DAFTAR ISI
BAB I
A. Latar Belakang Makalah
B. Rumusan Masalah
BAB II
A. Pengertian Sejarah Perpustakaan
B. Sejarah Perkembangan Perpustakaan Sebelum dan Sesudah Masehi
C. Sejarah Perkembangan Perpustakaan Abad Pertengahan dan Abad XVII
D. Sejarah Perkembangan Perpustakaan Klasik di Berbagai Negara
E. Sejarah Perkembangan Perpustakaan di Indonesia
BAB III
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Perpustakaan adalah ruang atau tempat yang menyediakan berbagai
sumber informasi yang sengaja disediakan untuk para pengunjung dan pengguna
perpustaakaan. Perpustakaan juga merupakan satuan unit kerja yang memiliki
Sumber Daya Manusia, ruang khusus, yang substansinya merupakan sumber
informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa layanannya.
Sebagai pusat sumber daya informasi, bahan pustaka yang ada di perpustakaan
perlu ditata dan dikelola sebaik mungkin demi memudahkan para pengguna dalam
mendapatkan informasi yang diperlukan. Namun seiring perkembangan zaman
yang pesat ini sumber informasi tak lagi hanya melalui buku dan bahan pustaka
cetak tapi juga di dunia maya yang sangat mudah diakses melalui internet,
computer dan gadget yang dimiliki semua orang. Konsekuensi dari perkembangan
itu adalah tuntunan bagi perpustakaan untuk selalu berkembang pula
mengikutinya dengan berupaya memberikan layanan terbaik bagi pengguna
perpustakaan. perkembangan teknologi yang dimanfaatkan di perpustakaan cukup
menunjang sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan, hal ini semakin
mempermudah para pengguna dan pengunjung perpustakaan untuk mencari
sumber informasi sesuai kebutuhan dan keperluan. Karena perkembangan
perpustakaan yang pesat pada zaman modern ini orang orang mulai melupakan
bagaiaman sejarah perpustakaan, keadaan dan kondisi perpustakaan pada masa
lalu. Temuan dan hasil karya masa silam yang mulai berkembang pada generasi
berikutnya dan seterusnya merupakan ilmu pengetahuan sejarah yang penting
untuk diingat. Pada masa manusia belum mengenal tulisan dan kertas manusia
sudah memikirkan adanya perpustakaan. Maka penulis mengangkat judul sejarah
perpustakaan dunia dan sejarah perpustakaan Indonesia dalam makalah ini sebagai
wujud informasi yang membantu mengingat sejarah bagaimana kondisi dan
keadaan perpustakaan pada masa lalu di lingkup wilayah dunia dan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah perpustakaan?
4. Bagaimana perkembangan perpustakaan klasik di berbagai negara di dunia?
5. Bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sejarah perpustakaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan klasik di
berbagai Negara.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan perpustakaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud: 1980). Istilah
perpustakaan itu sendiri adalah sebuah ruangan bagian sebuah gedung ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan tertiban lainnya
yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,
bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki: 1991,3).
Istilah perpustakaan memang bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita di
masa sekarang ini. Istilah ini begitu populer, bahkan orang non-akademis pun
mengerti bahwa perpustakaan adalah tempatnya buku. Tempat Pustaka ini di cetus
sudah sejak sebelum masehi, namun pada koleksinya masih berupa lempengan,
tanah liat dan daun lontar. Seiring berjalannya waktu, perpustakaan mulai
berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan bahasa, tulisan dan
media yang digunakan. Perkembangan perpustakaan mulai dari hanya tumpukan
koleksi lempengan dan tanah liat menjadi koleksi gulungan yang diberi tanda
sebagai fungsi katalogisasi lalu berkembang menjadi incunabula yang koleksinya
sudah mulai memakai tanda sebagai identitas dan berkembang seperti sekarang
ini. Perkembangan sejak zaman dahulu inilah yang disebut dengan Sejarah
Perkembangan Perpustakaan.
Perpustakaan sudah dikenal sejak 300 tahun yang lalu. Penggalian dibekas
kerajaan Sumeria menunjukkan bahwa bangsa Sumeria sekitar 3000 tahun SM
telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, pengetahuan yang mereka peroleh
dalam bentuk lempeng tanah liat (clay tablets). Tulisan yang digunakan masih
berupa gambar (pictograph), kemudian dikembangkan menjadi tanda fonetik.
dengan berkembangnya tulisan, maka pujangga Sumeria mampu menuangkan
pikiran dan gagasan mereka ke dalam aksara Sumeria. Tulisan tersebut dilakukan
pada lempengan, prisma dan tanah liat. Jadinya caranya dengan menulis pada
lempengan tanah liat yang masih empuk karena diberi air yang kemudian di
keringkan dengan bantuan sinar matahari. Hasil tulisan ini disimpan di
perpustakaan kuil, pemerintahan dan pribadi. ini berarti sekitar tahun 2700 SM
orang orang Sumeria telah mengenal perpustakaan sebagai penyimpan
kebudayaan mereka. Gagasan itu kemudian ditiru oleh tenagga Sumeria ialah
kerajaan Babylonia. Berkat kegigihan mereka, maka bahasa Babylonia yang
ditulis dalam tulisan Cuneiform menjadi bahasa diplomatic di kawasan Timur
Tengah. Kebudayaan Sumeria termasuk kepercayaan, praktik keagamaan dan
tulisan Sumeria kemudian diubah menjadi tulisan paku (cunciform) karena mirip
paku.
b. Mesir
Pada masa yang hampir bersamaan, peradaban Mesir Kuno pun mengalami
perkembangan misalnya perpustakaan Khufu, raja dari Dinasti keempat dan
perpustakaan Khafre, pembangunan pyramid yang kedua. koleksi perpustakaan
mesir dihitung dalam hitungan gulungan papyrus. Teks tertulis paling awal yang
ada di perpustakaan Mesir berasal dari sekitar tahun 4000 SM, namun gaya
tulisanya berbeda dengan gaya tulisan Sumeria. Orang Mesir menggunakan
tulisan yang disebut hieroglyph. Tujuan hieroglyph ialah memahatkan pesan
terakhir di monumen untuk mengagungkan raja. Sementara tulisan yang ada
ditembok dan monumen dimaksudkan untuk memberikan kesan kepada dunia.
Perpustakaan di Mesir bertambah maju berkat penemuan penggunaan
rumput papyrus sekita tahun 1200 SM. Untuk membuat lembar papirus, isi batang
papirus dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu demi satu
dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisan kemudian dilekatkan dengan lem,
ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata. Dengan demikian,
permukaan lembaran papirus dapat digunakan sebagai bahan tulis. Sedangkan alat
tulisnya berupa pena sapu dan tinta. Umumnya tulisan hieroglyph hanya dipahami
oleh pendeta, karena itu papirus banyak ditemukan di kuil-kuil berisi
pengumuman resmi, tulisan keagamaan, filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan perpustakaan Mesir terjadi semasa raja Khufu, Khafre, dan
Ramses II sekitar tahun 1250 SM. Perpustakaan raja Ramses II memiliki koleksi
sekitar 20.000 buku (Sulistyo Basuki:1991).
c. Yunani
Kaisar Konstantin Agung menjadi raja Roma Barat dan Timur pada tahun 324.
Ia memilih ibukota di Byzamtium, kemudian diubah menjadi Konstantinopel. Ia
mendirikan perpustakaan kerajaan dan menekankan karya Latin, karena bahasa
Latin merupakan bahasa resmi hingga abad ke-6. Koleksi ini kemudian ditambah
dengan koleksi Kristen dan non-Kristen, baik dalam bahasa Yunani maupun Latn.
Koleksinya tercatat hingga 120.000 buku. Waktu itu gereja merupakan pranata
kerajaan yang paling penting. Karena adanya ketentuan bahwa seorang uskup
harus memiliki sebuah perpustakaan, maka perpustakaan gereja berkembang.
Kerajaan Byzantium kaya, berpenduduk padat, secara kultural, intelektual, dan
politiknya cukup matang, yang diperkaya oleh ajarn Yunani dan Timur serta
dipengaruhi tradisi Roma dalam pemerintahan. Kerajaan ini bertahan hingga abad
ke-15. Pada pertengahan abad ke-7 hingg abad ke-9, terjadi kontroversi
mengenai ikonoklasme yaitu penggambaran yesus dan oarng kudus lainnya pada
benda. Akibat larangan ini, banyak biara ditutup dan hartanya disita, dan
kemudian biarawan Yunani mengungsi ke Italia. Selama periode ini, hiasan
manuskrip dengan menggunakan huruf hias, gulungan maupun miniatur tidak
digunakan dalam karya keagamaan maupun Bibel. Setelah kontroversi berakhir,
minat terhadap karya Yunani Kuno berkembang lagi. Selama 300 tahun karya
Yunani disalin, ditulis kembali, diberi komentar, dibuatkan ringkasan sastra
Yunani bahkan juga dikembangkan ensiklopedia dan leksikon mengenai Yunani
(Sulistyo Basuki: 1991).
f. Arab
Agama Islam muncul pada abad ke-7, dan mulai menyebar ke sekitar
daerah Arab. Dengan cepat pasukan Islam menguasai Syria, Babilonia,
Mesopotamia, Persia, Mesir, seluruh bagian utara Afrika, dan menyebrang ke
Spanyol. Orang Arab berhasil dalam bidang perpustakaan dan berjasa besar dalam
penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika di Eropa.
Pada abad ke-8 dan ke-9, ketika Konstantinopel mengalami kemandegan
dalam hal karya sekuler, Bagdad berkembang dan menjadi pusat kajian karya
Yunani. Ilmuwan muslim mulai memahami pikiran Aristoteles. Ilmuwan muslim
mengkaji dan menerjemahkan karya filsafat, pengetahuan, dan kedokteran Yunani
ke dalam bahasa arab, kadang kadang dari versi bahasa syriac ataupun aramaic.
Puncak keemasanpun terjadi pada masa pemerintahan Abbasiyah Al-Makmun,
yang mendirikan “rumah kebijakan”, yaitu sebuah lembaga studi yang
menggabungkan unsur perpustakaan, akademi, dan biro terjemahan, pada tahun
810. Selama Abad ke-8, ilmu alam, matematika, dan kedokteran benar-benar
dipelajari. Karya Plato, Aristoteles, Hippocrates, dan Galen juga diterjemahkan ke
dalam bahasa arab, ternasuk pula penelitian asli dala bidang astrologi, alkemi, dan
magis. Dalam penaklukan ke timur, orang Arab berhasil mengetahui cara
pembuatan kertas dari orang Cina, pada abad ke-8 di Bagdad trlah berdiri pabrik
kertas. Teknik pembuatan kertas selama hampir lima abad dikuasai orang Arab.
Karena harganya murah, dan mudah ditulis, maka produksi buku melonjak dan
perpustakaanpun berkembang. Begitupun perpustakaan mesjid dan lembaga
pendidikan. Perpustakaan kota Shiraz memiliki katalog, disusun menurut tempat
dan dikelola oleh staff perpustakaan. Pada abad ke-11, perpustakaan Kairo
memiliki sekitar 150.000 buku.
Di Spanyol, orang Arab mendirikan perpustakaan Cordoba yang memiliki
400.000 buku. Di perpustakaan Cordoba, Toledo, dan Seville, karya klasik
diterjemahkan ke dalam bahasa arab dari bahasa syriac. Ketika Spanyol direbut
tentara kristen, ribuan karya klasik ini diketemukan, kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa latin dan disebarkan keseluruh Eropa (Sulistyo Basuki: 1991)
Pada sekitar tahun 695 M,, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari
1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha
melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.Di pulau Jawa,
sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini
karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai
karya sastra. Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang
memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul kemudian sembilan
parwasari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul
dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang
terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian
tersebut nyatabahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam media daun
lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu kerajaan.
Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya.
Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah
kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga menggubah kitab Hariwangsa
dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna dengan kitab
Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam resnayana. Semua kitab itu ditulis
diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap berada dalam
lingkungan keraton.
Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada
tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga
tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan
lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van
Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan
manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian
mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia.
c. Zaman Jepang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpustakaan adalah ruang atau tempat yang menyediakan berbagai
sumber informasi yang sengaja disediakan untuk para pengunjung dan pengguna
perpustaakaan. Perpustakaan sudah dimulai sejak zaman purba yang koleksinya
masih berupa tanah liat dan lempeng batu, bahasa dan penulisannya pun masih
dalam huruf pictograph yang kemudian seiring berjalannya waktu manusia mulai
menemukan bahasa dan tulisan, yang mula mula masih berbentuk huruf paku
yang kemudian disempurnakan. Koleksi perpustakaanya pun berkembang mulai
dari penggunaan daun lontar, kulit hewan, papyrus dan kemudian buku yang
disebut incunabula. perkembangan koleksi, bahan, bahasa dan penulisan ini
memicu perkembangan perpustakaan. perkembangan gedung, sarana dalam
perpustakaan, katalogisasi, fungsi dan tujuan dari perpustakaan itu sendiri.
Sejarah Perkembangan Perpustakaan ini dibedakan pada sejarah dunia dan
Indonesia. Pada sejarah perkembangan perpustakaan dunia terdiri atas sejarah
sebelum dan sesudah masehi, abad pertengahan, abad XVII dan perkembangan
perpustakaan di berbagai negara. Pada Sejarah perkembangan perpustakaan di
Indonesia terdiri atas sejarah Awal, pada zaman kerajaan seperti mataram dan
beberapa kerajaan besar di jawa maupun luar jawa, zaman Belanda dan Jepang,
Periode 1945-1950, dan zaman peralihan di Indonesia.
Daftar Pustaka
http://lailynurjannah.blogspot.com/2018/01/sejarah-perpustakaan-di-dunia-
dan.html
http://sudinpusarjakpus.jakarta.go.id/?p=6322
https://duniaperpustakaan.com/2016/08/sejarah-perpustakaan-di-indonesia.html
http://alfrogo.blogspot.com/2013/06/blog-post_22.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_perpustakaan
https://jaririndu.blogspot.com/2012/06/sejarah-perpustakaan-di-indonesia.html