Diajukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dosen
Pengampu : Qoriati Mushafanah S.Pd. M.Pd
Oleh :
Nur Puji Fitriana (16120237)
Alfian Eko P. (16120266)
PGSD 5F
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah perpustakaan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan pada masa sebelum dan sesudah masehi?
3. bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan pada abad pertengahan dan abad XVII?
4. Bagaimana perkembangan perpustakaan klasik di berbagai negara berkembang?
5. Bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sejarah perpustakaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan pada masa sebelum dan
sesudah masehi.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan pada abad pertengahan
dan abad XVII.
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan klasik di berbagai Negara
berkembang.
5. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud: 1980). Istilah perpustakaan itu sendiri adalah sebuah
ruangan bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan
buku dan tertiban lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan
pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki: 1991,3).
Istilah perpustakaan memang bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita di masa sekarang
ini. Istilah ini begitu populer, bahkan orang non-akademis pun mengerti bahwa perpustakaan
adalah tempatnya buku. Tempat Pustaka ini di cetus sudah sejak sebelum masehi, namun pada
koleksinya masih berupa lempengan, tanah liat dan daun lontar. Seiring berjalannya waktu,
perpustakaan mulai berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan bahasa, tulisan
dan media yang digunakan. Perkembangan perpustakaan mulai dari hanya tumpukan koleksi
lempengan dan tanah liat menjadi koleksi gulungan yang diberi tanda sebagai fungsi katalogisasi
lalu berkembang menjadi incunabula yang koleksinya sudah mulai memakai tanda sebagai
identitas dan berkembang seperti sekarang ini. Perkembangan sejak zaman dahulu inilah yang
disebut dengan Sejarah Perkembangan Perpustakaan.
B. Sejarah Perkembangan Perpustakaan Sebelum dan Sesudah Masehi
a. Sebelum Masehi
Jauh sebelum buku dikenal banyak orang, istilah perpustakaan juga belum banyak
diketahui orang. Tapi bisa dipastikan bahwa perkembangan perpustakaan tidak dapat dari sejarah
manusia, karena perpustakaan merupakan produk manusia itu sendiri. Pada masa awal
perkembangan berpikir manusia, hidup yang nomaden berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain.
Pengalaman yang didapat dari cara hidup nomaden dan kebutuhan informasi antar sesama
tersebut membuat mereka berpikir dan merekayasa bagaimana cara menyampaikan pesan agar
bisa diterima kerabatnya. Bermula dari kebutuhan itu, mereka memilih cara menuliskan pesan
yang berupa sandi atau isyarat di batu-batu, daun-daun lontar, batu atau pohon yang dipahatkan.
Berangsur-angsur komunikasi tidak hanya terjadi pada satu kelompok saja, melainkan juga
meluas kepada antarkelompok, dan bahasa yang digunakan sudah menggunakan bahasa lisan dan
tulisan.
Perpustakaan pada masa lalu berjumlah seperti yang kita ketahui sekarang ini, tapi atmosfer
pembentukannya sudah mulai tampak. Terbukti ada tulisan atau tanda yang dipahatkan di pohon
atau batu atau benda lain yang digunakan sebagai cantuman (record) mengenai apa yang
dikatakan manusia maupun yang diketahui seseorang pada masa lalu. Sehingga pesan yang
dicantumkan ini bisa dibaca atau diketahui pula oleh orang lain, bisa pula diteruskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan bukti arkeologis, diketahui bahwa perpustakaan
pada awal mulanya tidak lain berupa kumpulan catatan transaksi niaga. Dengan kata lain,
perpustakaan purba tidak lain merupakan sebuah kemudahan untuk menyimpan catatan niaga.
Dengan demikian, perpustakaan dan arsip pada awalnya bersumber dari kegiatan yang sama dan
untuk kemudian terpisah.
Disebutkan diatas bahwa manusia berusaha mencatat kegiatannya dengan cara memahatnya pada
kayu, batu, dan lempengan. Lambat laun catatan itu dianggap kurang praktis krena sulit
digunakan dan sukar disimpan. Karena catatan pada lempengan tanah liat itu dianggap kurang
praktis, manusia berusaha menemukan alat tulis yang lebih baik daripada alat tulis periode
sebelumnya.
Pada sekitar tahun 2500 SM, di Mesir terdapat sebuah temuan sederhana, tapi memiliki pengaruh
besar bagi peradaban manusia, yaitu penemuan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat dari
sejenis rumput yang tumbuh disepanjang sungai Nil. Rumput tersebut dihaluskan dengan cara
ditumbuk, lalu diratakan, kemudian dikeringkan dan digunakan untuk menulis dengan
menggunakan pahatan dan tinta. Dari kata papyrus itu berkembanglah istilah paper, papiere,
papiros, yang berati kertas.
b. Sesudah Masehi
Penemuan kertas dari rumput papirus ini dianggap penting bagi manusia, karena serat
selulosenya menjadi landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman modern. Hingga sekitar
700-an M, papirus masih digunakan sebagai bahan tulis, kemudian mulai digunakan bahan lain
seperti kulit binatang, besi, dan sebagainya.
Sekitar abad pertama masehi, sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan
dewasa ini telah ditemukan di Cina. Namun, karena ketatnya seleksi penguasa Cina terhadap
semua barng yang keluar masuk Cina, temuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga tahun
1150-an. Sebelum temuan di Cina, di Eropa sudah digunakan kulit binatang (kambing, domba,
biri-biri, sapi, dan binatang lain) yang disebut parchment. Kata parchment berasal dari
Pergamum, sebuah kota kecil di Asia Kecil tempat parchment pertama kali digunakan.
Parchment digunakan sebagai bahan tulis sebelum kertas ditemukan. Bahan tulis lain disebut
vellum yang terbuat dari kulit sapi atau kambing dan digunakan untuk menulis dan menjilid
buku. Bahan ini banyak digunakan pada awal mula penerbitan di Eropa. Semua itu layak
dijadikan bahan tulis karena selain awet, juga tidak mudah rusak, meskipun harganya sedikit
mahal. Karena itulah buku yang ditulis pada kulit binatang menjadi peninggalan langka yang
mahal harganya. Namun, karena Eropa Barat baru dikenal pada abad ke-15, maka perkembangan
perpustakaannya berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal, sementara teknik percetakan
masih primitif, di Eropa Barat sudah dikenal sejenis terbitan bernama incunabula, yaitu buku
yang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak (movable type) sebelum tahun 1501. Semua
itu merupakan bahan tulis yang bagus, kuat, dan tahan lama, tapi untuk membuatnya
memerlukan waktu yang lama dan prooduknya terbatas. Karena itu, perpustakaan terutama di
Eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan lazim yang disebut manuskrip. Manuskrip pada
umumnya berbentuk gulungan atau scroll. Sebelum itu orang Eropa telah berhasil membuat buku
dalam bentuk lembaran yang dijilid yang diletakan diantara dua papan kayu dan dilapisi dengan
kulit binatang. Buku semacam ini disebut dengan codex atau codice yang artinya blok kayu
daam bahasa Yunani.
Dari pernyataan diatas, nyatalah bahwa pada masa itu peradaban Cina jauh lebih maju
dibanding peradaban Eropa. Misalnya, dlam hal cetak mencetak orang-orang Cina telah
menemukan sejenis bentuk cetakan berupa cetakan pada blok kayu. Blok kayu ini kemudian
diolesi tint, kkemudian diteka keras-keras pada secarik kertas. Hasilnya ialah cetakan akasara
pada sehelai kertas. Teknik tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi tipe gerak, yang bisa
memindahkan aksara ke blok lain.
Teknik tersebut baru dikenal di Eropa Barat sekitar tahun 1440, saat Johannes Gutenberg
dari kota Mainz, Jerman mencetak buku dengan tipe cetak gerak. Setiap aksara dilebur ke dalam
logam, kemudian dipindahkan ke dasar mesin press lalu diberi tinta. Kemudian ditaruh kertas
diatasnya lalu digulung dengan lempeng pemberat. Sejak temuan Gutenberg ini pembuatan
manuskrip yang semula ditulis dengan tangan kini dapat digandakan dengan mesin cetak.
Namun, karena teknik percetakannya masih sederhana, maka hasilnya pun masih sederhana bila
dibandingkan dengan cetakan buku sekarang. Buku yang diterbitkan pada masa ini hingga abad
ke-16 dikenal dengan nama incunabula (Sulistyo Basuki:1991)
Mesin cetak temuan Gutenberg kemudian dikembangkan lagi sehingga mulai abad ke-16
percetakan buku dalam waktu singkat mempu menghasilkan ratusan eksemplar. Hasilnya bagi
perpustakaan ialah terjadi revolusi perpustakaan. Artinya, dalam waktu singkat perpustakaan
diisi sengan buku cetak. Revolusi yang mirip sama terjadi hampir 400 tahun kemudian, ketika
buku mulai digantikan bentuk elektronik. Dari Jerman, mesin cetak kemudian tersebar keseluruh
Eropa. Kemudian dibawa lagi ke Asia tempat mesin cetak.
Penyebaran teknik dan keahlian cetak itu tersebar ke seluruh Eropa bersamaan dengan
lahirnya paham baru yang timbul akibat Renaissance. Timbullah aliran Romantik yang
mementingkan logika dalam berbagai temuan dan usaha menentang dominasi gereja di segala
bidang. Bentuk penentangan ini mendapat bantuan pesat berkat adanya mesin cetak. Ketika
Martin Luther menempelkan protesnya di gereja Wittenberg pada tahun 1517, Luther
menempelkan protes tercetak. Inilah hasil sampingan ditemukannya mesin cetak serta
dampaknya terhadap perpustakaan (Sulistyo Basuki: 1991).
Mesin cetak yang diasosiasikan dengan buku menimbulkan dampak sosial yang besar,
misalnya tentang alasan buku diterbitkan. Ada buku yang diterbitkan karena alasan pribadi,
namun ada juga terbit karena pertimbangan lain. Misalnya, bila sebuah negara berada dibawah
kekuasaan yang mutlak, berbagai pengarang menulis buku dengan tujuan menentang tirani. Hal
ini sering berakhir dengan pelarangan buku yang menentang kekuasaan. Alasan lain menulis
buku ialah untuk mata pencaharian. Banyak orang hidup hanya dari menulis buku saja. Misalnya,
para sastrawan dan penulis novel. Alasan lain menulis buku ialah melakukan komunikasi formal
antara penulis dengan pembacanya.
f. Arab
Agama Islam muncul pada abad ke-7, dan mulai menyebar ke sekitar daerah Arab. Dengan cepat
pasukan Islam menguasai Syria, Babilonia, Mesopotamia, Persia, Mesir, seluruh bagian utara
Afrika, dan menyebrang ke Spanyol. Orang Arab berhasil dalam bidang perpustakaan dan
berjasa besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika di Eropa.
Pada abad ke-8 dan ke-9, ketika Konstantinopel mengalami kemandegan dalam hal karya
sekuler, Bagdad berkembang dan menjadi pusat kajian karya Yunani. Ilmuwan muslim mulai
memahami pikiran Aristoteles. Ilmuwan muslim mengkaji dan menerjemahkan karya filsafat,
pengetahuan, dan kedokteran Yunani ke dalam bahasa arab, kadang kadang dari versi bahasa
syriac ataupun aramaic. Puncak keemasanpun terjadi pada masa pemerintahan Abbasiyah Al-
Makmun, yang mendirikan “rumah kebijakan”, yaitu sebuah lembaga studi yang
menggabungkan unsur perpustakaan, akademi, dan biro terjemahan, pada tahun 810. Selama
Abad ke-8, ilmu alam, matematika, dan kedokteran benar-benar dipelajari. Karya Plato,
Aristoteles, Hippocrates, dan Galen juga diterjemahkan ke dalam bahasa arab, ternasuk pula
penelitian asli dala bidang astrologi, alkemi, dan magis. Dalam penaklukan ke timur, orang Arab
berhasil mengetahui cara pembuatan kertas dari orang Cina, pada abad ke-8 di Bagdad trlah
berdiri pabrik kertas. Teknik pembuatan kertas selama hampir lima abad dikuasai orang Arab.
Karena harganya murah, dan mudah ditulis, maka produksi buku melonjak dan perpustakaanpun
berkembang. Begitupun perpustakaan mesjid dan lembaga pendidikan. Perpustakaan kota Shiraz
memiliki katalog, disusun menurut tempat dan dikelola oleh staff perpustakaan. Pada abad ke-
11, perpustakaan Kairo memiliki sekitar 150.000 buku.
Di Spanyol, orang Arab mendirikan perpustakaan Cordoba yang memiliki 400.000 buku.
Di perpustakaan Cordoba, Toledo, dan Seville, karya klasik diterjemahkan ke dalam bahasa arab
dari bahasa syriac. Ketika Spanyol direbut tentara kristen, ribuan karya klasik ini diketemukan,
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan disebarkan keseluruh Eropa (Sulistyo
Basuki: 1991)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpustakaan adalah ruang atau tempat yang menyediakan berbagai sumber informasi
yang sengaja disediakan untuk para pengunjung dan pengguna perpustaakaan. Perpustakaan
sudah dimulai sejak zaman purba yang koleksinya masih berupa tanah liat dan lempeng batu,
bahasa dan penulisannya pun masih dalam huruf pictograph yang kemudian seiring berjalannya
waktu manusia mulai menemukan bahasa dan tulisan, yang mula mula masih berbentuk huruf
paku yang kemudian disempurnakan. Koleksi perpustakaanya pun berkembang mulai dari
penggunaan daun lontar, kulit hewan, papyrus dan kemudian buku yang disebut incunabula.
perkembangan koleksi, bahan, bahasa dan penulisan ini memicu perkembangan perpustakaan.
perkembangan gedung, sarana dalam perpustakaan, katalogisasi, fungsi dan tujuan dari
perpustakaan itu sendiri.
Sejarah Perkembangan Perpustakaan ini dibedakan pada sejarah dunia dan Indonesia. Pada
sejarah perkembangan perpustakaan dunia terdiri atas sejarah sebelum dan sesudah masehi, abad
pertengahan, abad XVII dan perkembangan perpustakaan di Negara Negara berkembang di
Dunia. Pada Sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia terdiri atas sejarah Awal, pada
zaman kerajaan local, zaman Belanda dan Jepang, Periode 1945-1950, dan zaman peralihan di
Indonesia.
B. Daftar Pustaka
Wiji Suwarno. 2010. Pengetahua Dasar Kepustakaan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Wiji Suwarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat.Bogor: Pasanobor Indonesia
Dr. Karmidi Martoatmodjo. 1998. Manajemen Perpustakaan Khusus. Universitas Terbuka
Dr. Sulistyo Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Universitas Terbuka