Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH

SISTEM KEPERCAYAAN ZAMAN PRAKARSA

Disusun Oleh Kelompok :


FIRMAN HAKIM
M. ILHAM
NOVAL JUMANTO
RIA AMELIA
VIARETA SALSABILA

SMA NEGERI 1 PERHENTIAN RAJA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA dan saya
masih diberi nikmat akal dan nikmat sehat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai.Dan tak lupa Sholawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W
yang telah membawa kita ke zaman yang berilmu pengetahuan sehingga dapat
tersusunlah makalah ini dengan usaha sebaik mungkin.

Atas kerja keras menyusun makalah ini harapan Saya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman serta bermanfaat dan menginspirasi bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Perhentian Raja, Oktober 2022

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Maka
masa pra-aksara sering dikaitkan sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada
masa pra-aksara disebut sebagai kehidupa manusia purba. Manusia muncul
dipermukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-
kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.

Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena
belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia
purba dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris saus
roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah
Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian
timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada persamaan
kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang
yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang
hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya.
Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan
binatang yang hidup di daratan Australia, seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan.
Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia
maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan
Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia
bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan-perubahan
itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara
Indonesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah
Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang.

1
Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh.
Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara
bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM
dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung
antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua.
Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan
oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan
berbagai argumen atau alasannya, seperti:
Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan
pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan
Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di daerah -
daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal
ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut.
Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat - alat
perang.
Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau peninggalan
kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan
peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil -
fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di
samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro,
yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia
purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan
bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah
nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?

2
Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari
Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa
Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke
wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu
(Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai
kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum
nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah
ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga
sekarang menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah - daerah
Australia.

1.2 Perumusan Masalah


Sejalan dengan latar belakang diatas , saya akan merumuskan masalah berikut.

 Apa itu zaman pra-aksara ?


 Apakah manusia purba memiliki jenis ?
 Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk digunakan ?
 Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba ?
 Bagaimana persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan
Sejalan dengan perumusan diatas , makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui:

 Definisi zaman pra-aksara


 Ciri – ciri manusia purba
 Kebudayaan manusia purba
 Sistem kepercayaan manusia purba
 Persebaran yang terjadi di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian zaman praaksara


Zaman praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti
tulisan. Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas
antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.

Berakhirnya zaman Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di
dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu
bangsa Mesir + tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga +
tahun 4000 bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan
zaman praaksara dan zaman sejarah Sumber informasi zaman praaksaraSumber
informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara:

1. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena adanya proses
kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan
peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam
tanah. Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan
(tumbuhan).
2. Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang
terbuat dari batu, tulang, kayu dan logamGambar artefak dari batu Pembabakan zaman
praaksara

2.2 Jenis jenis manusia purba


Kita semua mengenal dalam sejarah bahwa jenis-jenis manusia purba memiliki banyak
suku dan ras. Terlepas dari kontroversi bahwa manusia berasal dari kera yang dianut
dalam teori evolusi, namun 10 jenis manusia purba di Indonesia berikut ini bisa menjadi
bahan referensi bagi kita. Pada masa nya, bagi seorang peneliti, bila menjadi penemu

4
pertama dalam fosil ataupun bukti sejarah lainnya adalah merupakan kebanggaan.
Mungkin juga terjadi pada masa sekarang ini.

Secara umum manusia purba terbagi kedalam 3 kelompok


yaitu Meganthropus (Manusia Besar), Pitecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)
dan Homo (Manusia Cerdas). Fosil yang ditemukan tersebut terdapat di beberapa
wilayah di Indonesia. Wilayah tersebut sudah diberikan ketetapan seperti
halnya perkembangan wilayah di indonesia. Jenis jenis manusia purba dan penemunya
bisa kita lihat dalam ulasan seperti dibawah ini yang dikutip dari beberapa sumber.

Namun perlu diingat pula bahwa ulasan ini bukan merupakan landasan teori ataupun
diperuntukkan untuk kepentingan ilmiah, ini hanya merupakan opini dan pendapat
pribadi yang mudah-mudahan memberikan manfaat bagi kita semua. Macam Nama
Manusia Purba Di Indonesia dan Penemunya, sebagai berikut:

1. Meganthropus Palaeojavanicus

Ditemukan oleh seorang arkeolog dari negeri


Belanda bernama Van Koenigswald. Dia pertama kali menemukan fosil ini di daerah
Sangiran pada tahun 1936. Manusia purba di Indonesia tidak seperti jenis jenis manusia
purba di dunia. Pada era tersebut paling banyak fosil ditemukan dalam kondisi seperti
orang Barat. Maka ketika arkeolog menemukan fosil yang berbeda dari sebelumnya,
membangkitkan gairah ilmiah di kalangan arkeolog untuk lebih mendalami tentang fosil
manusia purba yang ditemukan di indonesia.

Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1 juta dan 2 juta tahun yang lalu. Hal ini
dibuktikan dari fosil dengan teknik peluruhan karbon. Sehingga usia dari fosil tersebut
bisa kita ketahui. Dengan adanya sifat waktu paruh itu, banyak sekali fosil, batuan dan

5
elemen lainnya yang bisa kita perkirakan umurnya. Bahkan umur Bumi yang kita cintai
ini bisa kita perkirakan dengan waktu paruh dari unsur karbon pada material atau
zat. Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai ciri :

 Memiliki tulang pipi yang tebal,


 Memiliki otot rahang yang kuat,
 Tidak memiliki dagu,
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam,
 Memiliki tulang kening yang menonjol,
 Memiliki perawakan yang tegap,rahang bawah Meganthropus, Sangir memakan
tumbuh-tumbuhan, dan hidup berkelompok dan berpindah-pindah.

2. Pitecanthropus Erectus

Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia


pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah Indonesia yang menurut sejarah arkeologi,
pernah beberapa kali mengalami bencana alam Indonesia. Dari mulai hal yang bersifat
mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari bermacam macam pulau.
Doktor dari Belanda bernama Eungene Dubois adalah penemu pertama manusia
disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:

 Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka
dikenal juga dengan manusia kera berjalan tegak.

6
 Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
 Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas
dengan insting hewan.
 Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
 Kehidupan primitif pada masa itu tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan kera di
masa modern. Jenis manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan materialis, karena
merupakan bukti adanya mahluk transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles
Darwin.

Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar terbesar pula pada masa nya.
Dengan ukuran otak yang masih kecil dibanding mahluk lainnya maka didapatkan hasil
yang cukup mengagetkan bahwa dalam keadaan mengumpulkan makanan dan
keperluan bumil, terdapat jejak yang menunjukkan rapat kelompok, ari air jangheh

3. Pitecanthropus Soloensis

Merupakan jenis-jenis manusia purba yang


berasal dari solo tepatnya area ngandong. Selain dari aspek daratan, terdapat batas
wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita sangat penting. Hal ini dikemukakan
dalam batas laut Indonesia yang sudah menjadi ketetapan di kalangan internasional.
Adapun ciri dari Pitecanthropus Erectus adalah :

 Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.


 Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
 Tinggi sekitar 165–180 cm.
 Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
 Memiliki rahang bawah yang kuat.
 Memiliki tulang pipi yang tebal.

7
 Tulang belakang menonjol dan tajam.
 Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.

4. Pitecanthropus Mojokertensis

Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami


jenis jenis manusia purba dan gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois
berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah Mojokerto, sehingga beliau menamai
fosil penemuannya menjadi sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan di
Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya. Beberapa bagian nya menjadi
hancur sehingga beberapa detil tidak terselamatkan sempurna. 10 Jenis Jenis Manusia
Purba Di Indonesia ini bisa menjadi bahan wawasan buat pribadi maupun siswa ajar.

ciri ciri manusia purba di indonesia pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manusia
modern. Mudah-mudahan berhasil bagi anda yang sedang menambah wawasan dengan
membaca-baca artikel seperti ini. Hal ini perlu ditegaskan kembali bahwa konten dari
manusia purba ini bukan merupakan sumber ilmiah kepustakaan. Lebih baik bila
membutuhkan pustaka tentang manusia purba, jenis jenis manusia purba dan
penjelasannya bisa menjadi solusi permasalahan anda.

8
5. Homo Floresiensis

Dari awal kita sudah meminjam berbagai tautan


kata dari sumber. Untuk jenis homo ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang
lebih sama dengan manusia sekarang. Bahkan pada masa itu jenis homo memiliki
kesatuan dalam hal bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi. Pada
masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi menggunakan batu sederhana
yang kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan
keberadaan kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras.

Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak
menamakan fosil penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat
pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama lain dari Homo mungkin bisa diartikan
sebagai suatu kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara umum manusia
jenis homo ini memiliki ciri khas :

 Muka lebar dengan hidung yang lebar;


 Mulutnya menonjol;
 Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
 Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
 Tingginya 130–210 cm;
 Berat badan 30–150 kg;
 Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu

9
6. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar kelompok
masih menjadi masalah pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil
yang berbeda-beda pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti apa kehidupan
sosialnya. Namun para ahli telah meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap
keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial
manusia purba bisa jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal
berkomunikasi.

Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada
tahun 1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia. Penemuan
ini merupakan penemuan penting, karena seolah menemukan keping puzzle yang hilang
yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil-fosil manusia purba di
Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukanan dalam teori Darwin
dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia)

7. Homo Soloensis

10
Merupakan jenis manusia purba Homo yang
ditemukan fosilnya di wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia purba
di indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian Van
Koenigswald, kemudian ada Weidenreich. Berikut keterangan penelitian tentang
manusia purba soloensis:

 Dan peneliti peneliti lain yang mungkin catatanya tidak sebanyak peneliti yang
disebutkan diatas.
 Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut menjadikan khazanah bagi jenis-jenis
manusia purba purba di Asia dan tentunya Dunia.

Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah kehidupan primitif di masa
lampau Indonesia. Banyaknya penemuan di kawasan ini menunjukkan kecenderungan
manusia purba jaman dulu hidup dengan kedekatan pada sumber air. Belum
ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa manusia purba untuk tidak jauh dalam
memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat tinggal dekat sungai, memberikan
keuntungan bagi manusia purba

11
8. Pitecanthropus Robustus

Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang


besar. Dengan adanya rahang besar tersebut, menurut peneliti jenis manusia purba ini
memiliki kegemaran memakan tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah agar
dalam mengunyah tumbuhan menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga bangsa ini
lebih senang bila hidup sendiri. Berikut bentuk rupa dari manusia purba pitechanthropus
robustus:

 Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas mulut
Pitecanthropus Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
 Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya.
Diketahui bahwa manusia purba pada zaman itu
 Bisa diartikan bahwa jenis manusia purba homo ini adalah kondisi alamiah jenis
manusia Indonesia pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup dan
cara berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa itu. Termasuk penggunaan alat
bantu.

Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal dibanding insting. Dibuktikan
dengan banyaknya peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas lainnya yang
dipergunakan untuk menunjang dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga pada
titik titik temuan arkeologis, manusia purba jenis Homo ini tidak terlalu dekat dengan
sungai, yang menandakan bahwa manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat
tinggal atau kawasan tempat tinggal yang nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan
sumber air. Yang pada masa itu adalah sungai

12
9. Pitecanthropus Dubuis

Bila diartikan, jenis manusia kera berjalan tegak


ini adalah jenis yang meragukan. Fosilnya ditemukan di Sangiran namun secara struktur
tulang dan tengkoraknya tidak mutlak masuk dalam ciri meganthropus maupun
pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari Belanda ini merupakan penemuan penting.
Meskipun bagi rakyat Indonesia ekspedisi dan penggalian arkeologis tak ubahnya
dengan pemaksaan dan penjajahan hak.

Bangsa kita yang dipaksa dan dipekerjakan sebagai tenaga penggali. Menurut catatan
sejarah, banyak korban dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya dan
lihai, para peneliti Belanda dibantu dengan pemerintahan kolonial, berhasil membawa
propaganda berupa penemuan fosil manusia purba ini, sehingga sistem kerja paksa
dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di hadapan publik. Dikarenakan banyak
sekali temuan di daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi lapisan tanah di
daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :

 Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan
nama lapisan pleistosen bawah
 Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga
dengan nama lapisan pleistosen tengah.
 Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan
nama lapisan pleistosen atas.

13
Dengan karakteristik seperti itu, Meganthropus memiliki fisik yang kuat dan tegap.
Dengan melimpahnya tumbuhan yang merupakan makanan utamanya. Diperkirakan
oleh peneliti, Meganthropus hidup berkelompok dan cenderung menetap. Perubahan
kehidupan sosial dan budaya tersebut memang tidak seperti kehidupan di zaman
sekarang. Namun dengan penelitian yang intens dan benar, kehidupan sosial manusia
purba bisa kita perkirakan.

Apalagi dukungan yang begitu banyak dan berpengaruh kepada Belanda, menyebabkan
bangsa Indonesia sangat kesulitan dalam mewujudkan cita-cita
kemerdekaan. Penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda, tidak hanya
melibatkan kedua negara tersebut, tetapi juga melibatkan negara-negara lain.

10. Homo Sapiens

Bisa diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal


dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk
orang Indonesia sekarang. Pada masa itu, golongan manusia ini sudah memiliki strukur
organisasi dan pembagian tugas. Berdasarkan penelitian tersebut, tidak hanya bentuk
fisik dari manusia purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa kita kaji. Tentunya
dengan penelitian yang intens dan dalam jangka waktu lama.

Homo Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan
dalam hal akal. Dengan mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa
bertambah dalam khazanah dan pengalaman dengan produk tertentu. Jenis manusia
purba ini memiliki ciri sebagai berikut :

1. Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;


2. Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3. Otot tengkuk mengalami penyusutan;

14
4. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5. Muka tidak menonjol ke depan;
6. Berdiri dan berjalan tegak,
7. Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.

Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui bahwa jenis Homo Sapiens
sudah menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah
memiliki karakteristik berburu. Tidak hanya mengumpulkan makanan seperti halnya
jenis lain. Homo sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banya
ragam dan budaya serta ras. Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini,
muncul asumsi bahwa ‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras.
Seperti halnya ras Asia, Afrika dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun
memiliki keanekaragaman ras dan budaya. Secara telusur, menurut peneliti bahwa
didapatkan leluhur manusia seperti ini :

 Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus.


 Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia
Tenggara.
 Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung
mancung. Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada
yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia
Barat lainnya.
 Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini
ke Australia (ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika.

3 Perkembangan corak dalam kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba

2.3 Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal
kehidupan manusia.Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya
dengan berburu dan mengumpulkan makanan.

15
2.4 Kehidupan Manusia Pada Masa Bercocok Tanam dan Beternak
Manusia purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar
4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar
tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi
Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan dari food gathering ke food
producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara
Indonesia. Disebut revolusi karena terjadi perubahan yang cukup mendasar dari
tradisi mengumpulkan makanan dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh
karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia
sekarang.
Manusia purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat
sederhana untuk menunjang kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya
lebih maju, kapak itu bentuknya sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak
persegi atau beliung persegi. Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk
menggarap ladang. Adanya juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang
berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul
atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini banyak ditemukan di
Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman logam dan zaman
megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.

2.5 Kehidupan Manusia Pada Masa Perundagian


Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan
beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari
semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas
membuat perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai
dengan adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas orang-
orang yang ahli dalam bidang bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan
logam, membuat gerabah, dan perhiasan.

16
2.6 Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa
pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan
untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan
untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan
dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan
stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-
orang terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang
dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal
orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-
barang mewah.

Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka


melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan
mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang
dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh
masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa
pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya.
Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan
yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa


bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang
merasa dirinya memiliki keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan
seperti ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme.

1) Animisme

Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu


benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan
diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau

17
kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang
menempati suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut
dengan cara berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.

2) Dinamisme

Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk


halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami
berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber
mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain. Timbullah
kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang
yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan
kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa,
misalnya, pada batu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan
halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air
kembang.

Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme


mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh
dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi,
meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan pribadi mereka
maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib tersebut diyakini memiliki keteraturan
sendiri yang tak dapat diganggu-gugat, yakni hukum alam. Kepercayaan terhadap
“Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batin spiritual sekaligus
kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini kemudian
berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan kemudian Islam.

2.7 Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis Meganthropus,
Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dan ras
Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah mereka penduduk asli atau
pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak mesolithikum yang digunakan dengan
artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa mereka berasal dan Teluk
Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).

18
1. KedatanganProto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin
bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto melayu atau
Melayu Tua. Kedatangan mereka itu mendesak penduduk dan ras
Austromelaneoid ke pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian timur. Penduduk
ras itu menjadi nenek moyang menduduk Papua sekarang.

2. Kedatangan Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu
Austronesia dan Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut
Deutero-Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka mendesak penduduk
keturunan Proto-Melayu yang telah lebih dahulu menetap. Memasuki Kepulauan
Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu menyebar ke sepanjang pesisir. Ada juga
di antara mereka yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu antara
lain masyarakat Minang, Jawa, dan Bugis.

Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal


dengan sebutan Kebudayaan Dong Son. Donon son adalah tempat di Teluk
Tonkin tempat asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu
yang ditemukan di Indonesia serupa dengan artefak perunggu dan Dong Son.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai
berkembang. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan
buruan, tetapi sebaliknya mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk
ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka
mulai menjinakan hewan-hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti
kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia
sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.
Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan
mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia.
Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di
belahan dunia lain.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada
masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak
hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa
kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat
penting dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan
damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling
mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah berkembang pada
masyarakat pra aksara.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/
http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html
http://www.crayonpedia.org/mw/
Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di_Indonesia_-_I_Wayan_Legawa_7.1
http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-
teknologi-pada.html

http://temukan-jawaban.blogspot.co.id/2016/05/peralatan-manusia-purba-zaman-
praaksara.html

Soekmono.R.1981.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I.Yogjakarta:

Kanisius(anggota IKAPI)

Djoened, Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.1993.Sejarah Nasional


Indonesia I. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://haristepanus.files.wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa-praaksara.pdf

Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media
Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai