Anda di halaman 1dari 33

Kertas/Paper

Setiap orang pasti membutuhkan secarik kertas untuk menulis.


Tanpa kertas, apalah arti sebuah pena. Dimana ada pena disitu ada
kertas. Melalui kertas kita menulis sesuatu yang ingin kita ungkapkan ,
kita bisa menulis sesuatu yang sangat penting dan tak mungkin bisa kita
ingat selamanya. Kertas berfungsi sebagai pencatat ilmu pengetahuan.
Permukannya yang halus, lembut dan bersih membuat kita berpikir,
bagaimana cara membuat kertas sehingga bisa sehalus dan selembut ini.
Kertas adalah bahan tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Pulp adalah hasil dari pemisahan
serat dai bahan baku berserat (kayu maupun nonkayu) melalui berbagai
proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Seratnya yang alami
dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas mempunyai banyak fungsi diantaranya, merupakan media


untuk menulis, mencetak, melukis, bahkan kertas pembersih (tissue).
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis
yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum
ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah
lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban
bangsa Sumeria, Prasasti daribatu, kayu, banbu, kulit atau
binatang, sutra bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada
naskah-naskah Nusantara beberapa abad lampau.
Setiap hari kita selalu menggunakan kertas, tapi apakah kita tahu
asal mula pembuatan kertas tersebut ?
Saat ini, kertas sudah begitu umum, sampai-sampai kita
menganggapnya biasa saja dan sulit membayangkan bagaimana jadinya
dunia tanpa kertas. Memandang begitu pentingnya penemuan kertas ini,
rasa-rasanya sangat aneh jika kita menyepelakan penemuan besar ini .
Didalam penulisan makalah ini, penulis membahas fase-fase
perkembangan kertas besertanya tokoh sentral dalam perkembangan
kertas ini.
Sejarah Kertas
Pada pembahasan ini penulis membagi perkembangan kertas menjadi 4
fase waktu, dimana fase-fase tersebut perkembangan kertas tersebut
sangat berpengaruh terhadap perkembangan peradaban manusia. Fase-
Fase perkembangan kertas tersebut adalah :

1. Sebelum ditemukannya kertas


2. Sesudah ditemukannya kertas
3. Sesudah ditemukannya mesin cetak
4. Kertas pada era modern

Fase-Fase Perkembangan Kertas

1. Sebelum ditemukannya kertas


Sebelum adanya kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet
dari tanah lempung yang dibakar. Selain tanah lempung mereka juga
menggunakan Prasati dari batu, kayu, bamboo, kulit atau tulang
binatang.Pada 105 sesudah Masehi dan seterusnya, pembuatan media
tulisan dibuat dari berbagai tanaman yang berserabut.Hal ini menyebar
ke Korea sampai ke Jepang.

Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papyrus sebagai media tulis


menulis.Penggunaan papyrus sebagai media tulis menulis ini digunakan
pada peradaban Mesir Kuno pada masa bangsa firaun kemudian
menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan
menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papyrus masih
dirasakan sangat mahal.Dari kata papyrus (papyrus) itulah dikenal
sebagai paper dalam bahasa inggris, papier dalam bahasa belanda,
bahasa jerman, bahasa perancis misalnya atau papel dalam bahasa
spanyol yang berarti kertas.

Di Cina sendiri, sebelum Ts’ai Lun menemukan kertas, kebanyakan


buku-buku terbuat dari bamboo.Jelas, buku-buku semacam itu sangat
berat dan sulit dibawa.Beberapa buku ditulis di atas sutra, tapi terlalu
mahal untuk keperluan umum. Di Dunia Barat, sebelum kertas
diperkenalkan, kebanyakan buku dituliskan diatas perkamen atau vellum,
yang dibuat dari kulit domba atau sapi yang diolah secara khusus.
Material ini menggantikan papyrus yang digemari orang-orang Yunani,
Romawi, dan Mesir.Tapi, baik perkamen maupun papyrus bukan hanya
langka, melainkan juga mahal dalam penyediannya.

2. Sesudah ditemukannya kertas


Tercatat dalam sejarah adalah peradaban China yang
menyumbangkan kertas bagi dunia.Adalah Tsai Lun yang menemukan
kertas dari bahan bamboo yang mudah didapat di seantero China pada
rahun 1012 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan
Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan
berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara
pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan
orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya
pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751
Masehi dimana para tawanan-tawanan peras mengajarkan cara
pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga di zaman
Abbsiayah, muncullah pusat-pusat industry kertas baik di Baghdad
maupun Samarkand dan kota-kota industry lainnya, kemudian menyebar
ke Italia dan India lalu Eropa khusunya setelah Perang Salib dan
jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol
serta ke seluruh dunia.
Penemu bahan kertas Ts’ai Lun (± 105) besar kemungkinan sebuah
nama yang asing kedengarannya di kuping pembaca. Memandang betapa
penting penemuannya, bagaimana dia diabaikan di Dunia Barat
merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan.Ada ensiklopedi besar
yang bahkan tidak memiliki satu artikel kecil sekali pun tentang Ts’ai
Lun, dan namanya jarang disebut dalam buku-bukuteks sejarah
standar.Memandang pentingnya kertas, tidak adanya rujukan tentang
Ts’ai Lun mungkin membangkitkan kecurigaan bahwa dia tokoh yang
keautentikannya diragukan.Tapi, Riset yang diteliti memastikan bahwa
Ts’ai Lun benar-benar ada, seorang pejabat di balairung kekaisaran Cina
yang—pada atau sekitar tahun 105—mempersembahkan contoh kertas
kepada Kaisar Ho Ti.
“Dia seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun
105 M mempersembahkan contoh kertas kepada Kaisar Ho Ti.Catatan
Cina tentang penemuan Ts’ai Lun ini (terdapat dalam penulisan sejarah
resmi dinasti Han) sepenuhnya terus terang dan dapat dipercaya, tanpa
sedikit pun bau-bau magis atau dongeng. Orang-orang Cina senantiasa
menghubungkan nama Ts’ai Lun dengan penemu kertas dan namanya
tersohor di seluruh Cina.”
“Tidak banyak yang diketahui soal kehidupan Ts’ai Lun.Catatan-catatan
dari Cina menyebutkan bahwa dia merupakan seorang kasim.Juga
tercatat bahwa Kaisar sangat terkesan dengan temuan Ts’ai Lund an
alhasil, dia dipromosikan.Dia menerima gelar kebangsawanan dan
mnejadi kaya raya.Belakangan, dia terlibat dalam sebuah intrik istana
dan yang akhirnya menjadi penyebab kejatuhannya.Catatan-catatan dari
CIna menyebutkan bahwa setelah nama baiknya tercemar, Ts’ai Lun
berinisiatif untuk mandi, mengenakan jubbah terbaiknya dan menenngak
racun.”

Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam
beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke negate-
negara Asia. Lama sekali Cina merahasiakan cara pembikinan kertas ini.
Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan
oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah
diproduksi di Baghdad dan Samarkand. Teknik pembikinan kertas
menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru abad ke-12 orang-orang Eropa
belajar teknik ini.Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang
luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas
menggantikan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.

3. Sesudah ditemukannya mesin cetak


Walaupun penemuan kertas pertama kali di Cina, namun tidak untuk
penemuan mesin cetak.Mesin cetak pertama kali ditemukan oleh Johann
Gutenberg (1400-1468). Namun sumber buku yang lain mengatakan
lain.

“Johann Gutenberg kerap disebut sebagai penemu alat cetak. Yang


sesungguhnya dia lakukan adalah mengembangkan metode pertama
penggunaan huruf cetak bergerak dan mesin cetak dengan cara yang
begitu rupa, sehingga memungkinkan berbagai macam materi tulisan
secara cepat dan akurat.”

Ada empat komponen esensial dari metode mencetak modern yang


telah dikembangkan oleh Johann Gutenberg.Yang pertama adalah huruf
cetak yang dapat bergerak, selain prosedur penempatan dan menjaga
huruf-huruf itu tetap pada posisinya.Yang kedua adalah mesin cetak itu
sendiri.Yang ketiga adalah jenis tinta yang cocok, dan yang terakhir
adalah bahan cetak yang cocok, seperti kertas.Kertas ditemukan di Cina
bertahun0tahun sebelumnya oleh Ts’ai Lundan penggunannya sudah
menyebar ke Barat sebelum masa Gutenberg. Kertas merupakan satu-
satunya unsur proses percetakan yang Gutenberg temukan dalam
keadaan siap pakai. Walau ada yang pernah menghasilkan beberapa hal
menyangkut ketiga unsur lainnya, Gutenberg membuat sejumlah
perbaikan penting. Sebagai contoh, dia mengembangkan sebuah logam
campuran yang cocok untuk huruf cetak; wadah cetak blok yang presisi
dan akurat; tinta cetak dari minyak; dan mesin cetak yang cocok.

Pada hakikatnya buku yang ditulis tangan tidak ada bedanya dengan
buku yang dicetak. Namun setelah Gutenberg berhasil mengembangkan
oenemuan mesin cetaknya, di Barat terjadi proses produksi massal.
Akibat penemuannya tersebut, dalam waktu yang singkat pun kita bisa
mencetak beberapa buku untuk di cetak ulang damam jumlahnya yang
banyak.Jelas penemuan ini sangat berpengaruh dalam peradaban
manusia, setidaknya karena penemuan Gutenberg, arus informasi di
Barat menjadi lebih cepat dan akurat.
Setalah Gutenberg menemukan proses percetakan modern, eropa
maju dengan pesat, Ini menunjukan bahwa penemuan Gutenberg
merupakan salah satu factor penting—mungkin factor krusial—dalam
memicu perkembangan revolusioner di masa modern ini.

4. Kertas pada Era Modern


Pada era modern ini, arus informasi dan komunikasi sudah sangat
cepat dan pesat.Pada era ini juga sudah banyak juga industry-industri
percetakan di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia.Industry
media-media, baik media cetak elektronik, cetak atau media online
sekarang sudah sangat berkembang begitu pesat.Begitu cepatnya juga
arus ilmu pengetahuan bergerak.Namun terkadang kita menyepelakan
betapa pentingnya kertas pada era ini.Produksi kertas pada era ini sudah
sangat besar.Kertas tidak lagi hanya sebagai buku-buku karya ilmiah,
tapi sudah dibuat untuk penyampaian informasi-informasi yang penting,
seperti, majalah, koran-koran, brosur, dan macam lainnya. Pada era ini
kertas juga dibuat untuk benda-benda dengan kegunaan yang lain.
Contohnya adalah tas dan tissue. Mengingat begitu essensialnya
penemuan kertas, sampai-sampai kita tidak bisa membayangkan
bagaimana dunia ini tanpa adanya kertas.

Kesimpulan
Kertas adalah bahan tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Pertama kali ditemukan oleh orang Cina
bernama Ts’ai Lun, dan seklaigus penemuan yang sangat revolusioner
didunia dan kertas merupakan bahan inti untuk Johann Gutenberg dalam
penemuan mesin cetaknya, tidak ada kertas maka tidak akan pernah ada
mesin cetak kertas. Sampai saat ini kertas merupakan seseuatu yang
mungkin kita lupakan tapi tetap begitu penting poenemuannya dalam
peradaban manusia.
PUBLISHED: Thursday, October 27, 2011
FILED UNDER: College, History, Science, Study
Sejarah Perkembangan Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya
adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.Kertas dikenal
sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak
kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas
pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun
toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis


yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum
ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah
lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa
Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang,
sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah
naskah Nusantara beberapa abad lampau.

SEJARAH KERTAS
1. Mesir

Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis


menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan
pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian
menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan
menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih
dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal
sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda,
bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa
Spanyol yang berarti kertas.

Pada sekitar 2.200SM, orang Mesir kuno menemukan sejenis buluh


yang disebut papyrus (lontar) yang ternyata dapat dipergunakan untuk
media tulis yang lebih stabil dan dapat diandalkan.

Meskipun penggunaan papyrus menyebar jauh di luar Mesir, kulit


binatang juga masih banyak digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan tertulis. Kulit sapi, kambing dan domba dicuci dan
direntangkan pada bingkai dan dilapisi dengan kapur berbentuk pasta
yang membantu menghilangkan lemak dan bulu. Sesudah kering,
permukaan dihaluskan dengan menggosok memakai batu. Bahan yang
sudah siap disebut perkamen dan digunakan secara luas diseluruh Eropa
sejak 170 SM. Perkamen yang berkualitas tinggi sangat langka sehingga
harus diperlakukan secara halus dan sering digunakan lebih dari sekali.
Media tulis awal ini memainkan peranan yang sangat penting
dalam perkembangan kebudayaan manusia tetapi memang kurang
praktis. Hal ini berubah sejak Tsai Lun pada thn 250 SM memulai
percobaannya dan memperkenalkan kertas ke dunia.

2. Cina

Pada abad kedua, pembuat kertas di Cina menaruh potongan-


potongan kulit kayu bagian dalam dari pohon Mulberry pada suatu
tempat yang kuat, sering juga berupa batu yang berlubang dan dicampur
dengan air. Dengan menggunakan palu atau alat pemukul lain, potongan
kayu tersebut ditumbuk sehingga menjadi bubur berserat yang dalam
istilah sekarang disebut sebagai 'pulp'. Pulp tersebut kemudian
dituangkan kedalam cetakan yang dangkal yang sebelumnya dilapisi
dengan kain berbentuk seperti saringan. Kemudian cetakan ini dijemur
di bawah sinar matahari dan ketika air telah menguap, maka hanya serat
selulose yang tinggal dalam cetakan. Selanjutnya kertas diangkat dari
cetakan tersebut. Ini adalah bentuk yang primitif dari kertas.

3. Eropa

Pada abad ke 13, teknologi pembuatan kertas telah merambah


Spanyol, tetapi masih membutuhkan 300 tahun lagi baru teknologi
tersebut menyebar ke Perancis, Jerman, Itali dan Inggris dimana tercatat
pabrik kertas Inggris yang pertama kali diketahui dibangun di
Hertfordshire pada th 1490. Di negara-negara Eropa, saringan kawat
yang halus menggantikan fungsi kain saringan dan serat linen
menggantikan kulit kayu mulberry yang sangat sulit diperoleh di daratan
Eropa.

Masalah yang dihadapi dalam pembuatan kertas secara manual


ialah produktifitasnya yang sangat rendah dan memakan waktu yang
lama. Pada abad pertengahan, semua buku dicopy dengan tangan,
kebanyakan dilakukan di atas perkamen dan dilakukan oleh pemuka
agama yang mempunyai kemampuan baca tulis di atas rakyat biasa.
Mesin cetak yang diciptakan pada abad ke 15 membawa perubahan yang
amat besar di bidang komunikasi. Untuk pertama kalinya, buku dapat
diproduksi secara massal. Untuk itu dibutuhkan kertas murah dalam
jumlah yang banyak menggantikan perkamen yang mahal.

Untuk memenuhi permintaan yang meningkat ini, pembuat


kertas dituntut untuk mempercepat dan meningkatkan produksi, tetapi
tidak terlihat adanya terobosan yang nyata sampai datangnya abad 17.
Yaitu ketika Nicholas Luis Robert, dari Essones, Perancis mematenkan
sebuah mesin yang menggunakan belt kawat mesh yang bergerak
menggantikan fungsi cetakan kertas sehingga dapat dihasilkan kertas
secara kontinyu dan dalam jumlah besar. Mesin yang dibangun oleh
Robert kemudian dibawa ke Inggris dan dipatenkan di sana pada th 1801
oleh Henry Fourdrinier, yang namanya dipakai sampai sekarang.

CARA PEMBUATAN KERTAS

Kertas yang sering kita gunaka itu biasanya terbuat dari kayu yang
diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ketangan kita.
Sebenarnya, bagaimana cara membuat kertas?

Proses Pembuatan Kertas (pulp)


1. Kayu diambil dari hutan produksi kemudian dipotong - potong atau
lebih dikenal dengan log. log disimpan ditempat penampungan beberapa
bulan sebelum diolah dengan tujuan untuk melunakan log dan menjaga
kesinambungan bahan baku

2. Kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dikenal dengan istilah De -


Barker

3. Kayu dipotong - potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan mesin


chipping. Chip yang sesuai ukuran diambil dan yang tidak sesuai
diproses ulang.

4. Chip dimasak didalam digester untuk memisahkan serat kayu (bahan


yang diunakan untuk membuat kertas) dengan lignin. proses pemasakan
ini ada dua macam yaitu Chemical Pulping Process dan Mechanical
pulping Process. Hasil dari digester ini disebut pulp (bubur kertas). Pulp
ini yang diolah menjadi kertas pada mesin kertas (paper machine).

Proses Pembuatan Kertas (Paper machine)

1. Sebelum masuk keareal paper machine pulp diolah dulu pada bagian
stock preparation. bagian ini berfungsi untuk meramu bahan baku
seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye), menambahkan zat
retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori - pori diantara serat
kayu), dlln. Bahan yang keluar dari bagian ini di sebut stock 9campuran
pulp, bahan kimia dan air)

2. Dari stock preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu


dengan alat yang disebut cleaner. Dari cleaner stock masuk ke headbox.
headbox berfungsi untuk membentuk lembaran kertas (membentuk
formasi) diatas fourdinier table.

3. Fourdinier berfungsi untuk membuang air yang berada dalam stock


(dewatering). Hasil yang keluar disebut dengan web (kertas basah).
Kadar padatnya sekitar 20 %.

4. Press part berfungsi untuk membuang air dari web sehingga kadar
padatnya mencapai 50 %. Hasilnya masuk ke bagaian pengering (dryer).
Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara dua roll yang
berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari
web. Bagian ini dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu
berat (air sudah dibuang 30 %).

5. Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya


mencapai 6 %. Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk
gulungan kertas yang besar (paper roll). Paper roll ini yang dipotong -
potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.

JENIS-JENIS KERTAS

Terdapat beberapa jenis kertas yang sering digunakan untuk


keperluan Cetak Mencetak. Mulai dari kertas berbagai Merk berdasarkan
Produsen (Pabrik Kertas) sampai berbagai jenis kertas yang ada
dipasaran.

· HVS

Adalah singkatan dari houtvrij schrijfpapier yang berarti kertas


bebas serat kayu. Kertas ini termasuk jenis uncoated yang
permukaannya tidak dilapisi sehingga bersifat kasar dengan daya serap
yang kuat. Permukaanya yang tidak rata menyebabkan hasil cetak yang
tidak mengkilap. Sering digunakan untuk Mencetak Kop Surat, Amplop,
Nota dan kebutuhan kantor lainnya serta Buku, Majalah dan Buletin.
Gramasi yang sering digunakan mulai dari 60, gram, 70 gram, 80 gram
sampai pada 100 gram.

· Art Paper

Lebih dikenal dengan kertas dengan permukaan licin dan


mengkilap di kedua sisinya, atau sering disebut dengan Coated Paper.
Kertas jenis ini tidak cocok digunakan untuk keperluan tulis menulis
karena sifat permukaannya yang licin tadi yang dilapisi (coated) dengan
daya serap yang lebih lambat sehingga tinta pulpen agak sulit
mengering.Kertas jenis ini biasa digunakan untuk Cetak Brosur, Flyer,
Leaflet, Annual Report, Cover Buku, Cover Majalah dan Kalender.
Gramatur mulai dari 100 – 150 garam, lebih dari 150 gram disebut Art
Carton (190 gram, 210 gram, 230 gram sampai 400 gram).

· Matte Paper

Kertas jenis ini sama dengan Art Paper yaitu jenis kertas Coated,
kertas berlapis tapi dengan lapis yang tidak mengkilap. Biasa digunakan
sama seperti kertas Art Paper dengan berbagai gramatur.

· Kertas Samson (Recycle)

Merupakan kertas daur ulang, berwarna Coklat biasa disebut juga


kertas kraft linear yang sering digunakan untuk kebutuhan Cetak
Mencetak Shopping Bag (Paper Bag), Packaging/Pembungkus, Cover
Buku, Cover Nota/Bon, dan lain-lain. Gramatur mulai 125 gram – 250
gram.

· Duplex
Kertas Karton dengan ketebalan minimal gramatur 250 gram –
400 gram, bentuk permukaan atas coated mengkilap/licin berwarna putih
sehingga bisa dilakukan pencetakan pada bagian ini dan bagian
balikannya warna abu-abu atau kecoklat-coklatan dan tidak bisa
dilakukan pencetakan pada bagian ini. Biasa digunakan untuk Kemasan
Produk dan Kemasan Makanan (Box Nasi), Kemasan Souvenir dan Gift.

· Kertas Fancy

Jenis kertas merupakan bagian dari Jenis Kertas yang paling


Mewah, Eksklusif dan Elegan. Dengan harga yang premium kertas fancy
biasa digunakan untuk kebutuhan Cetak Mencetak berbagai Kartu, mulai
dari Kartu Nama Eksklusif, Kartu Undangan Pernikahan dan Invitation
Card formal untuk perusahaan-perusahaan, Kartu Ucapan Terima Kasih,
Cover Buku dan Cover Majalah Eksklusif.

Cai Lun (atau Ts’ai Lun) lahir dari keluarga kurang mampu, di Guiyang,
China, selama dinasti Han Timur pada 50 Masehi. Ia adalah sosok yang
cerdas dan ambisius.
Ia dipercaya oleh kaisar He dari Han, dan menjabat sebagai klerus di
istana saat usianya masih muda. Lun dikenal dengan kepribadiannya
yang tenang, tidak mau mengambil risiko, tidak begitu ramah, dan
sedikit aneh.

BERITA TERKAIT+
 Kisah Chyrus Field, Pengusung Teknologi Komunikasi Antar Benua
 Thomas Jenning, Budak yang Dapatkan Hak Paten Dry Cleaning
 Nicolaus Otto, sang Penemu Mesin 4 Tak yang Tak Lulus Sekolah
Menengah
Perjalanannya menemukan kertas mulai pada suatu hari, ketika kaisar
memberinya setumpuk dokumen untuk ia proses di rumah, sejak ia
menjabat sebagai kasim pengadilan. Dokumen-dokumen tersebut diukir
dengan potongan bambu, yang diberikan kepada beberapa orang untuk
dibawa dengan gerobak yang ditarik oleh kerbau.
Baca juga: Perjalanan William Jones sang Penemu Simbol Bilangan Pi
Dalam perjalanan, kerbau itu tergelincir dan jatuh di bawah roda,
potongan-potongan bambu tersebut juga jatuh ke tanah. Sambil berusaha
mendapatkan kerbau yang lain untuk membawa bambu, Lun berpikir
bahwa potongan bambu itu terlalu berat dan sulit untuk digunakan.
Selama berpikir, di perjalanan ia menemukan tangkai rami. Ia kemudian
menatap serabut rami itu dan mendapat ide bahwa benda tersebut bisa
berguna.
Ia dengan hati-hati melepaskan satu demi satu serabutnya dan bertanya-
tanya apakah benda tersebut bisa ditulis. Rami itu terlalu kasar dan
longgar, lalu ia teringat dengan wol dari sisa-sisa kepompong sutra yang
mungkin berguna.
Baca juga: Ketahui Sejarah Penemuan Angka Nol yang Penuh Liku
ADVERTISEMENT
Lun kemudian mencari bantuan untuk eksperimennya. Para pelayan
mengumpulkan kulit kayu, rami, kepompong sutra tua, jaring ikan, dan
kain.
Bahan-bahan tersebut dipotong dengan halus lalu dimasak. Hasilnya,
ditumbuk dengan campuran tepung dan dilarutkan dalam air sebelum
ditambahkan jenis tepung lainnya.
Ketika adonan itu diangkat dari air, ia terpisah menjadi beberapa lapisan
kain. Setelah kering, mereka akhirnya menjadi lembaran kertas.
Lun kemudian memperkenalkan potongan kertas yang telah ia buat ke
kaisar. Sang kaisar sangat gembira dan mengeluarkan surat keputusan
agar seluruh negara menggunakan bahan penulisan baru tersebut.
Pada 105 Masehi, Cai Lun menemukan komposisi kertas beserta proses
pembuatannya. Meskipun kini alat dan mesin pembuatannya telah
berubah, mereka masih menggunakan teknik kuno lembaran serat yang
tersuspensi dalam air yang dikeringkan hingga menjadi kertas tipis.
Pada masanya, hingga saat ini, Cai Lun diakui oleh dunia sebagai
seorang penemu kertas. Para ilmuwan merasa senang dan sangat
menghargai penemuannya.
Dalam buku The 100 – a Ranking of the Most Influential Persons in
History oleh Michael H. Hart, Cai Lun menduduki peringkat ke tujuh
sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah berkat
penemuannya. Peringkatnya berada di atas Gutenberg, Einstein, Pasteur,
Galileo, dan Aristoteles.
Terlepas dari prestasinya, Cai Lun terlibat dalam persekongkolan
kerajaan, ia membantu permaisuri menghadapi saingan percintaannya
untuk menarik perhatian sang kaisar.
Saat pergantian kekuasaan pada 121 Masehi, ia dipanggil untuk
dihakimi atas perannya. Alih-alih muncul untuk penghakiman, Cai Lun
mandi dan mengenakan jubah terbaiknya, kemudian meminum racun,
mengakhiri kehidupan sebagai salah satu penemu terpenting dalam
peradaban dunia

Kertas yang kita gunakan ketika masih sekolah, kuliah, dan


bekerja, ternyata dulunya tidak berbentuk seperti sekarang.
Zaman dulu, orang-orang menggunakan media lain yang
berfungsi seperti kertas hingga pada akhirnya terciptalah kertas
yang sesungguhnya.
1. BAMBU (SUMATERA UTARA, SUMATERA SELATAN,
SUNDA KUNA)

Jenis bambu yang dijadikan bahan naskah tergantung pada


bentuk yang ingin dihasilkan. Di Sumatera Utara, bambu yang
dianggap baik adalah bambu berkulit halus yang disebut bulu
suraton yang usianya sudah tua, sedangkan di Palembang,
bambu yang dianggap paling baik kualitasnya adalah bambu
betung (Dendrocalamus Asper).

Naskah-naskah dari bambu ini disebut gelumpai di Sumatera


Selatan. Bambu yang terlalu muda terlalu rawan terhadap
serangan serangga. Aksara maupun ornamen pada media bambu
ditulis menggunakan sebuah pisau raut yang runcing. Tulisannya
mengikuti panjang ruas bambu, bagian buku bambu tidak ditulisi.
Bagian buku bambu biasanya diratakan atau dihiasi dengan
ornamen.

Bekas goresan pisau kemudian dihitamkan dengan


menggunakan kemiri yang dibakar hingga mengeluarkan minyak.
Campuran abu dan minyak hitam yang pekat itu akan menempel
pada bekas goresan pisau dan menghasilkan warna kontras pada
permukaan bambu yang cokelat kekuningan.

Bentuk bulat bambu mengakibatkan suilitnya penulisan. Untuk


menghindari agar bambu tidak bergeser, maka salah satu
ujungnya disandarkan pada bagian perut penulis dan ujung
lainnya dipegang dengan tangan kiri. Itulah sebabnya penulisan
naskah bambu berjalan vertikal dari bawah ke atas, bukan dari
kiri ke kanan. Cara penulisan yang sama juga ditemukan di
daerah Filipina bila menulis bambu.

2. KULIT ALIM (BATAK)


Kulit kayu alim (Aquilaria) adalah bahan utama yang digunakan
untuk membuat laklas, alas tulis dalam naskah Batak. Kulit kayu
alim yang dipakai bukanlah kulit luar yang sudah kering dan mati,
melainkan lapisan dalam yang tidak keras. Proses produksinya
memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki sembarangan
orang.

Pertama-tama kayu dipanen dan dikeringkan, kemudian dipilih


ukurannya yang cocok untuk keperluan menulis. Kemudian
setelah kulit kayu dikelupas, kulit luar yang kering dipisah dari
kulit dalamnya. Kupasan kulit kayu tersebut bisa mencapai 15
meter dan lebar 60 cm. Kulit kayu alim tidak ditempa seperti
daluwang. Jika ukuran panjang lembaran tidak sesuai yang
diinginkan, maka lembaran ditempelkan. Kemudian, kedua
ujungnya dipotong lurus dan permukaannya diratakan
menggunakan pisau. Berikutnya dihaluskan menggunakan
dedaunan. Daun yang digunakan biasanya jenis Ficus Ampelas
burm. Tahap yang paling sulit dalam memproses kulit kayu alim
adalah saat melipat, sebagaimana yang tampak pada naskah-
naskah.

Ciri lipatan kertas serupa akordeon inilah yang paling mencolok


dalam naskah Batak. Lipatannya lalu ditokok-tokok menggunakan
martil kayu agar terlihat rapi, kemudian kedua belah sisi dipotong
menggunakan pisau sehingga lurus. Laklak yang sudah dilipat ini
diolesi tepung beras dan air kulit kayu supaya menjadi licin dan
mengikat tinta, sehingga mudah ditulisi.

Setelah kering, pustaha (buku atau surat dalam budaya Batak)


digarisi sesusai dengan jumlah barus yang ingin ditulis. Garis
yang sangat tipis dan terlihat samar ini dibuat untuk memudahkan
dan merapikan. Untuk membuat garis ini digunakan penggaris
(balobas) yang terbuat dari sebatang bambu, sedangkan untuk
menggarisinya digunakan pisau bambu (panggorit).

Laklak ditulisi dari bawah ke atas pada naskah yang diletakkan


secara horizontal. Alat tulis ini kemudian ditulisi menggunakan lidi
enau yang disebut tarugi.

3. DAUN LONTAR (JAWA KUNA, BALI, SUNDA KUNA,


LOMBOK, BUGIS)
Daun lontar merupakan sejenis daun palem (Borassus flabellifer).
Daun ini diolah sedemikian rupa menjadi alas tulis yang
berkualitas. Kata lontar sebetulnya bentukan metatesis dari kata
Jawa Kuna ron tal, yang berarti daun tal, yakni daun pohon tal.
Sebelum diproduksi sebagai alas tulis naskah, daun lontar dipilih
dan dipetik. Bagi orang Bali, bulan terbaik untuk pemetikan ini
adalah bulan Kartika (September/Oktober), Kasanga/Kadasa
(Maret/April) sebelum naik bulan purnama. Di luar bulan-bulan
tersebut kualitas lontar dianggap kurang baik untuk dijadikan
bahan tulis. Pohon yang baik terutama yang tumbuh di daerah
kering dan di wilayah pesisiran. Hasil akhir produksi daun lontar
yang ingin dihasilkan adalah daun lontar yang kering dan tahan
terhadap serangga.

Daun yang telah menjadi alat tulis ini ditulisi oleh alat tulis khusus,
sejenis pisau yang disebut pengrupak di Bali atau peso pangot di
Sunda. Selain digunakan secara luas di Bali dan Jawa, naskah
lontar juga pernah dipakai di Sulawesi Selatan yang
menyebabkan kemungkinan hubungan antara lontara dan lontar,
meskipun saat ini lontara berarti ‘naskah’ dalam Bahasa Bugis.
Dalam Bahasa Bugis, lontar disebut ‘ta’ dan dalam Bahasa
Makassar disebut ‘tala’.
Jika di Jawa bentuk naskah lontar berupa lembaran-lembaran
terpisah yang disatukan dengan tali pengikat dan dijilid dengan
kayu pengapit, di Sulawesi Selatan bentuk naskah lontar betul-
betul unik. Ukuran lontarnya bisa mencapai puluhan meter dan
lebarnya hanya sekitar 1,5 cm. Panjangnya yang luar biasa ini
dijahit dan digulung dalam sebuah gulungan, sehingga bentuk
naskahnya mirip dengan gulungan kaset.

Naskah-naskah berbentuk unik khasl Sulawesi Selatan ini


jumlahnya sangat sedikit. Untuk menghasilkan lontar sebagai alat
tulis, pertama-tama daun yang belum dipotong dikeringkan di
bawah sinar matahari yang menyebabkan warnanya berubah
kuning pucat. Kemudian daun dicuci pada air mengalir atau
dalam bak air yang selalu diganti airnya setiap hari selama tiga
sampai empat hari. Setelah itu daun dipotong sesuai ukuran yang
diharapkan dan ijuk pada daun dilepaskan.

4. GEBANG (JAWA KUNA, SUNDA KUNA)


Sebelumnya, bahan ini diidentifikasi sebagai nipah, tapi bukti
bukti terbaru menunjukkan bahwa jenis daun yang digunakan
sebetulnya adalah gebang. Gebang berasal dari pepohonan jenis
palem. Tinggi pohon yang sudah dewasa berkisar antara 15
hingga 20 meter, daunnya berkumpul pada ujung batang pohon
dengan bentuk menyerupai kipas atau seperti jari tangan yang
terbuka.

Diamater daun mencapai 2 hingga 3,5 meter dan berkumpul di


ujung batang pohon. Daun gebang cenderung lebih tipis dan
berwarna lebih cerah dibandingkan daun lontar. Daun gebang
ditulisi menggunakan tinta hitam menggunakan sejenis alat tulis.
Daun gebang dikenal dengan berbagai sebutan di daerah-daerah
tertentu. Masyarakat Dayak mengenalnya sebagai gebang,
masyarakat Timur menyebutnya gawang, di Timor
disebut pocok, di Betawi pucuk, di Batak dan Sasak disebut ibus,
sementara di Minahasa disebut silar.
Naskah yang ditulis pada media daun gebang tidaklah banyak
hanya sekitar 30-an naskah. Naskah tertua yang tertulis pada
daun gerbang adalah naskah koleksi Perpusnas bernomor L641,
yang berisi kisah Arjunawiwaha.

5. DALUWANG (JAWA, MELAYU, SUNDA)


Daluwang merupakan kertas hasil produksi yang berbahan dasar
kulit kayu pohon Broussonetia papyrifera Vent. Pohon ini
dinamakan pohon saeh dalam Bahasa Sunda. Bahan ini disebut
dluwang atau dlancang dalam Bahasa Jawa, disebut daluwang
dalam Bahasa Sunda atau ulantaga dalam Bahasa Bali.
Kata daluwang sendiri sudah disebut sejak abad ke-9 dalam
Kakawin Ramayana dan pada Kakawin Sumanasantaka (abad
ke-12) dan merujuk pada jenis pakaian dari kulit kayu yang
digunakan kaum pertapa. Naskah dluwang tertua saat ini
diketahui adalah naskah yang disebut ‘Kitab Undang-undang
Tanjung Tanah’ yang berasal dari sekitar abad ke-14.

Naskah-naskah yang berbahan daluwang terutama berasal dari


Jawa, Sunda, dan Madura, selain terdapat contoh kecil dari
Sulawesi Selatan dan Sumatera. Produsen yang masih aktif
membuat daluwang dapat ditemukan di Tunggilis Garut dan
Tegalsari Ponorogo.

6. KERTAS EROPA (MELAYU, SUNDA, SULAWESI,


KALIMANTAN, PAPUA BARAT)
Kelebihan kertas Eropa adalah kandungan informasi yang
terdapat pada kertas itu sendiri, seperti ukuran kertas, cap kertas,
jumlah garis halus, dapat menentukan dari negara mana kertas
itu berasal, siapa produsennya, bahkan tahun dibuatnya kertas
itu. Dalam konteks Indonesia, suplai kertas yang paling dominan
tentu aja berasal dari Belanda, disusul oleh Inggris.

Itali juga memegang peran penting, karena negara ini banyak


menyuplai kertas untuk negara-negara Islam, seperti Mesir
sebelum masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Meski
demikian, negara lain di Eropa seperti Perancis, Spanyol, dan
Portugis juga tercatat menyuplai kertas di Indonesia.

Sebagaimana tertuang dalam laporan-laporan permintaan kertas


dari perusahaan Belanda, kertas Eropa sudah mulai diimpor
secara massal sejak abad ke-17. Di Aceh misalnya sejak tahun
1600 kertas diperjualbelikan, sementara di Goa, pada tahun
1668, Portugis membawa kertas dalam kargo kapalnya.

7. KERTAS CINA (MELAYU, JAWA, SUNDA, SULAWESI,


KALIMANTAN, PAPUA BARAT)
Pada masa-masa kuno, tulisan, dan prasasti yang umumnya
terbuat dari tablet bambu atau di atas potongan sutra yang
disebut chih. Tapi karena harga sutra menjadi mahal dan bambu
yang berat, membuat kedua bahan tersebut menjadi tidak praktis
untuk digunakan.

Kemudian seorang berkebangsaan Tionghoa, yaitu Tsai Lun


memprakarsai ide membuat kertas. Kertas yang biasa disebut
kertas Cina ini dibuat menggunakan bahan dari kulit kayu murbei,
sisa-sisa rami, kain bekas, dan jaring ikan. Proses dimulai dengan
merendam bagian dalam kulit kayu tersebut di air dan dipukul-
pukul, sehingga seratnya lepas.

Bersama dengan kulit, direndam juga bahan rami, kain bekas,


dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini dibakar hingga
tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas, namun mutunya masih
belum sebagus sekarang. Berkat penemuannya, Tsai Lun
mendapat gelar kebangsawanan dan sejarah tentang
penemuannya tercatat di sejarah resmi Dinasti Han.

Pada awal abad ketiga, proses pembuatan kertas pertama ini


menyebar ke wilayah Korea hingga Jepang. Kertas jenis ini pun
merambah Arab pada masa Dinasti Tang dan mulai menyentuh
Eropa pada abad ke-12. Kemudian pada abad ke-16, kertas
mencapai wilayah Amerika dan bertahap menyebar ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai