Fakultas Pertanian
Univeritas lakidende
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasululloh SAW, atas segala petunjuk dan karunianya sehingga penulis
Makalah ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Perdangan Internasioanl. Makalah ini memuat tentang teori ekonomi dan Perdagangan
Intemasional.
Penyusun menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan berbagai pihak, makalah ini tidak
akan terwujud. Dalam makalah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai
pihak. Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Kelompok I
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................
2.5. Kesimpulan ..........................................................................................
2.6. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PUSTAKA
perdagangan, serta hal – hal menyangkut proteksionisme baru. Pasar valuta asing
merupakan kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang sebuah negara dengan
mata uang negara lain, sementara neraca pembayaran mengukur penerimaan total
sebuah negara – negara lainnya di dunia dan total pembayaran ke negara – negara
masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta
berhubungan dengan harga relatif satu komoditas. Di lain pihak, karena neraca
harga umum, maka kedua hal ini menggambarkan aspek makroekonomi ilmu
Setiap teori dalam ilmu ekonomi selalu didasarkan atas asumsi – asumsi
perdagangan internasional sehingga jauh dari realistis, apalagi zaman sekarang ini
dimana negara yang tertutup /tidak melakukan sama sekali perdagangan dengan
negara – negara lain praktis tidak ada terkecuali hanya korea utara. Namun dengan
asumsi ini dasar pemikiran dari teori – teori klasik dapat lebih mudah dipahami.
selanjutnya dengan memakai kerangka analisis dari teori – teori klasik tersebut,
isu – isu aktual yang terkait dengan perdagangan internasional dapat dianalisis
Nilai suatu barang tergantung hanya atas biaya tenaga kerja yakni jumlah
tenaga kerja (dalam jam/hari kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi dikali
upah per pekerja. Pada masa teori klasik faktor – faktor produksi lainnya seperti
modal dan tanah dianggap tidak penting dalam menentukan biaya produksi dan
berarti juga harga produk. Dalam teori – teori klasik faktor produksi tenaga kerja
Menurut teori – teori klasik, biaya produksi per unit output konstan, tidak
sesuatau negara memproduksi suatu barang, biaya atau harga per satu unitnya
tetap tidak berubah. Asumsi ini juga tidak realistis karena tidak
(Tambunan,2004:45).
Ini juga merupakan penyederhanaan dari masalah karena dalam kenyataan nya
biaya transportasi sangat mempengaruhi harga jual dari suatu barang ekspor, yang
berarti juga daya saing dari barang tersebut dan akhirnya pertumbuhan ekspornya.
Walaupun harus diakui bahwa dengan kemajuan tehnologi dalam transportasi,
biaya transportasi menurun dan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan 30
e. Faktor – faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri tetapi tidak
antar negara
Asumsi ini pada zaman nya teori – teori klasik baru muncul munkin dekat
dengan kenyataan pada masa itu karena kendala transportasi antar negara. Tetapi
sekarang dapat dilihat banyak negra yang kinerja impor manufaktur nya sangat
cemerlang padahal negara – negara tersebut sangat miskin akan bahan baku, jadi
harus dibeli dari negara sedang berkembang. Dalam kata lain tingginya mobilitas
dari faktor – faktor produksi dan input – input lain antar negara merupakan salah
Dasar pemikiran dari teori – teori klasik adalah bahwa perdagangan dunia
bebas akan memberi manfaat yang sama bagi semua negara yang terlibat, jadi
kenyataan nya tentu tidak demikian karena dalam perdagangan dunia ada pihak
yang dirugikan dan ada pihak yang diuntungkan yang disebabkan oleh kondisi
Ini termasuk asumsi yang sangat penting dalam arti perdagangan dunia sangat
Mungkin karena pada zaman itu belum ada uang maka perdagangan
antarnegara dilakukan atas dasar tukar menukar barang atau barter atau umum
indonesia juga sering melakukan nya misalnya penjualan pesawat buatan IPTN ke
thailand pada masa habibie dan pembelian beberapa pesawat perang sukhoi dan
helikopter dari rusia yang ditukar dengan minyak kelapa sawit (CPO)
(Tambunan,2004:46).
Keunggulan Absolut
cara yang terpenting bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa adalah
dengan pemasukan dari logam – logam mulia sebagian besar dari emas (Salvatore,
1997:23). Pada tahun 1776 Adam Smith menerbitkan bukunya yang terkenal The
negara – negara lain) dan mengimpor komoditi yang mengalami kerugian absolut
faktor – faktor produksi ini akan menghasilkan pertambahan produksi dunia yang
kebutuhan suatu negara tidak diperoleh dari pengorbanan negara – negara lain,
Keunggulan Komparatif
Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau
ketidakunggulan absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan dengan
negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung.
Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi ekspor pada komoditi yang
mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai
keunggulan komparatif (comparative advantage). Di pihak lain negara tersebut sebaliknya
mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih besar. Dari komoditi inilah
negara tersebut mengalami kerugian komparatif. hal inilah dikenal dengan hukum
keunggulan komparatif. Teori perdagangan internasional mengkaji dasar – dasar terjadinya
asumsi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi produksi yang sama
dan faktor bawan yang berbeda, suatu negara akan cenderung untuk mengekspor
komoditi yang secara relatif intensif dalam menggunakan faktor produksi yang
relatif banyak dimiliki karena faktor produksi melimpah dan murah. Suatu negara
juga akan mengimpor komoditi yang faktor produksi nya relatif langka didapat
produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor
produksi. Oleh karena itu teori H-O sering juga disebut teori proporsi atau
kondisi penawaran dalam negeri antar negara . Dasar dari pemikiran teori ini
adalah sebagai berikut. Negara – negara mempunyai cita rasa dan preferensi yang
sama, menggunakan teknologi yang sama, kualitas dari faktor – faktor produksi
sama, menghadapi skala tambahan hasil yang konstan tetapi sangat berbeda dalam
kekayaan alam atau ketersediaan faktor – faktor produksi. Perbedaan ini akan
akan mengakibatkan perbedaan dalam harag relatif dari faktor – faktor produksi
alternatif dari barang yang dibuat antar negara yang menjadi alasan terjadinya
perdagangan antarnegara. Menurut teori H-O tiap negara akan berspesialisasi pada
jenis barang tertentu dan mengekspornya yang bahan baku atau faktor produksi
barang – barang yang bahan baku atau faktor produksi utamanya langka atau
mahal (Tambunan,2004:67-68).
Teori siklus produk dari Vernon (1966) yang dikembangkan antara lain
bahwa banyak barang manufaktur yang melalui suatu siklus produk yang
prosesnya bisa pendek atau panjang, yang terdiri dari 4 tahap yakni
kedewasaan, dan penurunan. Siklus ini akan terjadi selama kondisi – kondisi yang
tersebut berubah mengikuti perubahan waktu dan dari satu negara ke negara lain.
Hipotesis siklus produk ini didasarkan pada asumsi bahwa rangsangan pada
inovasi biasanya dipicu oleh ancaman dari pesaing atau peluang pasar. Dalam kata
lain perusahaan cenderung diransang oleh kebutuhan dan kesempatan yang ada di
pasar dalam negeri. Selain sebagai sumber perangsang inovasi, pasar domestik
juga berperan sebagai tempat lokasi pelaksanaan produksi (atau sebagai tempat
trial and error). Dekat dengan pasar membuat manajemen dapat bereaksi cepat
Tahap pertama adalah tahap inovasi atau awal mula suatu produk baru
investasi yang diperlukan sangat besar yang terutama sangat diperlukan untuk
mengalami perubahan – perubahan terus menerus . Karena tahap ini tidak hanya
memerlukan modal yang tidak sedikit tetapi juga SDM dengan keahlian teknologi,
desain dan lain – lain maka pada umumnya hanya industri – industri di negara –
negara maju yang dapat melakukan nya karena selain memiliki modal yang besar,
juga SDM berkualitas tinggi dan menguasai teknologi. Selain itu tingkat
pendapatan rata – rata dan selera masyarakat di negara pencipta lebih tinggi
dibandingkan di NSB, dan ini merupakan salah satu faktor perangsang bagi
ini permintaan baik dari dalam negeri maupun internasional (pasar ekspor)
meningkat, dan oleh karena itu produk baru tersebut juga diekspor. Pada awalnya
(karena pendapatan dan selera tidak terlalu berbeda dengan negara pencipta)
untuk membeli produk baru tersebut. Volume ekspor tumbuh dan menjadi cukup
besar untuk mendukung produksi lokal. Tahap ini juga merupakan tahap awal dari
standarisasi produk dan proses pembuatan nya. Pola dari proses produksi nya juga
berubah dengan mulai menerapkan sistem perakitan, dan ini berarti ekonomi
negara – negara lain akan memperoleh lisensi untuk memproduksinya. Jadi tahap
ini mulai muncul pemasok – pemasok baru yang dapat berproduksi dengan skala
ekonomis sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih murah daripada
dinegara inovator dan persaingan dalam inovasi produk, dan kualitas berubah
menjadi persaingan dalam harga. Disini NSB mulai bisa bergabung di dalam
proses produksi dari produk tersebut, terutama karena upah tenaga kerjanya
murah (Tambunan,2004:80).
Teori skala ekonomis bertolak belakang dengan teori heckscher – ohlin (ho).
dalam teori skala ekonomis, skala penambahan hasil tidak tetap, melainkan
penambahan output 30% dan seterusnya. Jadi skala ekonomis adalah suatu skala
produksi dimana pada titik optimalnya, produksi bisa menghasilkan biaya per satu
unit output terendah. keberadaan skala ekonomis dapat menjelaskan beberapa pola
perdagangan yang tidak dijelaskan di dalam model h-o. Jika terdapat skala
suatu jangkauan produksi yang terbatas dan mengekspornya dengan harga yang
lebih murah dari produk yang sama dari perusahaan di negara lain yang tidak
memiliki skala ekonomis, karena misalnya modal terbatas hingga tidak bisa
dalam era perdagangan bebas, skala ekonomis menjadi salah satu faktor penentu
tingkat daya saing global atau keunggulan suatu perusahaan atau industri
(Tambunan,2004:83-84).
produksi dan tingkat intensitas dalam pemakaian faktor produksi khusus nya
modal, maka ketersediaan faktor produksi dari teori H-O sebagai sumber
Dalam kata lain suatu negara yang miskin SDA misalnya jepang tetap dapat
menghasilkan barang – barang yang memakai bahan – bahan baku impor dengan
harga output yang lebig murah daripada barang – barang yang sama buatan negara
dapat dilakukan dalam suatu skala ekonomis yang besar sehingga menghasilkan
biaya produksi per satu unit output lebih rendah daripada di negara yang kaya
SDA (Tambunan,2004:84).
muncul karena adanya perbedaan harga relatif antar negara . Perbedaan ini berasal
Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan
internasional.
a. Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan. Teori Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan
ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor.
Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide
pokok, yaitu:
1) Pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara nasional yang kuat dan
pemupukan kemakmuran nasonal untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan
negara tersebut;
2) Setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas impor
(neraca perdagangan yang aktif). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif, maka
ekspor harus didorong dan impor harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama
perdagangan luar negeri adalah memperoleh tambahan logam mulia.
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara
untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit
mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran
emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas
dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.
Dengan demikian, pemerintah harusmenggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong
ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).
Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor,
juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara
hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.
Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup
rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh
sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan
kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih
baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan
bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih
banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi
dan semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi
impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional.
b. Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan
doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus
ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja
yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain,
yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun
keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter
sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional.
Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya
nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang
sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat
sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta
merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak
homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat
dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan
Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni
gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika
membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan
pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Tabel 1. Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2
Sumber: Salvatore (2006).
Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum
sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja di
Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4
unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan
bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki
absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing-
masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut
lebih rendah dari negara lain. Kelebihan dari teori absolute advantage yaitu terjadinya
perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda,
dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara.
Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka
perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
C. Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif) dari John Stuart Mill dan David
Ricardo
Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative diadvantage(suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar )
Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang
dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.
Contoh:
Produksi 10 orang dalam 1 minggu
Produksi Amerika Inggris
Gandum 6 bakul 2 bakul
Pakaian 10 yard 6 yard
Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul karena
absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi
yang penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative Advantagenya. Besarnya
comparative advantage untuk Amerika, dalam produksi gandum 6 bakul dibanding 2 bakul
dari Inggris atau = 3 : 1. Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6 yard dari Inggris atau
5/3 : 1. Di sini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum yakni 3 : 1
lebih besar dari 5/3 : 1. Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul
dari Amerika atau 1/3 : 1. Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1.
Comparative advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1. Oleh
karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris, dengan spesialisasi
gandum untuk Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris.
Dasar nilai pertukaran (term of trade) ditentukan dengan batas-batas nilai tujar masing-
masing barang di dalam negeri.
Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai
tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan
oleh teori absolute advantage.
David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai
penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki nilai kegunaan. Dengan demikian sesuatu
barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan
membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang.
Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan
atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya
terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang kuno, hasil
buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini
untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai
dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat
ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai penukarannya berdasarkan atas
pengorbanan yang diperlukan. Teori perdagangan internasional diketengahkan oleh David
Ricardo yang mulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya
berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta kedua negara
tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran bersama-sama
dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan teori perdagangan internasional.
Walaupun suatu negara memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila dilakukan
perdagangan tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.
Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat.
Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan
perdagangan, berkat .law of comparative costs. dari Ricardo, Inggris mulai kembali membuka
perdagangannya dengan negara lain. Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya
perjanjian perdagangan bebas antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah
berkembang menjadi dynamic comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan
komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi
faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin
diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya
mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional. Teori
Comparative Advantage digolongkan menjadi dua diantaranya:
a. Cost Comparative Advantage (Labor efficiency)
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor barang di mana Negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta
mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.
Berdasarkan contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative
advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
Indonesia memiliki keunggulan absolut dibanding Cina untuk kedua produk diatas, maka
tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua negara melalui
spesialisasi jika negara-negara tersebut memiliki cost comparative advantage atau labor
efficiency. Berdasarkan perbandingan Cost Comparative Advantage Efficiency, dapat dilihat
bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1
Kg gula (atau hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (hari bekerja) hal ini akan
mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya tenaga
kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 m
kain (hari kerja) daripada produksi 1 Kg gula (hari kerja) hal ini mendorong cina melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor kain.
b. Production Comperative Advantage (Labor productifity)
Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut
berproduksi relatif kurang/tidak produktif. Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut
dibandingkan Cina untuk kedua produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap
dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara
yang memiliki labor productivity. Kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak
dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara.
Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat
terjadi walaupun hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-
masing dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau
Production Comparative Advantage. Teori ini mencoba melihat kuntungan atau kerugian
dalam perbandingan relatif. Teori ini berlandaskan pada asumsi: Labor Theory of Value, yaitu
bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang tersebut, di mana nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.
2. Teori Modern
PENUTUP
2.5. Kesimpulan
1) Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
2) Pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional
yaitu teori klasik dan teori modern.
3) Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi
kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang
ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran
perseorangan.
4) Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga
kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin
merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor.
Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang
digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.
5) Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian
mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor
barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang
besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut.
6) Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-
negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang
relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan
perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan
komparatif adalah:
a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor
intensity atau capital intensity.
2.6. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun demi tercapainya Makalah yang lebih baik di masa mendatang. Terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Adam.2012.MakalahPerdaganganInternasional. http://jebongudik.blogspot.com/2012/04/makalah-
perdagangan-internasional.html Diakses 25 Oktober 2014.
Ismawanto. 2012. Teori Perdagangan Internasional . http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/teori-
perdagangan-internasional.html. Diakses 25 Oktober 2014.