PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, sebenarnya banyak permasalahan yang muncul
ketika menggunakan manuskrip sebagai data penelitian. Namun dalam manuskrip Syair
Ikan Terubuk yang menjadi objek dan subjek penelitian ini, maka permasalahan yang akan
dicari jawabannya berkaitan dengan aspek majas dan arkais yang terdapat dalam Syair
Ikan Terubuk. Oleh karena itu penelitian difokuskan kepada analisis majas dan arkais
berdasarkan manuskrip Syair Ikan Terubuk.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian sebagaimana dijelaskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis makna yang terdapat dalam manuskrip
Syair Ikan Terubuk.
D. Signifikan Penelitian
Karya masa lampau semisal manuskrip terutama jika dilihat pada saat ini berada
dalam kondisi yang selalu diterima dengan keadaan yang menyedihkan karena manuskrip
itu sering tidak diperhatikan dan dianggap tidak memiliki peran sehingga hal yang
berhubungan dengan manuskrip selalu terlantar. Ditambah lagi peninggalan tulisan masa
lampau yang berasal dari kurun waktu beberapa puluh, bahkan ratusan tahun yang silam,
pada saat ini kondisinya telah mengalami banyak kerusakan. Hal ini disebabkan oleh
selain faktor usia juga disebabkan proses penyalinan yang telah berjalan dari waktu ke
waktu. Kerusakan memang tidak hanya disebabkan oleh proses penyalinan tetapi juga oleh
faktor lain seperti alat tulis yang berupa kertas atau benda lain, dan juga tinta yang
digunakan untuk menulis akan hancur dan rusak karena dibuat dengan bahan sederhana
2
Ibid, Hal. 3-4
sekali. Kondisi yang demikian itulah yang menjadi tugas ilmuwan yang berminat kepada
ilmu pernaskahan untuk mengkaji dan menelaah karya tulis masa lampau karena karya
tulis merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat dan kajian termasuk ke dalam
ilmu humaniora atau dengan kata lain ilmu pernasakahan merupakan satu disiplin ilmu
mengenai kebudayaan yang didasarkan pada bahan tertulis dengan tujuan untuk
mengungkapkan informasi masa lampau yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya, dikarenakan teks ditulis dengan aksara dan bahasa yang sudah tidak
lazim lagi digunakan sekarang sehingga teks sukar dibaca dan dipahami artinya, maka
kajian terhadap manuskrip tidak menarik bagi peneliti generasi sekarang. Kurangnya
minat peneliti untuk meneliti manuskrip disebabkan oleh kemampuan penggunaan aksara
dan bahasa yang belum memadai. Hal ini dapat dibuktikan oleh jumlah peneliti naskah
yang masih sedikit. Akibatnya banyak manuskrip terlantar dan tidak terjamah sehingga
mendekati kemusnahan. Untuk mengantisipasi manuskrip dari kepunahan, maka sangat
perlu kiranya dilakukan berbagai hal yang berkaitan dengan manuskrip terutama
kandungan teksnya. Salah satunya dengan melakukan kajian yang serius terhadap
kandungan isi manuskrip sehingga gambaran isi tetap diketahui masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian dengan menggunakan manuskrip akan memberikan manfaat kepada segala
pihak antara lain :
1. Pemerintah karena dengan penelitian manuskrip berarti terjadinya upaya pelestarian
terhadap peninggalan budaya masyarakat masa lampau.
2. Mahasiswa karena hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa.
3. Dengan meneliti manuskrip berarti kearifan lokal Melayu dapat diketahui dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekarang.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Manuskrip
Manuskrip atau naskah kuno merupakan salah satu peninggalan budaya yang menjadi
khazanah setiap bangsa di dunia. Zaman dulu dikenal dengan budaya menulis yang kuat
dan kental. Hasil dari tulisan-tulisan tangan atau diketik tersebutlah yang menjadi
dokumen yang disebut manuskrip. Menurut UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 pada
Bab I pasal 2 disebutkan bahwa naskah kuno atau manuskrip merupakan dokumen dalam
bentuk apapun yang ditulis tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikanbuku
tercetak yang berumur 50 tahun lebih (Menurut Undang -Undang Cagar Budaya No. 5
Tahun 1992, Bab I Pasal 2).
Manuskrip atau naskah kuno adalah koleksi langka yang dimiliki oleh setiap bangsa
di dunia,termasuk di Indonesia. Setiap bangsa dapat melihat perjalanan hidup bangsanya
melalui naksah-naskah yang telah ditulis. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki banyak
corak budaya dari sabang sampai merauke pasti memiliki catatan tentang kehidupan
masyarakatnya, sosial budaya, adat istiadat, pemerintahan dan lain sebagainya. Naskah ini
sangat penting dijaga kelestariannya. Hal ini karena naskah kuno tersebut adalah
peninggalan masa lampau yang berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
atau kondisi yang berbeda dengan kondisi saat ini.
Naskah kuno juga memiliki berbagai informasi yang luar biasa dari berbagai bidang
seperti pada bidang sastra, agama, hukum, sejarah, adat istiadat dan lain sebagainya.
Adanya informasi yang ada di dalam naskah akan membantu para ahli sejarah dalam
menemukan informasi dan memperkaya kajiannya mengenai sesuatu yang ditelitinya.
Adanya informasi yang ada didalam naskah kuno tersebut, maka perlu untuk melakukan
pelestarian terhadap naskah tersebut untuk mempertahankan infomasi yang ada di
dalamnya. dengan melakuan pelestarian naskah, maka informasi yang terkandung
didalamnyaakan mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas yang ingin
mengakses naskah tersebut. Tindakan preservasi atau pelestarian naskah atau manuskrip
seakan selesai dengan melakukan fumigasi, laminasi atau melakukan bookbinding atau
memperbaiki halaman, punggung maupun sampul buku. Namun tidak hanya sekedar
kegiatan teknis (seperti fumigasi atau book binding), namu juga kebijakan-kebijakan
(policies) yang mendukung usaha terciptanya kegiatan preservasi secara baik. Tindakan
preservasi dilakukan terkit dengan usaha pencegahan dan kerusakan naskah. Hal ini
diartikan bahwa kerusakan naskah dikarenakan intensitas pemakaian yang tinggi, karena
usia dan faktor-faktor lingkungan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Sementara untuk
naskah atau manuskrip yang masih baik harus dijaga dengan jalan preservasi secara
preventif (dirawat atau dijaga), baik kondisi fisik ataupun isinya. Inilah sebetulnya yang
menjadi pokok dalam kegiatan preservasi bahan pustaka.
Menurut Hirmasusilawati, Preservasi Naskah budaya di Museum Sonobudoyo. Vol.
1. 2016, (Yogyakarta: UIN Sunankalijaga Yogyakarta, 2016), hlm. 64) secara etimologis,
manuskrip diartikan sebagai sesuatu yang ditulis tangan. Istilah manuskrip erat kaitannya
dengan zaman dahulu, namun tidak harus menulis kemudian diserahkan ke seorang
penulis ke penerbit. The Antiquitiesand Art TreasureAct meletakkan kerangka hukum
untuk hak asuh masnuskrip. Benda-benda purbakala yang didefinisikan dibawah undang-
undang tersebutmencakup “manuskrip, catatan atau dokumen lain yang memiliki nilai
ilmiah, sejarah atau estetika dan yang telah ada selama tidak kurang dari tujuh puluh lima
tahun.” Jika definisi di atas dianalogikan dalam bentuk poin-poin penting, maka
manuskrip berarti:
1. Sebuah dokumen yang tertulis tangan
2. Memiliki nilai ilmiah, sejarah, sastra atau estetika dan
3. Berumur paling sedikit tujuh puluh lima tahun
B. Manuskrip Melayu
Dikarenakan dominannya ras melayu di wilayah nusantara menjadikan ianya memiliki
banyak manuskrip yang disebut manuskrip melayu. Penamaan manuskrip melayu
dikarenakan manuskripnya ditulis dengan menggunakan aksara arab melayu dan
berbahasa melayu. Menurut Roza (2011: 69) Pengenalan aksara arab kepada masyarakat
melayu melalui proses yang tidak singkat. Karena apabila dicermati dengan
seksamabahwa aksara Arab ini mulai digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa tulisan
sejak masyarakat melayu mengenal tulis baca yang belum terjadi pada masa awal
kedatangan islam. Menurut Pudjiastuti (1997: 139) Meskipun aksara arab yang berbahasa
arab sudah ada di alam melayu sudah ada sejak abad ke-3 H yang terukir pada batu nisan
di Kedah (Langgar). Kemudian juga terdapat beberapa prasasti lain dalam abad ke-5 H
antara lain di Vietnam, Pahang, Bandar Sri Bengawan, dan Brunei Darussalam.
Kemudian dalam masa berikutnya terjadi perpaduan antara aksara Arab dengan
bahasa Melayu yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan ajaran-ajaran yang
5
disampaikan oleh mubaligh kepada pengikutnya. Dikarenakan pengikut atau masyarakat
tempatan yakni masyarakat melayu tidak bisa berbahasa Arab, maka mereka
mengupayakan untuk menggabungkannya. Yang dipakai untuk menulis adalah huruf
Arab, sedangkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Sehingga, terjadi
perpaduan antara huruf Arab dan bahasa melayu yang akhirnya disebut dengan huruf
Arab-Melayu.
Aksara Arab-Melayu berkembang seiring dengan penyebaran islam karena untuk
memahami al-qur’an, maka harus terlebih dahulu pandai bahasa Arab. Oleh karena itu,
masyarakat di awal penyebaran islamlebih dahulu mempelajari bahasa Arab. Kemudian
setelah memahaminya baru mereka belajar cara menulisnya. Dalam hal ini orang Arab lah
yang mengajarkan tulis baca bahasa Arab kepada tokoh masyarakat Melayu ketika itu.
Akhirnya orang Melayu jadi mudah mengkolaborasikanaksara Arab dengan bahasa
Melayu sehingga wujud sarana untuk menuliskan ajaran-ajaran islam.
Manuskrip melayu menjadi penting karena merupakan warisan budaya dalam bentuk
penulisan zaman silam yang tidak ternilai harganya. Teksnya mengandung berbagai ilmu
yang berguna bagi kehidupan misalnya fikih, tauhid, tasawuf, tajwid, sejarah, undang-
undang, petuah dan tunjuk ajar, perobatan, firasat, tabir mimpi, hikayat, syair, dan nazam.
Ilmu yang dihasilkan merupakan ilmu yang mencerminkan kekayaan pemikiran serta
kegemilangan tamadun melayu yang perlu dipelihara agar bermanfaat bagi generasi
sekarang dan yang akan datang.
Adanya pandangan dari berbagai ilmuwan manuskrip yang mengatakan bahwa
peninggalan manuskrip dalam bahasa melayu termasuk paling besar jumlahnya, di
samping yang berbahasa Bali dan Jawa. Oleh karena itu, jumlah manuskrip melayu
tersebut tidak terhitung jumlahnya karena penulusuran manuskrip melayu masih saja
dilakukan sampai sekarang diberbagai daerah di nusantara ini.
Manuskrip melayu tidak akan memberikan kontribusi kepada masyarakat sekarang
apabila tidak dibaca dan tidak dipahami kandungan isinya. Sehubungan dengan itu, maka
penelitian ini menganalisis kandungan salah satu manuskrip melayu yang berkaitan
dengan gaya bahasa yang digunakan masyarakat melayu pada waktu itu.
C. Penelitian Relevan
Masyarakat Melayu adalah masyarakat yang menganut ajaran islam, maka kehidupan
pun secara jelas dipengaruhi oleh islam dan selanjutnya akan mempengaruhi pula terhadap
karakter beragamanya. Artinya, kedatangan islam di wilayah Melayu telah membawa
perubahan yang cepat dalam alam pikiran alam Melayu. Islam dengan kitab sucinya al-
qur’an telah menjadi pedoman dasar revolusi islam yang telah memajukan ekonomi,
politik, sosial dan budaya.
Penelitian atau kajian yang berkaitan dengan manuskrip Melayu telah banyak
dilakukan. Misalnya Ellya Roza juga mempresentasikan makalah dengan judul Menggali
Pendidikan Islam Melalui Naskah Kuno Melayu: Sebuah Integrasi Keilmuan dalam
seminar internasional dengan tema “Membangun Riset berbasis Integrasi Keilmuan” yang
ditaja oleh LP2M UIN SUSKA RIAU tanggal 3-5 desember 2015 di hotel Swiss Belin
Pekanbaru. Keemudian juga mempresentasikan makalah dengan judul Peranan UIN
SUSKA Riau Terhadap Konservasi Naskah Kuno Melayu di Riau dalam Perspektif UU
No43 tahun 2007 dalam seminar internsionaldeengan tema “Islam Multikultularisme dan
Globalisasi” yang ditaja oleh LP2M UIN Suska Riau tanggal 30-2 Desember 2015 di hotel
Swiss Bellin Pekanbaru. Selanjutnya Kandungan Pendidikan Islam dalam Syair Ibarat
Kabar Kiamat (Renungan bagi Pendidik) dalam ISTE (International Seminar On Teacher
Education Preparing Future Teachers Islmam Knowledgeand Characters) yang ditaja
oleh FTK UIN Suska Riau pada tanggal 21-22 November 2015 di Grand Central hotel.
Kemudian mempresentasikan makalah denga judul Manuskrip Melayu: Tinggalan
Warisan Budaya sebagai Pemersatu Melayu Serumpun (Kajian Makna dan Historis) pada
tahun 2014 konferensi internasional hubungan Indoensia-Malaysia ke-8 yang ditaja oleh
Unilak Riau.
Namun, penelitian manuskrip Syair Ikan Terubuk belum banyak dilakukan. Kalaupun
ada kajian yang dibuatberkaitan dengan aspek nilai pendidikan saja. Misalnya Muawinah
menulis tesis yang berjudul Niali-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Syair Ikan Terubuk.
Tesis ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister
pendidikan islamdi UIN Suska Riau. (Muawinah. 2012. Niali nilai pendidikan akhlah
dalam syair ikan terubuk. Tesis UIN Suska Riau)
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research. Danandjaja (2014)
mengemukakan bahwa penelitian kepustakaan adalah cara penelitian bibliogafi secara
sistematik ilmiah, yang meliputi pengumpulan bahan-bahan bibliografi, yang berkaitan
dengan sasaran penelitian; teknik pengumpulan dengan metode kepustakaan; dan
mengorganisa-sikan serta menyajikan data-data.3
Mestika Zed menyebutkan bahwa penelitian kepustakaan adalah penelitian yang
dilakukan dengan membaca karya-karya yang terkait dengan persoalan yang akan dikaji
dan mencatat bagian penting yang ada hubungannya dengan topik bahasan.4 Jadi,
penelitian kepustakaan ini ialah suatu penelitian yang dilakukan disuatu ruangan yaitu di
ruang perpustakaan saja dan penelitian ini tidak perlu turun ke lapangan. Penelitian
kepustakaan tergolong ke dalam penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono (2007: 1), metode penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.5 Artinya penelitian kualitatif ialah suatu penelitian yang mempunyai sifat
deskriptif dan penelitian ini lebih cenderung mengunakan sebuah analisis. Oleh sebab itu,
penelitian kualitatif juga berpedoman pada paradigma (pluralistic), jika lebih banyak
mengunakan sebuah teknik pengumpalan data yang dipakai, maka lebih bagus hasil dari
suatu penelitiannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang terkandung dalam
syair ikan terubuk. Narasi laporan penilitian ini mengarah pada penjelasan deskriptif
sebagai ciri khas penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
3
Sari, M. Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penenlitian Pendiidkan IPA. Jurnal Penelitian
Bidang IPA dan Pendidikan IPA, Vol. 6, No. 1, tahun 2020, Hal. 53
4
Umar Yahya. Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun di Lingkungan Keluarga Menurut
Pendidikan Islam. Jurnal Islamika, Vol. 15, No. 2, tahun 2015, Hal. 245
5
Prasanti, D. Penggunaan Media Komunikasi Bagi Remaja Perempuan Penggunaan Media Komunikasi Bagi
Remaja Perempuan. Jurnal Lontar, Vol. 6, No. 1, tahun 2018, Hal. 32
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dalam subjek penelitian secra
holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan demikian
jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis.
B. Sumber Penelitian
Penelitian dengan judul syair ikan terubuk merupakan penelitian kepustakaan dengan
pendekatan ilmu-ilmu social. Oleh karena itu, metode yang digunakan sesuai pula dengan
metode penelitian kepustakaan yang dituntun oleh kerangka pemikiran teoritis yang
melibatkan sumber data. Sumber data ialah suatu subjek dari mana data tersebut
didapatkan. Bemakna sumber data adalah dari mana peneliti mendapatkan dan menggali
informasi berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun sumber data yang
peneloiti gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Sumber primer
Sumber primer yang merupakan sumber utama dalam penelitian ini adalah syair
ikan terubuk.
2. Sumber sekunder
Sumber sekunder ialah sumber kedua dari hasil penggunaan sumber lain yang
terkait secara langsung tetapi sangatlah membantu dalam penggalian materi penelitian.
Misalnya buku, jurnal, karya ilmiah lainnya.
9
2. Observasi
Observasi juga merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang sangat
lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi adalah bagian dalam pengumpulan
data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan (Semiawan, 2010).
Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam buku (Kristanto, 2018) observasi adalah suatu
proses yang didahului dengan pengamatan kemudian pencatatan yang bersifat
sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai macam fenomena dalam
situasi yang sebenarnya, maupun situasi buatan. Adler & Adler (1987: 389)
menyebutkan bahwa observasi merupakan salah satu dasar fundamental dari semua
metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-
ilmu sosial dan perilaku manusia.6
6
Hasanah, H. Teknik-teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum, Vol. 8, No. 1, tahun 2016, Hal. 37
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
B. DESKRIPSI UMUM MANUSKRIP SYAIR IKAN TERUBUK
Judul : Syair Ikan Terubuk
Tempat penyimpanan : Bahan dari dosen yaitu Ibu Dr. Ellya Roza, M.Hum.,
bertempat tinggal di Jl. Merpati Sakti, Pekanbaru.
Keadaan manuskrip : Naskah tidak disampul karena diberikan melalui foto,
ukuran huruf kecil dan jenis huruf tsuluts.
Ukuran manuskrip : Kertas A4 (21 cm × 29, 7 cm)
Tebal manuskrip : 23 halaman
Jumlah Bait : 253 bait
Jumlah baris : 506 baris
Syair ditulis : Malam rabu pukul 08.00 malam
Aksara yang digunakan : Arab-Melayu
Cara penulisan : Perlembar menurut lembar kertas dan kertas dibagi menjadi
dua kolom. Baris pertama ditulis di sebelah kanan kertas
serta baris kedua di sebelah kiri kertas. Untuk baris ketiga
kembali ke sebelah kanan dan baris keempat di sebelah kiri
di bawah baris kedua dan seterusnya. Antara bait yang satu
dengan bait yang lain tidak ada pembatas atau jarak.
Bahan manuskrip : Kertas polos A4 berwarna putih
Gaya bahasa manuskrip : Metafora, hiperbola, personifikasi dan litotes.
Umur manuskrip : Berdasarkan kolofon yang tertulis diakhir teks umur naskah
diperkirakan 665 tahun.
HAL 1
1. Bismillah itu suatu nama
Sunnah disebut mula pertama
Sekalian anbiya serta ulama
Kita pula baik mengingat sama
HAL 2
35
Di laut Malaka tempatnya duduk
Gilakanpuyu-puyu di dalamlubuk
HAL 3
37
32. Sangat bercinta ikan terubuk
Birahikan puyu-puyu di dalam lubuk
Hati dan jantung bagai ditumbuk
Laksana bulan dimakan bubuk
HAL 4
38. Hatimudatiadaketahuan
Lalulahpulangmudabangsawan
Setelahsampaike Tanjung tuan
Siang danmalamdudukmerawan
40. Hatinyamabukdiharusetan
Sudahlahdengantakdirnyatuhan
Siang danmalam igau-igauan
Nafsutakdapatlagiditahan
43. Sekalianikandatangbersama
Sertadenganmenteripanglima
Lumba-lumba pun datangbersama
Sangatlahsukamudautama
HAL 5
39
51. Janganlah susah hatimu tuan
Lihatdahulu bicarakelakuan
Tiadalah malu oleh perempuan
Baiklah matikita sekalian
HAL 6
HAL 7
41
70. Menyembah pula ikan sembilang
Tuanku jangan berhati walang
Senjata patik bukan kepalang
Bisanya sampai ke dalam tulang
HAL 8
43
Siapa berkhabarkan kepadanya
Kelakuan kita diketahuinya
HAL 9
HAL10
45
Pergilah telan ia kesananya
Sekian ikan panggil semuanya
HAL 11
HAL 12
47
Suaranya manis terlalu merdu
Laksana bunyi buluh perindu
HAL 13
49
147. Cendrawasih burung di awan
Terbang melangsi ke awan biru
Belum ber kasih kita nan tuan
Menanggung berahi sangatlah rindu
HAL 14
155. Putribertiyatayuhisaudara
Biaralah dia membuat jawara
Meskipunsekarangdatangnyamara
Asalkanhatijangancidera
156. Putrisemayamdisisirinang
Airmatanya berlinang-linang
Badannyakurangseparuhmayang
Siangdanmalam haram taksenang
158. Iamenghadapberkawan-kawan
Menghadapputri raja perempuan
Patikmendengartiadaketentuan
Apalahsusah putrid bangsawan
HAL 15
51
166. Berdatang sembah ikannya belida
Tolong dan sisik semuanya ada
Mendengarkan khabar patik ke katida
Samanya baik di dalamnya dada
HAL 16
HAL 17
53
185. Setelah hari hampir kan senja
Putri bersampan hendak Memuja
Jikalau aku asalnya raja
Disampaikan niat barang di sahaja
HAL 18
55
Muda jauhari hendak berangkat
Hendak melanggar kebun pokat
HAL 19
HAL 20
57
Diiringi oleh misgar panglima
Sekalian ikan ada bersama
HAL 21
HAL 22
59
Janganlah sangat berhati walang
Tuanku jangan sangat bercinta
246. Biramaberendampakaiannyahari
Terkelip-kelipkelopaknyamata
Mengakuilah dendam sehari-hari
Diirangkan oleh segala panglima
HAL 23
61
Majas metafora adalah gaya bahasa yang mengeskpresikan ungkapan secara
langsung berupa perbandingan analogis, kelompok kata atau frasa yang digunakan
bukan makna yang sebenarnya, melainkan sebagai perbandingan. Majas metafora juga
merupakan majas perbandingan yang membandingkan dua hal secara langsung.
Menurut Keraf metafora diartikan sebagai majas yang mengandung perbandingan
yang tersirat yang menyamakan hal yang satu dengan hal yang lain. Majas ini tidak
menyatakan sesuatu perbandingan sesuatu secara terbukaatau secara eksplisit tetapi
sekedar memberikan sugesti adanya suatu perbandingan.7
Menurut Becker metafora merupakan perbandingan namun hanya saja tidak
memiliki kata-kata penggunaan perbandingan, misalnya laksana, bagai, seperti, lain
sebagainya, namun demikian metafora itu perantara dengan melihat sesuatu benda
lain.8 Selain itu, menurut Lakoff dan Johnson metafora adalah sebuah hal yang
memiliki makna lain dan fungsi uatamanya yaitu memahami. Metafora struktural yang
merupakan salah satu konsep yang tersrtuktur secara metaforis dalam konsep yang
lain.9
Dari beberapaa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa majas metafora
adalah gaya bahasa yang mengeskpresikan ungkapan secara langsung berupa
perbandingan analogis, kelompk kata atau frasa yang digunakan bukan makna yang
sebenarnya, melainkan sebagai perbandingan. Majas metafora juga merupakan majas
perbandingan yang membandingkan dua hal secara langsung. Pada syair ikan Terubuk
terdapat beberapa majas metafora diantaranya, yaitu:
Majas metafora terdapat pada bait ke 4 halaman 1 pada kalimat “Duduk menyurat
dagang piatu” memiliki arti bahwa seseorang sedang sendiri tanpa Ibu. Majas
metafora terdapat pada 3 kata yaitu kata “dagang, menyurat, dan pintu”. Pertama
dalam KBBI dagang memiliki arti pekerjaan yang berhubungan dengan menjual
dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan; jual-beli; niaga. Kedua dalam
KBBI kata menyurat yang berarti mmebuat sebuah tulisan yaitu surat. Ketiga
dalam KBBI kata piatu memiliki arti seorang diri tanpa ibu. Jadi makna lain majas
metafora berdasarkan KBBI pada kalimat “Duduk menyurat dagang pintu” yaitu
duduk menulis sebuah surat sendirian tanpa kasih sayang seorang ibu atau tanpa
adanya kasih ibu dalam hidupnya.
7
Gorys, Keraf, Eksposisi Dan Deskripsi, (Jakarta : Nusa Indah, 1981), Hlm. 124
8
Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1987), Hlm. 66
9
Lakoff, G Dan Mark, J , Metaphors, (Baltimore : John Hopkins University, 2003), Hlm. 14
Majas metafora terdapat pada baitke 7 halaman 1 pada kalimat “Hati yang gila
bukannya mudah” memiliki arti bahwa hati yang begitu sakit. Majas metafora
terdapat pada 2 kata yaitu “Hati yang gila”. Pertama kata “hati” dalam KBBI
memiliki arti organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas
rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari. Kedua kata “gila” dalam KBBI
yang memiliki arti gangguan jiwa; sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit
jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal. Jadi makna lain dalam
kalimat majas metafora “Hati yang gila bukannya mudah” yaitu sebuah hati
perasaan seseorang yang sudah hancur tidak mudah untuk dapat baik kembali
seperti semula.
Majas metafora terdapat pada bait ke 11 halaman 2 pada kalimat “Hendak
mengarang syair nya ikan” memiliki arti bahwa ingin mengarang syair tentang
ikan. Majas metafora terdapat pada kata “mengarang syairnya ikan”. Dalam KBBI
kata mengarang memiliki arti membuat sebuah karangan syair tentang ikan yaitu
syair ikan terubuk.
Majas metafora terdapat pada bait ke 12 halaman 2 pada kalimat “Tersurat
perkataan ikan terubuk” dan “Gilakan puyu-puyu di dalam lubuk” memiliki arti
bahwa teringat perkataan ikan terubuk dan menyukai puyu-puyu yang di dalam
lubuk. Majas metafora terdapat pada kata “gilakan” yang dalam KBBI kata
“gilakan ini memiliki arti menyukai atau tergila-gila kepada puyu-puyu di dalam
lubuk.
Majas metafora terdapat pada bait ke 13 pada halaman 2 pada kalimat “Datanglah
pedendang ikan kelas” memiliki arti bahwa menyanyikan lagu untuk ikan kelasa.
Majas metafora terdapat pada kata “pendendang” yang dalam KBBI kata
“pendendang” memiliki arti orang yang mendendangkan lagu, yang berarti bahwa
makna dari majas tersebut yaitu mendatangkan seseorang yang bisa
mendendangkan lagu untuk ikan kelasa.
Majas metafora terdapat pada bait ke 22 halaman 3pada kalimat “Batangnya padi
kukunya kembali seperti tali” dan “Tumitnya bagai bulunya burung” memiliki arti
bahwa batang pagi memiliki kuku seperti tali dan tumitnya seperti bulu burung.
Batang dalam KBBI yang berarti bagian tumbuhan yang berada di atas tanah,
tempat tumbuhnya cabang dan ranting (pada tumbuhan berkeping satu tempat
melekatnya pelepah daun).
63
Majas metafora terdapat pada bait ke 33 halaman 4 pada kalimat “Birahi
mendengar khabar berita” memiliki arti bahwa berkeinginan atau semangat yang
lebih mendengar kabar berita. Birahi dalam KBBI yang berarti perasaan cinta kasih
antara dua orang yang berlainan jenis kelamin, asyik: ketika dipandangnya wajah
kekasihnya, bangkitlah -- nya. Yaitu seseorang yang mendengar pasangannya
wajahnya langsung bersinar dan bergahira dan penuh semangat. Khabar berita
dalam KBBI laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama terjadi; berita;
warta.
Majas metafora terdapat pada bait ke 34 halaman 4 pada kalimat “Siang dan malam
berhati sayu” memiliki arti bahwa perasaan siang dan malam atau sehari harinya
memiliki perasaan yang halus atau tidak bersemangat. Sayu dalam KBBI yang
berarti sangat sedih dan terharu (tentang perasaan hati), sayu rayu, sayu rawan,iba.
Kata sayu sudah sangat jarang digunakan pada percakapan dan berkomunikasi,
Kata sayu sudah diganti menjadi lebih sederhana yaitu kata iba.
Majas metafora terdapat pada bait ke 47 halaman 5 pada kalimat “Disahut muda
asbuli kusuma” memiliki arti dia dikatakan muda para pemuda pemudi yang
cantik dan bangsawan. Arti kata buli dalam kamus bahasa indonesia adalah wadah
sejenis guci yang terbuat dari tanah liat, bentuknya bundar tanpa leher, berkaki
rendah ,dan bagian atasnya di beri berlubang.
Majas metafora terdapat pada bait 56 halaman 5 pada kalimat “Tuanku jangan
berhati kayu” memiliki arti bahwasanya sang pemimpin janganlah berhati keras
dan bisa mendengarkan kata kata rakyat. Kayu dalam KBBI yang berarti pohon
yang batangnya keras; 2 bagian batang (cabang, dahan, dan sebagainya) pokok
yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dan sebagainya);di mana --
bengkok, di sanalah musang meniti, pb di tempat yang tidak terjaga, di situlah
pencuri datang. jadi untuk zaman sekarang kata kayu lebih sering digunakan untuk
menyatakan benda.
Majas metafora terdapat pada bait 56 halaman 5 pada kalimat “Tuanku jangan
berhati kayu” memiliki arti bahwasanya sang pemimpin janganlah berhati keras
dan bisa mendengarkan kata kata rakyat. Dalam KBBI kata kayu memiliki arti
pohon yang batangnya keras. jadi untuk zaman sekarang kata kayu lebih sering
digunakan untuk menyatakan benda.
Majas metafora terdapat pada bait ke 70 halaman 5 pada kalimat “Tuanku jangan
berhati walang” memliki arti ialah bahwasanya sang pemimpin janganlah
berperasaan khawatir terhadap rakyat. Yang pertama, Kata tuanku dalam KBBi
artinya tuan yang mulia (apabila menyebut atau berkata-kata kepada raja). Kata
tuanku masih sering digunakan dalam sehari-hari ketika seseorang sedang
berbicara kepada orang-orang yang terhormat. Yang kedua kata walang, dalam
KBBI memiliki arti susah hati; cemas; gelisah. Jadi pada zaman sekarang Kata
walang sudah sangat jarang digunakan dalam berkomunikasi karena kalau
digunakan dalam percakapan atau berkomunikasi sedikit kurang enak didengar.
makanya pada zaman sekarang kata walang sudah diganti menjadi kata cemas,
gelisah.
Majas metafora terdapat pada bait ke 85 halaman 7 pada kalimat “besar bicara
suara ngan budak” memiliki arti bahwa kata besar kepala adalah orang yang pandai
dalam berbicara. Yang pertama dalam KBBI, kata ngan memiliki arti garis, bunga,
harga, gaya. pada zaman sekarang kata ngan sudah jarang digunakan. Dan yang
kedua kata Budak, dalam KBBI kata budak artinya anak; kanak-kanak, pada zaman
sekaranh kata budak sudah sangat jarang digunakan, sekarang kata budak, diganti
menjadi kata anak-anak atau kanak-kanak
Majas metafora terdapat pada bait ke 86 halaman 7 pada kalimat “berat menikam
kepala tersungsang” yang memiliki arti bahwa sesuatu yang berat apabila kita
terlalu memikirkannya akan membuat pikiran menjadi lebih kacau sehinga dapat
membuat orang menjadi stress. Dalam KBBI kata tersungsang artinya terbalik
(yang di atas menjadi di bawah, yang di depan menjadi di belakang, kepala di
bawah kaki di atas, dan sebagainya). pada zaman sekarang kata sungsang sudah
sangat jarang digunakan dalam percakapan dan berkomunikasi karena sedikit
kurang enak didengar. Sekarang kata sungsang sudah diganti menjadi kata terbalik.
Majas metafora terdapat pada bait ke 103 halaman 7 pada kalimat “disitulah
gerangan ajalku mati” yang memiiki arti bahwa ditempat inilah dia akan mati atau
meninggal. Dalam KBBI kata gerangan memiliki arti agaknya; kiranya; konon.
Kata gerangan masih sering digunakan sampai sekarang.
Majas metafora terdapat pada bait ke 115 halaman 7 pada kalimat “paras sempurna
tidaklah didua” yang memiliki arti bahwa kata paras sempurna adalah perempuan
yang memiliki kecantikan dan keanggunan yang sangat sempurna dan tidak ada
65
bandingannya. Dalam KBBI kata paras mempunyai makna sebagai wajah yang
sempurna dan penataan bentuk, rupa, warna, ukuran, dan sebagainya dari sampu,
bagian sampul yang terdiri atas halaman sampul bagian luar yang dibuat menarik
serta selaras dengan isinya dan halaman lain. Kata paras berkaian tentang wajah
misalkan wajahnya sangat cantik, wajahnya putih dan lain lain itulah yang diisebut
dengan paras. Namun pada saat ini kata paras jarang didengar Karena pada
umumnya masyarakat menggunakan kata wajah bukan lagi paras.
Majas metafora terdapat pada bait ke 125 halaman 12 pada kalimat “muda di laut
beta di darat akhirnya kasih jadi mudorat” yang memiliki arti bahwa ketika kasih
menjadi tidak baik dan akhinrnya menimbulkan dosa. Dalam KBBI muda belum
sampai setengah umur. Muda juga sudah seering didengar dikalangan masyarakat,
misalnya seperti seorang suami biasa - istrinya dng memanggilnya “adik”,
walaupun adakalanya usia istrinya lebih tua.
Majas metafora terdapat pada bait ke 129 halaman 12 pada kalimat '' hati tuanku
jangan gelabah '' yang memiliki makna adalah kita tidak boleh gegabah dalam
melakukan tindakan. Dalam KBBI gelabah memiliki makna adalah gugup.
Misalnya seperti Kau tidak perlu gugup. Semua orang akan melalui masa-masa
seperti ini.
Majas metafora terdapat pada bait ke 140 halaman 13 pada kalimat “Sangat menari
kemantiannya” yang memiliki makna bahwa hendaklah kita selalu mengingat
kematian karena kita tidak tahu kapan kematian itu datang. Dalam KBBI
kemantiannya mempunyai makna sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi.
Majas metafora terdapat pada bait ke 195 halaman 17 pada kalimat “ikan terubuk
itu berlaga dengan burung” yang memiliki makna bahwa untuk memperebutkan
seekor ikan cantik puyu-puyu. Baris tersebut menyamakan antara ikan terubuk
dengan seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis dan ikan yang memiliki
sifat seperti manusia yaitu berdebar. Majas metafora terdapat pada kata berlaga
yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata berlaga itu bermakna
perkelahian. Jadi, untuk zaman sekarang kata berlaga sudah jarang digunakan
dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, kata berlaga pada saat ini sudah diganti
menjadi kata berkelahi/perkelahian.
Majas metafora terdapat pada bait ke 197 halaman 17 pada kalimat “kekayaan
tuhan kholikul alam” yang memiliki makna adalah bahwa kekayaan tuhan dimuka
bumi ini adalah seluruh alam semesta tidak ada yang bisa menandingi kekayaan
tuhan semesta alam. Majas metafora terdapat pada kata Kholikul alam yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Kholikul alam bermakna pencipta
alam semesta (Allah).
Majas metafora terdapat pada bait ke 203 halam 17 pada kalimat “kita berjalan
tembus bulan” yang memiliki makna adalah bahwa kita dapat berjalan melewati
semua rintangan yang ada dengan mendapatkan apa yang diinginkan. Majas
metafora terdapat pada kata tembus yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata tembus itu bermakna berlubang sampai ke sisi yang lain. Jadi, untuk
zaman sekarang kata tembus sudah jarang digunakan dalam berkomunikasi. Oleh
karena itu, kata tembus pada saat ini sudah diganti menjadi kata Bolong.
Majas metafora terdapat pada bait ke206 halaman 17 pada kalimat “beraninya
ketika tidak terperi” yang memiliki makna bahwa yang dimaksud ketika beraninya
ketika tidak terlihat yang lalu akan hendak melanggar negri. Majas metafora
terdapat pada kata terperi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
Terperi itu bermakna terhingga Jadi, untuk zaman sekarang kata Terperi sudah
jarang digunakan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, kata Terperi pada saat ini
sudah diganti menjadi kata Hingga.
Majas metafora terdapat pada bait ke 203 halaman 17 pada kalimat “kita berjalan
tembus bulan” yang memiliki makna adalah bahwa kita dapat berjalan melewati
semua rintangan yang ada dengan mendapatkan apa yang diinginkan. Majas
metafora terdapat pada kata terperi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata tembus bulan itu bermakna melampaui bulan. Jadi, untuk zaman
sekarang kata tembus bulan digunakan sebagai kata kiasan.
Majas metafora terdapat pada bait ke 206 halaman 17 pada kalimat “beraninya
ketika tidak terperi” yang memiliki makna bahwa yang dimaksud ketika beraninya
ketika tidak terlihat yang lalu akan hendak melanggar negeri. Majas metafora
terdapat pada kata terperi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
Terperi itu bermakna terhingga Jadi, untuk zaman sekarang kata Terperi sudah
jarang digunakan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, kata Terperi pada saat ini
sudah diganti menjadi kata Hingga.
Majas metafora terdapat pada ke 210 halaman 17 pada kalimat “sampailah juga ke
pucuk beringin” yang memiliki makna bahwa hal itu bisa tercapai sesuai dengan
67
apa yang kita inginkan jika tiada hujan dan angina maka bisa sampai ke pucuk
beringin. Majas metafora terdapat pada kata pucuk beringin yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pucuk beringin itu bermakna daun muda dari
pohon besar yang tingginya 20-35 m.
Majas metafora terdapat pada bait ke 220 halaman 17 pada kalimat “Perkataan
jangan dihabisi” yang memiliki makna bahwa perkataan harus selalu dijaga yang
sembarang dalam berkata. Dihabisi dalam KBBI yang berarti berakhir selesai habis
prundingan berkesudahan.
Majas metafora terdapat pada bait ke 227 pada halam 17 pada kalimat “Dia
menjadi peradaban mentari” yang memiliki makna bahwa menjadi peradan mentari
yaitu menjadi penjaga mentari yang hendak mengambil tuannya putri. Peradaban di
dalam KBBI yang berarti kemajuan kecerdasan, kebudayan lahir bathin.
Majas metafora terdapat pada bait ke 231 halaman 21 pada kalimat “Semuanya
pergi tiada ditinggalkan” memiliki arti sesungguhnya apa yang kita miliki diatas
dunia ini hanya sementara, jika allah SWT sudah menginginkannya mangka dalam
hitungan detik pun akan hilang. Tiada dalam KBBI ialah tidk ada, pengabdian yang
hentinya.
Majas metafora terdapat pada bait 240 halaman 22 pada kalimat “Kehendak tidak
allah sampaikan” yang memiliki arti bahwa jangan lupa sampaikan kehendak allah
jika tidak mau berhati pilu. kehendak dalam KBBI ialah kemauan, keinginan dan
harapan yang keras
10
Kasmi. 2020. Kajian Majas Pada Artikel Jurnalisme Warga Serambi Indonesia. Jurnal Metamorfosa
Volume 8, Nomor 2, Juli. Hlm, 220.
11
Zaimar. 2002. Majas Dan Pembentukannya. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 6, No. 2, Desember.
Hlm, 55.
69
sebenarnya.12 Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari
kenyataan dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. 13
Pada syair ikan Terubuk terdapat beberapa majas hiperbola diantaranya, yaitu:
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 6 pada halaman 1 pada kalimat “Kalbu
didalam rusak binasa” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata yang berlebihan terdapat pada kata rusak binasa. Menurut KKBI kata rusak
binasa berarti hancur lebur.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 9 pada halaman 1 pada kalimat “Tidak
bersemata berhati gila” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata yang berlebihan disini yaitu kata gila. Dalam KKBI kata gila berarti
gangguan jiwa. Kata gila dikatakan kata yang berlebihan karena hati tidak
mungkin mengalami kegilaan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 21 pada halaman 2 pada kalimat “Matanya
bulat terlalu manis” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata yang berlebihan terdapat pada kata manis. Menurut KKBI kata manis berarti
rasa seperti gula. Mata tidak bisa merasakan manis, yang bisa merasakan manis
adalah lidah.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 30 pada halaman 3 pada kalimat “Air mata
cucur berhamburan” dan “seperti tak dapat lagi di tahan” kalimat pada bait ini
terdapat kata/makna yang berlebihan. Kata yang berlebihan terdapat pada kata
berhamburan. Menurut KKBI kata berhamburan berarti bertaburan kesana kesini.
Kata ini termasuk kata yang berlebihan karena secara logikanya air mata tidak bisa
bertaburan kesana kemari.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 36 pada halaman 4 pada kalimat “Hancur
hati siapa memandang” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata berlebihan terdapat pada kata hancur. Menurut KKBI kata hancur berarti
pecah menjadi kecil-kecil. Kata ini termasuk kata yang berlebihan karena hati
takkan mungkin pecah menjadi kecil-kecil jika hanya di pandang saja.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke-90 halaman 8 dengan kalimat “Senjata batik
bukan kepalang, bisanya sampai ke dalam tulang”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata atau makna yang berlebihan. Menurut KBBI kata "Bisa" yang berarti racun
12
Okke Kusuma Sumantri Zaimar. 2002. Majas dan Pembentukan. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 6
No 2, hlm 55
13
Sugeng Santoso. 2016. Majas dalam Novel Semesta Mendukung Karya Ayu Widya. Jurnal Bastra
(Bahasa dan Sastra), Vol. 2 No 1, hlm 6`
yang ada pada bintang. Pada kalimat ini terlihat melebih-lebihkan karna di
gunakan untuk senjata.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke-83 halaman 8 dengan Kalimat “Rusaknya
negeri dilanggar ikan”. Menurut KBBI kata "langgar" yang berarti tindakan yang
sengaja melawan aturan. Pada kalimat tersebut akibat perbuatan ikan itu negerinya
hancur.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 94 halaman 9 dengan kalimat “Hatinya
gunda tiada ketahuan, seperti budak terkena sawan”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “sawan”. Dalam
KBBI kata sawan bermakna berbagai penyakit yang biasanya datang tiba-tiba,
menyebabkan kejang. Jadi, mengibaratkan hatinya gunda bahkan sampai seperti
terkena sawan maka disitulah terdapat majas hiperbola karena makna yang
berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 101 halaman 9 dengan kalimat “Menantikan
ketika remangnya bulan, tuan putri hendak ditelan”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “hendak ditelan”.
Dalam KBBI kata ditelan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam kerongkongan.
Jadi, makna tuan putri hendak ditelan itu mengandung majas hiperbola karena
berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 102 halaman 10 dengan kalimat “Keindahan
tidak lagi menderita, berhambur dengan airnya mata”. Kalimat pada bait ini
terdapat kata/makna yang berlebihan. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna
yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “berhambur”. Dalam KBBI
kata berhambur bermakna bertaburan atau berserakan disana sini. Jadi, dalam
kalimat berhambur dengan airnya mata itu memiliki makna yang sangat berlebihan
maka dari itu termasuk kedalam majas hiperbola.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 103 halaman 10 dengan kalimat “Jika
demikian lagu pekerti, disitulah gerangan ajalku mati”. Kalimat pada bait ini
terdapat kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “mati”.
Dalam KBBI kata mati bermakna kehilangan nyawa atau tidak hidup lagi. Jadi,
dikatakan berlebihan karena kalimatnya yaitu jika demikian lagu pekerti disitulah
gerangan ajalku mati yaitu hanya karena lagu bisa menyebabkan mati maka dari itu
disebut majas hiperbola.
71
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 113 halaman 10 dengan kalimat “Menimba
pulau ikan patung, sekali ini menjadi untung”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “menimba pulau”.
Dalam KBBI kata “menimba” bermakna mengambil air atau mengeringkan air
sedangkan makna “danau” yaitu laut sungai atau danau. Jadi, termasuk majas
hiperbola karena makna menimba pulau itu berlebihan dan juga pulau tidak bisa
untuk dikeringkan hanya dengan menimbanya.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 116 halaman 11 dengan kalimat “Ikan dilaut
sudahlah gila, hendaklah tuanku mengarunila”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “gila”. Dalam
KBBI kata gila bermakna gangguan jiwa atau sakit ingatan. Pada kalimat ikan
dilaut sudahlah gila, maka bagaimana dikatakan jika ikan itu dapat gila, itulah
makna berlebihan maka dikatakan majas hiperbola,.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 119 halaman 11 dengan kalimat “Jikalau
ada ilmu binasa siang dan malam terasa-rasa”. Kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “ilmu binasa”.
Dalam KBBI kata ilmu bermakna pengetahuan tentang suatu bidang. Sedangkan
makna kata “binasa” yaitu rusak sama sekali atau hancur lebur serta musnah. Jadi
ilmu binasa adalah pengetahuan tentang menghancurkan atau memusnakan
sesuatu. Maka makna itu termasuk makna yang berlebihan dalam kalimat tersebut
sehingga termasuk kedalam majas hiperbola.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 127 halaman 12 dengan kalimat “Menangis
seperti mengulu madu”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang
berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “mengulu”. Kata mengulu dalam
KBBI bermakna menelan. Jadi, mengibaratkan ia menangis seperti mengulu madu
maka disitulah terdapat majas hiperbola karena maknanya yeng berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 135 halaman 12 dengan kalimat “Kita lari ke
dalam rawang”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan. Majas
hiperbola terdapat pada kata “rawang”. Dalam KBBI kata rawang bermakna tidak
teratur. Jadi, mengibaratkan ia berlari ke dalam ketidak aturan maka disitulah
terdapat majas hiperbola karena maknanya yeng berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 137 halaman 13 dengan kalimat “Ia tertawa
berdekah-dekah”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada kata “berdekah-dekah”. Dalam KBBI kata
berdekah-dekah bermakna terbahak-bahak. Jadi, mengibaratkan ia tertawa
terbahak-bahak maka disitulah terdapat majas hiperbola karena maknanya yeng
berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 147 halaman 13 dengan kalimat
“Menanggung berahi sangatlah rindu”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna
yang berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “berahi”. Dalam KBBI kata
berahi bermakna perasaan cinta kasih antara dua orang yang berlainan jenis
kelamin. Jadi, mengibaratkan menanggung berahi sangatlah rindu maka disitulah
terdapat majas hiperbola karena maknanya yeng berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 148 halaman 14 dengan kalimat “Gunung
emas tembak permata”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada kata “permata”. Dalam KBBI kata permata
bermakna batu berharga yang berwarna indah.. Jadi, mengibaratkan gunung emas
itu tembak batu berharga maka disitulah terdapat majas hiperbola karena
maknanya yang berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 156 halaman 14 dengan kalimat “Badannya
kurang separuh mayang”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang
berlebihan. Majas hiperbola terdapat pada kata “mayang”. Dalam KBBI kata
mayang bermakna tongkol bunga palem. Jadi, mengibaratkan badannya kurang
separuh mayang maka disitulah terdapat majas hiperbola karena maknanya yeng
berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait 159 di halaman 15 dengan kalimat “Berendam
dengan airnya mata”. Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Majas kata hiperbola terdapata pada kata “airnya mata”. Dalam KBBI yang
bermakna air yang melelh dari mata. Jadi air mati itu sendiri tidak bisa sampai
merendam atau menggelamkan sesuatu. Sesedih apapun seseorang yang jatuh cinta
air mata yang di keluarkan tentu tidak berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 196 pada halaman 18 pada kalimat “Ikannya
hatinya boleh sentosa.” Kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Majas hiperbola terdapat pada kata “sentosa.” Dalam KBBI, kata sentosa
bermakna bebas dari segala kesukaran dan bencana. Pengungkapan dengan kata
73
sentosa menunjukan bahwa keadaan batin ikan itu selamat dari hal-hal yang
mengganggunya dengan kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Majas hiperbola terdapat pada bait ke 230 pada halaman 21 pada kalimat “ Tuan
putri hendak ditelan” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata “ditelan” dalam KBBI berarti memasukkan makanan ke dalam
kerongkongan. Pada kalimat ini terlihat melebih-lebihkan karena manusia tidak
bisa di samakan dengan makanan dikarenakan ukurannya yang besar.
Majas hiperbola terdapat bait ke 245 pada halaman 22 pada kalimat “Terkelip-
kelip kelopaknya mata” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan.
Kata “terkelip-kelip” dalam KBBI berarti cahaya kecil yang terputus-putus
biasanya digunakan pada bintang di langit. Pada kalimat ini melebih-lebihkan tidak
bisa disamakan kelopak mata dengan bintang di langit.
Majas hiperbola pada bait ke 251 pada halaman 23 pada kalimat “Seperti dihiris
dengan sembilu” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna yang berlebihan. Kata
“sembilu” dalam KBBI berarti pisau. Pada kalimat ini melebih-lebihkan
dikarenakan syatan atau hirisan sembilu (pisau) ditangan berbeda rasa sakitnya
dengan sayatan atau hirisan di hati.
14
Luh, N., Pratiwi, J., Putu, N., Wedayanti, L. &Oeinada, I. G. Penerjemahan Majas Personifikasi
Dalam Novel Sekai NoChuushin De Ai WoSakebu Karya KatayamaKyoichi. 20, 162–168 (2017).
15
Pionerita, Jihan Wahyu. Analisis Gaya Bahasa Personifikasi Pada Kumpulan Puisi Renungan Kloset,
Dari Cengkeh Sampai Utrecht Karya Rieke Diah Pitaloka. 2013
16
Rismawati, R. & Nasution, W. Jurnal Metamorfosa. J. Metamorf. 8, 294–305 (2020).
corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat,
berbicara seperti manusia. Tarigan (1985: 17) menyatakan bahwa penginsanan atau
personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang
tidak bernyawa dan ide yang abstrak.17 Waridah (2014: 15) menyatakan bahwa majas
personifikasi ini yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah
mempunyai sifat seperti manusia.18 Pada syair ikan Terubuk terdapat beberapa majas
personifikasi diantaranya, yaitu :
Majas personifikasi terdapat pada bait 12 halaman 2 pada kalimat “Tersurat
perkataan ikan terubuk”. Majas personifikasi dalam syair ikan terubuk ini terdapat
dalam bait ke 12 baris 1 halaman 2 dimana terdapat kata “tersurat perkataan”
dikatakan majas personifikasi karena kata tersebut mempunyai makna seperti sifat
manusia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “surat”
memiliki arti kertas dan sebagainya yang bertulis. Pada dasarnya ikan ialah hewan
yang hidup di air, tidak dapat berbicara seperti layaknya manusia dan tidak dapat
menulis untuk menyampaikan sebuah perkataan. Maksud dalam syair ikan terubuk
tersebut yaitu apa yang dikatakan atau disampaikan oleh ikan terubuk tersebut
berbentuk tulisan yang dapat dibaca layaknya seperti manusia yang dapat
membaca pada huruf abjad.
Majas personifikasi terdapat pada bait 13 halaman 2 pada kalimat “Terubuk nan
tengah sengah sentosa”. Majas personifikasi dalam syair ikan terubuk ini terdapat
dalam bait ke 4 baris 2 pada halaman 2 dimana terdapay kata "tengah sentosa"
dikatakan majas personifikasi karena kata tersebut mempunyai makna seperti sifat
manusia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "sentosa"
memiliki arti bebas dari segala kesukaran dan bencana; aman dan tenteram;
sejahtera contoh: 'dengan penghasilan yang cukup dan lingkungan yang aman, ia
hidup dengan sentosa bersama keluarganya di kampung'. Maksud dalam syair ikan
terubuk tersebut yaitu ikan terubuk tersebut berada di fase aman, tentram dan
sejahtera. Sedangkan makna sentosa hanya bisa dirasakan oleh manusia, bukan
17
Syaifudin Mubarok, “Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi Dan Kata Khusus Pada Kumpulan
Puisi Ketika Cinta Bicara Karya Kahlil Gibran”, (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta , 2015), 2.
18
Sugeng Santoso, “Majas Dalam Novel Semesta Mendukung Karya Ayuwidya”, Jurnal Bahasa
(Bahasa dan Sastra), Vol 2, No 1, Juli 2016, h. 95.
75
hewan. Karena manusia mempunyai perasaan yang dapat merasakan bagaimana
hidup aman, tentram dan sejahtera.
Majas personifikasi terdapat pada bait 33 halaman 4 pada kalimat “Berdandang
dengan air mata”. Majas Personifikasi terdapat pada bait 33 baris 2 halaman 4 pada
kalimat “berdandang dengan air mata” dikatakan majas personifikasi karena kata
tersebut mempunyai makna seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “dandang” memiliki arti
periuk besar untuk mengukus nasi, biasanya dibuat dari tembaga atau aluminium.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terletaknya majas personifikasi pada kata tersebut
karena dandang adalah benda mati sedangkan air mata adalah kata benda yang ada
di manusia, menjadi kata kerja jika di tambah kata kerja seperti “mengeluarkan air
mata.
Majas personifikasi terdapat pada bait 60 halaman 6 pada kalimat “Ke dalam
kolam patok menjelma”. Majas Personifikasi terdapat pada bait 60 baris 4 halaman
6 pada kalimat “ke dalam kolam patik menjelma” kalimat pada bait 60 baris 4 ini
terdapat makna seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Berdasarkan kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “patik menjelma” memiliki arti Hamba yang
lahir kembali menjadi manusia dan sebagainya. Hamba ini dipuja-puja layaknya
dewa. Jadi patik menjelma disini bermakna hamba yang telah berubah bentuk.
Majas personifikasi terdapat pada bait 64 halaman 6 pada kalimat “Tubuhnya putih
suaranya karu”. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “suaranya
karu” bermakna suara yang tidak karu-karuan, atau memotong pembicaraan orang
lain. Suara karu artinya disini adalah ketika ada seorang yang berbicara dan
menyela pembicaraan orang tersebut yang sedang berbicara serta melakukan
interupsi. Jadi suara karuan ini adalah bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia
yang tidak sesuai.
Majas personifikasi terdapat pada bait 66 halaman 6 pada kalimat “Tubuhnya putih
cahayanya sepaut”. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata
“cahayanya sepaut” bermakna sinar atau terang yang sedikit. Dari sesuatu yang
bersinar atau atau berkilau. Artinya disini adalah cahaya yang dipancarkan terlihat
sedikit.
Majas personifikasi terdapat pada bait 111 halaman 10 pada kalimat “Berdatang
sembah ikan haruan”. Dalam KKBI kata berdatang sembah ikan hanruan bermakna
pada waktu mengahadap raja. Pada dasarnya sembah ikan haruan ikan yang ada
didalam air, tidak bisa berbicara aatau menyembah didalam air dan tidak bisa
berbicara seperti menausia pada umumnya. Maksud dalam syair ikan terubuk
tersebut yaitu apa yang disampaikan pada syair ini berbentuk tulisan yang
bermakna utusan raja itu menghadap raja.
Majas personifikasi terdapat pada bait 136 halaman 13 pada kalimat “Surat lalu
sampai menari”. Majas personifikasi dalam syair ikan terubuk ini terdapat dalam
bait ke 136 baris 3 halaman 13 dimana terdapat kata “Surar menari” dikatakan
majas personifikasi karena kata tersebut mempunyai makna seperti sifat manusia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “surat” memiliki arti
kertas dan sebagainya yang bertulis. Pada dasarnya menari adalah memainkan tari
(menggerak-gerakkan badan dan sebagainya dengan berirama dan sering diiringi).
Maksud dalam syair ikan terubuk ini adalah tulisan yang seolah-olah menari, gerak
tubuh yang secara berirama senada dengan alunan musik yang dilakukan di tempat
dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud,
dan pikiran.
Majas personifikasi dalam syair ikan terubuk ini terdapat dalam bait ke 144 baris 1
halaman 13 dimana terdapat kata “Pisau raut tajam sekarat” dikatakan majas
personifikasi karena kata tersebut mempunyai makna seperti sifat manusia.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pisau raut : melicinkan
(menghaluskan, meruncingkan) dengan pisau dan sebagainya: raut pensil. Pada
dasarnya tajam adalah : bermata tipis, halus, dan mudah mengiris, melukai dan
sekarat adalah dalam keadaan saat-saat menjelang kematian (menjelang ajal tiba).
Maksud dalam syair ikan terubuk adalah pisau raut bermata tipis dan mudah
mengiris yang seolah-olah mempunyai sifat manusia yaitu sekarat yang artinya
keadaan saat menjelang ajal tiba.
Majas personifikasi terdapat pada bait 167 halaman 15 pada kalimat “Jikalau
berparang dengan kalam”. Majas personifikasi terdapat pada kata “Berparang
dengan kalam” Dalam KBBI kata parang memiliki arti perkataan. Parang dalam
KBBI berarti pisau lebih besar dari pisau tetapi lebih pendek dari pada pedang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terletaknya majas personitifikasi pada kata tersebut
karena parang adalah benda mati sedangkan perkataan adalah yang bisa dilakukan
manusia atau makhluk hidup.
77
Majas personifikasi terdapat pada bait 179 halaman 16 pada kalimat “Menjunjung
dulu tiadalah lena”. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata
“tiadalah lena” memiliki arti tidak ada sadar, atau tidak ada lengah. Jadi tiadalah
lena ini adalah sifat manusia yang tidak ada lengah dalam menjunjung suatu hal.
Majas personifikasi terdapat pada bait 222 halaman 20 pada kalimat “Surat dengan
alamat senjata”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian
surat adalah kertas yang bertulis, secarik kertas sebagai tanda atau keterangan,
sesuatu yang ditulis atau tertulis. sedangkan [senjata] Makna senjata di KBBI
adalah: alat yang dipakai untuk berkelahi atau berperang (keris, senapan, dan
sebagainya). Dikatakan majas personifikasi karena surat ditujukan kepada alamat
seseorang, dan disini ditulis alamat senjata sehingga seakan-akan senjata adalah
alamat seseorang.
Majas personifikasi terdapat pada bait 224 halaman 20 pada kalimat “Di dalam
kawahia mengarung”. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata
“kawah” merupakan geo puncak gunung berapi, pada dasarnya kata mengarung ini
adalah berjalan menyeberang. Jadi artinya di sini adalah geo puncak gunung berapi
ini seolah-olah berjalan menyeberang.
19
Okke Kusuma Sumantri Zaimar. 2002. Majas dan Pembentukannya. Depok: Universitas Indonesia,
Vol. 6, No. 2, hal. 56.
20
Ibid, hal. 58
Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya.21 Menurut bahasa, kata litotes berasal dari bahasa Yunani Kuno
“lito” yang berarti kesederhanaan. Secara umum, Majas Litotes adalah majas atau gaya
bahasa yang mengungkapkan suatu hal dengan perkataan yang rendah hati dan lemah
lembut. Majas ini sering digunakan untuk menyangkal lawan daripada hal yang ingin
diungkapkan. Selain itu, majas litotes merupakan salah satu jenis majas pertentangan
dan umumnya digunakan dalam penyampaian pesan dengan menunjukkan kesan yang
kesan lemah lembut dari setiap ungkapan yang disampaikan, serta untuk tujuan
merendahkan hati. Dan juga tidak menggunakan bahasa yang sebenarnya dalam
penyampaian. Dalam penyampaian pesan menggunakan majas litoses ini, penting
dirasa untung menggunakan gaya bahasa yang mengurangi atau melemahkan
kenyataan yang sebenarnya. Dengan begitu, orang yang mengungkapkan tidak akan
tampak sombong dalam menyangkal pernyataan lawan biacaranya atau argumen lain.
Tujuan utama dalam penggunaan majas litotes dalam berbagai macam keperluan
berbahasa adalah untuk menjaga kesopanan atau menjadikan pesan yang disampaikan
tidak menyakiti hati orang lain. Dalam berbagai hal seperti misalnya percakapan
sehari-hari, kepenulisan, sering menggunakan majas litotes ini. Namun terkadang juga
bisa temukan majas litotes ini dalam pidato, Lagu, puisi. nasihat, syair, atau ceramah.22
Kemudian dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi V Daring ,majas litotes
adalahpernyataan yang memperkecil atau melemahkan dan menyatakan kebalikannya.
Dalam penyampaian pesan menggunakan majas litoses ini, penting dirasa untung
menggunakan gaya bahasa yang mengurangi atau melemahkan kenyataan yang
sebenarnya. Pada syair ikan Terubuk terdapat beberapa majas litotes diantaranya,
yaitu:
Majas Litotes terdapat pada bait ke 3 pada halaman pertama pada kalimat
“Dikarangkan oleh fakir yang hina”. kalimat pada bait ini terdapat kata/makna
seseorang miskin dalam ilmu agama kemudian ia merasa hina.Kalimat pada bait
ini terdapat kata/makna yang mengurangi atau melemahkan kekuatan pertanyaan
yang sebenarnya. Majas litotes terdapat pada 2 kata yaitu “fakir dan hina”. Dalam
KBBI kata fakir bermakna orang yang sangat berkekurangan; orang yang terlalu
miskin, orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk
21
Edi, Kahfie, Endah. 2017. Majas dalam Anak Ini Mau Mengincingi Jakarta? Dan Kelayakannya
Sebagai Bahan Ajar. Jurnal Kata Bahasa Sastra dan Pembelajarannya. Universitas Lampung.
22
Rochman, Abdul. 2014. Stilistika Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam. Jurnal NOSI. 2 (3): 264-
274
79
mencapai kesempurnaan batin. Jadi untuk pada zaman saat sekarang ini kata fakir
sudah jarang digunakan dalam berkomunikasi, kata fakir hanya digunakan sekali-
kali dikala ada hal tertentu saja. Misal disampaikan saat ceramah atau pidato yang
berkaitan atau sesuai dengan tema ceramah. Karena kata fakir kalau untuk
digunakan dalam percakapan atau komunikasi biasa itu sedikit kurang enak
didengar, makanya saat ini baik kata fakir atau pun miskin itu sudah sering diganti
dengan kata sederhana, tidak mampu atau kurang mampu.Karena dengan makna
fakir yang merupakan orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta
dantenaga untuk memenuhi penghidupannya ataupun misalnya makna miskin
menurut KBBI adalah tidak berharta, serba kekurangan(berpenghasilan sangat
rendah). Jadi antara fakir dan miskin itu sama-sama memiliki makna
yangmengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya.
Selanjutnya adapun kata hina. Menurut KBBI kata hina memilikiarti/makna rendah
kedudukannya (pangkatnya, martabatnya). Namun pada saat ini kata hina itu
jarang digunakan, hanya saja pada saat ini kata hina itu lebih cenderung mengarah
kepadapersamaan kata dari hina itu sendiri. Misalnya aib, asor, buruk, cacat,
candal, cela, celaka, cemar, ceroboh, daif, hina, jelata, keji, kotor, laif, laknat, lata,
lemah, leta, lucah, mala, murba, nista,rendah, roda, rucah, terkutuk;
menghina(kan), melanyak, melatakan, melecehkan, melumangkan, memaki,
membenci, memburukkan, mencaci, mencela, mencemooh, mencibir, mencicik,
mendaifkan, mengecilkan, mengejek, menggampangkan, mengumpat, menista,
menodai, menyakiti, menyindir, meremehkan, merendahkan. Dimana antara fakir
dan hina yang merupakan majas litoses dalam bait ini sama-sama kata/makna
yangmengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 48 halaman 5 pada kalimat “Memandang aku
laku yang demikian”. Majas litotes terdapat pada kata yaitu “Memandang aku laku
yang demikian”. Pada kata tersebut terdapat pengungkapan dengan bentuk yang
kontras sebab memiliki tujuan merendahkan diri padahal memiliki maksud
sebaliknya. Majas litotes terdapat pada tiga kata yaitu “Memandang aku laku”.
Pertama dalam KBBI memandang artinyamelihat, memperhatikan, menganggap,
memperlakukan, memperdulikan, memperhatikan, mengingatkan, menyegani dan
menghargai. Kedua, kata aku dalam KBBI artinya yang berbicara atau yang
menulis (dalam ragam akrab), diri sendiri dan saya. Ketiga kata laku dalam KBBI
artinya perbuatan, gerak-gerik, laris, dan boleh dipakai. Jadi arti laku pada bait ke
48 halaman 5 tersebut adalah melihat perbuatannya yang demikian. Adapun makna
lain pada bait tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada yang kasihan terhadap
dirinya orang-orang memandang tidak baik atas perbuatan yang ia lakukan,
padahal niat ia sudah baik tetapi orang-orang menganggap rendah. Kalimat pada
bait ini terdapat kata/makna ia merasa bahwa orang disekitarnya memandang atau
melihat serta menilai sikap dan tingkah lakunya yang seolah-olah sangat hina atau
sangat rendah.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 55 halaman 5 pada kalimat “Patik pun sadar
bahwa yang tua”. Majas litotes terdapat pada satu kata yaitu “Tua ”. Pada kata
tersebut terdapat pengungkapan dengan bentuk yang kontras sebab memiliki tujuan
merendahkan diri padahal memiliki maksud sebaliknya. Dalam KBBI tua memiliki
arti sudah lama hidup dan lanjut usia. Jadi arti tua pada bait ke 55 adalah hamba
sadar bahwa hamba sudah tua. Adapun makna lain pada bait tersebut
mengungkapkan bahwa ia sadar bahwa sudah tua dia mengatakan lebih baik
kehilangan nyawa daripada kecewa, kemudian dia berkata lebih baik ditelan sawa
(ular) daripada merasakan kecewa yang terlalu dalam. Kalimat pada bait tersebut
terdapat makna seseorang merendahkan dirinya dengan mengatakan bahwa dirinya
sudah tua. Sebab itulah ia mau melakukan apapun untuk ikan Terubuk ia rela
mempertaruhkan nyawanya dan menjelaskan kesedihan seorang hamba yang rela
mengorbankan apapun untuk ikan Terubuk, karena ia tak mau kecewa sebab
cintanya yang tidak tersampaikan pada ikan puyu-puyu.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 125 halaman 12 pada kalimat “Muda di laut
beta di darat”. Maksud kalimat yang bermajas ini adalah seseorang yang banyak
ilmu dan bijaksana yang ditembak, darat kena, pada yang lain dan yang diperoleh
dari yang diharapkan, ditimba akan kering, dan pada betapa banyaknya harta yang
diinginkan, jika selalu dibelanjakan akhirnya akan habis juga. Dan mana yang tak
berombak bumi mana yang tak ditimpa hujan, itupun manusia tidak akan luput dari
kekhilafan (kesalahan). Kemudian jika takut dilimbur pasang, jangan berumah di
tepi kalau takut mendapat kesusahan, jangan mengerjakan hal-hal yang berbahaya.
Dan juga bukan main senangnya hati kami naik kesetelah lima hari terapung-apung
di laut dan sebelum tiba dipayungnya baru mengembang. Sedangkan makna lain
majas litotes terdapat pada bait ke 125 pada halaman 12 pada kalimat “Muda di
laut beta di darat” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna dirinya adalah
81
seseorang yang tak pantas berkasih pada seorang yang kehidupannya lebih baik
darinya, orang tersebut ingin menjelaskan bahwa dengan perbedaannya itu akan
menjadi mudorot dari kisah kasihnya tersebut.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 141 halaman13 pada kalimat “Laku seperti
orang yang gila”. Maksud dari kalimat ini adalah perbuatannya, gerak-gerik,
tindakan atau berbuat seperti orang yang sakit ingatan atau sarafnya tidak normal
yang biasanya melakukan hal-hal atau perbuatan yang tidak sewajarnya.
Sedangkan makna lain dari majas litotes terdapat pada bait 141 halaman 13 pada
kalimat “Laku seperti orang yang gila” adalah kalimat pada bait ini terdapat
kata/makna ia seperti orang yang gila dengan melihat gundahnya hati ikan kuala.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 162 halaman 15 pada kalimat “Patik nan hamba
tiada beriman”. Maksud dari kalimat ini adalah rasa simpati atas sesuatu yang
menimpa orang lain dan rasa takut untuk menasihati orang lain dengan keadaan
dirinya yang juga tidak memiliki ilmu yang tinggi. Adapun makna lain dari majas
litotes yang terdapat pada bait 162 hal 15 pada kalimat “patik nan hamba tiada
beriman” adalah terdapat kata/makna bahwasannya dia merendah dan mengatakan
dia tidak bisa melakukan apapun untuk membantu orang lain dengan keadaan dia
yang juga tiada beriman, bahkan dia merasa apalah artinya dia karna tiada iman
dalam dirinya.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 178 halaman 16 pada kalimat “Sembahnya
patik hamba yang hina”. Maksud dari kalimat ini adalah hormat dan khidmat
seorang hamba budak belian yang rendah kedudukannya dalam sebuah tahta dialah
yang mempunyai kedudukan terendah, misalnya kedudukan terendah dalam hal
ekonomi, perilaku dan lain sebagainya. Sedangkan makna lain dari majas litotes
terdapat pada bait ke 178 pada halaman16 pada kalimat “Sembahnya Patik hamba
yang hina” kalimat pada bait ini terdapat kata/makna karena di dalam keadaan
putus asa dan gagal dalam membuat kesepakatan, para tuanku suda berikrar
bahwa sannya di setiap berperang kalau ia mati dia ikhlas demi menyelamatkan
putrinya.
Majas Litotes terdapat pada bait ke 221 halaman 20 pada kalimat “Mepapat
berangkat dia tak sabar”. Pada bait ini terdapat kata atau makna sesuatu tujuan
yang tidak sabar dengan keadaan ataupun merendahkan diri seseorang.Menurut
KBBI Mepapat berarti menekan, dan memadatkan supaya tidak menumpatkan 2
bagian dan menyebabkan tidak mengalir sampah-sampah di sekolah itu.Litotes
adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan
tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya.
Pernyataan yang memperkecil sesuatu atau melemahkan, dan menyatakan
kebalikannya.
83
lampau yang memiliki makna atau bentuk sesuai dengan konteks pada saat itu dan
sudah jarang atau tidak pernah digunakan pada masa sekarang. Jadi benar bahwa kata
gundah gulana pada masa sekarang itu sudah sangat jarang digunakan bahkan sudah
tidak pernah terdengar kembali, terkecuali dalam karya-karya sastra. Mungin kata
gundah gulana masih digunakan demi melestarikan bahasa-bahasa pada masa sejarah
atau masa lampau. Tetapi walaupun begitu jika dilihat dari konteksnya bahwa kata
gundah gulana memang sudah sangat jarang digunakan dalam berinteraksi atau
berkomunikasi bahkan sudah sangat jarang juga mendengar kata gundah gulana
tersebut. Karena pada masa sekarang, dimana masa penuh dengan teknologi yang
sangat canggih dan selalu saja mengalami perubahan dan perkembangan yang
mengakibatkan sebuah bahasa tidak lagi baku seperti semula melainkan bahasa itu
mengikuti canggihnya teknologi dan zaman (modern). Jadi kata gundah gulana sudah
tergantikan posisinya dengan kata lain yaitu kata “galau” yang mungkin lebih banyak
dikenali dan dipahami maksudnya oleh anak-anak muda pada masa sekarang ini (zaman
modern).
Tengadah
Kata tengadah dalam KBBI memiliki arti yaitu mencari, memandang ke atas, berpikir
dalam-dalam dan bekerja keras. Namun kata tengadah tersebut sekarang sudah jarang
digunakan atau sudah jarang dipakai dalam berkomunikasi. Karena lazimnya orang-
orang pada saat ini lebih sering menggunakan dan menggantikan kata tengadah tersebut
menjadi kata menengadah, memandang, melihat, mengamati, melirik dan hal lainnya
yang berkaitan dengan indera penglihatan tentunya yang berperan dalam kata ini. Kata
tengadah pada masa dulu itu sering digunakan dalam nyanyian lagu dulu atau tentunya
terdapat dalam syair, misalnya Syair Ikan Terubuk ini. Mengapa kata tengadah dipakai
atau digunakan dalam syair ini? Karena sesungguhnya makna dari kata tengadah itu
pembawaannya atau cara penyampaiannya snagat bersifat sopan, walaupun kata
tengadah sudah diganti dengan kata-kata lainnya tetap saja kata yang menggantikan
kata tengadah itu tetap mengandung sikap sopan dalam penyampaiannya tergantung
lagi dengan konteks penggunaan bahasa saja. Dan sekarang kata tengadah tersebut
termasuk ke dalam salah satu kelompok kata arkais, dimana arkais adalah kata- kata
yang lazim digunakan pada masa lampau yang memiliki makna atau bentuk sesuai
dengan konteks pada saat itu dan sudah jarang atau tidak pernah digunakan pada masa
sekarang. Jadi benar bahwa kata tengadah pada masa sekarang itu sudah sangat jarang
digunakan bahkan sudah tidak pernah terdengar kembali, terkecuali dalam karya-karya
sastra, misalnya dalam karya sastra syair Ikan Terubuk.
Sebarang
Kata sebarang sama dengan kata sembarang yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), arti kata sebarang adalah apa (siapa, di mana, bilamana) saja. Arti
lainnya dari sebarang adalah asal. saja. Namun pada saat sekarang ini kata sebarang
diganti dengan kata sembarang, yang memiliki adalah serampangan, ceroboh, gegabah,
kurang ingat, rusuh. Makna sembarangan di KBBI adalah tidak dengan pilih-pilih, tidak
dengan pandang-memandang, asal saja.
Termangu
Kata termangu sama dengan kata melamun yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), arti kata termangu adalah termenung, terdiam (karna sedih, kecewa,
binggung, terkejut, dsb). Namun pada saat sekarang ini kata termangu sudah jarang
diucapkan, dan diganti menjadi kata melamun berhayal, yang memiliki arti memikirkan
sesuatu.
Betuah
Kata betuah sama dengan kata beruntung yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata betuah adalah sakti, mendatangkan untung, dan keramat. Namun pada
saat sekarang ini kata betuah sudah jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata sangat
beruntung, yang memiliki arti bernasib baik, berhasil dan tidak gagal.
Berpatutan
Kata berpatutan sama dengan kata serasi yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata berpatutan adalah sepadan, serasi, dan selaras. Namun pada saat
sekarang ini kata berpatutan sudah jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata serasi
dan sesuai.
Elok
Kata elok dalam KBBI memiliki arti baik, bagus, cantik. Makna dari kata elok ini
adalah menyatakan tentang cerita, baju, rupa dan sebaginya. Misalnya, cerita yang elok.
Kata elok ini sudah sangat jarang digunakan dan diganti menjadi kata baik, bagus,
cantik sesuai dengan konteks situasinya.
Sujah
85
Kata sujah dalam KBBI memiliki arti pesona dan karisma. Makna dari kata sujah ini
adalah menyatakan tentang seseorang yang ingin glamor dan menjadi pusat perhatian.
Kata sujah ini sudah sangat jarang digunakan dan diganti menjadi kata glamor.
Barung
Kata barung dalam KBBI memiliki arti teratak, gubuk, pondok, rumah kecil, warung.
Makna dari kata barung ini adalah menyatakan tentang tempat tinggal atau tempat
berteduh walaupun tempatnya tidak luas atau lebar. Kata barung ini sudah sangat jarang
digunakan dan diganti menjadi gubuk atau pondok.
Panglima
Kata panglima sama dengan kata pemimpin yang menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), arti kata panglima itu adalah pemimpin tertinggi. Namun pada saat
sekarang kata panglima sudah jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata pemimpin
yang memiliki arti ketua paling atas.
Lata
Kata lata sama dengan kata kotor yang menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata lata itu adalah ucapan yang kotor. Namun pada saat sekarang kata lata
jarang digunakan, dan diganti menjadi kata ucapan yang kotor/ kotor yang memiliki arti
ucapan yang tidak baik.
Dewata
Kata dewata sama dengan kata dewa yang menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata dewata itu adalah dewa, kedewaan, maha dewa tertinggi. Namun pada
saat sekarang kata dewata itu udah jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata dewa
atau maha dewa yang memiliki arti tertinggi.
Karu
Kata karu memiliki arti yaitu mematahkan, mengaru. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) karu berarti tidak keruan (kalut, susah tentang pikiran dan perasaan).
Pusaka
Kata pusaka memiliki arti yaitu harta benda peninggalan orang yang telah meninggal,
warisan. Menurut KBBI pusaka berarti harta benda peninggalan orang yang telah
meninggal. warisan yang ditinggalkan kepada anaknya hanya berupa sawah lima petak.
barang yang diturunkan dari nenek moyang.
Bertikam
Kata bertikam memiliki arti yaitu berkelahi, beradu buku tangan, berbantah,
bercakaran, bergaduh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
bertikam adalah berkelahi. Arti lainnya dari bertikam adalah beradu buku tangan. saling
menusuk dengan senjata tajam: kedua pemuda itu bertikam-tikaman karena berselisih
paham.
Sembah
Kata sembah memiliki arti yaitu pernyataan hormat dan kidmat. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) pernyataan hormat dan kidmat (dinyatakan dengan cara
menangkupkan kedua belah tangan atau menyusun jari sepuluh, lalu mengangkatnya
hingga ke bawah dagu atau dengan menyentuh ibu jari ke hidung) mengangkat
menghormat dengan sembah dua kalimat kata atau perkataan yang ditunjukan kepada
orang yang dimuliakan.
Berhati Walang
Kata berhati walang memiliki arti yaitu khawatir. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) makna kata berhati walang adalah yang menaruh belas kasihan
(saying dan sebagainya).
Kepalang
Kata kepalang memiliki arti yaitu tanggung, tidak cukup, kurang. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kepalang adalah sudah terlanjur (dalam keadaan
tanggung). Contoh: ia sekalian mandi karena kepalang basah.
Beta
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata beta telah ada. Berarti kata itu
telah diterima dan menjadi kosakata baku bahasa Indonesia yang dapat digunakan
secara nasional. Kata beta memiliki arti 1) saya (digunakan) orang-orang besar pada
zaman dahulu dalam cerita klasik Melayu, penyair dalam karya sastra masa kemudian,
atau masyarakat di Maluku; 2) nama huruf ke-2 dalam abjad Yunani; 3) sarung
pengantin laki-laki (pada masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara). Kata beta telah lama
digunakan oleh masyarakat Melayu. Kata tersebut digunakan oleh para bangsawan
Melayu sebagai pengganti kata saya atau aku. Selain dalam lisan, kata tersebut
digunakan dalam naskah-naskah kesusasteraan Melayu. Tetapi sekarang kata beta
sudah jarang digunakan dalam berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia, sekarang
kata beda sudah diganti dengan kata saya
Gelorat
87
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata gelorat memiliki arti darurat.
Penggunaaan kata-kata dalam ucapan dan keterangan makin luas dan banyak
menggunakan kata-kata yang jarang digunakan. Sehingga membuat kita kadang tidak
tau maksud dari kata-kata tersebut. Seperti penggunaan kata gelorat. Maka kata gelorat
sekarang sudah diganti dengan kata darurat.
Bertitah/titah
Kata bertitah dalam KBBI memiliki arti titah /ti·tah/ n kata; perintah (biasanya dr raja)
yg harus dipatuhi: titah raja harus dipatuhi, bertitah /ber·ti·tah/ v berkata: Baginda pun
bertitah; Bertitah lalu sembah berlaku, pb jika kehendak orang lain kita turut, kehendak
kita pun akan diturut juga, menitahkan /me·ni·tah·kan/ v menyuruh; memerintahkan:
baginda menitahkan tamu agung untuk menghadap.Biasanya setiap yang diucapkan raja
disebut titah (perkataan/perintah) yang harus dipatuhi. Kata “titah” ini sudah jarang
digunakan karena pada zaman sekarang tidak lagi ada kerajaan di Indonesia dan diganti
dengan kata “perkataan”.
Gelabah
Kata gelabah dalam Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti kemenangan
makna dari kata ini di identik dengan capaian-capaian yang telah dicapai seseorang,
atau kemenangan adalah ketika kita telah mengalahkan seseorang. Kata gelabah ini
sudah sangat jarang digunakan dan sekarang telah diganti menjadi kata menang.
Patik
Kata patik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti Hamba kata ini
dipakai ketika berkata-kata dengan raja. Arti kata patik ini sudah jarang digunakan
bahkan saat sekarang ini kata patik dalam kelas nomina menyatakan nama dari
seseorang.
Duli
Kata duli dalam kkbi memiliki arti kehormatan atau junjungan makna dari kataa duli
adalah kehormatan bagi seorang raha biasanya kata duli ini diucapkan saat seseorang
sedang memamggil seorang raja kata duli ini sudah sangat jarang diucapkan dan diganti
menjadi pemimpin.
Empunya
Kata empunya dalam kkbi memiliki arti demikian. Makna dari kata empunya adalah
sesuatu yang sudah dibicarakan atau didiskusikan biasanya kata empunya diucapakn
pada saat melakukan diskusi kata empunya ini sudah jarang dikatakan dan diganti
menjadi sudahlah.
Khabar
Kata khabar dalam KBBI adalah bentuk tidak baku dari kata kabar yang memiliki arti
berita. Makna dari kata khabar adalah laporan tentang peristiwa yang biasanya belum
lama terjadi. Biasanya kata khabar ini diucapkan saat seseorang mendapatkan berita.
Kata khabar ini sudah sangat jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata kabar atau
berita.
Warta
Kata warta dalam KBBI adalah kabar. Makna dari kata warta adalah “laporan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat”.Biasanya kata warta ini di ucapkan jika seseorang
mempunyai kabar. Kata warta ini sudah jarang di ucapkan, dan di ganti dengan kata
kabar.
Tilam
Kata tilam dalam KBBI memiliki arti kasur. Makna dari kata tilam ini adalah tempat
tidur atau tempat beristirahat di kasur. Biasanya kata tilam ini diucapkan saat seseorang
ingin istirahat. Kata tilam ini sudah sangat jarang di ucapkan dan diganti menjadi spring
bed.
Tilak
Kata tilak di sebut tanda. Tilak merupakan simbul pikiran kesucian. Itu diyakini sebagai
tanda religius. Bentuk dan warna bervariasi sesuai dengan golongan seseorang, sekte
agama atau Manifestasi Tuhan yang disembah. Tanda suci yang dikenakan didahi pria
dan wanita menggunakan abu, tanah liat, kumkum (bubuk kunyit merah) atau bubuk
cendana. Ini adalah tradisi Hindu.
Gubang
Kata gubang dalam KBBI memiliki arti perahu layar. Makna dari kata ini adalah
Perahu kecil berlayar dan berlambung tunggal dengan sirip yang dapat ditarik masuk,
pemberat penyeimbang dihasilkan dari berat badan awak perahu. Biasanya kata gubang
ini diucapkan saat nelayan ingin menangkap ikan. Kata gubang ini sudah jarang
diucapkan dan di ganti menjadi perahu layar.
Bangat
Kata bangat dalam KBBI memiliki arti lekas dan segera. Makna dari kata ini adalah
menyegerakan atau mempercepat dalam melakukan suatu hal. Biasanya kata bangat ini
89
diucapkan saat seseorang menyatakan suatu tindakan atau keberadaan. Kata bangat ini
sudah sangat jarang diucapkan dan diganti menjadi lekas atau segera.
Bertanggu
Kata bertanggu dalam KBBI memiliki arti menunda (waktu). Makna dari kata ini
adalah memperlama atau memberhentikan sesuatu sehingga waktu nya menjadi lama.
Biasanya kata bertanggu ini diucapkan seseorang saat sedang malas. Kata bertanggu ini
sudah sangat jarang diucapkan dan diganti menjadi pemalas.
Terubuk
Kata terubuk dalam KBBI memiliki arti nama ikan laut, banyak ditangkap di Bengkalis,
Clupea (Alosa). Terubuk adalah ikan penghuni perairan estuarin yang ditangkap untuk
dimakan daging dan telurnya. Ikan yang mempunyai sifat hermafrodit proandri ini
menjalani siklus hidup dalam waktu kurang dari dua tahun. Kata terubuk ini sudah
sangat jarang di ucapkan dan di ganti menjadi ikan motan.
Birahi
Kata birahi dalam KBBI memiliki arti be·ra·hi perasaan cinta kasih antara dua orang
yang berlainan jenis kelamin. Perasaan ingin menyintai dan dicintai antara lain jenis.
Tetapi sekarang kata birahi sudah jarang digunakan, maka kata birahi ini diganti dengan
kata pacaran.
Walang
Kata walang dalam KBBI adalah belalang. Makna dari kata walang atau di sebut juga
belalang merupakan salah satu jenis binatang yang bisa terbang, dia memiliki sayap
yang mampu mengantarkannya dari sebuah tempat ke tempat yang lainnya. tentunya
kita sering melihatnya disekitar rumah, kebun, lingkungan persawahan maupun
pertanian. Kata walang sudah jarang di ucapkan dan di ganti dengan kata belalang.
Cakap
Kata cakap dalam KBBI memiliki arti sanggup melakukan sesuatu; mampu dan dapat.
Makna dari kata cakap ini adalah mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk
mengerjakan sesuatu. Biasanya kata cakap ini diucapkan saat seseorang sedang
melakukan atau mengerjakan sesuatu tanpa kesalahan. Kata cakap saat ini sudah sangat
jarang diucapkan dan diganti menjadi kata pandai atau mahir.
Sikah
Kata sikah dalam KBBI memiliki arti mata uang lama India atau rupiah. Makna dari
kata sikah ini adalah mata uang negara India pada zaman dulu. Pada saat ini kata sikah
sudah jarang diucapkan atau diganti mejadi kata Rupee, karena mata uang india saat ini
yaitu Rupee.
Berdekah-dekah
Kata berdekah-dekah dalam KBBI memiliki arti terbahak-bahak; terkekeh-kekeh;
tergelak-gelak (tentang tertawa yang keras-keras). Makna dari kata berdekah-dekah ini
adalah ketika kita melihat kelucuan, kegelian, rasa gembira atau hal apapun itu yang
membuat kita tertawa sampai keras dan tidak berhenti-henti. Kata berdekah-dekah saat
ini jarang diucapkan dan diganti dengan terpingkal-pingkal atau terbahak-bahak.
Kapar
Kata kapar dalam KBBI adalah kayu-kayu buangan yang hanyut di sungai atau laut
terdampar di kawasan pesisir. Kata "Kapar" ini jarang diucapkan, dan umumnya orang
mengatakan sampah laut.
Jelupar
Kata jelupar dalam KBBI memiliki makna lupa. Biasanya kata jelupar ini diucapkan
saat seseorang sedang tidak mengingat sesuatu. Kata "jelupar" ini sudah sangat jarang
diucapkan, dan diganti menjadi kata lupa.
Dalung
Kata dalung dalam KBBI memiliki arti tempat menyajikan makanan yang terbuat dari
logam atau perak. Makna dari kata "Dalung" ini adalah (tempat menyajikan makanan).
Kata "Dalung" ini sudah sangat jarang diucapkan, dan diganti menjadi kata piring atau
Mangkuk sebagai tempat menyajikan makanan.
Mangir
Kata mangir dalam KBBI adalah bedak dari tepung beras dicampur rempah-rempah.
Makna kata mangir ini adalah mempercantik kulit. Kata mangir ini sangat jarang
digunakan dan diganti dengan lulur.
Puan
Kata puan dalam KBBI adalah menyatakan seorang perempuan. Makna kata puan ini
menunjukkan seorang gadis. Kata puan ini sudah sangat jarang digunakan dan
umumnya orang mengatakan perempuan itu.
Pualam
Kata pualam dalam KBBI adalah marmer. Makna kata dari kata pualam ini adalah
suatu batu. Kata pualam ini sangat jarang digunakan dan diganti dengan batu yang
merupakan hasil proses metamorfose kontak atau regional dari jenis batugamping.
91
Pasak
Kata pasak dalam KBBI memiliki arti yaitu paku yang dibuat dari kayu, bambu, dan
sebagainya. Kata “pasak” ini sudah jarang diucapkan atau digunakan dikarenakan
perkembangan zaman yang semakin modern sehingga diganti menjadi “paku”.
Memalun
Kata memalun dalam KBBI memiliki arti yaitu memeluk atau membelit. Kata memalun
ini sudah sangat jarang digunakan sehingga sedikit orang yang tahu dari kata memalun
ini apa dan adapun kata memalun ini diganti dengan kata memeluk sesuai dengan kata
yang sering diucapkan oleh orang-orang dalam kehidupan sehari-hari.
Melangsi
Kata melangsi dalam KBBI memiliki arti yaitu terbang (melayang) dengan cepat
(disertai bunyi mendengung). Kata melangsi ini sudah sangat jarang digunakan dan
digantikan dengan kata melayang sesuai dengan kata-kata yang sering disebutkan oleh
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari.
Tuan
Kata tuan dalam KBBI adalah menyatakan seorang laki-laki. Makna kata tuan ini
adalah menunjukkan seorang pria. Kata "Tuan" ini sudah sangat jarang digunakan, dan
umumnya orang mengatakan pria atau laki-laki itu.
Tuna
Kata tuna dalam KBBI memiliki arti luka, rusak, kurang, tidak memiliki. Makna dari
kata tuna ini adalah ketika ada sesuatu yang tidak lengkap. Kata tuna ini sangat jarang
digunakan dan diganti dengan luka atau rusak.
Cawan
Kata cawan dalam KKBI adalah yaitu cangkir yang tidak bertelinga; mangkuk untuk
makan nasi; lapik cangkir. Biasanya kata ini berupa benda/perabot rumah tangga.
Namun kata ini sekarang sudah jarang digunakan.
Baiat
Kata baiat dalam KKBI berarti pelantikan secara resmi; pengangkatan; pengukuhan
Baiat merupakan istilah untuk upacara pengangkatan atau pelantikan seorang
pemimpin. Namun kata ini sekarang sudah jarang digunakan.
Semayam
Kata semayam dalam KBBI memiliki arti duduk. Kata semayam ini sudah jarang
digunakan dan umumnya orang mengatakan duduk.
Inang
Kata inang dalam KBBI memiliki arti perempuan yang merawat anak tuannya. Kata
inang sudah jarang digunakan dan umumnya orang mengatakan pengasuh anak.
Payau
Kata payau ini dalam KBBI memiliki arti agak asin karena bercampur air laut, air
tawar, dan biasanya air di muara. Makna dari kata payau ini adalah sesuatu yang
rasanya asin. Biasanya kata payau ini diucapkan saat seseorang sedang merasa keasinan
dan kata payau ini sudah sangat jarang sekali diucapkan dalam berkomunikasi sehari-
hari dan digant imenjadi kata yang biasa diucapkan yaitu asin.
Tunggang
Kata Tunggang ini dalam KBBI memiliki arti terjungkir, terbalik (yaitu bisa
diposisikan kepala di atas dan kaki dibawah), tertungging (seperti botol yang tutupnya
dibawah dandasarnya diatas. Makna dari kata tunggang ini adalah suatu benda yang
tidak berada pada posisinya. Biasanya kata tunggang ini diucapkan saat seseorang
sedang terpeleset lalu jatuh dan terjungkal, tetapi untuk penggunaan kata tunggang itu
sendiri sudah sangat jarang sekali digunakan dalam berkomuniaksi dan lebih banyak
mengatakan kata terjungkal.
Bercakak
Kata Bercakak ini dalam KBBI memiliki arti yaitu mempunyai kemampuan dan
keberanian melakukan sesuatu, dan berkuasa. Makna dari kata bercakak ini adalah
sebuah tekad keberanian seseorang dalam melakukan sesuatu yang dianggap cukup
sulit. Tetapi kata bercakak ini sudah tidak pernah digunakan lagi dalam berkomunikasi
sehari-hari dan lebih pada penggunaan kata saya bisa, berani dan mampu
melakukannya.
Pulai
Kata pulai dalam KBBI artinya pohon yang batangnya ringan, kulit pohonnya bergetah,
sering dibuat obat. Kata pulai ini sudah jarang digunakan dalam berkomunikasi, dan
diganti dengan nama kayu gabus.
Merawan
Kata merawan dalam KBBI artinya pohon tinggi besar yang digunakan sebagai bahan
bangunan atau mebel. Kata merawan ini sudah jarang digunakan karena berganti nama
menjadi dipterocarpaceae.
Jauhari
93
Kata jauhari dalam KBBI artinya tukang (pedagang) intan. Kata jauhari ini sudah
jarang digunakan dalam berkomunikasi, dan diganti dengan kata tukang.
Bertitahkan
Kata bertitahkan dalam KBBI artinya menyuruh; memerintahkan: baginda, tamu agung
untuk menghadap. Makna kata bertitah ini adalah menyuruh, kata bertitah sudah sangat
jarang digunakan, dan diganti menjadi kata menyuruh.
Terperi
Kata terperi dalam KBBI adalah terhingga, jadi makna kata terperi adalah terhingga,
kata terperi sudah sangat jarang digunakan dan diganti menjadi kata terhingga.
Tohor
Kata tohor dalam KBBI adalah dangkal, hampir kering, habis. Jadi makna kata tohor
adalah habis. Kata tohor sudah sangat jarang digunakan dan sudah diganti menjadi kata
habis.
Lengser
Kata lengser dalam KBBI memiliki arti turun dari jabatan. Makna dari kata lengser ini
adalah turun dari sebuah tahta yang sedang di kerjakan. Kata lengser ini sudah jarang
diucapkan, karena dalam pemerintahan pada zaman sekarang tidak lagi sistem turun
jabatan tetapi diganti.
Lengai
Kata lengai dalam KBBI memiliki arti tidak tangkas, tidak giat, lengah, lalai, dan tidak
mudah (tidak dapat) berkreasi. Makna dari kata lengai ini adalah tidak cepat dalam
bergerak atau tidak bergairah dalam mengerjakan sesuatu. Kata lengai ini sudah jarang
diucapkan dan diganti dengan kata malas.
Perangai
Kata perangai dalam KBBI memiliki arti cara berbuat, tingkah laku, kelakuan, ciri khas
seseorang dalam beraksi atau suatu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap
pikiran dan perbuatan watak. Makna dari kata perangai ini adalah sebuah tingkah laku
atau watak yang dimiliki seseorang. Kata perangai ini sudah jarang diucapkan dan
diganti kata perilaku.
Bersaba
Kata bersaba memiliki arti yaitu bergaul, berkunjung. Kata bersaba dalam KBBI
memiliki arti sabar. Makna dari kata bersaba ini diucapkan saat seseorang sedang. Kata
bersaba ini sangat sering di dengar namun lebih sering didengar dengan kata bersabar.
Rayu
Kata rayu memiliki arti mempunyai perasaan seorang iba (sedih), pilu, pahit, rawan
pilu. Kata rayu dalam KBBI memiliki arti yaitu mempunyai perasaan iba (sedih dan
sebagainya); pilu hati; rawan hati. Makna dari kata rayu ini diucapkan ketika seseorang
sedang merasakan sedih. Kata rayu sudah tidak lagi terdengar dan sekarang sudah
diganti dengan kata sedih, galau.
Baginda
Kata baginda memiliki arti yaitu gelar atau sebutan raja. Kata baginda menurut KBBI
adalah sebuah gelar atau sebutan raja. Makna dari kata baginda ini diucapkan ketika
seseorang mendapat gelar sebagai raja. Kata baginda masih didengar hingga sekarang
namun lebih dikenal sebagai raja.
Hulubalang
Kata hulubalang dalam KBBI memiliki arti kepala lascar, pemimpin pasukan, kepala
negeri, prajurit pengawal, polisi desa. Makna dari kata hulubalang ini adalah pemimpin.
Kata hulubalang ini sudah sangat jarang digunakan, dan diganti menjadi komandan.
Juang
Kata juang dalam KBBI memiliki arti berjuang, berlawanan, berperang, berkelahi,
berusaha, berperang. Makna dari kata juang ini adalah berjuang. Kata juang sudah
sangat jarang digunakan, dan diganti menjadi berjuang.
Sahaja
Kata sahaja dalam KBBI memiliki arti adalah bentuk tidak baku dari saja. Arti lainnya
dari sahaja adalah (dengan) sengaja. Kata sahaja sudah sangat jarang digunakan dan
diganti menjadi saja, atau sengaja.
95
G. Daftar Referensi
97
Sari, M. 2020. Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penenlitian
Pendiidkan IPA. Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA. Vol. 6, No. 1.
Surahmat, dan Alfa Zulia Dwi Karina. 2019. Bentuk dan Fungsi Metafora dalam
Pengumuman Duka Cita Masyarakat Pantura Jawa Tengah. Journal Sastra Indonesia.Vol. 8,
No.3.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
Umar Yahya. 2015. Konsep Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar (6-12) Tahun di
Lingkungan Keluarga Menurut Pendidikan Islam. Jurnal Islamika. 15, No. 2.
Yono, Robert Rizky dan Mimi Mulyani. 2017. Majas dan Citraan dalam Novel
Kerling Si Janda Karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 6 (1).
Zaimar. 2002. Majas Dan Pembentukannya. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 6, No.
2.
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2002. Majas dan Pembentukannya. Depok:
Universitas Indonesia. Vol. 6, No. 2.