Anda di halaman 1dari 25

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

(PRA-KLASIK DAN KLASIK)

Dosen Pengampu:
Ni Kadek Eka Jayanthi, S.E., M.si.

Oleh :
Kelompok III

Wila Delvia (09/2207511066)

Diana Leko (10/2207511067)

Fitri Adelia Pinem (11/2207511068)

Hulman Stevanus Simatupang (12/2207511069)

Ni Made Mutiara Ishika Surya Ari (13/2207511070)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIERSITAS UDAYANA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu. Adapun topik dari paper
yang kami susun adalah “Teori Perdagangan Internasional (Pra-Klasik dan Klasik)”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi Internasional yang telah memberikan
tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan paper ini.
Kami tentu menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami menantikan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, agar kami dapat menambah
wawasan mengenai penulisan paper yang lebih baik di masa yang akan datang. Harapan kami,
semoga paper ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 19 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
2.1 Teori Pra Klasik ...................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian dan Perkembangan Merkantilisme..................................................................... 2
2.2 Ide Pokok Merkantilisme......................................................................................................... 4
2.3 Pengertian Teori Klasik Menurut Beberapa Ahli........................................................................ 4
2.4 Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage: Adam Smith) ................................................... 5
2.5 Teori Keunggulan Komperatif .................................................................................................. 7
2.6 Biaya Relatif (Comparative Cost: David Ricardo) ..................................................................... 9
2.7 Kelemahan Teori Klasik ........................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
STUDI KASUS ......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan teori ekonomi klasik adalah pada tahun 1789 berawal dengan adanya
keributan di Prancis yang menjurus sampai dengan pecahnya revolusi-revolusi Prancis.
Dimana Revolusi Prancis ( 1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan
politik di Prancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Prancis, dan lebih luas
lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela
dan menurut alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara
kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi
lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan
perekonomian akan mengalami kemacetan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu teori merkantilisme ?


2) Bagaimana konsep dari teori keunggulan mutlak ?
3) Bagaimana konsep dari teori keunggulan komparatif ?
4) Bagaimana konsep dari biaya relatif ?

1.3 Tujuan

1) Memahami teori merkantilisme.


2) Memahami teori keunggulan mutlak.
3) Memahami teori keunggulan komparatif.
4) Memahami biaya relatif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Pra Klasik

Pra-klasik adalah teori yang ditandai dengan adanya campur tangan pemerintah secara
ketat dan menyeluruh dalam kehidupan perekonomian guna memupuk kekayaan logam
mulia sebanyak-banyakanya sebagai standar dan ukuran kekayaan yang dimiliki,
kesejahteraan dan kekuasaan Negara. tokoh ekonomi dunia dari aliran pra-klasik
adalah Plato, Aristoteles, dan Xenophon.

2.1.1 Pengertian dan Perkembangan Merkantilisme

Istilah Merkantilisme berasal dari kata Merchant dalam bahasa Inggris yang berarti
pedagang. Merkantilisme adalah “suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa
kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang
disimpan oleh negara yang bersangkutan dan bahwa besarnya volume perdagangan
global teramat sangat penting”. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu
negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap
perekonomiannya, dengan mendorong ekspor (dengan banyak insentif) dan
mengurangi impor (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan
ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem
ekonomi merkantilisme.

Gagasan yang muncul pada sekitar abad ke-18 tentang berbagai macam upaya di
bidang ekonomi dalam rangka mendukung tegaknya suatu negara yang kokoh
sebenarnya mengandung berbagai macam pendapat. Demikian halnya gagasan dan
perkembangan merkantilisme, juga terdapat berbagai macam pendapat.

Namun demikian pada prinsipnya merkantilisme adalah sebuah fase dalam sejarah
kebijakan ekonomi, atau sebuah sistem tentang kebijakan ekonomi yang banyak
dipraktekkan oleh para negarawan Eropa dalam rangka menjamin kesatuan politik dan
kekuatan nasionalnya. Sistem in dikenal dengan sebutan the commercial or mercantile
system, yang dipelopori Adam Smith, yang dikenal sebagai Bapak pendiri aliran klasik

2
dan sebagai Bapak Ilmu Ekonomi yang sesungguhnya. Sumber kekayaan negara akan
diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri yang akan diterima dalam bentuk
emas dan perak. Karena perdagangan luar negeri dianggap sebagai sumber utama
kemakmuran, sebagai konsekuensinya kedudukan kaum saudagar semakin penting.
dalam praktik ekonomi banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan para
penguasa. Kaum saudagar memperkuat dan mendukung penguasa, begitu juga
sebaliknya penguasa memberikan perlindungan berupa monopoli, proteksi, dan
keistimewaan-keistimewaan lainnya pada para suadagar. Bahkan pada abad ke- 17 M
dan abad ke- 18 M di Eropa dianggap sebagai zaman kapitalisme komersial
(commercial capitalism) dan terkadang juga disebut sebagai kapitalisme saudagar
(merchan capitalism).

Sistem ekonomi merkantilisme ini mulai menghilang pada akhir abad ke-18,
beriringan dengan munculnya teori baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam
bukunya yang berjudul The Wealth of Nations, Ketika sistem ekonomi baru dibuat oleh
Inggris, yang notabane saat itu adalah negara industri terbesar didunia.
Kelompok merkantilisme dibagi menjadi dua:
1) Bullionist, tokoh dari kelompok ini adalah Gerald Malynes yang menekankan
bahwa kemakmuran negara dengan peningkatan pemilikan logam mulia.
Kelompok ini menganggap bahwa menjual barang ke negara lain akan selalu lebih
baik dari pada membeli barang dari negara lain, sebab memjual barang adalah
keuntungan sedangkan membeli barang adalah kerugian. Dengan menjual barang
maka dapat menghasilkan surplus ekspor, dengan surplus ekspor berarti akan
dibayar logam mulia. Gagasan untuk mencapai surplus ini adalah gagasan
menumpuk logam mulia.
2) Merkantilist murni, pada kelompok ini teori atau pemikiran yang paling menonjol
adalah masalah suku bunga (rate). Suku bunga yang sangat rendah akan
menguntungkan bagi setiap penerima kredit, dan bunga yang rendah akan sangat
mendorong kegiatan ekonomi, karena perluasan usaha dimana usaha baru hanya
mungkin dilakukan apabila tersedia kredit dengan tingkat suku bunga yang
rendah. Agar aktivitas ekonomi berkembang, harga barang juga harus meningkat,
dan peningkatan harga barang mungkin terjadi jika jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat bertambah. Golongan ini mementingkan uang. Agar uang dapat

3
diperbanyak, jalan yang paling sering ditempuh oleh banyak negara adalah melalui
perdagangan internasional.
Ada beberapa kebijakan penting dalam merkantilisme:
1) Kebijakan merkantilisme dalam usaha untuk memperoleh monopoli perdagangan,
monopoli perdagangan ini dapat diperoleh dengan memiliki armada perdagangan
yang kuat.
2) Kebijakan lanjutan berupa usaha untuk memperoleh daerah-daerah jajahan. Hal
ini dilakukan melalui ekspansi perdagangan, penaklukan dan penundukan daerah-
daerah baru di Amerika, Afrika, dan Asia. Negara-negara atau daerah-daerah
jajahan ini dijadikan sumber langsung logam mulia. Negara jajahan menjadi
sangat tergantung pada negara penjajah (depensial).

2.2 Ide Pokok Merkantilisme

1) Emas dan perak, adalah bentuk kekayaan yang khas yang paling banyak disukai,
karenanya ekspor logam mulia sangat dilarang.
2) Negara harus mampu mendorong kegiatan ekspor dan memupuk kekayaan dengan jalan
merugikan negara lain.
3) Dalam kebijakan ekspor-impor, negara harus mencapai surplus sebesar-besarnya.
4) Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus dilaksanakan secara ketat demi
memelihara keabadian kaum koloni agar tunduk dan tergantung pada negara induk.
5) Adanya penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas barang.
6) Penguatan pemerintah pusat untuk menjamin kebijakan merkantilisme dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
7) Pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai sumber daya manusia yang tinggi adalah
hal penting guna memenuhi pasokan kepentingan militer dan pengelolaan
merkentilisme yang kuat.

2.3 Pengertian Teori Klasik Menurut Beberapa Ahli

1) Pandangan teori klasik menurut Adam Smith


Pandangan teori klasik berkembang pada abad ke-18. Menurut Adam Smith bahwa
logam mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam mulia akan
mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan internasional. Adam smith

4
menginginkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas,
karena perdagangan bebas akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan
negaranya sendiri dan sekaligus mendorong terciptanya spesialisasi, maka suatu negara
akan menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan mutlak (absolut
advantage).
2) Pandangan teori klasik menurut David Ricardo
Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja atau (theory of labor value)
yang menyatakan bahwa nilai atau haraga suatu cost comparative produk ditentukan
oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya.
Menurutnya, suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional
jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut
dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang efisien.

2.4 Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage: Adam Smith)

Dalam padangan kritisnya, Adam Smith mengemukan teori absolute advantage


(keunggulan mutlak) tersebut, di mana negara akan memperoleh manfaat perdagangan
inetrnasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
jika negera ini memiliki keunggulan mutlak tersebut dan akan mengimpor barang bila tidak
memiliki ketidakunggulan mutlak. Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) rill
bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel rill
seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (labor theory of value).
Contoh klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith, misalnya, untuk menangkap
seekor harimau diperlukan tenaga kerja empat kali lipat dibandingkan untuk menangkap seekor
kucing. Atas dasar teori nilai tenaga kerja maka perbandingan nilai harga harimau dengan
kucing adalah 1:4. Mengapa perbandingan harga mesti demikian (1:4)? Misalnya,
perbandingan harganya itu 1:1 maka pencarian harimau akan berkurang karena akan lebih
murah (diukur dengan kerja). Orang terlebih dahulu mencari (memburu) kucing kemudian
ditukarkan dengan harimau di pasar. Akibatnya, penawaran harimau di pasar akan menurun
dan penawaran kucing bertambah sampai perbandingan nilai tukarnya kembali pada 1:4.

5
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan
bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam
kenyataannya bahwa tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi itu tidak hanya satu serta
mobilitas tenaga kerja tidak bebas. Namun teori ini mempunyai dua manfaat antara lain:
1) Memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan
keuntungan dari pertukaran.
2) Meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori
nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan (tetap
berlaku).
Teori absolute advantage Adam Smith yang secara sederhana menggunakan teori nilai
tenaga kerja dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja
yang homogen, menghasilkan dua barang, yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan
satu unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan masing-masing 8 unit tenaga kerja, dan
4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian, masing-masing membutuhkan
tenaga sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Tabel 2.4 Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2
Sumber: Salvatore

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi
gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. Untuk satu unit gandum diperlukan 10 unit
tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10>8). Satu unit pakaian di Amerika
memerlukan 4 unit tenaga kerja sedangkan di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat
dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris
memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena
masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya (diukar dengan
unit tenaga kerja) yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.
Sebelum terjadi pertukaran, nilai tukar (terms of trade) di Amerika adalah 1 unit
gandum = 2 unit pakaian sebab jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan 1
unit gandum 2 kali lebih banyak dari pada untuk menghasilkan pakaian (8 dibanding 4). Sama

6
halnya dengan di Inggris, nilai tukarnya adalah 1 unit gandum = 5 unit pakaian, sebab jumlah
tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan 1 unit gandum 5 kali lebih banyak dari pada
untuk memproduksi 1 unit pakaian (10 dibanding 2).
Menurut Adam Smith kedua negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan
spesialisasi dan kemudian berdagang. Amerika cenderung berspesialisasi pada produksi
gandum dan Inggris pada produksi pakaian. Dasar spesialisasi ini adalah absolute advantage
dalam produksi barang-barang tersebut.
Pertukaran akan membawa keuntungan kedua belah pihak. Kedua negara akan
memperoleh keuntungan apabila nilai tukar yang terjadi terletak di antara nilai tukar masing-
masing negara sebelum terjadi pertukaran. Misalnya nilai tukar yang terjadi di pasar 1 unit
gandum = 4 unit pakaian, kedua negara akan memperoleh keuntungan dari pertukaran. Amerika
akan menjual gandum dan membeli pakaian sebaliknya Inggris akan menjual pakaian dan
membeli gandum. Bagi Amerika, untuk menghasilkan 1 unit pakaian diperlukan 4 unit tenaga
kerja, sebaliknya dengan membeli (impor) dari Inggris akan lebih murah. Guna memperoleh
(mengimpor) 1 unit pakaian Amerika harus menukarkan/mengekspor gandum ke Inggris
sebanyak 1/4 unit, karena nilai tukar di pasar 1 unit gandum = 4 unit pakaian. Untuk
menghasilkan 1/4 unit gandum hanya diperlukan 2 unit tenaga kerja (yakni 1/4 x 8). Dengan
demikian Amerika dapat memperoleh 1 unit pakaian hanya dengan mengorbankan 2 unit
tenaga kerja, yang kalau dihasilkan sendiri memerlukan. 4 unit tenaga kerja sehingga
keuntungannya (berupa penghematan tenaga kerja sebanyak 2 unit tenaga kerja (4-2).
Demikian juga Inggris dengan berspesialisasi pada produksi pakaian dan kemudian ditukarkan
gandum dari Amerika akan memperoleh keuntungan. Untuk setiap unit gandum yang diimpor
dari Amerika, Inggris harus mengimpor sebanyak 4 unit pakaian. Karena setiap 1 unit pakaian
diperlukan 2 unit tenaga kerja maka untuk 1 unit gandum yang diimpor diperlukan 8 unit tenaga
kerja (4x2). Kalau dihasilkan sendiri 1 unit gandum ini memerlukan 10 unit tenaga kerja.
Dengan demikian Inggris dapat menghemat 2 unit tenaga kerja (10-8). Dari contoh di atas jelas
bahwa spesialisasi atas dasar absolute advantage yang kemudian diikuti dengan pertukaran
kedua negara dapat memperoleh keuntungan.

2.5 Teori Keunggulan Komperatif

Teori keunggulan komparatif merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo
dalam bukunya The Principles of Political Economyand Taxation tahun 1817. Dalam teori
keunggulan komparatif negara dapat tetap melakukan perdagangan walaupun salah satu negara

7
tidak memiliki keunggulan absolut atau dengan kata lain memiliki kerugian absolut terhadap
negara lain dalam memproduksi dua barang. Dalam hal ini kita menghadapi kasus di mana
suatu negara mempunyai keunggulan mutlak dalam produksi semua barang. Pada keadaan
tersebut menurut teoti keunggulan mutlak, negara tersebut akan mengekspor semua barang dan
sama sekali tidak mengimpor. Tetapi ekonom klasik David Ricardo mengatakan: tidak. Dalam
hal ini, menurut Ricardo, yang berlaku adalah teori keunggulan komparatif (comparative
advantage). Suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi, dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah.
Perdagangan akan tetap menguntungkan apabila negara yang mengalami kerugian absolut
menspesialisasikan produksinya pada barang yang memiliki kerugian absolut lebih kecil.
Secara umum David Ricardo mendasarkan teorinya pada sejumlah asumsi yang
disederhanakan, yaitu:
1) Hanya terdapat dua negara dan dua barang.
2) Perdagangan bersifat bebas.
3) Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada
mobilitas antara dua negara.
4) Biaya produksi konstan.
5) Tidak ada biaya transportasi.
6) Tidak ada perubahan teknologi.
Adanya keunggulan komparatif bisa menimbulkan manfaat perdagangan (gains from
trade) bagi kedua belah pihak dan selanjutnya akan mendorong timbulnya perdagangan antar
negara.
Tabel 2.5 Contoh Keunggulan Komperatif

Negara Permadani Sutra Dasar Tukar Domestik (DTD)


Iran 30 24 1 meter sutra = 0,8 meter permadani
menit/meter menit/meter
Bangladesh 40 50 1 meter sutra = 1,25 meter permadani
menit/meter menit/meter
Sumber: Lia Amalia Buku Ekonomi Internasional 2007

Pada tabel tersebut dilihat jumlah waktu yang digunakan tanpa memperhatikan
perbandingan dasar tukar domestik antara permadani dan sutra di kedua negara, tampaknya
India memiliki keunggulan absolut atas permadani dan sutra, mengingat Iran dapat

8
menghasilkan permadani dalam waktu 30 menit/meter, sedangkan Bangladesh menggunakan
waktu yang lebih banyak 40 menit/meter, begitu pula sutra, Iran hanya menggunakan waktu 24
menit/meter, sedangkan Bangladesh menggunakan 50 menit/meter. Dengan demikian
berdasarkan teori keunggulan absolut, perdagangan antara kedua negara tidak akan terjadi,
karena Iran memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Berdasarkan pada teori
keunggulan komparatif, perdagangan antara Iran dan Bangladesh masih tetap akan terjadi,
karena secara komparatif dimana Iran memiliki keunggulan atas sutra dan Bangladesh
memiliki keunggulan atas permadani. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan dasar tukar
domestik masing-masing negara, yaitu DTD di Iran adalah 1 meter sutra dapat ditukar dengan
0,8 meter permadani, sementara di Bangladesh 1 meter sutra dapat ditukar dengan 1,25 meter
permadani. Atau dengan kata lain bahwa di Iran harga sutra lebih murah di banding harga
permadani (karena ongkos produksinya hanya 24/50 atau 48 % dari ongkos produksi sutra di
Bangladesh.

2.6 Biaya Relatif (Comparative Cost: David Ricardo)

Teori Ricardo tentang perdangan international adalah teori tentang nilai/value. Menurut
dia nilai/value sesuatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk
memproduksi barang tersebut (labor cost value theory).
Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki
comparative cost yang terkecil. Sebagai contoh perhatikan tabel di bawah ini:
Tabel 2.6 Banyaknya hari kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi

Anggur (1 botol) Pakaian (1 yard)


Portugis 3 hari 4 hari
Inggris 6 hari 5 hari
Sumber: Lia Amalia Buku Ekonomi Internasional 2007

Besarnya comparative cost adalah :


- Portugis untuk anggur 3/6 < 4/5 atau 3/4 < 6/5
- Inggris untuk pakaian 5/4 < 6/3 atau 5/6 < 4/3
Dari contoh diatas Portugis akan berspesialisasi pada produksi anggur, sedangkan Inggris
pada produksi pakaian. Pada nilai tukar 1 botol anggur = 1 yard pakaian maka Portugis akan
mengorbankan 3 hari kerja untuk 1 yard pakaian yang kalau diproduksinya sendiri memerlukan
waktu 4 hari kerja. Inggris juga akan beruntung dari pertukaran. Dengan spesialisasi pada

9
produksi pakaian dan ditukar dengan anggur maka untuk memperoleh 1 botol anggur hanya
dikorbankan 5 hari kerja yang kalau diproduksi sendiri memerlukan waktu 6 hari kerja.
Dengan demikian prinsip comparative cost Ricardo dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jika a1 dan b1 adalah unit cost untuk produksi barang A dan B di negara I, lalu a2 dan b2
adalah unit labor cost di negara II, maka negara I akan mengekspor barang A dan impor barang
B jika:
a1 / b1 < a2 / b2 atau a1 / b1 < b1 / b2

Artinya sebelum berdagang barang A relatif lebih murah di negara I dan barang B lebih
murah di negara II.
Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu sama, hanya kalau pada
teori:
- Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga kerja di masing-masing negara
outputnya berbeda.
- Comparative cost, untuk sejumlah output tertentu, waktu yang dibutuhkan berbeda
antar satu negara dengan negara lain.
Teori-teori klasik tersebut disusun berdasarkan beberapa anggapan, antara lain:
Hanya ada 2 negara, 2 barang, 24 keadaan full employment, persaingan sempurna, mobilitas
dalam negara yang tinggi dari faktor-faktor produksi (misal tenaga kerja dan kapital) tetapi
immobile secara internasional.

2.7 Kelemahan Teori Klasik

Dalam teori ekonomi Klasik intinya memiliki 3 masalah ekonomi yaitu mengenai
proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Dimana produksi merupakan proses menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dan pada kenyataannya, tidak semua
kebutuhan dapat terpenuhi dikarenakan kelangkaan yang terjadi akibat ketidak seimbangan
antara kebutuhan manusia terhadap barang atau jasa yang sifatnya tidak terbatas sedangkan
sumber daya terbatas jumlahnya. Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari
perdagangan internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda
antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam
comparative advantage itu karena adanya perbedaan di dalam eco fungsi produksi antara dua
negara atau lebih. Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama
nilai produksinya sama sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu

10
syarat timbulnya perdagangan antar negara adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua
negara tersebut. Namun teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan
fungsi produksi antara dua negara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan


ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong
ekspor (dengan banyak insentif) dan mengurangi impor (biasanya dengan
pemberlakuan tarif yang besar).
2) Teori absolute advantage (keunggulan mutlak) dari Adam Smith tersebut, lebih
mendasarkan pada besaran (variabel) rill bukan moneter sehingga sering dikenal
dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Yang dimana murni
dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel rill seperti yang telah
di jelakan tadi yaitu nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan
akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value).
3) Teori keunggulan komparatif merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo
dimana suatu negara dapat tetap melakukan perdagangan walaupun salah satu negara
tidak memiliki keunggulan absolut atau dengan kata lain memiliki kerugian absolut
terhadap negara lain dalam memproduksi dua barang. Dan suatu negara hanya akan
mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi, dan mengimpor
barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah. Perdagangan akan tetap
menguntungkan apabila negara yang mengalami kerugian absolut menspesialisasikan
produksinya pada barang yang memiliki kerugian absolut lebih kecil.
4) Teori biaya relatif dari David Ricardo yaitu tentang nilai/value yang dimana suatu
barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang di perkerjakan untuk memproduksi
suatu barang.

12
STUDI KASUS

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF EKSPOR BATIK


INDONESIA

Pendahuluan

Batik adalah warisan budaya nusantara telah dikenal lama tidak hanya oleh bangsa
Indonesia sendiri, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Melalui Kepres No. 33 Tahun
2009 pemerintah menetapkan Hari Batik Nasional dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk melindungi dan pengembangan batik Indonesia. Tidak sekedar dianggap
sebagai akal buah budi masyarakat Indonesia karena batik sudah menjadi identitas bangsa,
melalui ukiran simbol yang unik, rancangan tiada tanding dan warna yang menawan. Oleh
UNESCO, pada tanggal 2 Oktober 2009, batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk
Budaya Non Bendawi, sekaligus pada tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik
Nasional. Berdasarkan banyaknya motif batik, batik menjadi gambaran keberagaman budaya
Indonesia, UNESCO menganggap dam menilai batik dimaknai sebagai proses kelahiran hingga
kematian oleh masryarakat Indonesia Seiring dengan adanya pengakuan UNESCO, diplomasi
budaya melalui penggunaan pakaian batik pada ajang-ajang internasional yang gencar
dilakukan, promosi batik sebagai ikon Indonesia yang dilakukan pemerintah, berdampak
masyarakat dunia mulai mengenal, menyukai dan mengakui keberadaan batik Indonesia.
Pengakuan masyarakat dunia atas batik berdampak semakin terdongkraknya ekspor batik,
berdampak positif pada meluasnya pasar ke banyak negara dan berpotensi meningkatkan
devisa dan menggerakkan ekonomi rakyat. Industri batik merupakan sub sektor dari industri
tesktil dan pakaian, dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 industri batik menjadi
salah satu sektor yang diandalkan. Saat ini Kementerian Perindustrian memprioritaskan
pengembangan industri batik, mengingat memiliki daya ungkit yang besar dalam
mengdongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti capaian ekspor periode Januari - Juli
2020 sumbangsihnya terhadap devisa adalah USD 21,54 Juta, meningkat dibandingkan dari
Semester I-2019 sebesar 17,99 Juta. Pada revolusi Industri 4.0 yang memunculkan berbagai
teknologi canggih harus dapat dimanfaatkan oleh industri batik Indonesia agar semakin
berdaya saing ditengah tigginya persaingan. Indonesia bukanlah satu-satunya penghasil batik
di dunia. Pesaing penghasil batik saat ini adalah Malaysia, China dan Singapura. Namun

13
dengan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki batik Indonesia di pasar domestik
dan internasional, yaitu melalui keunggulan kualitas dan keunikan, diyakini akan berhasil
menjadi market leader di pasar batik dunia. Menurut Hitt dalam Almira & Alodia (2019) untuk
memenangkan persaingan, perusahaan harus memiliki suatu keunggulan kompetitif
(competitive advantage) yang membedakan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan
kompetitif (competitive advantage) merupakan kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan
untuk memberikan nilai yang lebih baik pada pelanggan dibandingkan dengan kompetitor
(Kotler dan Armstrong, 2016 dalam Almira & Alodia, 2019).

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data


dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan informasi diperoleh dari buku literatur, jurnal,
peraturan, laporan penelitian, karangan ilmiah, media masa, dan sumbersumber tertulis, baik
cetak maupun online. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan analisis keunggulan
komparatif dan kompetitif batik Indonesia dalam menghadapi persaingan pasar global melalui,
dimana tidak hanya Indonesia sebagai penghasil produk batik, dengan mengedepankan
keunggulan kualitas dan keunikan yang dimiliki oleh batik Indonesia, yang membedakannya
dengan produk batik negara lain.

Hasil dan Pembahasan

Batik Indonesia. Kata ‘Batik’ memiliki beberapa makna dan pengertian. Dalam khazanah
kebudayaan Indonesia, Batik adalah salah satu bentuk seni kuno yang bermutu tinggi. Kata
Batik berasal dari Bahasa Jawa yaitu “amba” yang artinya tulis dan “nitik” yang berarti titik.
Maksud dari gabungan kedua kata tersebut adalah menulis dengan lilin. Proses pembuatan
batik diatas kain menggunakan canting yg ujungnya berukuran kecil memberikan kesan “orang
sedang menulis titik-titik”. Di dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, Hamzuri
mengartikan batik sebagai suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan proses menutupi
bagian-bagian tertentu menggunakan perintang. Zat perintang yang kerap digunakan dalam
proses membatik adalah lilin atau malam. Lilin tersebut digunakan untuk menggambar motif
batik yang kemudian kain diberi warna melalui proses pencelupan, kemudian lilin dihilangkan
dengan cara direbus dengan air panas. Akhirnya proses-prosses tersebut akan menghasilkan
sehelai kain batik dengan motif yang memiliki ciri khas dan makna tersendiri. Jenis-Jenis Batik.
Berdasarkan teknik pembuatan, jenis batik terdiri dari :

14
1. Batik Tulis, merupakan batik tradisional yang dibuat menggunakan tangan. Proses
pembuatan batik ini melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemolaan,
pembatikan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan. Menariknya, batik jenis ini
memiliki motif yang jarang sama persis lantaran dibuat menggunakan tangan dan secara
masal.
2. Batik Cap, termasuk dalam batik modern, dibuat menggunakan cap. Hal ini membuat
batik cap hanya dapat dihiasi dengan motif-motif berukuran besar. Selain itu, pada batik
cap tidak ada seni coretan dan kehalusan motif. Sedangkan, pembuatan batik cap
dimulai dari persiapan, pencapaan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan.
3. Batik Kombinasi, merupakan perpaduan antaran batik tulis dan batik cap. Batik ini
diciptakan guna menyempurnakan batik cap yang hanya mampu membuat motif besar
dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan tangan. Diperlukan persiapan
ekstra dalam pembuatan batik kombinasi. Salah satunya, untuk penggabungan motif
yang ditulis dan motif cap sehingga nilai seni batik ini disamakan dengan batik cap.
4. Batik Tekstil, merupakan batik bermotif yang diproduksi oleh industri tekstil. Adapun
proses pembuatan batik jenis ini adalah sistem printing, sehingga produk tersebut
dikenal sebagai batik printing dan dapat diproduksi dalam jumlah besar atau banyak
sehingga dapat dibeli dengan harga terjangkau. Namun, mengingat batik ini dibuat
secara printing, maka tidak terdapat kekhasan batik tradisional.

Daya Saing Batik Indonesia. Daya saing menurut Chrouch (2009), pada dasarnya
merupakan konsep multidimensional, yaitu dimensi institusi dan dimensi produk. Pada dimensi
institusi, daya saing dapat dilihat dari tiga tingkat yang berbeda yaitu negara, industri dan
perusahaan. Sedangkan dalam dimensi produk, suatu produk dikatakan berdaya saing apabila
produk tersebut mempunyai atribut (terutama kualitas) yang lebih baik dibanding dengan
produk lain yang harganya sama. Di samping memiliki kualitas, produk yang berdaya saing
pada umumnya juga memiliki keunikan (uniqueness) dibanding produk lain yang menjadi
pesaingnya. Saat ini pasar batik lokal dibanjiri oleh produk batik dari China, masuknya produk
batik dari negara China menjadi ancaman serius bagi batik lokal Indonesia, yang berpotensi
menggusur batik lokal dan dapat mematikan usaha perajin batik. Keunggulan dari batik China
ini adalah dari segi harga yang murah dan kualitas pewarnaan yang lebih rapi karena
menggunakan teknik printing, walaupun sebetulnya batik China adalah tekstil bermotif batik,
berbeda dengan batik Indonesia yang adalah betul-betul produk batik yang memiliki
keunggulan kualitas dan keunikan. Karakter konsumen Indonesia khususnya cenderang sangat

15
terpengaruh dengan tinggi rendahnya harga, sehingga batik China dengan harga yang lebih
murah dibanding batik lokal Indonesia, ditambah lagi dengan anggapan kualitas yang lebih
baik, sehingga daya saing batik lokal di pasar lokal menjadi menurun dibanding batik China.

Suratman dan Tri Rinawati (2020) beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan daya
saing, antara lain :

1) Menetapkan harga yang murah namun dengan kualitas yang sama artinya kualitas yang
bagus. Hal ini perlu efisiensi dari segi biaya.
2) Melakukan diferensiasi , dengan menawarkan atau melakukan hal yang berbeda
dibandingkan dengan pesaing. Menawarkan sesuatu yang berbeda, akan menarik
perhatian konsumen, perhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya
sekedar berbeda, misalnya berbeda hanya dalam motif dan memberikan keunikan.
3) Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Perusahaan yang dapat memberikan service excellence
4) dapat memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
5) Mengembangkan pemasaran melalui online, dengan pemanfaatan teknologi digital,
misalnya dengan e-commerce, agar wilayah dan jangkauan pemasaran semakin luas.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang
standar proses, daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih
cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan memperkokoh
pangsa pasarnya, kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, kemampuan
meningkatkan kinerja, dan kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Merujuk kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tersebut, maka
untuk memperkuat kemampuan daya saing produk batik lokal dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

16
1) Memperkuat pangsa pasar dengan menciptakan produk yang berkualitas dengan harga
jual yang sama atau lebih rendah denga cara melakukan efisiensi, baik dari segi proses
maupun penggunaan sumber daya teknologi industri.
2) Menciptakan produk batik yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan saat ini, mengikuti
tren fashion dan disukai oleh segala kalangan dan usia.
3) Meningkatkan kemampuan pekerja dengan cara memberikan pelatihan kepada para
pekerja di sektor industri batik.
4) Memperkuat dukungan pemerintah dengan mendorong terciptanya inovasi melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang), sehingga dapat tercipta teknologi
terbaru dan terkini guna peningkatan kualitas batik.
5) Melibatkan peranan pemerintah dalam melindungi produk lokal dari ancaman produk
batik China khusus dan negara lain dengan menerapkan bea masuk yang tinggi.
6) Melakukan penguatan identitas batik Indonesia melalui Batikmark serta pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), penelitian Molia Ananda (2017).

Daya Saing Ekspor Batik Indonesia. Melihat adanya ancaman dari produk batik impor
khususnya China kemudian karakter konsumen lokal yang membuat daya saing batik Indonesia
di pasar lokal menjadi menurun. Namun berbeda dengan pasar global, mereka lebih
menghargai kualitas dan keunikan dari suatu produk, khususnya batik Indonesia, sehingga
masalah harga tidak menjadi hal yang sensitif dalam keputusan pembelian suatu produk.

Batik Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan pasarnya di pasar global,
saat ini realisasi nilai ekspor batik Indonesia masih jauh di bawah nilai perdagangan produk
pakaian jadi di dunia yang mencapai US$442 Miliar. Berdasarkan data Kementerian
Perindustrian, nilai ekspor industri batik selama semester I 2019 sebesar US$18 juta atau setara
Rp. 252 miliar (kurs Rp. 14.000/USD), terpaut jauh dibandingkan target ekspor tekstil dan
produk tekstil tahun ini yang ditargetkan US$15 miliar atau Rp. 209 triliun. Secara kenaikan,
nilai ekspor batik Indonesia dapat dikatakan naik dari tahun-tahun sebelumnya, hanya saja
porsi ekspornya saja yang belum memenuhi target.

17
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor tahun 2019 dan 2020 sebagai
berikut :

Sebagaimana data di atas, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai adanya


pertumbuhan nilai ekspor pada semester I/2020, padahal dalam kondisi pandemi Covid-19 ini
utilisasi industri tekstil dan produk tekstil secara keseluruhan anjlok. Pertumbuhan nilai ekspor
batik ini disebabkan oleh semakin banyaknya diversifikasi produk batik. Daya Saing dengan
Keunggulan Kualitas. Pada batik Indonesia terdapat jenis batik tulis yang di nilai mempunyai
kualitas tinggi dari segi bahan, proses pembuatan dan nilai seni yang terkandung di dalam nya.
Proses pembuatan corak atau motif dilakukan menggunakan canting dan malam (lilin).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guring Briegel Mandegani, dkk. (2018) konsumen
batik memperhatikan kualitas batik dari segi :

1) Bahan kain, bahan halus, enak dipakai dan nyaman serta menambah eksklusifitas dari
produk batik.
2) Tapak canting, detail pembuatan batik yang dibuat dengan kekhususan teknik
pencantingan malam panas yang akan menghasilkan tapak canting dengan hasil yang
halus, sedang ataupun kasar.
3) Warna dan motif, pewarnaan yang rapi, tanpa noda dan merata.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuriyah Fatkhul Jannah (2019), produk batik
dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki warna yang kuat tidak mudah luntur dan tidak
mudah pudar serta memiliki corak yang banyak yang mengikuti tren masyarakat yang cepat
berubah dan cepat bosan.

Kualitas sebagaimana tersebut diatas yang oleh konsumen dijadikan pilihan dalam memilih
produk batik, dan dapat dijadikan keunggulan yang membedakannya dengan batik dari negara
lain yang dapat dijadikan keunggulan daya saing dalam persaingan pasar dunia atau global,
selaras dengan penelitian yang dilakukan Indah Mega Lestari, dkk. (2019) yang menyatakan
bahwa kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar.

18
Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas, apabila pelanggan merasa
puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan, sehingga dapat
mengungguli pesaingnya.

Daya Saing dengan Diferensiasi melalui Keunikan Batik Indonesia. Diferensiasi produk
merupakan cara perusahaan untuk memenangkan persaingan melalui suatu daya pembeda atau
keunikan atribut sehingga dipersepsikan sebagai produk yang memiliki nilai lebih oleh
konsumen, hal ini sebagaimana dinyatakan Kotler & Keller (2009). Batik Indonesia memiliki
keunikan jika dibandingkan dengan produk batik dari negara lain, beberapa keunikan yang
dimiliki oleh batik Indonesia diantaranya :

1) Proses pembuatannya yang unik, dikenal sebagai hand dyeing atau pewarnaan dengan
tangan, batik tulis dilakukan secara manual dan bernilai seni dalam pembuatan.
2) Banyak di gunakan oleh para tokoh, baik pejabat dalam negeri, luar negeri dan artis
kelas dunia.
3) Batik merupakan warisan budaya dunia, tidak hanya warisan budaya nusantara, diakui
oleh UNESCO.
4) Memiliki corak atau motif dan warna yang beragam yang berbeda mewakili budaya-
budaya daerah yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia.

Keunikan ini akan menjadi keunggulan daya saing bagi batik Indonesia untuk dapat
memasuki dan disukai oleh pasar dunia. Seirama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini
Suci Ramadhani dan DR. Ratni Prima Lita (2014), hipotesis dari pengujian pada variabel
strategi diferensiasi produk berpengaruh dan signifikan terhadap keunggulan bersaing.

Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Batik Indonesia. Asumsi dari teori keunggulan
komparatif yang dibangun David Ricardo sebagai berikut:

1. Berlakunya labor theory of value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
jumlah tenaga kerja yang digunakan;
2. Tidak memperhitungkan biaya transportasi;
3. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, sedangkan skala produksi bersifat constant
return to scale;
4. Faktor produksi tidak bersifat mobile antarnegara (Salvatore, 1997).

Hecker dan Ohlin dalam Salvatore (1997) menjelaskan mengenai terbentuknya keunggulan
komparatif David Ricardo, yang dikenal sebagai teorema H-O. Teori H-O merupakan model

19
tentang analisis perdagangan antar dua negara, yang mempunyai karakteristik berbeda.
Kemudian teori keunggulan kompetitif adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi
alami tidak perlu dijadikan penghambat karena pada dasarnya dapat diperjuangkan dengan
berbagai usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan di dalam
negara tersebut untuk berkompetisi menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter,
1990). Terdapat empat faktor utama yang membentuk lingkungan dimana perusahaan bisa
kompetitif, yaitu:

1) Kondisi faktor produksi (factor conditions), perusahaan lokal berkompetisi sedemikian


rupa, sehingga mendorong terciptanya keunggulan misalnya tenaga kerja terampil,
infrastruktur, dan teknologi;
2) Kondisi permintaan (demand conditions);
3) Industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industries);
4) Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang
menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola
serta sifat persaingan domestic.

Batik Indonesia, salah satunya batik Batangan memiliki daya saing berdasarkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Yahya Adi
Surya (2017), dibuktikan dengan hasil analisis PAM. Dimana keunggulan komparatif dianalisa
menggunakan indikator Domestic Resources Cost Ratio dengan nilai 0,25 artinya telah efisien
dan memiliki keunggulan komparatif. Kemudian keunggulan kompetitif dianalisa
menggunakan indikator Private Cost Ratio diperoleh nilai 0,24 artinya mampu menggunakan
domestiknya atas harga aktual dan memiliki keunggulan kompetitif

Kemudian keunggulan lokal juga menjadi keunggulan komparatif, mengingat corak batik
Indonesia beragam tergantung kepada daerah dan budaya dimana batik tersebut dibuat,
sehingga membuat batik Indonesia memiliki keunikan dan nilai tinggi. Sebagai hasil penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Mahfud (2020), keunggulan lokal adalah suatu proses dan
realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya
20
lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif. Meningkatkan
Keunggulan Komparatif Produk Batik. Menurut Rika Nailil Farih (2019) keunggulan
komparatif berasal dari banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam
mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Berikut
cara-cara meningkatkan keunggulan komparatif produk batik :

1) Mempopulerkan atau memperkenalkan batik melalui edukasi, kegiatan sosial dan


pameran dalam dan luar negeri.
2) Mendatangkan masyarakat lokal ataupun warga negara asing ke tempat atau sentra
pembuatan batik, untuk melihat langsung proses pembuatan batik, sekaligus sebagai
sarana wisata edukasi.
3) Melibatkan pemerintah dalam hal mendukung perkembangan ekonomi kreatif, melalui
pembinaan dan pelatiah, penyediaan sarana prasarana bagi pelaku usaha.
4) Peningkatkan kualitas SDM yang bekerja pada industri melalui pelatihan yang inovatif,
kreatif, tekun, jujur, disiplin, bertanggung jawab dan mau belajar untuk
mengembangkan kemampuan dan kapasitas diri.

Simpulan

Batik Indonesia sebagai warisan budaya nusantara dan sekaligus warisan budaya dunia,
sebagai penetapan dari UNESCO, pengenalan produk Batik Indonesia sudah berjalan lama
melalui promosi, pameran lokal dan internasional, para tokoh memakai pakaian batik
Indonesia, mulai dari pejabat dalam dan luar negeri hingga para artis terkenal, sehingga
masyarakat dunia familiar dengan batik Indonesia.

Strategi meningkatkan daya saing melalui kualitas, dalam hal ini adalah bahan kain
batik, kualitas pembuatan menggunakan canting dan malam serta kualitas corak atau motif dan
warna. Kemudian strategi meningkatkan daya saing melalui keunikan batik Indonesia, dalam
hal ini adalah corak atau motif dan warna yang unik mewakili budaya daerah di seluruh pulau
Indonesia. Batik Indonesia memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif untuk dapat
bersaing di pasar batik dunia, dan berpotensi menjadi market leader.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2007). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Astuti, A. W. (t.thn.). Teori Perdagangan Internasional. Diambil kembali dari uny.ac.id:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198411182008122004/pendidikan/KI+3+TEORI+PE
RDAGANGAN+INTERNASIONAL.pdf
Marganus, E. (2021). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Ekspor. Diversity
UIKA Bogor, 115-123.
Portal-Ilmu.com. (2018). Teori Merkantilisme: Sejarah, Tokoh, Ide Pokok. Diambil kembali
dari Teori Merkantilisme: Sejarah, Tokoh, Ide Pokok: https://www.portal-ilmu.com
Ramadhon, A. N., W.N, B. A., & Muhammad, C. (2016). Teori Klasik Perdagangan
Internasional. Diambil kembali dari academia.edu:
https://www.academia.edu/28522308/MAKALAH_Teori_Klasik_Perdagangan_Intern
asional_KATA_PENGANTAR
Rhamadon, A. N., Agustina, B., & Muhammad, C. (2016). Teori Klasik Perdagangan
Internasional. Diambil kembali dari https://www.academia.edu

22

Anda mungkin juga menyukai