Anda di halaman 1dari 10

INFLASI

Disusun Oleh :

Ade Aulia (202241074)

Laina Maliya (202241082)

Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe

JL. Medan B. Aceh, Alue Awe, Kec. Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh 24352

Pembimbing : Khalish Khairina, M.Si

PEMBAHASAN

A. Inflasi Dalam Ekonomi Konvensional

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi merupakan
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah
indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) : Indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen : Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang
yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan
harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan
meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas : Indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas
tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli

1. A. P. Lahnerinflasi
Menurut Lahnerinflasi mengungkapkan bahwa Inflasi yaitu suatu keadaan
yang di mana sudah terjadinya kelebihan dari suatu permintaan atas barang-barang di
dalam suatu perekonomian dengan cara menyeluruh.

2. Mc. Eachern
Inflasi ialah suatu keadaan yang di mana kenaikan secara terus-menerus di
dalam rata-rata tingkat suatu harga. jika tingkat harga itu berfluktuasi, maksudnya
dengan keadaan pada bulan ini naik bila pada bulan depannya lagi turun, bila pada
saat setiap kenaikan kerja itu bukanlah termasuk dalam suatu inflasi.

3. Rimsky K. Judisseno
Menurut Rimsky K. Judisseno mengungkapkan bahwa Inflasi ialah salah satu
kejadian yang dimana di mana moneter yang ditunjukkan dari satu kecenderungan
dari naiknya harga barang-barang pada umumnya. Dalam kejadian ini berarti sedang
terjadinya penurunan tingkat nilai mata uang.

4. S. Sukirno
Menurut S. Sukirno mengungkapkan bahwa Inflasi ialah suatu proses ketika
terjadinya suatu kenaikan harga yang berlaku terhadap perekonomian.

5. Gerald J. Thuesen dan W. J. Fabrycky


Menurut kedua nya mengungkapkan bahwa Inflasi ialah suatu keadaan yang
menggambarkan suatu perubahan atas tingkat harga di dalam sebuah perekonomian.
Tidak ada negara yang tidak pernah mengalami inflasi, negara maju pun pernah
mengalami suatu inflasi sewaktu-waktu.

Penyebab Terjadinya Inflasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya inflasi. Secara umum, penyebab
inflasi adalah karena terjadinya kenaikan permintaan dan biaya produksi. Secara rincinya,
berikut adalah beberapa penyebab inflasi:

1. Meningkatnya Permintaan
Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis
barang atau jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkatan permintaan jenis barang atau
jasa tersebut terjadi secara menyeluruh (agregat demand). Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya Meningkatnya belanja pemerintah, Meningkatnya
permintaan barang untuk diekspor, Meningkatnya permintaan barang untuk swasta.

2. Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)


Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan
biaya produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya Harga
bahan bakar naik, Upah buruh naik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
 Depresiasi nilai tukar terhadap uang asing yang menyebabkan harga impor
naik dan biaya produksi meningkat
 Dampak inflasi luar negeri
 Peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah
 Negative supply shocks, seperti bencana alam atau gangguan dalam distribusi
barang dan jasa

3. Tingginya Peredaran Uang


Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak
dibanding yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap, sedangkan uang yang
beredar meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga
100%.

Penggolongan dan Macam Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal
dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu,
inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang. Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap
harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi
pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation).

Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan:

 Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu
mengganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/jasa secara
umum, yaitu di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.
 Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan tetap, namun belum membahayakan aktivitas perekonomian suatu
negara. Inflasi ini berada di kisaran 10% – 30% per tahun.
 Inflasi Tinggi, yaitu inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5
atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai
uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan uang sehingga
perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan
ditutupi dengan mencetak uang.
 Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation), yaitu inflasi yang telah mengacaukan
perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dilakukan
kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini berada di kisaran 100% ke atas per tahun.

Jenis Inflasi Menurut Sebabnya

Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu
negara dalam waktu yang berbeda.Demand-pull inflation Inflasi ini bermula dari adanya
kenaikan permintaan total (aggregate demand), sedangkan produksi telah berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam
keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total di samping kenaikan
harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Cost-push inflation Berbeda dengan
demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya
dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor
diantaranya : perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah Suatu
industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar
untuk menentukan harga (yang lebih tinggi).

Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan negatif bagi suatu negara maupun rakyatnya.
Dampak-dampak ini dapat kita lihat melalui beberapa aspek kehidupan masyarakat. Berikut
adalah beberapa dampak inflasi secara umum:

1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan

Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan


masyarakat. Pada kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong para
pengusaha untuk memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian. Namun,
inflasi akan berdampak buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap karena nilai
uangnya tetap, sedangkan harga barang atau jasa naik.

2. Dampak Inflasi Terhadap Minat

Pada kondisi inflasi, minat menabung sebagian besar orang akan berkurang.
Alasannya, karena pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih kecil, sedangkan penabung
harus membayar biaya administrasi tabungannya.

3. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi


Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi
sulit, karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di
masa depan seringkali tidak dapat diprediksi dengan akurat.

4. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor

Kemampuan ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi, karena
biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami
penurunan, yang pada akhirnya pendapatan dari devisa pun berkurang.

5. Dampak Inflasi Terhadap Efisiensi

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli
harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka
menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang
dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan
wujud.

B. Inflasi Dalam Ekonomi Syariah

Dalam sistem ekonomi Islam inflasi bukan merupakan suatu masalah utama ekonomi
secara agregat, karena mata uangnya stabil dengan digunakannya mata uang dinar dan
dirham. Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai
nominal dinar itu mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas dalam
jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Menurut para ekonom
Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena: Menimbulkan gangguan
terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka,
dan fungsi dari unit perhitungan. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung dari masyarakat. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang- barang mewah. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-
produktif, yaitu penumpukkan kekayaan seperti : tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, peternakan,
pertambangan, industrial, perdagangan, transportasi, jasa dan lainnya.

Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364 M – 1441 M), menggolongkan inflasi dalam
dua golongan yaitu: Natural Inflation Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah,
di mana orang tidak mempunyai kendali. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah
inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya permintaan
agregatif (AD). Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan:
dimana: M = Jumlah Uang Beredar

V = Kecepatan Peredaran Uang

P = Tingkat Harga

T = Jumlah Barang Dan Jasa

Y = Tingkat Pendapatan Nasional (GDP)

maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai: Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa
yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya T↓ sedangkan M dan V tetap,
maka konsekuensinya P↑. Maksudnya jika barang dan jasa yang dihasilkan sedikit tetapi
uang yang ada di masyarakat banyak, maka untuk memperoleh barang dan jasa tersebut
masyarakat harus membaya dengan harga lebih karena keterbatasan barang dan jasa tersebut.
Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada nilai
impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↓ sehingga jika V dan
T tetap maka P↑. lebih jauh, jika dianalisis dengan persamaan :

dimana : Y = Pendapatan Nasional

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah

(X-M) = Net Export

maka : Natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu: Akibat uang
yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X↑) sedangkan impor (M↓)
sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan
Agregatif (AD↑)

Contoh :

Pada masa khalifah Umar ibn Khattab, kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar
negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit nilainya daripada nilai barang-
barang yang mereka jual, sehingga mereka mendapat keuntungan. Keuntungan yang berupa
kelebihan uang tersebut dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat akan naik (AD↑). Naiknya permintaan agregat akan membuat kurva AD bergeser
ke kanan dan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan (P↑). Kemudian,
yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab dalam mengatasi masalah tersebut adalah beliau
melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang selama 2 ( dua) hari berturut-
turut. Akibatnya adalah turunnya permintaan agregat (AD↓) dan tingkat harga menjadi
normal. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya panceklik, perang,
ataupun embargo.

Contoh :
Pada saat pemerintahan Umar ibn Khattab pernah terjadi masapanceklik yang mengakibatkan
kelangkaan gandum, diibaratkan pada grafik sebagai kurva AS yang bergeser ke kiri (AS↓)
yang mengakibatkan naiknya harga-harga (P↑). Yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab
dalam mengatasi permasalahn ini, beliau melakukan impor gandum dari Mesir, sehingga
penawaran agregat (AS) barang di pasar kembali naik (AS↑) yang kemudian berdampak pada
penurunan harga-harga (P↓).

Human Error Inflation adalah inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia yang
menyimpang atau melanggar dari aturan dan kaidahkaidah syariah. Sebagaimana firman
Allah swt yang artinya: “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. ArRum:41)

Human Error Inflation dalam sistem syariah dapat dikelompokkan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut: Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and bad
Administration).

Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu
tingkat harga (P↑) karena para produsen akan menaikkan hargajual produksinya untuk
menutupi biaya-biaya yang telah mereka keluarkan. Harga yang terjadi terdistorsi oleh
komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi
(high cost economy). Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan
merugikan masyarakat secara keseluruhan. Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan
terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan
kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓). Firman Allah swt: ...dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan "(Q.S. Asy-Syu'ara: 183) ".

Pajak yang berlebihan (excessive tax)

Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama
dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada
kurva penawaran agregatif (AS↓). Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan
yang berlebihan (excessive seignorage).

Seignorage adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya
di mana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Para
otoritas moneter di negara-negara Barat umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan
menghasilkan keuntungan bagi pemerintah. Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan
uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara
keseluruhan (inflasi). Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jualbeli) dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal kecil. Perilaku sogok-menyogok (risywah). Sogok- menyogok akan
menyebabkan biaya tinggi setiap transaksi, dimana biaya akan digeser ke tingkat harga
sehingga harga barang dan jasa akan naik.
Penimbunan barang (ihtikar)

Penimbunan barang akan menyebabkan suplay barang ke pasar akan tersendak yang
mendorong terjadinya kelangkaan. Kelangkaan barang akan mendorong permintaan yang
tidak terkontrol sehingga akan mendorong tingkat harga.

Emotional Market

Permintaan yang tinggi terhadap barang dan jasa karena isu-isu, kegiatan keagamaan,
atau terkait dengan budaya atau perilaku. Hal ini akan mendorong permintaan agregat
terhadap barang dan jasa sehingga mendorong kenaikan harga. Konsep dan Mekanisme
Harga Dalam Islam Mekanisme Harga Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas
dasar gaya tarik menarik antara konsumen dan produsen baik dari pasar Output (barang dan
jasa) ataupun input (faktor-faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang
yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu. Harga yang adil merupakan harga
(nilai barang) yang dibayar untuk objek yang sama diberikan, pada waktu dan tempat yang
diserahkan barang tersebut. Definisi harga yang adil juga bisa diambil dari konsep Aquinas
yang mendefinisikannya dengan harga kompetitif normal. Yaitu harga yang berada dalam
persaingan sempurna yang disebabkan oleh supply dan demand dimana tidak ada unsur
spekulasi.

C. Cara Mengatasi Inflasi

Indonesia bisa mengendalikan inflasi dengan beberapa cara seperti kebijakan moneter
dan fiskal

1. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter yaitu kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai


pemegang otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar untuk mencapai
kestabilan ekonomi. Kebijakan moneter bisa berupa:

 Politik diskonto atau discount policy dilakukan dengan cara menaikkan atau
menurunkan suku bunga. Menaikkan suku bunga bisa mengurangi jumlah uang
beredar sedangkan menurunkannya dapat menambah jumlah uang yang beredar.
 Politik pasar terbuka atau open market policy dilakukan dengan membeli atau
menjual surat berharga dengan tingkat suku bunga tertentu. Membeli surat berharga
artinya memberi pengaruh untuk menambah jumlah peredaran uang. Dengan
menjualnya maka uang banyak yang ditarik dari peredaran.
 Politik cadangan kas atau cash ratio policy dengan menentukan jumlah cadangan kas
minimum yang ada di bank umum. Tujuannya supaya kredit yang diberikan pada
masyarakat dapat dikendalikan untuk memengaruhi jumlah uang edar.
 Kebijakan kredit selektif dilakukan dengan memberikan 5C yaitu Character, Capacity,
Collateral, Capital dan Condition. Tujuannya, membatasi pemberian kartu kredit pada
masyarakat.
 Kebijakan dorongan moral dengan pengumuman, pidato dan edaran berupa ajakan
atau larangan kepada bank umum dan pelaku moneter lainnya untuk menahan atau
melepaskan pinjaman dan tabungan.

2. Kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran


negara. Ada empat instrumen yang diterapkan pemerintah:

 Sistem perpajakan yaitu dengan menaikkan tarif pajak untuk memperkuat kas
pemerintah dan memperbesar pengeluaran yang sifatnya umum. Atau dengan
mengurangi pajak untuk memberi kesempatan perusahaan berinvestasi sekaligus
meningkatkan konsumsi.
 Politik anggaran yaitu anggaran berimbang dan tidak berimbang. Anggaran
berimbang dilakukan dengan menyamakan pengeluaran dan penerimaan dalam
APBN. Caranya dengan meningkatkan disiplin dan kepastian anggaran.
 Untuk anggaran tidak berimbang dibagi atas defisit dan surplus. Defisit dilakukan
untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Sementara anggaran surplus dilakukan untuk
menekan inflasi karena kelebihan jumlah uang yang beredar.
 Pinjaman pemerintah dilakukan dengan menjual Surat Utang Negara (SUN).
Kebijakan ini diambil dengan tujuan membiayai pengeluaran pemerintah dan
sekaligus menekan laju inflasi di masyarakat.

KESIMPULAN

Dalam teori konvensional inflasi ialah gejala kenaikan harga barangbarang yang
bersifat umum dan terus menerus. Inflasi disebabkan oleh dua hal, yaitu, inflasi tarikan
penawaran (demand full inflation), dan inflasi desakan biaya ( Cost push inflation).
Disamping hal tersebut dalam Islam inflasi disebabkan tiga keadaan yaitu pertama, natural
inflation yang diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai
kendali dalam menekan inflasi. Kedua human error inflation human sebagai inflasi yang
diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Ketiga, emotional market, yaitu
permintaan yang tinggi terhadap barang dan jasa karena isu-isu, kegiatan keagamaan, atau
terkait dengan budaya atau perilaku. Dampak dari inflasi ialah menurunnya tingkat
kesejahteraan rakyat. Makin buruknya distribusi pendapatan, dan,terganggunya stabilitas
ekonomi. Di dalam pandangan ekonom muslim, inflasi,dapat menimbulkan gangguan,
melemahkan semangat masyarakat untuk,menabung, meningkatkan kecendrungan berbelanja,
dan mengarahkan,Masyarkat untuk berinvestasi ke sektor non produktif. Cara mencegahnya
dengan menggunakan kebijakan moneter, fiskal, dan output yang dilakukan oleh pemerintah
serta perbaikan perilaku moral pejabat dan masyarakat.

Kebijakan moneter merupakan instrumen penting kebijakan politik dalam sistem


ekonomi, baik modern maupun Islam. Perbedaan yang mendasar terletak pada tujuan dan
larangan bunga dalam Islam. Syarat tercapai dan terjamin berfungsinya sistem moneter secara
baik adalah otoritas moneter harus melakukan pengawasan kepada keseluruhan sistem.
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi makro yang sangat
penting dalam kaitan dengan pencapaian target inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena dalam upaya mengatasi inflasi, kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah dapat
melakukan berbagai kebijakan ekonomi makro untukmencapai target inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian maka dapat ditegaskan pada bagian akhir ini bahwa
demikian pentingnya peran pemerintah dan Negara untuk mengambil berbagai kebijakan
ekonomi dalam rangka mempertahankan stabilitas ekonomi sesuai dengan tantangan yang
dihadapi saat ini dan di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Depok: Gramata Publishing, 2010

Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2010

Aravik, Havis. (2017). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Jakarta: Kencana.

Asturi. Wulan, (2013). Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Ekspor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Jurnal Al-Iqtishad, Vol. V, No. 2 Edisi Juli 2013.

Huda, Nurul dkk. “Ekonomi Makro Islam”; Pendekatan Teoritis. Kencana: Jakarta, 2009

Islahi, Abdul Azim, Economic Consepts Of Ibn Taimiyah, London, The Islamic Fondation,
1988

Nasution, Mustafa Edwin, dkk., Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006

Rahardja, Prahtama dan Manurung, Mandala, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan
Makro Ekonomi), Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004

Reksoprayitno, Soediyono. “Ekonomi Makro”; Analisis IS-LM dan PermintaanPenawaran


Agregatif. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 2000

Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2002

Anda mungkin juga menyukai