Anda di halaman 1dari 7

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan 15418
Telepon: 021-7490941 (Hunting)
Faksimile: 021-7490147 (Bagian Umum), 021 – 7434290 (Sekertaris Rektor)
Laman: www.ut.ac.id

TUGAS II
(ESPA4227 – EKONOMI MONETER)

1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab inflasi ?


2. Jelaskan dampak dari inflasi ?
3. Jelaskan langkah-langkah atau kebijakan yang diambil pemerintah dalam
menanggulangi inflasi ?
4. Sebutkan dan jelaskan instrumen – instrumen kebijakan moneter ?
5. Jelaskan beberapa jalur mekanisme kebijakan moneter yang dapat digunakan
?

Jawaban:

1. . 15 faktor penyebab inflasi :

 Inflasi Karena Permintaan (Demand Pull Inflation)


Demand Pull Inflation dikenal juga sebagai inflasi karena guncangan
permintaan. Hal ini disebabkan karena adanya tarikan permintaan yang begitu
kuat dari masyarakat terhadap berbagai jenis barang. Inflasi ini dikenal dengan
istilah  Philips Curve Inflation. Inflasi ini dipicu karena adanya interaksi antara
permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa domestic yang banyak di
butuhkan masyarakat. Kondisi ini biasa terjadi pada masyarakat yang
perekonomian tumbuh cepat.

  Inflasi Karena Bertambahnya Uang Yang Beredar (Quantity Theory


Inflation)
Faktor penyebab inflasi yang berikutnya ialah karena bertambahnya uang yang
beredar di masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh kaum klasik yang
menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara jumlah uang yang beredar
dengan harga-harga. Apabila jumlah barang yang ada tetap, namun uang yang
beredar lebih besar dua kali lipat. Maka harga barang tersebut akan melonjak
sebanyak dua kali liat 

  Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)


Kenaikan biaya produksi yang terus menerus juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya inflasi. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya desakan
biaya faktor produksi yang terus mengalami kenaikan yang merupakan ciri-
ciri ekonomi pasar . Kenaikan ini mau tidak mau akan memaksa produsen
untuk menaikkan harga produksi. Sehingga akan berakibat pada harga produk
yang akan naik saat diperjual belikan.
 Inflasi Campuran (Mix Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya permintaan dan penawaran yang mengalami
kenaikan. Penyebabnya tidak lain adalah karena ketidakseimbangan antara
penawaran dan permintaan. Kondisi dimana permintaan terhadap suatu barang
yang meningkat akan menyebabkan ketersediaan barang dan faktor produksi
mengalami penurunan. Dalam hal lain pengganti barang atau substitusi barang
yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kondisi ini tentu akan menyebabkan
harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan. Inflasi ini cenderung
sangat sulit di atasi dan dikendalikan kenaikan atau supply barang lebih tinggi
ataupun setara dengan permintaan.
  Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Inflation
Theory)
Penyebab inflasi disebabkan karena struktur ekonomi yang kaku. Dimana
pengusaha tidak dapat menegah dengan cepat kenaikan permintaan akibat dari
pertambahan jumlah penduduk. Sehingga kondisi ini akan menyebabkan harga
barang yang dibutuhkan melonjak dan stok yang ada di pasaran kurang
mencukupi. Tentunya kondisi tersebut akan sangat berpengaruh kepada harha
barang dan permintaan

 Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)


Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena adanya
spekulasi dari masyarakat dalam memandang perekonomian. Masyarakat saat
ini menilai bahwa pertumbuhan dan perekonomian akan membaik setiap
tahunnya seperti juga kelebihan dan kekurangan ekonomi pancasila . Tentunya
persepsi ini dapat menimbulkan kondisi yang yang sebaliknya.

 Kenaikan Harga Barang Dalam Negeri


Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena kenaikan
harga barang dalam negeri simak juga indikator keberhasilan pembangunan
desa. Kondisi inflasi menyebabkan harga barang dalam negeri akan lebih
mahal dibandingkan dengan harga barang ekspor. Padahal barang dan jasa
yang mengalami kenaikan harga tersebut merupakan barang yang banyak di
butuhkan di masyarakat.

 Pengeluaran Agregat  yang Melebihi Kemampuan 


Dalam hal ini, tingkat kemampuan agregat merupakan jumlah seluruh
pengeluaran perusahaan. Apabila kemampuan yang dikeluarkan perusahaan
dalam memproduksi barang dan jasa melebihi kemampuan yang dimiliki
perusahaan. Maka hal tersebut tentunya akan menyebabkan harga barang yang
diproduksi menjadi naik. Kondisi ini tidak dapat dihindari, karena jika
perusahaan ingin tetap mendapatkan laba maka mau tidak mau harga barang
atau jasa haruslah dinaikkan.

 Tuntutan Kenaikan Upah Pekerja


Adanya tuntutan kenaikan upah karyawan dan pekerja juga akan bisa
menyebabkan terjadinya inflasi. Kondisi ini akan membuat biaya opersional
dalam memproduksi barang atau jasa menjadi naik seiring dengan
meningkatnya upah para pekerja sebagai ciri-ciri ekonomi konvensional .
Tentu saja hal tersebut akan membuat harga barang atau jasa yang diproduksi
menjadi naik. Jika tidak dinaikkan maka tentu keuntungan perusahaan tidak
akan bisa di capai.

 Penambahan Penawaran Uang


Penambahan penawaran uang merupakan upaya dalam mencetak uang dalam
jumlah besar. Namun, kondisi ini dapat berakibat pada jumlah uang yang
beredar terlalu banyak. Sehingga akan berakibat pada menurunnya mata uang
kita. Tentunya hal ini akan membuat kondisi dimana adanya kenaikan harga
barang disebabkan karena penurunan nilai mata uang

 Kekacauan Politik dalam Negeri


Kekacauan politik juga dapat menyebabkan timbulnya inflasi. Kondisi
kekacauan politik dalam negeri dapat memicu para produsen untuk sengaja
menaikkan harga barang dan jasa. Hal ini diambil sebagai langkah sebelum
Kerusuhan yang bisa ditimbulkan dari pertikaian politik timbul. Kondisi
memanasnya politik juga akan berdampak pada sektor perekonomian yang
tidak stabil atau dari kelebihan dan kekurangan ekonomi syariah. Sehingga
akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan masyarakat.

 Terhambatnya Produksi dan Distribusi Barang dan Jasa


Faktor distribusi memegang peran penting dalam penentuan harga produk.
Semakin lama barang terdistribusi maka harga barang akan semakin tinggi.
Hal tersebut sangat berpengaruh karena selama proses distribusi tentu
memakan waktu dan biaya tramsportasi. Karenanya terhambatnya produksi
baik barang dan jasa juga sangat bisa menaikkan harga barang. Sehingga
dalam hal ini produksi dan distribusi memegang peranan penting dalam
kestabilan harga.

 Adanya Fluktuasi dari Luar Negeri


Selain faktor dari dalam kondisi perekonomian luar negeri terutama ekonomi
global juga sangat berpengaruh terjadinya inflasi sebagai contoh sistem
ekonomi liberal .  Hal ini berkaitan erat dengan jumlah ekspor dan impor,
investasi asing di dalam negeri, jumlah tabungan serta jumlah penerimaan
negara yang terus mengalami penurunan. Sehingga mau tidak mau devisa
negara akan terkuras. Kondisi ini tentu sangat membuat perekonomian dalam
negeri akan menjadi krisis.

 Kenaikan BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL)


Dalam sebuah produksi kedua item penting seperti BBM dan TDL tidak bisa
dipisahkan. Keduanya menjadi unsur penting dalam sebuah proses produksi.
Adanya kenaikan BBM dan Tarif Dasar Listrik akan memicu kenaikan biaya
produksi. Pada akhirnya akan berakibat pada semakin naiknya harga barang
atu jasa yang akan dijual. Jika kenaikan ini berlangsung terus menerus maka
akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga tentunya inflasi
tidak dapat dihindarkan.

 Adanya Desakan dari Kelompok Tertentu Dalam Memperoleh Kredit


dengan Bunga Ringan
Inflasi juga dapat disebabkan karena adanya desakan dari beberapa kelompok
tertentu yang dianggap memiliki kekuatan dalam memperoleh pinjaman kredit
dengan bunga ringan yang merupakan kelebihan sistem ekonomi komando .
Kondisi ini tentu akan menyebabkan bertambahnya uang yang beredar.
Sehingga akan membuat harga menjadi tidak stabil. Kedua kondisi ini akan
bisa menyebabkan timbulnya inflasi.

2. dampak dari inflasi yang ditimbulkan terhadap perekonomian masyarakat :

 Dampak Inflasi terhadap Pendapatan


Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi, seperti inflasi lunak,
inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong
para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh
kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang.
 Dampak Inflasi terhadap ekspor
Ketika terjadi inflasi, daya saing barang ekspor berkurang. Hal itu terjadi
karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan kedua
belah pihak, baik pihak eksportir maupun pihak negara. Negara mengalami
kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang. Akibatnya, jumlah
penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin sedikit.
 Dampak terhadap minat orang untuk menabung
Saat inflasi, pendapatan riil para nasabah berkurang karena jumlah bunga yang
diterima pada kenyataannya berkurang. Namun, biasanya untuk menghadapi
inflasi, bank akan meningkatkan suku bunga kepada nasabah untuk menarik
nasabah untuk menabung sehingga peredaran uang semakin sedikit. Oleh
karena itu, umumnya pada saat inflasi, semakin banyak nasabah yang
membuka tabungan.
 Dampak terhadap kalkulasi harga pokok
Inflasi dapat menyebabkan penetapkan harga pokok menjadi terlalu kecil atau
bahkan terlalu besar. Karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak
dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya,
penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini
dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.

3. kebijakan yang diambil pemerintah dalam menanggulangi inflasi

 Menaikkan Tarif Pajak


Cara ini dilakukan ketika tidak ada penarikan subsidi dari pemerintah.
Kerapkali ketika pemerintah menaikkan tarif pajak, maka diikuti oleh unjuk
rasa dari masyarakat. Mau masyarakat tarif pajak kecil dan bantuan/subsidi
mengalir lancar. Dalam mengolah pemerintahan, strategi baru bisa berjalan
lancar dengan bertahan dari luapan unjuk rasa.
Dengan naiknya tarif pajak, secara otomatis uang yang ada di tengah-tengah
masyarakat banyak yang kembali ke pemerintah. Kebijakan ini secara
otomatis akan mengurangi jumlah uang yang beredar. Tentunya untuk
meredakan kegelisahan dalam masyarakat, pemerintah wajib giat dalam
pembangunan infrastruktur agar seimbang.
 Menaikkan Hasil Produksi Skala Nasional
cara mengatasi inflasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
mendukung segala usaha di daerah-daerah dengan skala nasional.
 Melakukan Politik Diskonto
Politik diskonto ini berkaitan dengan kenaikan suku bunga pada bank sentral.
Kenapa bank sentral? Soalnya bank yang biasa melayani masyarakat luas itu
tidak memiliki wewenang dalam menaikkan suku bunga. Hanya bank sentral
(BI) yang boleh, sebab bank ini satu-satunya yang dimiliki oleh pemerintah
untuk mengawasi peredaran uang di bank-bank lain.
Ketika suku bunga naik, maka permintaan kredit secara otomatis berkurang.
Orang akan berpikir panjang ketika suku bank naik pada waktu peminjaman.
Apalagi yang mengambil kredit dengan jenis bunga yang memiliki
kecenderungan fluktuatif. Tapi naiknya suku bunga tidak bertahan selamanya,
melainkan hanya bertahan selagi terjadi inflasi.
 Melakukan Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka hanya terjadi kalau inflasi dirasa berada di fase yang
kritis. Pada waktu melakukan operasi terbuka, pemerintah akan menjual
berbagai aset berharga milik mereka, misalnya seperti obligasi ke pasar modal.
Tentu saja pasar yang dimaksud adalah pasar dalam negeri. Soalnya inflasi
yang beredar berada dalam tubuh sendiri.
Dengan cara mengatasi inflasi ini, diharapkan peredaran uang yang ada di
dalam masyarakat bisa berkurang. Terutama pada kalangan pemodal yang
memiliki ambisi besar untuk mempertahankan bisnisnya. Bisa pula
pembelinya adalah pemilik bank swasta yang sudah lama melayani kebutuhan
masyarakat.
 Menerapkan Politik Sanering
Politik ini memiliki misi untuk memangkas digit dalam mata uang. Meskipun
cukup efektif, rupanya politik Sanering yang salah waktu bisa juga
menimbulkan kekacauan. penerapan politik Sanering atau redenominasi harus
melewati banyak pertimbangan. 

4. Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam pengambilan


kebijakan moneter adalah:

 Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat berharga di pasar modal.
 Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar
dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung
 Kebijakan Cadangan Kas
Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan
cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam
bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan
lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan tidak
boleh dipinjamkan.
 Kebijakan Kredit Ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar
didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital,
dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang
beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi
sedang mengalami gejala inflasi.
 Kebijakan Dorongan Moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku
moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa ajakan
atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun melepaskan
pinjaman.

5. Jalur mekanisme kebijakan moneter yang dapat digunakan:

 Jalur Suku Bunga

Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa pentingnya

aspek harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktifitas ekonomi di sektor

riil. Oleh karena itu, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan

berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan

dan akan berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil. 

 Jalur Nilai Tukar

Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar,

sama seperti jalur suku bunga, menekankan pentingnya aspek perubahan harga

asset finansial terhadap berbagai aktifitas perekonomian. Dalam kaitan ini,

pentingnya jalur nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada

pengaruh asset finansial dalam valuta asing yang berasal dari hubungan

kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Pengaruhnya bukan saja

terjadi pada perubahan nilai tukar, tetapi juga pada aliran dana yang masuk

dan keluar suatu negara yang terjadi, antar lain karena aktivitas perdagangan
antarnegara dan aliran modal investasi, seperti tercermin pada neraca

pembayaran. Selanjutnya, perubahan nilai tukar dan aliran dana dari dan ke

luar negeri akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil di negara yang

bersangkutan

 Jalur Kredit

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit berasumsi bahwa

fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan normal, sehingga yang

lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan. Selain dana

yang tersedia, perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh

persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu

sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet, Loan to Deposit

Ratio  (LDR). Selain itu, tidak semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi

oleh bank, khususnya karena kondisi keuangan debitur yang dinilai oleh bank

tidak feasible antara lain karena tingginya rasio utang terhadap terhadap

modal (leverage), risiko kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Adanya

informasi yang tidak simetris antara bank dengan debitur seperti itu

menyebabkan pasar kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai