Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ZAMAN PRAAKSARA DI ASIA TENGGARA

DOSEN PENGAMPU:
DRS. HAFNITA SARI DEWI LUBIS, M.SI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
NAMA:MUHAMMAD NABIEL ARRAIHAN(3233121017)

ANGGA KRISTOVEL SIANTURI(--------)

LORENTI BR NAINGGOLAN(--------)

KELAS:SEJARAH B REGULER 2023

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul.

“ZAMAN PRAAKSARA DI ASIA TENGGARA”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan,29 Agustus 2023

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….iii

BAB I Pendahuluan…………………………………………..1

1.Latar belakang ………………………………………………...1

a. Asal – usul manusia praaksara ………………………..…... 3

b. Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra aksara … 3

c. Jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara ……...3

d. Peninggalan – peninggalan manusia pra aksara…………...3

BAB II Pembahasan ……..………………………….……………4

1. Masa Praaksara …………………………………………… 4


a. Lingkungan alam pada masa praaksara……………….4
2. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara ………………6
3. Masa Aksara ………………………………………………..7

BAB II I Pentutup ………………………………………………18

1. Kesimpulan ……………………………………………………
18

2. Saran
…………………………………………………………..19

3. Daftar Pustaka
………………………………………………..19
MAKALAH MASA PRA AKSARA

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan.


Masa praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan
manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba.
Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu
bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman
yang disebut kala plestosen.

Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal.
Karena belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai
kehidupan manusia purba dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan
berupa fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.

Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan


dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau
glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia
dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi satu dengan daratan Australia.
Pendapat ini didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia
dan Australia dengan wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah
Indonesia bagian barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di
daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya.
Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian timur memiliki kesamaan
dengan binatang yang hidup di daratan Australia, seperti burung
Cendrawasih.

Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan.


Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan
daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan
Indonesia bagian barat dengan Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan
bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan
Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan - perubahan itu
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat
pra aksara Indonesia.

Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.
Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah
Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini
adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia
dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang.
Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan
menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua
berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh
pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa - bangsa yang lebih kuat.

Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan
berbagai argumen atau alasannya, seperti:

Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini
didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia,
Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa -
bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut berasal dari satu akar
bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan
adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut. Objek
penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat -
alat perang.

Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia


berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau
peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak
kesamaan dengan peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di
daerah Asia.

Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa


Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan
pada penemuan fosil - fosil dan artefak - artefak manusia tertua di Indonesia
dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang
pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah
bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin
telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa -
bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah
nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?

Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal


dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian
disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu
(Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500
SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah
Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di
berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama,
yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba
di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa
berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang
menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah - daerah
Australia.

2. TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang akan di ketahui
bahwa;

a. Untuk mengetahui asal – usul manusia pra aksara.

b. Untuk mengetahui Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra


aksara.

c. Untuk mengetahui jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara.

d. Membahas tentang peninggalan – peninggalan manusia pra aksara.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Masa Praaksara

Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan.


Masa praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan
manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba.
Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu
bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman
yang disebut kala plestosen.

Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir
sampai manusia mengenal tulisan. Berakhirnya masa praaksara setiap
bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya,
bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti
penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada
awal abad ke-20.

Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400


masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara
Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut tidak berangkat tahun, namun
bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu
dibuat sekitar tahun 400 Masehi.

a. Lingkungan alam pada masa praaksara

Keadaan alam di muka bumi selalu berubah-ubah, yang disebabkan oleh


hal-hal berikut.

1) Orogenesis atau gerakan pengangkatan kulit bumi.

2) Erosi atau proses pengikisan lapisan kulit bumi yang disebabkan oleh
angin, air hujan, dan aliran air sungai

3) Vulkanisme atau kegiatan gunung berapi

Masa praaksara disebut zaman es atau kala plestosen, dimana bagian barat
Indonesia berhubungan dengan daratan asia tenggara, sedangkan bagian
timur wilayah Indonesia berhubungan dengan Australia.

Kala plestosen berlangsung kira-kira 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu.
Dalam keseluruhan sejarah bumi, kala plestosen merupakan masa geologi
yang paling muda dan singkat. Akan tetapi, bagi sejarah umat manusia, kala
plestosen merupakan merupakan bagian yang paling tua.

Pada masa plestosen, suhu di bumi menurun dan gletser yang biasanya
hanya terdapat di daerah-daerah kutub serta puncak gunung dan
pegunungan tinggi meluas, sehingga daerah yang berdekatan dengan
tempat-tempat tersebut dan tempat-tempat lain tertutup oleh lapisan es,
misalnya di daerah Amerika, Eropa dan Asia serta pegunungan tinggi
lainnya.

Akibat dari masa pengesan pada zaman plestosen adalah turunnya


permukaan laut sehingga laut yang dangkal berubah menjadi daratan.
Daratan-daratan baru inilah yang berperan sebagai jembatan bagi manusia
dan hewan dalam melakukan perpindahan ke daerah lain untuk
menghindari bencana dan mencari sumber makanan baru.

b. Awal kehadiran manusia


Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan manusia muncul
sekitar 3 juta tahun yang lalu bersamaan terjadinya proses glasisasi atau
pengesan daratan di bumi, yang disebut kala plestosen. Pada masa itu terjadi
penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di kawasan
Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam
yang demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam
serta dengan membuat alat-alat sederhana untuk membantu kegiatan
hidupnya.

c. Kehidupan pada masa praaksara

Daerah daratan Sunda lebih banyak dihuni manusia daripada daratan


Sahul. Pola kehidupan manusia pada masa plestosen adalah kegiatan yang
berkaitan dengan mengumpulkan makanan dan berburu. Mereka
menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu, tulang dan tanduk.

Kondisi hewan pada masa plestosen tidak banyak berbeda dengan kehidpan
manusia, yakni bahwa hidup hewan bergantung pada keadaan iklim dan
tumbuh-tumbuhan. Tiap perubahan iklim dapat mengakibatkan
berubahnya atau berpindahnya kelompok hewan. Di sapmping itu, adanya
bencana alam juga menyebabkan proses berpindahnya hewan ke daerah
lain.

Pada masa plestosen tingkat kehidupan manusia sangat bergantung pada


alam dan kemampuan manusia dalam taraf berburu dan mengumpulkan
bahan makanan dari hasil alam sekitarnya. Oleh karena itu lenyapnya
berbagai jenis hewan disebabkan karena usaha perburuan yang dilakukan
manusia.

Migrasi hewan dan manusia dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia


dimungkinkan karena terbentuknya paparan Sunda di sebelah barat dan
paparan Sahul di sebelah timur pada kala plestosen akhir dan plestosen
sebagai akibat turunnya permukaan laut.

Bagian barat yang mencakup Jawa, Sumatra dan Kalimantan bergabung


dengan Asia. Sedangkan bagian timur yang mencakup Papua dan sekitarnya
bergabung dengan Australia.

2. Jenis-Jenis manusia pada masa praaksara

Manusia pada masa praaksara tidak mewariskan peninggalan-peninggalan,


namun kehidupannya dapat diketahui dari sumber-sumber informasi
sebagai berikut.

a. Hasil penggalian fosil


Fosil adalah sisa-sia tumbuhan, hewan, dan bagian tubuh manusia yang telah
membatu. Dengan ditemukannya fosil manusia merupakan petunjuk adanya
kehidupan manusia pada masa praaksara. Fosil tersebut dinamakan fosil
pandu.

b. Tempat perlindungan di bawah karang (abris sous rouches)

Tempat perlindungan di bawah karang berbentuk gua, dan merupakan


tempat perkampungan manusia pada masa praaksara yang hanya ditempati
sementara waktu. Gua karang tempat perlindungan manusia praaksara
dinamakan abris sous rouches. Di daerah tersebut ditemukan berbagai alat-
alat dari batu, tulang, tanduk, dan kerang. abris sous rouches banyak
ditemukan di Teluk Triton (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan di gua
Leang-Leang (Sulawesi Selatan).

c. Dapur sampah (kjokkenmoddinger)

Salah satu jenis makanan manusia pada masa praaksara adalah kerang.
Kulit kerang tersebut banyak dibuang di tempat-tempat tertentu, yang
disebut sebagai dapur sampah atau kjokkenmoddinger. Di dapur sampah
tersebut berupa bukit kerang dan sering diketemukan bekas peralatan yang
biasa dipergunakan manusia praaksara. Hal ini banyak dijumpai di Medan
(Sumatera Utara) dan di Langsa (Aceh).

d. Alat-alat yang dipergunakan manusia praaksara

Manusia praaksara telah mengenal berbagai bentuk peralatan sederhana


yang dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jenis peralatan
yang ditemukan pasa penemuan fosil manusia Indonesia ada zaman
praaskara adalah beliung persegi dan kapak lonjong yang kedua alat
tersebut di buat dari batu.

Persebaran alat-alat manusia praaskara tersebut sekaligus menujjukan


bukti persebaran manusia pada masa praaskara. Bardasarkan sumber-
sumber informasi tersbut di peroleh data mengenenai manusia Indonesia
yang hidup pada msa praaskara.

Adapun berdasarkan hasil penelitian pakar antropologi dan pakar sejarah,


manusia praaskara antara lain.

a. Pithecanthropus Mojokertoensis, merupakan fosil manusia praaskara


yang ditemukan oleh duyfjes dan koeningswald, di perning, mojokerto,
tahun 1936. Fosil tersebut berupa tengkorak anak usia 6 tahun. Berdasarkan
penelitian, fosil tersebut telah berumur 1, 9 juta tahun. Hasil penemuan
tersebut diteliti ulang oleh De Tera dan Movius pada tahun 1938 dan
memutuskan bahwa fosil tersebut merupakan fosil manusia praaksara yang
tertua.

b. Meganthropus Paleojavanicus, meupakan hasil penelitian Von


Koenigswald pada tahun 1941, di daerah Sangiran, Surakarta. Fosil tersebut
menunjukkan kerangka tubuh manusia praaksara nerbadan besar tetpi
tidak seberap tinggi (megan berarti besar). Meganthropus Paleojavanicus
hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertoensis anmu tingkat
kehidupannya lebih rendah (lebih primitif).

c. Pithecantropus Erectus, fosil manusia purba yg ditemukan oleh Eugen


Dubois, pada tahun 1890 di desa trinil Ngawi Jawa TImur. Fosil tersebut
berbentuk kerangka manusia yang menyerupai kera maka disebut
Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak
dibandingkan dengan Pithecantropus Mojokertoensis, bentuk tubuh
Pithecantropus Erectus lebih maju.

d. Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusi praaksara yang ditemukan


di lembah sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir Oppenoorth pada
tahun 1931 – 1934 di desa Ngandong kabupaten Blora . Setelah diteliti ileh
von koenigswald, fosil tersebut tingkatannya lebih tinggi daripada
Pithecantropus Erectus . mahkluk itu disebut Homo Soloensis, yang berarti
manusia dari Solo.

e. Homo Wajakensis atau Homo Sapiens, merupakan jenis fosil manusia


praaksara yg ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889, di desa
Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Homo Wajakensis berarti manusia
dari Wajak yang tingkatannya lebih tinggi dari Pithecantropus Erectus. Dari
antara fosil-fosil lainnya. Homo Wajakensis merupakan yang termaju dan
yang terakhir

Homo Wajakensis termasuk jenis Homo Sapiens, sebagian besar bertempat


tinggal di Indonesia bagian barat, dan sebagian tinggal di wilayah timur.
Yang bermukim di wilayah Indonesia bagian barat termasuk ras Mongoloid,
sub ras Melayu – Indonesia. Sedangkan yang bermukim di wilayah
Indonesia bagian timur termasuk ras Austromelanesoid. Homo Wajakensis
mulai tinggal di Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu, dan sekaligus
membuktikan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia telah di
didiami oleh manusia sejenis Homo Sapiens.

Adapun hal-hal yang membedakan Pithecantropus Erectus dengan Homo


Sapiens adalah sebagai berikut.

Pithecantropus memiliki cirri-ciri sebagai berikut.


a. Bentuk fisik dan wajahnya berbeda dengan manusia sekarang, termasuk
tingkat kecerdasannya berbeda jauh.

b. Tingkat kehidupannya masih primitif, mata pencaharian utamanya


adalah berburu dan meramu (memetik buah-buahan di hutan).

c. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan selalu berpindah-pindah

Manusia yang termasuk Pithecanthropus Erectus adalah Pithecantropus


Mojokertensis dan Meganthropus Paleojavanicus.

Sedangkan cirri-ciri Homo Sapiens adalah sebagai berikut.

a. Bentuk fisik dan wajahnya mirip manusia sekarang. Tingkat


kecerdasannya lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus.

b. Tingkat kehidupannya lbih maju dari Pithecantropus Erectus, dan telah


mengenal perladangan dengan sistem lading berpindah.

c. Hidupnya telah menetap dalam waktu agak lama sekitar 2 atau 3 masa
panen baru berpindah.

d. Memiliki pralatan terbuat dari batu yang diasah halus, berbentuk beliung
persegi, dan alat pemukul kulit kayu.

e. Hidup disekitar 40.000 tahun yang lalu.

Manusia praaksara yang termasuk Homo Sapiens adalah Homo Soloensis


dan Homo Wajakensis. Homo Sapiens termasuk nenek moyang yang
menurunkan ras-ras manusia sekarang ini.

Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:

1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai


Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von
Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo
Soloensis).

2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh
Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama
menjadi Homo Sapiens Wajakensis
2. MASA AKSARA

Tradisi sejarah masyarakat Indonesia berkembang pula pada masa aksara,


yaitu masa ketika masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan. Pada masa
aksara, tradisi sejarah direkam melalui tulisan sehingga lahirlah rekaman
tertulis. Rekaman tertulis ini pun, sama halnya dengan tradisi masa
praaksara, yaitu tumbuh dan berkembang melalui pewarisan dalam
masyarakat. jadi pada materi ini kita akan mempelajari perkembangan
sejarah masyarakan indonesia setelah mengenal tulisan (masa aksara) dan
dampak adanya zaman aksara terhadap kehidupan masyarakat indonesia.

a. Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Aksara

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang


melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta
yang melewati jalur utara Yunan – Formosa – Jepang – Sulawesi Utara dan
sampai di Irian/Papua ternyata membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Adanya beraneka
ragam budaya daerah yang muncul di tengah-tengah perkembangan
masyarakat yang masih dapat dirasakan oleh masyarakat nusantara pada
masa kini.

Bangsa Deutero Melayu yang datang 500 SM ke Nusantara ternyata


membawa pengaruh yang lebih maju daripada pendahulunya. Mereka
melalui jalan barat, yakni Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa. Mereka hidup
di Nusantara dan berkembang sebagai masyarakat yang produktif serta
menjadi bangsa Indonesia sampai sekarang. Masyarakat Deutero Melayu
yang telah berkembang menjadi bangsa Indonesia itu telah memiliki
kemajuan di berbagai bidang, antara lain, sebagai berikut.

1) Dalam bidang pemerintahan, mereka menganut asas demokrasi melalui


musyawarah untuk menentukan pimpinan mereka, bentuk organisasi
kemasyarakatan yang ada adalah kesukuan. Kepala suku dipilih dari orang
yang memiliki kemampuan tertinggi (primus inter pares).

2) Dalam bidang ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan diupayakan


dengan menggunakan ekonomi barang (pertukaran/barter), hidup gotong
royong dalam mengerjakan sawah, berkelompok, dan semua hak milik
digunakan bersama.

3) Kepercayaan nenek moyang kita adalah animisme dan dinamisme.

Keadaan alam Nusantara memaksa mereka harus pandai berlayar sebab


Nusantara terdiri atas kawasan kepulauan serta adanya tuntutan kebutuhan
untuk saling mencukupi. Akhirnya, muncul perdagangan antarpulau dan
berkembang menjadi perdagangan antarnegara. Pelayaran lintas laut telah
membawa bangsa Indonesia mampu mengarungi lautan internasional
sehingga terciptalah hubungan dagang yang maju, yang melibatkan kawasan
Nusantara. Kita ketahui bahwa kemajuan pelayaran perdagangan antara
Cina – India yang melewati kawasan Nusantara menyebabkan terjalinnya
perdagangan di Nusantara juga, namun pengaruh India di Nusantara jauh
lebih besar. Pengaruh India yang masuk ke Nusantara membawa
perkembangan bagi kemajuan hidup masyarakat di Nusantara pada saat itu
dan berkembang sampai sekarang, misalnya, dalam bidang pemerintahan,
budaya, sosial, dan kepercayaan.

1) Dalam bidang pemerintahan

Masyarakat Nusantara yang hidup secara berkelompok di masa lalu,


ternyata mampu berkembang secara dinamis dengan bentuk kesukuan.
Kontak dengan India ternyata membawa pengaruh positif dalam kehidupan
masyarakat terutama dalam pemerintahan. Masyarakat Nusantara yang
semula berbentuk kesukuan, dengan masuknya pengaruh hinduisme ke
dalam masyarakat, mengubah bentuk pemerintahannya menjadi bentuk
kerajaan. Kekuasaan raja diberikan secara turun temurun dan tidak dipilih
rakyat sehingga rakyat menerima saja. Namun, raja yang lemah pasti segera
jatuh digantikan raja yang lebih bijaksana atau lebih kuat.

2) Dalam bidang budaya

Kita mengetahui bahwa masuknya budaya India ke Nusantara ternyata


memberi semangat bangsa Indonesia untuk berkarya lebih bagus dan
terarah. Bahkan para raja dan penguasa mulai menuliskan perintah melalui
prasasti. Hasil karya budaya Nusantara yang mengagumkan dan memiliki
seni yang tinggi, misalnya, candi Borobudur yang menjadi kebanggaan dunia
dan relief pada dinding candi yang melebihi kehebatan orang India.
Misalnya, relief Ramayana pada candi Prambanan. Begitu juga munculnya
seni sastra yang dihasilkan oleh sastrawan Nusantara seperti cerita
Mahabharata dan Ramayana versi Nusantara kitab Gatotkacasraya yang
telah memuat unsur javanisasi.

3) Dalam bidang sosial

Pranata sosial di zaman Indonesia-Hindu sudah teratur, sudah ada desa


sebagai satu kelompok masyarakat. Penerapan aturan untuk membina
masyarakat sudah ada, kehidupan masyarakatnya bersifat gotong royong.

4) Dalam kepercayaan
Nenek moyang yang sudah memiliki kepercayaan asli (animisme,
dinamisme) mulai mengenal agama Hindu dan Buddha. Sehingga, meskipun
telah menyembah Dewa Hindu atau Buddha, mereka tetap bersesaji untuk
memuja roh (sesuai keyakinan animisme dan dinamisme).

b. Perkembangan rekaman tertulis

Jejak-jejak masa lampau menjadi bahan penting untuk menuliskan kembali


sejarah umat manusia. Jejak masa lampau mengandung informasi yang
dapat dijadikan bahan penulisan sejarah. Masa lampau yang hanya
meninggalkan jejak-jejak sejarah tersebut menjadi komponen penting dan
mengandung informasi yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan sejarah.

Kisah sejarah tersebut disampaikan dari generasi ke generasi dan dapat


dipelihara terus sehingga mampu untuk mengisahkan kembali peristiwa dari
jejak-jejak pada masa lampau. Jejak sejarah dapat dibedakan menjadi dua.

1) Jejak historis, yaitu jejak sejarah yang menurut sejarawan memiliki


atau mengandung informasi tentang kejadian-kejadian yang historis
sehingga dapat digunakan untuk menyusun penulisan sejarah.

2) Jejak nonhistoris, yaitu suatu kejadian pada masa lampau yang tidak
memiliki nilai sejarah.

Jejak historis yang berwujud tulisan merupakan rekaman tertulis tradisi


masyarakat pada masa lalu. Rekaman tertulis di Indonesia terbagi menjadi
sumber tertulis sezaman dan setempat, sumber tertulis sezaman tetapi tidak
setempat, dan sumber tertulis setempat tidak sezaman.

1) Sumber tertulis sezaman dan setempat

Sumber tertulis sezaman ialah sumber tersebut ditulis oleh orang yang
mengalami peristiwa itu, atau ditulis waktu itu, atau ditulis tidak lama
setelah peristiwa itu terjadi. Sumber setempat maksudnya adalah
penulisannya di dalam negeri sendiri. Contoh sumber tertulis sezaman dan
setempat adalah prasasti. Prasasti

berarti pengumuman atau proklamasi, semacam perundang-undangan yang


memuji raja, dan biasanya berbentuk puisi atau bahasa puisi. Dalam istilah
bahasa Inggris disebut enloggistie. Istilah lain untuk prasasti adalah
inscriptie atau piagam. Ilmu yang mempelajari tentang prasasti disebut
epigraphy.

2) Sumber tertulis sezaman tetapi tidak setempat


Sumber ini dimaksudkan ditulis sezaman, tetapi ditulis di luar negeri.
Sumber ini biasanya tidak begitu jelas, kebanyakan berasal dari Tiongkok,
Arab, Spanyol, dan India. Misalnya, kitab Ling Wai Taita karangan Chou
Ku Fei pada tahun 1178.

3) Sumber tertulis setempat tidak sezaman

Sumber ini ditulis lama sesudah peristiwa terjadi, mungkin sudah


berdasarkan cerita dari mulut ke mulut atau berdasar cerita rakyat.
Misalnya, buku Babad Tanah Jawi dan kitab Pararaton (walau- pun ada
babad sezaman, tetapi tidak banyak).

Sejak masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha (India) di


Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal tulisan. Tulisan-tulisan
tersebut dapat dibaca dan sampai kepada generasi penerus. Tulisan yang
ditinggalkan itu dipandang sebagai suatu rekaman tertulis tentang peristiwa
yang terjadi pada mesa lampau. Berikut rekaman tertulis yang dimaksud,

1. Prasasti

Prasasti merupakan salah satu rekaman tertulis tentang masa lampau yang
sudah menjadi kebiasaan para penguasa untuk mengingat dan
mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh raja atau penguasa.
Prasasti adalah peninggalan tertulis yang dipahatkan dan dilukiskan pada
bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu, logam, dan gading. Pada
umumnya, prasasti menuliskan suatu peristiwa yang cukup penting pada
masa lampau. Prasasti umumnya dibuat atas perintah raja yang berkuasa.
Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk mengabadikan suatu peristiwa
penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan. Pada abad ke-
4 sampai dengan ke-8, prasasti di Nusantara mengguankan huruf Pallawa
dan bahasa Sanskerta, prasati-prasasti tersebut biasa ditulis dalam bentuk
syair dengan menggunakan kaidah-kaidah dari India.

Berikut contoh prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-


Budha.

Prasasti Kutai di Kalimantan Timur

Prasasti berupa tujuh buah yupa (tugu batu) yang diperkirakan berasal dari
tahun 400 M, berhuruf Pallawa, dan berbahasa Sansekerta. Isinya,
peringatan upacara kurban agama Hindu yang diperintah oleh Raja
Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu Kudungga.

Prasasti Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat


Prasasti Kerajaan Tarumanegara. di Jawa Barat berhuruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta. Contoh: prasasti Ciaruteun (pahatan telapak kaki dan
tulisan), prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak kaki gajah dan tulisan),
prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), prasasti Pasir Awi
(memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman) prasasti Tugu (berita
tentang penggalian saluran Sungai Gomati), prasasti Muara Cianten, dan
prasasti Cidang Hiang.

Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Contohnya:


prasasti Keduclukan Bukit (Dapunta Hyang menaklukkan beberapa
daerah), prasasti Talang Tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk
kemakmuran semua makhluk), prasasti Telaga Batu (berisi kutukan kepada
siapa saja yang tidak setia pada raja), prasasti Kota Kapur (berisi
permohonan kepada dews untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para
penghianat Sriwijaya).

Prasasti Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sanskerta dan


huruf Pallawa. Prasasti Canggal berisi mengenai pendirian sebuah lingga
atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja. Prasasti Matyasih
(prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah
sebelurn Dyah-Batitung. prasasti Ritihang, berbahasa Jawa Kuno ditulis
dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.

Prasasti Kerajaan Syailendra

Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sanskerta,
dan ditulis dengan huruf Pra-Nagari. Prasasti Klurak (dekat Prambanan),
berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sansekerta dan
huruf Pra-Nagari. Berisi mengenai pembuatan area Manjusri.

Dokumen

Dokumen merupakan surat berharga yang bertulis atau dicetak sehingga


dapat dipakai untuk sebuah bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen
tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi adalah pengumpulan,
pemilihan pengolahan, dan penyimpanan infoermasi dari berbagai bidang,
dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan seperti gambar,
kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dan lain sebagainya. Dokumen
merupakan suatu yang snagat berharga, baik bagi pemakainya maupun
pembuatnya.

Kitab

Kitab merupakan sebuah kasastra para pujangga pads masa lampau yang
dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap suatu peristiwa di masa
lampau. Para pujangga umunya menulis atas perintah raja. Itulah
sebabnya, isi tulisan banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang
bersangkutan.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai


berkembang. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat untuk mencari
hewan-hewan buruan, tetapi sebaliknya mereka mulai menetap dan
mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman
yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai menjinakan hewan-
hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti kuda, kerbau,
babi, sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini manusia
sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.

Terlepas dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan
mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di
wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang
teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia lain.

Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada
masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar
dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai
dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam
mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan
damai. Nilai - nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu,
saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah
berkembang pada masyarakat pra aksara.

Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :


1. Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan
masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.

2. Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat


lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang,

b. Saran

Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan Setalah kami


menyusun makalah ini kami member saran :

1. Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk
mencari makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .

2. Kita mumpunyai rumah jika ingin tinggal.

3. Masa kita sekarang adalah masa yang modern tentunya perlu di syukuri
dan dinikmati sesuai kebutuhan.

4. Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit


dan bumi.

DAFTAR PUSTAKA

http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/

http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html

http://www.crayonpedia.org/mw/
Bab_2._Kehidupan_Pada_Masa_Pra_Aksara_di_Indonesia_-
_I_Wayan_Legawa_7.1

Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh


Grafindo Media Pratama. Jakarta

Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai