suatu model dilema, karena
tekanan sisi penawaran akan
menimbulkan kesulitan bekerjanya
kebijaksanaan untuk stablisasi, atau efek
inflasi dorongan biaya akan
mengakibatkan membatasi fungsi
penawaran agregat.
■ Pergeseran ke kiri akan menghasilkan
tingkat harga naik dari P0 menjadi P1
begitu juga pada output atau pendapatan
dari Q0 menjadi Q1, dan berdampak
lanjutan yaitu terciptanya pengangguran.
STRUCTURAL INFLATION

■ Inflasi yang terjadi karena kekakuan struktural.


■ Kekakuan yang dimaksud adalah berupa pemanfaatan sumber daya
ekonomi yang kurang fleksibel, sukar berubah dengan cepat, tingkat
harga dan tingkat upah yang kaku (rigid) mudah naik tapi sukar untuk
turun kembali, mobilitas sumber daya yang rendah dalam perekonomian
yang menyebabkan adanya kapasitas yang menganggur (idle capacity)
dan menimbulkan kelangkaan barang dan jasa, mengakibatkan kenaikan
biaya-biaya atau biaya ekonomi menjadi tinggi (high cost economic)
sehingga mendorong terjadi inflasi.
BERDASARKAN ASAL INFLASI
■ Domestic inflation
Inflasi yang terjadi dari keadaan dalam negeri.
Misalnya banyaknya permintaan masyarakat terhadap berbagai macam
barang yang menyebabkan naiknya harga.
■ Import inflation
Inflasi yang terjadi karena pengaruh dari negara lain atau luar negeri.
Ini terjadi karena: adanya hubungan perdagangan satu negara dengan
negara lain, ketergantungan satu negara dengan negara lain, sistem
perekonomian dunia yang sudah meng-global, adanya sentimen negatif,
keraguan, dan ketakutan atas krisis yang terjadi pada suatu negara.
INFLASI BERDASARKAN SEKTOR
■ Sektor pemerintah
– Inflasi dapat terjadi karena defisit anggaran belanja negara (APBN) dimana pengeluaran lebih
besar dari pendapatan negara.
– Karena defisit ini, pemerintah dapat menempuh beberapa cara untuk mengatasinya yaitu
dengan: mencetak uang untuk memenuhi kekurangan yang dimaksud sehingga jumlah uang
beredar bertambah di tengah masyarakat, atau menambah jumlah hutang baik hutang luar
negeri maupun dalam negeri.
■ Sektor perbankan
– Inflasi dapat terjadi karena perluasan atau ekspansi kredit oleh sektor perbankan, dimana kredit
yang dimaksudkan di sini ialah kredit yang lebih banyak digunakan oleh nasabah untuk
keperluan konsumtif bukan untuk kepentingan produktif.
■ Sektor lain
– Inflasi bisa terjadi karena kegagalan panen secara menyeluruh pada suatu negara yang
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, bukan bersifat sementara (temporer).
CARA MENGUKUR INFLASI
1) INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) / CONSUMER PRICE INDEX
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen
dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga barang dan jasa utama yang
dikonsumsi masyarakat dalam periode tertentu, masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi
bobot (weigthed) berdasarkan tingkat keutamaannya, barang dan jasa yang dianggap paling penting
diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia, IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditi pokok, untuk
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya perhitungan IHK dilakukan dengan melihat
perkembangan regional yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar di Indonesia.
Kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu kewaktu lainnya tidaklah seragam. Kenaikan
tersebut biasanya berlaku atas semua barang-barang tapi kenaikannya berbeda.
Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk
untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara.
Untuk mengukur inflasi atau tingkat
inflasi indeks harga yang digunakan
adalah: indeks harga konsumen, yaitu
indeks harga dari barang- barang yang
selalu digunakan konsumen. Untuk
membentuk indeks harga diperlukan
tiga langkah yaitu:
■ Memilih tahun dasar, yaitu tahun
yang menjadi titik tolak dalam
membandingkan perubahan harga.
■ Menentukan jenis-jenis barang yang
perubahan harga-harganya akan
diamati untuk membentuk indeks
harga.
■ Menghitung indeks harga.
CARA MENGUKUR INFLASI
2) INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR (IHPB) / WHOLESALE PRICE INDEX
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi
antara penjual / pedagang besar pertama dengan pembeli / pedagang besar berikutnya dalam
jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas (Bank Indonesia).
IHPB menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga
bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam itungan indeks harga.

3) INDEKS HARGA IMPLISIT (IHI)


Dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian
dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga
terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah.
Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya dapat digunakan
indeks harga implisit (IHI) atau GDP deflator.
PENGANGGURAN
■ Pengangguran merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tapi belum mendapatkan pekerjaan itu.
■ Faktor yang menimbulkan pengangguran antara lain:
– kekurangan dalam pengeluaran agregat,
– menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik,
– penggunaan teknologi modern dalam kegiatan produksi,
– ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dengan keterampilan yang
dibutuhkan dunia kerja atau industri
– karena stok modal yang disimpan dilembaga keuangan dalam jumlah yang besar.
■ Pengangguran akan berdampak kepada kondisi politik, sosial, ekonomi, kesejahteraan masyarakat,
mengurangi pendapatan masyarakat, dan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang.
■ Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
apabila dalam perekonomian tingkat penganggurannya adalah kurang dari 4 %.
STRUKTUR PENDUDUK ■ Dalam ilmu kependudukan
(demografi), orang yang mencari
kerja masuk dalam kelompok
penduduk yang disebut angkatan
kerja.
■ Berdasarkan kategori usia, usia
angkatan kerja dalah 15 sampai 64
tahun. Tetapi tidak semua orang
yang berusia 15 sampai 64 tahun
dihitung sebagai angkatan kerja.
Yang dihitung sebagai angkatan
kerja adalah penduduk berusia 15
sampai 64 tahun dan sedang
mencari kerja, sedangkan yang tidak
mencari kerja (seperti ; mengurus
keluarga, sekolah, kuliah, anak
orang kaya yang tak mau bekerja
tidak termasuk angkatan kerja).
ANGKATAN KERJA
■ Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu
waktu tertentu.
■ Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi yaitu:
– Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun (penduduk usia kerja)
– Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun dan tak ingin bekerja (seperti: pelajar,
mahasiswa, ibu rumah tangga, anak orang kaya yang tak bekerja atau penganggur sukarela
atau disebut juga penduduk bukan angkatan kerja).
■ Angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja dapat ditentukan dengan cara berikut:
– Angkatan kerja = Jumlah penduduk usia kerja dikurang jumlah penduduk bukan angkatan
kerja.
– Tingkat partisipasi angkatan kerja = angkatan kerja dibagi penduduk usia kerja dikali 100%.
CONTOH ■ Jawab (a)

■ Indonesia berpenduduk 220 juta jiwa, dari


jumlah 220 juta jiwa ini yang tergolong
sebagai penduduk usia kerja berjumlah 130
juta jiwa, tetapi hanya sebanyak 100 juta
TPAK : tingkat partisipasi angkatan kerja
jiwa yang tergolong sebagai angkatan
kerja. Diantara angkatan kerja tersebut JAK : jumlah angkatan kerja
hanya sebanyak 90 juta jiwa yang
mempunyai pekerjaan. JPUK : jumlah penduduk usia kerja

■ Dari data tersebut tentukan: a) tingkat ■ Jawab (b)


partisipasi angkatan kerja, b) jumlah
pengangguran!

Jumlah penduduk: 220 juta jiwa


Usia kerja : 130 juta jiwa
Angkatan kerja : 100 juta jiwa
Orang yang bekerja : 90 juta jiwa
PENGGOLONGAN PENGANGGURAN
Besar kecilnya angka pengangguran sangat tergantung dari definisi atau pengklasifikasian pengangguran.
Setidaknya ada dua dasar utama penggolongan pengangguran ini, yaitu :
1) Pendekatan angkatan kerja (labour force approach)
Pendekatan ini mendefinisikan pengangguran sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja,
2) Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach), dalam pendekatan ini dibagi
lagi dalam tiga kelompok:
a) Menganggur (unemployed)
Yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini
sering disebut juga pengangguran terbuka (open unemployment), berdasarkan definisi ini, tingkat
pengangguran di Indonesia umumnya relatif rendah (dibawah 10 % pertahun).
b) Setengah menganggur (Under Employment)
Yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka
dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat pengangguran di Indonesia
relatif tinggi, karena angkanya berkisar 35 % pertahun.
c) Bekerja penuh (Employment).
Yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam perminggu.
JENIS-JENIS PENGANGGURAN

Bila dilihat dari sifatnya pengangguran itu dapat dibedakan pada dua sifat,
adalah sebagai berikut :
1) Pengangguran sukarela (voluntary unemployment)
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara,
karena seseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih cocok.
2) Pengangguran dukalara (involuntary unemployment)
Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa diterima
oleh seseorang, walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja.
Pengangguran sukarela maupun pengangguran dukalara erat kaitannya dengan jenis-jenis pengangguran
berikut:
a) Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Bila suatu perekonomian yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan, maka pegangguran
akan semakin menjadi rendah, dan akhirnya perekonomian mencapai penggunaan tenaga kerja
penuh (full employment) yaitu pengangguran tidak melebihi dari 4 %.
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh
pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik.
Di dalam proses mencari kerja yang lebih baik itu adakalanya harus menganggur, namun
pengangguran ini tidak serius karena bersifat sementara.

b) Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)


Adalah dimana pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk
lowongan pekerjaan yang tersedia, karena spesifikasi pekerjaan, teknologi, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuan penguasaan bahasa (bahasa inggris).
Pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran friksional, selain
membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama
c) Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran siklis atau konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian (seperti kegiatan ekonomi yang
lesu, stabil atau kondusif).
Kondisi ini akan mempengaruhi penggunaan tenaga kerja pada sektor kegiatan ekonomi.

d) Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)


Pengangguran yang terjadi sangat erat kaitannya dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek (temporary), terutama di sektor pertanian dan di daerah tertentu.
Misalnya: di luar musim tanam dan musim panen, petani menganggur sampai musim tanam
berikutnya. Atau oleh kondisi alam seperti di saat musim hujan, petani dapat bekerja
mengerjakan lahannya, dan bila musim kemarau petani tak dapat menggarap lahan
pertaniannya atau menganggur.
DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN

a) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang mungkin


dicapainya. Pengangguran menyebabkan pendapatan nasional yang sebenarnya (actual output) dicapai
lebih rendah dari pada pendapatan nasional potensial (potential output).
Keadaan ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai lebih rendah dari pada tingkat yang
mungkin dicapainya.
b) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah berkurang. Pengangguran yang
diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan
yang diperoleh pemerintah akan semakin sedikit. Dengan demikian, pengangguran yang tinggi akan
mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan pembangunan.
c) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi, pengangguran menimbulkan dua akibat
buruk pada sektor swasta. Pertama, pengangguran tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan
kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak akan mendorong perusahaan untuk
melakukan investasi di masa yang akan datang. Kedua, pengangguran yang diakibatkan kelesuan
kegiatan perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah mengurangi
keinginan perusahaan untuk melakukan investasi. Kedua hal tesebut jelas tidak akan menggalakkan
pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.
DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKAT

a) Pengangguran akan menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di negara-negara


maju, para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi
pengangguran, dan oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai
kehidupan dan keluarganya. Di negara sedang berkembang tidak terdapat program asuransi
pembangunan, dan karenanya kehidupan penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau
pimjaman (bantuan keluarga dan teman-teman). Keadaan ini potensial bisa mengakibatkan
pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
b) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan dalam mengerjakan
sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam
praktek. Pengangguran dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan tingkat keterampilan
pekerjaan menjadi semakin merosot.
c) Selain hal-hal tersebut pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonom yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas
masyarakat kepada pemerintah yang berkuasa. Kegiatankegiatan kriminal seperti pencurian dan
perampokan dan lain sebagainya pun akan semakin meningkat.
CARA MENGATASI
PENGANGGURAN
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural:

1) Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja


2) Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3) Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong
4) Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
CARA MENGATASI
PENGANGGURAN
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional:

1) Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya
2) Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru
3) Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry
4) Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
lainnya
5) Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
dll. Sehingga dapat menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang
investasi baru dari kalangan swasta.
CARA MENGATASI
PENGANGGURAN
Cara Mengatasi Pengagguran Musiman:
1) Pemberian informasi yang cepat jika terdapat lowongan kerja di sektor lain
2) Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.

Cara Mengatasi Pengangguran Siklikal:


3) Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
4) Meningkatkan daya beli masyarakat.
HUBUNGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DENGAN
PENGANGGURAN
■ Arthur Okun seorang ekonom melalui
hukum okun (okun’s law) menjelaskan
tentang hubungan pertumbuhan ekonomi
dan pengangguran. Hukum okun
menyatakan adanya pengaruh empiris
antara pengangguran dengan output dalam
siklus bisnis. Hasil studi empiris
menunjukkan bahwa penambahan 1 (satu)
point pengangguran akan mengurangi GDP
(Gross Domestic Product) sebesar 2 persen.
Ini berarti terdapat pengaruh yang negatif
antara pertumbuhan ekonomi dengan ■ Gambar menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
pengangguran dan juga sebaliknya yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran terhadap pertumbuhan pengangguran. Hukum okun dapat digunakan sebagai
ekonomi. Penurunan pengangguran solusi sebuah negara yang sedang berkembang yang
memperlihatkan ketidakmerataan. Hal ini rawan terhadap masalah pengangguran. Dengan
mengakibatkan konsekuensi distribusional. menaikkan PDB dapat meningkatkan jumlah lapangan
pekerjaan yang akan menyerap pengangguran.
HUBUNGAN INDEKS HARGA KONSUMEN
DENGAN PENGANGGURAN
■ Inflasi dan pengangguran memiliki hubungan positif dan negatif.
■ Menurut Sukirno (2008) inflasi memiliki hubungan positif terhadap
pengangguran apabila tingkat inflasi yang dihitung adalah inflasi pada
harga-harga secara umum, maka tingginya tingkat inflasi akan berakibat
pada peningkatan tingkat bunga simpanan dan pinjaman.
■ Oleh karena itu, dengan tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
investasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Hal ini akan
berpengaruh pada jumlah pengangguran yang tinggi karena rendahnya
kesempatan kerja sebagai akibat dari rendahnya investasi.
HUBUNGAN INDEKS HARGA KONSUMEN DENGAN PENGANGGURAN

■ Sedangkan hubungan negatif antara inflasi ■ Dalam teori ini AW Philips mengasumsikan bahwa
dengan pengangguran diperkenalkan oleh AW kenaikan inflasi terjadi karena adanya kenaikan
Philips melalui kurva Philips. Berikut ini adalah permintaan agregat. Tingginya permintaan akan
gambar dari kurva Philips: mendorong tingginya harga barang yang diikuti
dengan berkurangnya stok barang perusahaan.
Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut
produsen akan melakukan penambahan kapasitas
produksi dengan melakukan penambahan jumlah
tenaga kerja. Semakin tinggi permintaan akan
tenaga kerja, pengangguran cenderung semakin
rendah. Teori ini berdasarkan kondisi resesi di
Amerika Serikat saat mengalami kondisi
pengangguran tinggi tetapi inflasi juga tinggi.
Pemerintah harus memilih kebijakan yang akan
diambil, apakah akan menurunkan inflasi atau
menurunkan pengangguran. Dalam kurva Philips
tidak dimungkinkan menurunkan keduanya secara
bersamaan.
PENGANGGURAN DI INDONESIA
■ Pengangguran di Indonesia adalah masalah yang belum
terpecahkan. Sebelum krisis ekonomi 1997, tingkat
pengangguran Indonesia umumnya di bawah 5 persen.
Namun, pada tahun 1998, tingkat pengangguran mulai
melebihi 5% hingga pada tahun 2014.
■ Peningkatan tenaga kerja baru, yang lebih besar dari
lapangan kerja yang tersedia, terus menunjukkan
kesenjangan yang semakin besar. Negara semakin besar
setelah krisis ekonomi.
■ Dengan krisis ekonomi, kesenjangan antara peningkatan
tenaga kerja baru dan penyediaan pekerjaan semakin
dalam dan ada PHK. Akhirnya, tingkat pengangguran di
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun hingga
2005, meskipun mulai menurun hingga 2014,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai