" MERKANTILISME"
Kelompok 3
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Sejarah Merkantilisme......................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Merkantilisme dari berbagai sumber................................................................................3
Pengertian Merkantilisme..................................................................................................8
2.2 Dampak Merkantilisme Eropa pada Sejarah Dunia.........................................................9
2.3 Jenis Merkantilisme:.......................................................................................................10
2.4 Kritik terhadap Merkantilisme.......................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
2.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Abad ke-16 di Eropa tengah bermunculan negara-negara merdeka seperti Inggris, Perancis,
Jerman, Italia dan Belanda. Mereka memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan
kedaulatan, kebebasan dengan menunjukkan kesejahteraan rakyatnya. Ciri utama dari paham
merkantilisme ditandai dengan campur tangan negara/raja secara menyeluruh dalam setiap
sendi ekonomi. Filosofi merkantilisme memberi dukungan penuh bagi negara/raja untuk
mengintervensi dan mengatur perekonomiannya. Sehingga merkantilisme menjadi sebuah
tahap dalam perkembangan sejarah kebijakan ekonomi dimana kebijakan ekonomi dikaitkan
dengan erat kepada kesatuan politik dan kekuatan nasional.
1
Selain peningkatan produksi, upaya menambah kekayaan dalam merkantilisme adalah
perluasan pasar. Merkantilisme memandang perdagangan internasional sebagai suatu aspek
penting. Perdagangan internasional adalah cara untuk memperluas pasar dalam rangka
mendapatkan surplus perdagangan sebesar-besarnya. Kekayaan suatu negara diukur dari
perbandingan ekspor impornya. Seolah-olah ekspor dan impor berada dalam suatu
timbangan, di mana jika ekspor berlebih maka neraca perdangangan dianggap untung.
Dengan adanya keuntungan maka terjadi peningkatan pendapatan negara yang harus dibayar
dan diimbangi secara tunai dengan emas. Perpanjangan tangan para penguasa pada
merkantilisme terlihat dari kebijakan ekonomi proteksi, dimana negara/raja mendukung
ekspor dengan insentif dan menghadang import dengan tarif. Cara perluasan pasar yang
dilakukan pada masa merkantilisme ini adalah dengan penjelajahan samudra, membuka
wilayah-wilayah baru untuk di eksplorasi. Penjelajahan bangsa Eropa ini pada akhirnya
membawa ketamakan untuk menguasai sumber daya alam mereka sebagai bagian dari
kekayaan negara/raja-nya. Mereka menjadi wilayah-wilayah baru tersebut sebagai
jajahan/koloni mereka. Daerah koloni dipaksa untuk menghasilkan bahan mentah untuk
keperluan industri dan dipaksa untuk membeli hasil industri negara induk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merkantilisme dari berbagai sumber
1. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal
periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah mulai
timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam
mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai
lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong
terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya
dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring
dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The
Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu
adalah negara industri terbesar di dunia.
Saat ini, semua ahli ekonomi Eropa antara tahun 1500 sampai tahun 1750 dianggap
sebagai merkantilis meskipun ketika itu istilah 'merkantilis' belum dikenal. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan oleh Victor de Riqueti, marquis de Mirabeau pada tahun [1763], dan
kemudian dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pada kenyataannya, Adam Smith
3
menjadi orang pertama kali menyebutkan kontribusi merkantilis terhadap ilmu ekonomi
dalam bukunya yang berjudul The Wealth of Nations. Istilah merkantilis sendiri berasal dari
bahasa Latin mercari, yang berarti "untuk mengadakan pertukaran," yang berakar dari kata
merx, berarti "komoditas." Kata merkantilis pada awalnya digunakan oleh para kritikus
seperti Mirabeau dan Smith saja, namun kemudian kata ini juga digunakan dan diadopsi oleh
para sejarawan
2. Sumber : http://saung-elmu.blogspot.com/2010/09/merkantilisme.html
Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri Merkantilisme yaitu:
4
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme
pada dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk
memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang
banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan
tujuan untuk:
Sejak saat itu, tidak sedikit penjelajahan dan pelayaran bangsa-bangsa Eropa yang
dibiayai oleh raja atau negara. Setiap negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol
saling bersaing untuk mendapatkan barang berharga tersebut. Negara-negara tersebut
melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap setiap daerah yang ditemuinya. Banyak daerah
yang menjadi sasaran bangsa-bangsa Barat itu, seperti daerah yang ada di benua Amerika
yang di dalamnya terdapat Kerajaan Inca, Maya, dan Astec. Di daerah-daerah itu, bangsa
Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol melakukan eksploitasi untuk mendapatkan emas
sebanyak-banyaknya dalam rangka mencapai tujuan gerakan Merkantilisme.
5
juga dengan masyarakat Eropa lainnya, seperti Prancis, Belanda, dan Spanyol. Oleh karena
itu dalam perkembangan politik ekonomi, Merkantilisme secara langsung atau tidak telah
menimbulkan ekses lain, yakni perebutan daerah koloni. Penjelajahan samudera atau
pelayaran bangsa-bangsa Barat tersebut akhirnya sampai di Kepulauan Nusantara yang kaya
akan rempah-rempah, seperti lada, cengkih, pala, fuli (bunga pala), dan lain-lain. Bagi
bangsa-bangsa Eropa, rempah-rempah merupakan barang komoditas yang sangat laku di
pasaran Eropa. Oleh karena itu, mereka segera menukar bahan komoditas tersebut dengan
barang-barang kebutuhan rakyat Indonesia. Selanjutnya, untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar lagi, mereka memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Bahkan, tidak hanya dengan memonopoli perdagangan, mereka juga melakukan pemerasan
dan penguasaan daerah yang kemudian dikenal dengan penjajahan atau kolonialisme.
3. Sumber : http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/2.html
6
lebih baik dari membeli barang dari negara lain, karena menjual barang dari negara lain akan
dibayar dengan logam mulia sedangkan membeli barang dari negara lain akan mengurangi
logam mulia.
Sedangkan golongan merkantilis murni, hal yang paling menonjol adalah aspek suku
bunga. Suku bunga yang rendah akan menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan
untuk mendorong kegiatan ekonomi. Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga
barang juga harus meningkat dan peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah uang
beredar meningkat. Agar uang yang berupa logam mulia dapat diperbanyak maka jalan yang
paling mudah adalah melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu setiap negara
wajib berusaha memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan (favorable balance of
trade). Surplus ekspor dapat menambah logam mulia, dan dengan masuknya logam mulai
maka negara akan menjadi makmur dan kuat.
Pada intinya, ide pokok kelompok merkantilis ini adalah sebagai berikut:
a. Suatu negara akan makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor
b. Surplus yang diperoleh dari selisih ekspor dan impor (ekspor netto) yang positif akan
dibayar dengan logam mulia (emas dan perak). Dengan demikian semakin besar ekspor
netto maka akan semakin banyak logam mulia yang diperoleh dari luar negeri.
c. Pada waktu itu logam mulia digunakan sebagai alat pemba-yaran,sehingga negara yang
memiliki logam mulia yang banyak akan menjadi makmur dan kuat
d. Logam mulia yang banyak tersebut dapat digunakan untuk membiayai armada
perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama
e. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas per-dagangan luar negeri diikuti
dengan kolonisasi diAmerika Latin, Afrika dan Asia
Pendukung utama keompok merkantilis murni adalah Thomas Mun di Inggris, Colbert
di Perancis sehingga merkantilis di Perancis dinamakan colbertisme yang lebih menitik
beratkan pada perkembangan industri dalam negeri daripada perda-gangan internasional, Von
Hornigh dan Becker di Jerman dan Austria dan sistemnya disebut sebagai cameralisme.
7
Ide pokok merkantilis yang mengatakan negara atau raja akan menjadi kuat dengan
semakin banyaknya logam mulia mendapat kritikan dari David Hume, yang menyatakan
bahwa semakin banyak logam mulia maka ini berarti jumlah uang beredar (money supply)
akan semakin banyak. Bila money supply naik sedangkan produksi tetap, maka tentu akan
terjadi inflasi dan kenaikan harga. Kenaikan harga di dalam negeri akan menaikkan harga
barang-barang ekspor, sehingga kuantitas ekspor akan menurun.
Naiknya jumlah uang beredar yang diikuti dengan peningkatan inflasi akan
menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih rendah, sehingga kuantitas impor
akan meningkat. Perkembangan yang demikian akan akan menyebabkan impor lebih besar
dari ekspor dan pada akhirnya logam mulia akan menurun atau berkurang (untuk membiayai
impor). Dengan berkurangnya logam mulia yang dimiliki maka negara atau raja menjadi
lebih miskin
Dengan adanya kritik David Hume ini, maka teori praklasik merkantilisme menjadi
tidak relevan. Selanjutnya muncullah teori klasik atau absolute advantage dari Adam
Smith.
4. Sumber : http://bunda-bisa.blogspot.com/2013/02/merkantilisme-ekonomi-pra-klasik.html
Pengertian Merkantilisme
Terminologi: mercari (Latin) , yang berarti "jual beli," yang berakar dari kata merx, berarti
"komoditas."
8
Pada intinya, ide pokok kelompok merkantilis ini adalah sebagai berikut:
Negara harus memperbanyak kekayaannya dengan menumpuk logam mulia.
Volume perdagangan global harus ditingkatkan dengan memperbesar ekspor dan
menekan impor.
Surplus yang diperoleh dari nett ekspor akan dibayar dengan logam mulia, sehingga
semakin banyak logam mulia yang diperoleh dari luar negeri.
Jumlah logam mulia yang dimiliki suatu negara sebagai alat pembanding tingkat
kemakmuran diantara negara yang lain.
Logam mulia digunakan sebagai modal membiayai armada perang untuk memperluas
perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.
Ekonomi Kerajaan Inggris semakin meningkat pada zaman Raja Henry VII. Inggris
memperoleh keuntungan besar dari perdagangan luar negerinya. Kemudian, merkantilisme
mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai daerah
monopoli perdagangannya. Kesuksesan Inggris memanfaatkan daerah-daerah koloninya,
membuat Bangsa Eropa tergiur (Belanda, Perancis dan Spanyol). Tak heran merkantilisme
semakin memperluas peperangan antar-bangsa-eropa dalam rangka memperebutkan daerah-
daerah koloni di penjuru dunia. Politik merkantilisme ini jugalah yang melahirkan
terbentuknya persekutuan dagang masyarakat Eropa, seperti EIC di India dan VOC di
Indonesia.
9
3. Berkembangnya teknologi-teknologi baru, misalnya Act of Navigation yang sangat
membantu perkapalan Inggris, penemuan mesin uap dalam rangka efisiensi produksi
membawa Inggris pada revolusi industri
A. Kelompok Bullionist
Kelompok bullionist berkembang sebagai awal perkembangan kelompok merkantilist murni,
dipelopori oleh Gerald Malynes. Kelompok ini mengaitkan kemakmuran negara dengan
banyaknya logam mulia. Semakin besar stok logam mulia di dalam negeri, semakin makmur,
megah dan berkuasa negara tersebut.
B. Merkantilist Murni
Kata kunci merkantilist murni adalah aspek suku bunga. Suku bunga yang rendah akan
menguntungkan pencari kredit, dan ini diperlukan untuk mendorong kegiatan ekonomi.
Agar kegiatan ekonomi dapat berkembang maka harga barang juga harus meningkat dan
peningkatan harga barang dapat terjadi apabila jumlah uang beredar meningkat. Agar uang
bertambah maka jalan yang paling mudah adalah melakukan perdagangan internasional. Oleh
karena itu setiap negara wajib berusaha memperoleh neraca perdagangan yang
menguntungkan (favorable balance of trade).
Pendukung utama kelompok merkantilis murni adalah Thomas Mun (Inggris), Colbert
(Perancis), Von Hornigh (Jerman) dan Becker (Austria).
10
2.4 Kritik terhadap Merkantilisme
A. David Hume
Ide pokok merkantilis yang mengagungkan logam mulia dikritik keras oleh David Hume.
Hume menyatakan bahwa menambah logam mulia sama dengan menambah jumlah uang
beredar (money supply). Bila money supply naik sedangkan tingkat produksi tetap, maka
akan terjadi inflasi (kenaikan harga). Kenaikan harga di dalam negeri akan menaikkan harga
barang-barang ekspor, sehingga jumlah barang yang di-ekspor akan menurun. Pada situasi
dimana harga barang impor lebih rendah daripada barang dalam negeri, akan meningkatkan
impor. Hingga nett ekspor mencapai negatif, cadangan logam mulia akan dipakai untuk
membiayai impor. Dengan berkurangnya logam mulia yang dimiliki maka negara/raja
menjadi lebih miskin (berkurang kekayaannya).
B. Adam Smith
Kritikan Hume ini kemudian melahirkan teori klasik atau absolute advantage dari Adam
Smith pada akhir abad ke-18.
Kritik Adam Smith:
1. Ukuran kekayaan suatu negara bukan berdasarkan logam mulia.
2. Kemakmuran suatu negara berdasarkan jumlah nilai tambah produksi barang domestik
(PDB) ditambah dengan surplus perdagangan.
3. Pemerintah perlu mengurangi campur tangannya dalam perdagangan, sehingga mendukung
terjadinya perdagangan bebas.
4. Perdagangan bebas akan meningkatkan daya kompetisi, sehingga akan mendorong
spesialisasi berdasarkan absolute advantage.
5. Spesialisasi akan mendorong produktivitas dan efisiensi.
6. Peningkatan produktivitas adan efisiensi akan meningkatkan PDB dan surplus
perdagangan.
7. Peningkatan PDB dan surplus perdagangan identik dengan peningkatan kemakmuran suatu
negara/raja.
Kritikan-kritikan ini menggiring dunia untuk mengakhiri era merkantilisme, dan memasuku
ekonomi klasik.
11
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
12