Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EKONOMI INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU :
Dr. AGNES LUTHERANI CH P LAPIAN SE, M.Si
DISUSUN OLEH :
OCTAVIANI DEA ANANDA 220611010105

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan tuntun-nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ekonomi Internasional tentang “ Teori
Perdagangan menurut pandangan Aliran Merkantilisme tentang perdagangan internasional,
Keunggulan mutlak Adam Smith (Absolut Adventage), Keunggulan Komperatif JS. Mill dan
David Ricardo (Comperative Cost), Keunggulan Kompetitif secara umum (Model daya saing
internasional ME Porter).”
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Internasional. Yakni Dr. AGNES LUTHERANI CH P
LAPIAN SE, M.Si yang telah memberikan tugas ini serta bimbingan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Kami juga ini mengucapkan terima kasih kepada pihak lainnya,
yang selalu mendukung mulai dari orang tua, teman-teman, bpk/ibu dosen, serta pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata, tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan demi perkembangan yang lebih baik lagi kedepannya
semoga makalah ini dapat berguna baik bagi kami maupun pihak lain yang membaca
makalah ini.

Manado, 15 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1. Pengertian Teori...............................................................................................................6
2.2. Pandangan Aliran Merkantilisme....................................................................................6
2.3. Keunggulan mutlak Adam smith (absolut adventage).....................................................7
2.4. Keunggulan Komperatif JS. Mill dan David Ricardo (comperative cost).....................8
a. David Ricardo.................................................................................................................8
Hukum Keunggulan Komperatif........................................................................................8
Keunggulan Komparatif dan Biaya Oportunitas................................................................9
b. Jhon Stuart Mill..............................................................................................................9
2.5. Keunggulan Kompetitif secara umum (model daya saing internasional ME Porter)....10
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Teori perdagangan internasional yang sampai saat ini masih berkembangsecara umumnya
dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu teori klasik, teori modern.Sebelumnya teori-teori tersebut
ada, sudah berkembang paham kaummerkantilisme terutama di negara-negara Eropa pada
abad enam belas dan tujuh belaas. Para penganjurnya antara lain, Sir Josih Child, Thomas
Mun, Jean Bodin.Mereka beranggapan bahwa logam mulia adalah ukuran kemakmuran
suatunegara, semakin banyak memiliki logam mulia maka negara tersebut akansemakin kaya.
Logam mulia diperoleh dari surplus ekspor dan impor apabilaekspor lebih besar dari impor
maka logam mulia akan mengalir ke dalam negerilebih banyak dan Peranan pemerintah
sangat penting dalam perdaganganinternasional, dengan suatu kebijakan pemerintah maka
akan diperoleh eksporlebih besar dari impor misalnya tarif quota dan subsidi, dipihak lain
impor dapatditekan.

Aliran klasik muncul pada abad ke 18 yaitu dimasa revolusi industridimana suasana waktu itu
merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi.Pada waktu itu sistem liberal sedang
merajalela dan menurut aliran klasik,ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan
antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan
teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya
dan perekonomian mengalami kemacetan.

Para pelopor teori klasik sangat menentang teori tersebut. Logam muliatak mungkin
ditumpuk dengan surplus ekspor karena penumpukan tersebut akansia-sia. Logam mulia akan
mengalir dengan sendirinya melalui perdaganganinternasional
(price specie flow merchanism).
Ekspor naik berarti logam muliamasuk ke dalam negeri akibatnya uang yang beredar
bertambah, pertambahantersebut menyebabkan harga dalam negeri naik dan akhirnya logam
mulia akankembali lagi keluar sebagai akibat masuknya barang impor.

Dengan adanya spesialisasi, maka negara akan menghasilkan suatu produkyang mempunyai
keunggulan mutlak (absolut advantage) atau keuntungankomperatif (comperative advantage).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan Aliran Merkantilisme tentang perdagangan Internasional.
2. Bagaimana Keunggulan mutlak Adam smith (absolut adventage).
3. Bagaimana keunggulan Komperatif JS. Mill dan David Ricardo (comperative cost).
4. Bagaimana keunggulan Kompetitif secara umum (model daya saing internasional ME
Porter) .
1.3. Tujuan
1. 1.Untuk mengetahui tentang Pandangan Aliran Merkantilisme tentang perdagangan
Internasional
2. Untuk mengetahui tentang keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolut Adventage)
3. Untuk mengetahui keunggulan Komperatif JS. Mill dan David Ricardo (Comperative
Cost).
4. Untuk mengetahui keunggulan Kompetitif secara umum (model daya saing
internasional ME Porter )
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antar perorangan (individudengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di
banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkanGDP.Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun
(lihatJalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik
baru dirasakan beberapa abad belakangan.Perdagangan internasional punturut mendorong
Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

2.2. Pandangan Aliran Merkantilisme


Kaum merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan.Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan
ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor.

Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok,
yaitu:
1) Pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yangkuat dan
pemupukan kemakmuran nasonal untuk mempertahankan danmengembangkan kekuatan
negara tersebut;
2) Setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atasimpor
(neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif,
maka ekspor harus didorong dan impor harusdibatasi.Hal ini dikarenakan tujuan utama
perdagangan luar negeri adalahmemperoleh tambahan logam mulia.
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk
menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit
mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasil kannyaselanjutnya akan dibentuk dalam aliran
emas lantakan, atau logam-logam mulia,khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas
dan perak yang dimiliki olehsuatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.
Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong
ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).
Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor,
juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara
hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.Keinginan para
merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia inisebetulnya cukup rasional, jika mengingat
bahwa tujuan utama kaum merkantilisadalah untuk memperoleh sebanyak mungkin
kekuasaan dan kekuatan negara.Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan
dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat
melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan
laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni.Selain itu,
semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dansemakin besar
aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor danmengurangi impor, pemerintah
akan dapat mendorong output dan kesempata nkerja nasional.

2.3. Keunggulan mutlak Adam smith (absolut adventage).


Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi.Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan
doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus
ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill,serta efisiensi dengan tenaga kerja
yang digunakan dan sesuaidengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain,
yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun
keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan suatu barang dan jasa perunit dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.
Teori Absolute Advantagelebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter
sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional.
Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya
nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut( Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang
sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja.Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana
sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan
satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor
produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut:
Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksitenaga kerja
yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian.Untuk menghasilkan 1
unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unittenaga kerja dan 4 unit tenaga
kerja.Di Inggris setiap unit gandum dan pakaianmasing-masing membutuhkan tenaga kerja
sebanyak 10 unit dan 2 unit.Tabel 1. Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk
Menghasilkan per Unit
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2

Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang
Inggris dalam produksi pakaian. Satu unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris
sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8).1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga
kerja sedang di Inggris hanya 2 unit.
Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada
produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan
absolute advantage karena masing-masing negaradapat menghasilkan satu macam barang
dengan biaya yang secara absolut lebihrendah dari negara lain. Kelebihan dari teori absolute
advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki
keunggulan absolutyang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini
meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang
memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadikarena
tidak ada keuntungan.

2.4. Keunggulan Komparatif JS. Mill dan David Ricardo (comperative cost).
a. David Ricardo
Pada 1817, David Ricardo menerbitkan tulisannya mengenai Principles ofPolitical
Economy and Taxation, yang mana ia menyajikan hukum keunggulan komparatif. Ini adalah
salah satu hukum yang paling penting dan masih taktertandingi dalam bidang ekonomi, dan
bisa diaplikasikan. Pada bagian ini, pertama-tama kita akan mendefinisikan hukum
keunggulan komparatif, kemudian kita akan menggambarkan dengan contoh numerik
sederhana, akhirnya, kita akan membuktikannya dengan menunjukkan bahwa kedua negara
memang dapat memperoleh manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri dalam
produksidan ekspor komoditas yang memiliki keunggulan komparatif bagi negara
tersebut.Dalam Bagian 2.6A, kita akan membuktikan hukum ini menggunakan ilustrasi
grafis.
Hukum Keunggulan Komperatif
Menurut hukum keunggulan komparatif, bahkan jika satu negara kurang efisien
daripada (memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lain dalam produksikedua komoditas,
masih ada landasan untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Negara pertama harus
mengkhususkan diri dalam produksi danekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut
yang lebih kecil (ini yangakan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif)
dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar (iniyang akan
menjadi komoditas dengan kerugian komparatif).

Produksi Amerika Serikat Inggris


Gandum (ganteng/jam) 6 1
Kain (meter/jam) 4 2
Pernyataan hukum tersebut dapat dijelaskan dengan melihat Tabel 2.2. Satu-satunya
perbedaan antara Tabel 1 dan 2.1 adalah bahwa Inggris kini memproduksihanya dua meter
per jam bukan lagi lima. Dengan demikian, Inggris sekarangmemiliki kelemahan absolut baik
dalam produksi gandum dan kain dibandingkandengan Amerika Serikat. Namun, karena
tenaga kerja Inggris adalah setengah produktif dalam kain, tetapienam kali kurang produktif
dalam gandum dibandingkan dengan Amerika Serikat,

Inggris memiliki keunggulan komparatif dalam kain. Di sisi lain, Amerika Serikatmemiliki
keunggulan absolut di kedua barang, gandum dan kain, dibandingkandengan Inggris, tapi
karena keunggulan absolut lebih besar dalam gandum (6:1)dibandingkan dengan kain (4:2),
Amerika Serikat memiliki keunggulankomparatif dalam gandum. Untuk meringkas,
keunggulan absolut Amerika Serikat lebih besar dalam gandum, sedangkan kelemahan
absolut Inggris lebih kecil di kain sehingga keunggulan komparatifnya terletak pada kain.
Menurut hukum keunggulan komparatif, kedua negara dapat memperoleh manfaat
perdagangan jika Amerika Serikat mengkhususkan diri dalam produksi gandumdan
mengekspor sebagian dalam perdagangan untuk mendapatkan kain dariInggris (Pada saat
yang sama, Inggris mengkhususkan diri dalam produksi danekspor kain).

Perhatikan bahwa di dalam hubungan perdagangan internasional dua negara, duakomoditas,


setelah ditentukan bahwa satu negara memiliki keunggulan komparatif dalam satu k
omoditas, negara lain tentu harus memiliki keunggulan komparatifdalam komoditas lainnya.

Keunggulan Komparatif dan Biaya Oportunitas


David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatif pada sejumlah asumsi sederhana:
(1) hanya dua negara dan dua komoditas, (2) perdagangan bebas, (3)mobilitas tenaga kerja
yang sempurna di dalam setiap negara tapi tidak di antara kedua negara, (4) biaya produksi
konstan, (5) biaya transportasi tidak ada, (6)tidak ada perubahan teknis, dan (7) teori nilai
tenaga kerja. Sementara asumsi satu sampai enam dengan mudah dicapai, asumsi ketujuh
(yaitu bahwa teori nilai tenaga kerja berlaku) tidak valid dan tidak boleh digunakan untuk
menjelaskankeunggulan komparatif.

b. Jhon Stuart Mill


Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang
dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan
untuk memproduksi suatu barang, makin mahal harga barang tersebut. Suatu negara akan
memproduksi dan mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif terbesar dan
mengimpor barang yang memiliki relatif kerugian komparatif. Atau dengan kata lain suatu
negara akan memproduksi dan mengekspor barang yang dapat dihasilkan dengan harga relatif
murah dan mengimpor barang yang apabila diproduksi sendiri menggunakan ongkos produksi
yang relatif lebih besar.

Negara Sutra Permadani Dasar Tukar Domestik (DTD)

Iran 2 jam/meter 4 jam/meter 1 meter permadani =2 meter


sutra
Indonesia 1 jam/meter 5 jam/meter 1 meter permadani = 5 sutra

Berdasarkan tabel 2 apabila DTI 1 : 1, maka perdagangan antara Iran dan Indonesia tidak akan
terjadi, karena kedua negara hanya bersedia menukarkansutra untuk memperoleh permadani.
Jika Iran berspesialisasi pada permadani,maka dengan DTI 1 meter permadani = 1 meter sutra
berarti dalam perdagangan internasional Iran akan mengalami kerugian sebesar 1 meter sutra
(yaitu dari 2meter sutra yang dapat ditukarkan dengan 1 meter permadani di dalam
negeri,sedangkan di luar negeri Iran hanya akan memperoleh 1 meter sutra).Sebaliknya,
Indonesia jika berspesialisasi pada sutra, maka akan mengalami 10k euntungan sebanyak 4
meter sutra (yaitu dari 5 meter sutra yang dapatditukarkan dengan 1 meter permadani di dalam
negeri, maka di luar negeri hanya ditukarkan sebanyak 1 meter sutra untuk memperoleh 1
meter permadani, yang berarti Indonesia akan memperoleh efisiensi sebanyak 4 meter
sutra).Selanjutnya, jika diandaikan Iran berspesialisasi pada sutra, maka dengan DTI 1meter
permadani : 1 meter sutra, Iran akan memperoleh keuntungan sebesar 1meter sutra, karena di
dalam negeri untuk memperoleh 1 meter permadani harus ditukarkan dengan sutra sebanyak 2
meter. Sebaliknya, jika Indonesia berspesialisasi pada permadani, maka dengan DTI 1 meter
permadani = 1 metersutra, Indonesia akan mengalami kerugian sebanyak 4 meter sutra, karena
didalam negeri jika 1 meter permadani ditukar dengan sutra, maka akan diperolehsebanyak 5
meter sutra. Berdasarkan dua kondisi yang digambarkan di atas, maka hubungan perdagangan
antara dua Iran dan Indonesia tidak akan terjadi. Hal tersebut disebabkan karena, ada negara
yang mengalami keuntungan, tetapi negara lainnya mengalami kerugian.Menurut J.S. Mill,
berdasarkan data pada tabel 2, perdagangan antara Iran danIndonesia dapat terjadi dan
memberikan keuntungan kedua belah pihak apabilaDTI berada di antara DTD masing-masing
negara, misalnya DTI 1 meter permadani = 3 meter sutra. Tabel 2 menunjukkan bahwa Iran
memiliki keunggulan komparatif atas permadani, karena waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi permadani lebih sedikit dibanding waktu yang digunakan untuk memproduksi
sutra. Sebaliknya Indonesia memiliki keunggulan komparatif atas sutra. Apabila kedua negara
melakukan perdagangan, maka Iran akan berspesialisasi pada produksi permadani dan
mengekspornya ke Indonesia kemudian akan mengimpor sutra dari Indonesia. Sebaliknya
dengan Indonesia akan mengekspor sutra dan mengimpor permadani. Melalui perdagangan
internasional Iran akan memperoleh 3 meter sutra yang ditukar dengan 1 meter permadani,
sehingga memperoleh keuntungan sebanyak 1 meter sutra. Di pihak lain, Indonesia akan
memperleh keuntungan dengan hanya menukarkan 3 meter sutra untuk memperoleh 1 meter
permadani, yang berarti Indonesia akan memperoleh efisiensi yang setara
dengan 2 meter sutra.

2.5. Keunggulan Kompetitif secara umum (model daya saing internasional ME


Porter)
Teori ekonomi perdagangan internasional khususnya tentang konsep competitiveness
terus mengalami revisi dan penyempurnaan. Michael E. Porter dalam bukunya Competitive
Advantage: Creating and Sustaining Superior 11 Performance tahun 1985 mengenalkan teori
keunggulan kompetitif (competitive advantage) pertama kali sebagai konsep dalam
mengantisipasi fenomena bisnis perdagangan internasional saat ini. Porter (1990:3-68)
mengemukakan, bahwa fenomena perdagangan yang diamatinya tidak menunjukkan peran
factor cost dan factor endowment yang cukup berarti. Hal ini disebabkan oleh technologi
calchange, comparable factor endowment, dan globalization. Pola perdagangan yang diamati di
negara-negara yang menjadi subyek studinya menunjukkan upaya negara- negara tersebut
meraih keunggulan kompetitifnya daripada mempertahankan keunggulan komparatifnya.
Porter melihat paradigma baru dalam konstelasi perdagangan internasional, yaitu competitive
advantage paradigm. Meier (1995: 455-458) menyebutnya sebagai dynamic comparative
advantage untuk meratifikasi teori keunggulan kompetitif Porter, yaitu jika lebih dari satu
negara telah berhasil menciptakan (meraih) keunggulan komparatif,untuk selanjutnya
persoalannya bukan lagi keunggulan komparatif melainkankeunggulan kompetitif. Keunggulan
kompetitif tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para
pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya.
Nilai atau manfaat inilah yang bersedia dibayar pembeli, dan nilai unggul berasal dari
penawaranharga yang lebih rendah dibanding harga pesaing untuk nilai atau manfaat yang
sama, atau dengan kata lain penawaran nilai atau manfaat unik yang melebihi harga yang
ditawarkan.

Ada dua tipe dasar keunggulan kompetitif, yaitu biaya rendah dan diferensiasi.Keunggulan
biaya dan diferensiasi ini pada dasarnya berasal dari struktur industri.Kedua tipe dasar
keunggulan kompetitif tersebut dikombinasikan dengan ruang lingkup kegiatan perusahaan
akan menghasilkan tiga pilihan strategi generik untuk mencapai kinerja di atas rata-rata dalam
suatu industri, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus (Porter, 1985:11) Strategi
keunggulan biaya dandiferensiasi mencari keunggulan kompetitif dalam beragam segmen
industri yang luas, sedangkan strategi fokus mengejar keunggulan biaya (fokus biaya)
ataudiferensiasi (fokus diferensiasi) dalam segmen industri yang sempit. Pemikiran yang
melandasi konsep strategi generik ini adalah bahwa keunggulan kompetitifmerupakan inti dari
strategi, dan untuk mencapai keunggulan kompetitif mengharuskan perusahaan menentukan
pilihan jika perusahaan ingin memiliki keunggulan kompetitif tertentu, perusahaan tersebut
harus memilih jenis keunggulan kompetitif yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat
perusahaan akan mencapainya. Alat analisis utama untuk mendiagnosis keunggulan kompetitif
dan mencari cara (strategi) menciptakan dan melestarikannya adalah analisis Rantai Nilai
(Value Chain) (Porter, 1985:25).Analisis terhadap rantai nilai merupakan cara yang tepat untuk
menelaahkeunggulan kompetitif. Rantai nilai memberikan cara yang sistematik untuk
membagi suatu perusahaan ke dalam berbagai kegiatan yang secara strategisrelevan guna
memahami perilaku biaya serta sumber diferensiasi yang potensial.Setiap perusahaan adalah
sekumpulan kegiatan yang dilakukan untuk mendesain,memproduksi, memasarkan, dan
mendukung produknya. Semua kegiatan perusahaan ini dapat digambarkan dengan rantai nilai
(Porter, 1985:33) [8].Persoalannya sekarang adalah bagaimana negara dapat melestarikan
keunggulan komparatif yang dimilikinya sehingga menjadi keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (sustainable competitive advantage). Untuk maksud tersebut, Portermenawarkan
kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis untuk memperkuat
keunggulan komparatif dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yang
diformulasikan dalam model Porter’s FiveForces Analysis dalam artikelnya How Competitive
Forces Shape Strategy tahun1979dan Porter's Diamond atau Porter’s Diamond Theory of
National Advantagedalam artikelnya The Competitive Advantage of Nations tahun 1990.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perdagangan internasional yang menganjurkan suatu filosofi ekonomi yang dikenal sebagai
merkantilisme. Secara singkat, para penganut merkantilisme menyatakan bahwa jalan bagi
suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa adalah dengan mengekspor lebih dari jumlah
impor. Keunggulan Absolut Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan
padakeunggulan absolut. Ketika satu negara lebih efisien daripada (atau memilikikeunggulan
absolut atas) yang lain dalam produksi satu komoditas tetapikurang efisien daripada (atau
memiliki kelemahan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditas yang
kedua, kedua negara dapat mendapatkan manfaat dengan masing-masing mengkhususkan diri
dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan bertukar hasildengan
negara lain untuk komoditas yang memiliki kelemahan absolut.Pada 1817, David Ricardo
menerbitkan tulisannya mengenai Principles ofPolitical Economy and Taxation, yang mana ia
menyajikan hukum keunggulan komparatif. Ini adalah salah satu hukum yang paling penting
dan masih tak tertandingi dalam bidang ekonomi, dan bisa diaplikasikan.Menurut hukum
keunggulan komparatif, bahkan jika satu negara kurangefisien daripada (memiliki kelemahan
absolut terhadap) negara lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk
perdagangan yang saling menguntungkan. Sedangkan menurut Teori ini menyatakan bahwa
nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan
untukmemproduksi barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja yang digunakanuntuk
memproduksi suatu barang, makin mahal harga barang tersebut.Keunggulan kompetitif
merupakan hasil dari kemampuan perusahaanmengantisipasi kelima faktor persaingan
tersebut secara lebih baik dibanding para pesaingnya. Porter's Diamond merupakan suatu
model terkaitkeunggulan kompetitif perusahaan domestik dalam kancah persaingan
internasional yang kemudian memberi nilai terhadap suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai