Anda di halaman 1dari 22

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (MODERN)

Dosen Pengampu :

Ni Kadek Eka Jayanthi, S.E., M.si.

Oleh:

Kelompok 4

1. Delfiana Motu Hale (14/2207511071)


2. Kevin Batistuta Anggara Hutabarat (15/2207511094)
3. Darwin Lingga (16/2207511130)
4. Juvent Alfanda (17/2207511156)
5. Aldi Aryanto (18/2207511160)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Teori Hecsher Ohlin ...................................................................................... 3

2.2 Teori Opportunity Cost ................................................................................. 8

2.3 Teori Offer Curve ....................................................................................... 11

2.5 Studi Kasus. ................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 18

3.2 Saran ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 20

Teori Perdangangan Internasional Modern | ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teori perdagangan internasional merupakan teori yang telah berkembang sejak


lama dan terus mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perubahan
lingkungan ekonomi global. Munculnya teori perdagangan internasional modern
didorong oleh beberapa faktor, antara lain: Globalisasi dan perkembangan teknologi
informasi yang mempermudah interaksi antara negara-negara di seluruh dunia.
Perubahan struktur ekonomi global, terutama setelah Perang Dunia II yang
menyebabkan peningkatan perdagangan internasional.Serta Perubahan tatanan politik
perdagangan internasional.

Munculnya teori perdagangan Internasional juga disebabkan oleh adanya


perubahan dalam pemikiran ekonomi, khususnya teori baru tentang perdagangan
internasional yang menyoroti pentingnya diferensiasi produk, inovasi, dan investasi.
Adanya perkembangan dalam bidang statistik dan ekonometrika yang memungkinkan
pengujian dan pengembangan teori perdagangan internasional dengan lebih baik.

Dalam menghadapi perkembangan tersebut, teori perdagangan internasional


modern muncul untuk menjelaskan fenomena perdagangan internasional yang lebih
kompleks dan beragam. Teori ini mengakomodasi aspek-aspek baru yang tidak dicakup
dalam teori perdagangan internasional tradisional, seperti peran inovasi dalam
perdagangan, pengaruh perubahan teknologi, dan dampak globalisasi terhadap ekonomi
dan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa itu teori Hecksher-Ohlin?
2) Bagaimana teori Heckscher-Ohlin dapat menjelaskan pola perdagangan antar
negara yang berbeda?
3) Apa itu teori Opportunity Cost?
4) Bagaimana teori opportunity cost dapat digunakan untuk memahami manfaat
perdagangan internasional?
5) Apa itu teori Offer Curve?
6) Bagaimana teori Offer Curve dapat digunakan untuk memprediksi perubahan
harga dan kuantitas perdagangan antar negara?

1.3. Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui dan memahami apa itu teori Hecksher-Ohlin
2) Untuk Mengetahui dan memahami bagaimana teori Hecksher-Ohlin dapat
menjelaskan pola perdagangan antar negara yang berbeda.
3) Untuk mengetahui dan memahami apa itu teori Opportunity Cost
4) Untuk mengetahui bagaimana teori opportunity cost dapat digunakan untuk
memahami manfaat perdagangan internasional
5) Untuk mengetahui dan memahami apa itu teori Offer Curve
6) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana teori Offer Curve dapat
digunakan untuk memprediksi perubahan harga dan kuantitas perdagangan
antar negara.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Hecsher-Ohlin

Teori Hecsher-Ohlin, juga dikenal sebagai teori faktor-faktor produksi, adalah


teori ekonomi yang menjelaskan alasan mengapa negara-negara melakukan
perdagangan internasional. Teori ini dinamakan dari ekonom Swedia, Eli Heckscher
dan ekonom Swedia-Amerika, Bertil Ohlin, yang memformulasikan teori Heckscher-
Ohlin pada tahun 1930-an. Menurut teori Hecsher-Ohlin, negara-negara akan
mengkhususkan diri dalam produksi barang dan jasa yang memanfaatkan faktor-faktor
produksi yang mereka miliki dengan relatif lebih banyak dan murah, dan melakukan
perdagangan dengan negara-negara lain yang memproduksi barang dan jasa yang
memanfaatkan faktor produksi yang berbeda.

Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari pada negara lain, sedang
negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara tersebut sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pertukaran antara kedua negara tersebut.

Suatu negara, misalnya A, memiliki tenaga kerja yang besar dan relatif sedikit
kapital, maka untuk sejumlah pengeluaran uang tertentu akan memperoleh jumlah
tenaga kerja lebih banyak daripada kapital. Misalnya uang Rp100,00 dapat dibeli 20
unit tenaga atau 5 unit mesin, jadi 20 unit tenaga sama dengan 5 unit mesin.

Sumber:Nopirin,Ph.D.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 3


Dalam gambar 2.1. dengan uang sebanyak 100 dapat dibeli kombinasi
mesin, yang ditandai dengan titik-titik pada sumbu vertikal (tenaga kerja) dan
sumbu horizontal (mesin). Kalau kedua titik ini dihubungkan dengan suatu garis
lurus,merupakan suatu kurva yang disebut ISOCOST, yakni berbagai kombinasi
dua faktor produksi yang dapat dibeli dengan sejumlah tertentu uang.

Sudut arah isocost ini menunjukkan perbandingan harga antara tenaga


kerja dan mesin yaitu 20:5 atau 4:1 artinya 4 unit tenaga nilainya sama dengan
1 unit mesin. Dalam gambar 2.1. itu juga terlihat isocost untuk negara B. Negara
B lebih banyak memiliki kapital/mesin dan relatif sedikit tenaga.
Konsekuensinya di negara B pengeluaran Rp100,00 akan memperoleh tenaga
10 unit atau 20 unit mesin. Harga 1 unit tenaga sama dengan 2 unit mesin
sehingga perbandingan harga tenaga dengan mesin adalah 1: 2. Semua isocost
untuk berbagai alternatif pengeluaran bagi negara B yang mempunyai harga
perbandingan/price ratio tenaga: kapital 1:2 akan paralel. Jadi jelaslah bahwa
negara A akan lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif
menggunakan banyak tenaga dan sedikit kapital (labor intensif), sedangkan
negara B lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan
banyak kapital dan sedikit tenaga kerja (capital intensive).

Sampai di sini belumlah lengkap mengenai uraian teori faktor proporsi.


Masalahnya tidaklah hanya mengenai barang yang akan dihasilkan oleh suatu
negara tetapi bagaimana barang tersebut dihasilkan. Untuk mengetahui hal ini
dapat diterangkan dengan kurva isoquant negara A dan B untuk barang X dan Y
(gambar 2.2.).

Isoquant negara A terlatak dekat sumbu vertikal (tenaga) menunjukkan


bahwa barang X yang dihasilkannya bersifat padat tenaga kerja (labor
intensive). Hal ini dikarenakan negara A lebih banyak memiliki faktor produksi
tenaga, Sedang isoquant negara B mendekati sumbu horizontal (kapital)
menunjukkan bahwa barang Y yang dihasilkan bersifat padat modal (capital
intensive) karena negara B relatif lebih banyak memiliki kapital.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 4


Sumber:Nopirin,Ph.D.

Sumber:Nopirin,Ph.D.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 5


Isocost yang menyinggung isoquant menunjukkan ongkos terendah
untuk menghasilkan sejumlah tertentu barang yang ditunjukkan oleh isoquant
tersebut. Dalam gambar 2.3. dapat dilihat bahwa negara A dapat memproduksi
20 unit barang X pada ongkos Rp200,00 dengan menggunakan 32 unit tenaga
dan 2 unit kapital/mesin.

Negara B untuk memproduksi barang X sebanyak 20 unit dengan


pengeluaran ongkos sebanyak Rp300,00 dengan menggunakan 25unit tenaga
dan S unit kapital/mesin.

Negara B memproduksi barang X sebesar 20 unit tersebut dengan


pengeluaran ongkos yang lebih besar. karena barang X tersebut bersifat padat
tenaga, sedangkan negara B relatif sedikit memiliki faktor produksi tenaga.

Sebaliknya untuk memproduksi barang Y sebanyak 50 unit negara A


mengeluarkan ongkos sebanyak Rp300,00 dengan menggunakan 32 unit tenaga
dan unit kapital/mesin sedangkan negara B untuk produksi barang Y sebanyak
50 unit hanya mengeluarkan ongkos sebanyak Rp200,00 dengan menggunakan
& unit tenaga dan-20 unit kapital/mesin. Oleh karena itu negara A akan
berspesialisasi pada produksi barang X dan negara B pada barang Y.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa proporsi faktor-faktor


produksi yang dimiliki oleh suatu negara itu berbeda-beda, sehingga
menimbulkan perbedaan relatif harga-harga di berbagai negara.

Suatu negara cenderung untuk memproduksi barang yang menggunakan


faktor produksi yang dimiliki negara itu dalam jumlah besar.

Berikut adalah beberapa Kelebihan dari teori Heckscher-Ohlin:

1. Membantu menjelaskan pola perdagangan internasional: Teori Heckscher-


Ohlin dapat membantu menjelaskan pola perdagangan internasional,
terutama dalam hubungannya dengan perbedaan ketersediaan faktor
produksi antar negara. Hal ini dapat membantu negara-negara dalam
mengembangkan strategi perdagangan internasional mereka, termasuk

Teori Perdangangan Internasional Modern | 6


dalam menentukan komoditas apa yang harus diimpor dan dihasilkan
untuk mencapai efisiensi produksi dan keuntungan maksimal.

2. Memberikan dasar untuk kebijakan perdagangan internasional: Teori


Heckscher-Ohlin memberikan dasar bagi kebijakan perdagangan
internasional, termasuk kebijakan tarif dan non-tarif. Misalnya, negara
dapat memberlakukan tarif pada impor barang yang memanfaatkan faktor
produksi yang kurang dimilikinya, sehingga memberikan keuntungan bagi
produksi barang yang memanfaatkan faktor produksi yang dimiliki secara
melimpah relatif.

3. Mendorong spesialisasi dalam produksi: Teori Heckscher-Ohlin mendorong


spesialisasi dalam produksi, di mana setiap negara mengkhususkan diri
dalam produksi barang yang memanfaatkan faktor produksi yang
dimilikinya secara melimpah relatif. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi
produksi dan menghasilkan keuntungan ekonomi yang lebih besar bagi
negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional.

4. Mengurangi konflik perdagangan: Teori Heckscher-Ohlin dapat membantu


mengurangi konflik perdagangan antar negara, karena dapat memberikan
dasar bagi negara-negara untuk memahami keunggulan komparatif masing-
masing dan menghindari kesalahpahaman mengenai praktik perdagangan
yang tidak adil.

5. Menstimulasi pertumbuhan ekonomi: Teori Heckscher-Ohlin dapat


menstimulasi pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang terlibat dalam
perdagangan internasional, karena dapat meningkatkan efisiensi produksi
dan memungkinkan negara-negara untuk memanfaatkan sumber daya
mereka secara lebih efektif. Hal ini dapat membantu negara-negara untuk
meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

teori Heckscher-Ohlin memiliki kekurangan dan kritik dari berbagai


pihak, di antaranya:

1. Asumsi tetapnya teknologi: Teori Heckscher-Ohlin asumsi bahwa teknologi


produksi tetap dan homogen di seluruh dunia. Namun, dalam kenyataannya,

Teori Perdangangan Internasional Modern | 7


teknologi produksi dapat berbeda-beda antar negara dan juga dapat
berkembang seiring waktu.

2. Asumsi mobilitas faktor produksi: Teori Heckscher-Ohlin mengasumsikan


bahwa faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal mudah bergerak antar
sektor di dalam suatu negara. Namun, dalam kenyataannya, faktor produksi
dapat mengalami hambatan untuk bergerak dari satu sektor ke sektor
lainnya.

3. Tidak mempertimbangkan faktor non-ekonomi: Teori Heckscher-Ohlin


hanya mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti biaya produksi dan
harga pasar dalam menjelaskan perdagangan internasional, tanpa
memperhitungkan faktor-faktor non-ekonomi seperti politik dan budaya.

4. Tidak memperhitungkan sumber daya alam: Teori Heckscher-Ohlin tidak


mempertimbangkan perbedaan sumber daya alam antar negara sebagai
faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional.

5. Tidak mempertimbangkan perbedaan kualitas faktor produksi: Teori


Heckscher-Ohlin mengasumsikan bahwa faktor produksi seperti tenaga
kerja dan modal memiliki kualitas yang sama di seluruh dunia. Namun,
dalam kenyataannya, perbedaan kualitas faktor produksi dapat
mempengaruhi perdagangan internasional.

Namun perlu diingat bahwa teori Hecksher-Ohlin tidak menjelaskan semua pola
perdagangan antara negara, terutama dalam perdagangan yang tidak didasarkan pada
perbedaan faktor produksi.

2.2 Teori Opportunity Cost

Teori opportunity cost (biaya kesempatan) merupakan dasar dalam ekonomi


internasional dan perdagangan internasional modern. Teori ini menyatakan bahwa
dalam situasi di mana negara-negara memiliki keunggulan komparatif yang berbeda
dalam produksi suatu barang atau jasa, maka akan ada keuntungan bagi kedua belah
pihak untuk terlibat dalam perdagangan internasional.

Dalam perdagangan internasional modern, teori opportunity cost dapat


diilustrasikan sebagai berikut:

Teori Perdangangan Internasional Modern | 8


Negara Pakaian Komputer
Negara A 2 jam=1 pakaian 3 jam=1 komputer
Negara B 1 jam=1 pakaian 2 jam=1 komputer

Dalam hal ini, negara A memiliki keunggulan komparatif dalam produksi


komputer, sedangkan negara B memiliki keunggulan komparatif dalam produksi
pakaian. Jika kedua negara mengambil keuntungan dari keunggulan komparatif mereka
dan memfokuskan produksi mereka pada barang yang mereka hasilkan dengan biaya
kesempatan yang lebih rendah, mereka dapat saling berdagang dan saling
memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing.

Misalnya, negara A dapat memproduksi lebih banyak komputer dan mengimpor


pakaian dari negara B, sedangkan negara B dapat memproduksi lebih banyak pakaian
dan mengimpor komputer dari negara A. Dalam hal ini, kedua negara dapat
memaksimalkan produksi mereka dan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang lebih
efisien, sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka secara keseluruhan.

Teori opportunity cost dalam perdagangan internasional modern membantu


mengurangi konflik perdagangan antar negara, karena dapat memberikan dasar bagi
negara-negara untuk memahami keunggulan komparatif masing-masing dan
menghindari kesalahpahaman mengenai praktik perdagangan yang tidak adil. Selain
itu, teori ini juga dapat membantu negara-negara untuk merumuskan kebijakan
perdagangan yang efektif dan mengoptimalkan keuntungan perdagangan mereka
dengan negara lain.

Beberapa kelebihan teori Opportunity Cost dalam konteks perdagangan


internasional modern adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan prinsip dasar perdagangan internasional: Teori Opportunity


Cost menjelaskan prinsip dasar perdagangan internasional, yaitu bahwa
negara-negara cenderung melakukan perdagangan dengan negara lain jika
mereka memiliki keunggulan komparatif dalam produksi barang atau jasa
tertentu. Dengan memahami prinsip ini, negara-negara dapat memanfaatkan
sumber daya dan keahlian yang dimilikinya secara lebih efisien.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 9


2. Memberikan landasan untuk memahami pengaruh kebijakan perdagangan:
Teori Opportunity Cost juga memberikan landasan bagi negara-negara
untuk memahami pengaruh kebijakan perdagangan mereka terhadap
perekonomian mereka sendiri maupun terhadap perekonomian dunia.
Dengan mempertimbangkan konsep Opportunity Cost, negara-negara dapat
memahami konsekuensi dari kebijakan perdagangan yang mereka ambil.

3. Mengarahkan pada spesialisasi dan efisiensi: Konsep Opportunity Cost


mendorong negara-negara untuk melakukan spesialisasi dalam produksi
barang atau jasa tertentu yang memberikan keuntungan komparatif bagi
mereka. Dengan melakukan spesialisasi, negara-negara dapat meningkatkan
efisiensi produksi mereka, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan
daya saing di pasar global.

4. Memperhitungkan biaya alternatif: Konsep Opportunity Cost juga


memperhitungkan biaya alternatif dari memilih satu kegiatan atau produk
daripada yang lain. Dalam perdagangan internasional, mempertimbangkan
biaya alternatif sangat penting karena setiap pilihan memiliki konsekuensi
dan dampak yang berbeda bagi perekonomian suatu negara.

Seperti halnya dengan teori-teori ekonomi lainnya, teori Opportunity


Cost juga memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1. Tidak mempertimbangkan faktor non-ekonomi: Teori Opportunity Cost


hanya mempertimbangkan faktor ekonomi dalam pengambilan keputusan
perdagangan internasional dan tidak memperhitungkan faktor non-ekonomi
seperti keamanan nasional atau politik.

2. Tidak memperhitungkan biaya transaksi: Teori Opportunity Cost


mengabaikan biaya transaksi seperti biaya pengiriman, biaya asuransi, dan
biaya lainnya yang mungkin terjadi dalam perdagangan internasional.

3. Tidak mempertimbangkan interaksi antar negara. Teori opportunity cost


hanya mempertimbangkan perdagangan antar dua negara. Namun, dalam
kenyataannya, perdagangan internasional seringkali melibatkan lebih dari
dua negara dan membutuhkan perhitungan yang lebih kompleks.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 10


2.3. Teori Offer Curve
Teori offer curve dalam perdagangan internasional modern pertama kali
diungkapkan oleh seorang ekonom asal Swedia bernama Staffan Burenstam
Linder pada tahun 1961 dalam makalahnya yang berjudul "An Essay on Trade
and Transformation". Selain itu, teori ini juga dibahas dalam buku-buku
ekonomi perdagangan internasional modern, seperti "International Economics"
karya Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld.
Teori offer curve adalah salah satu teori dalam perdagangan
internasional modern yang menjelaskan tentang hubungan antara harga dan
jumlah barang yang ditawarkan pada pasar dunia. Teori ini mengasumsikan
bahwa suatu negara mempunyai dua pilihan dalam melakukan perdagangan
internasional, yaitu mengekspor atau mengimpor barang.
Teori offer curve didasarkan pada asumsi bahwa negara akan
mengekspor barang yang harganya lebih tinggi daripada harga yang harus
dibayar untuk membeli barang impor, dan sebaliknya, negara akan mengimpor
barang yang harganya lebih rendah daripada harga yang diterima untuk
mengekspor barang. Dengan kata lain, semakin tinggi harga suatu barang di
pasar dunia, semakin banyak barang tersebut akan diekspor oleh suatu negara.
Offer curve sendiri merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi
harga dan jumlah barang yang ditawarkan pada pasar dunia oleh suatu negara.
Kurva ini menunjukkan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang
ditawarkan, serta menunjukkan jumlah barang yang akan diekspor atau diimpor
oleh suatu negara pada suatu harga tertentu.
Berikut merupakan contoh dari kurva Offer Curve (kurva
Penawaran)keseimbangan:

Teori Perdangangan Internasional Modern | 11


Sumber:Nopirin,Ph.D.

Kesejahteraan negara B makin bertambah apabila letaknya makin jauh


dari O pada offer curve tersebut. Pada harga X yang rendah (garis OW makin
datar) negara B hanya memperoleh barang Y dalam jumlah kecil, sehingga
volume perdagangan mengecil. Kon- sekuensinya keuntungan dari perdagangan
juga makin kecil. Bahkan kalau harganya di bawah OW1 negara B tidak
mendapatkan keuntungan. Offer curvenya tidak ada pada harga di bawah OW1.
Bentuk offer curve yang lengkung balik (backward bending) disebabkan oleh
karena adanya hukum diminishing marginal rate of transformation (tercermin
pada lereng PPC) dan dimi- nishing marginal rate of substitution (tercermin
pada lereng indifference curve).

Secara logika hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: sampai sejumlah
tertentu ekspor barang X, barang tersebut menjadi sangat sedikit (jarang) di
dalam negeri dan impor barang Y menjadi semakin besar, sehingga impor Y
selanjutnya hanya akan diterima dengan penurunan ekspor barang X.

Offer curve seperti halnya kurva permintaan menunjukkan berapa


jumlah sesuatu barang yang ingin ditukarkan dengan barang lain pada harga
tertentu. Harga keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara permintaan
dan penawaran. Dalam hal ini adalah offer curve dari negara lain (negara A).

Teori Perdangangan Internasional Modern | 12


Offer curve negara A dapat diperoleh dengan menggunakan proses/cara
yang sama dengan negara B. Agar supaya offer curve negara A dapat disatukan
(dalam satu diagram dengan negara B), maka PPC negara A diletakkan dengan
arah berbalikan dengan negara B, sehingga diperoleh offer curve yang berkaitan
juga.

Dengan menggunakan kedua offer curve tersebut di atas, dapatlah


ditentukan volume perdagangan serta harga dalam keadaan keseimbangan,
yakni pada titik potong kedua kurva tersebut. Gambar berikut menjelaskan hal
ini:

Sumber:Nopirin,Ph.D.

Titik E merupakan titik keseimbangan. Terlihat dalam gambar bahwa


ekspor barang Y sebesar Ye sama dengan impor barang Y oleh negara A sebesar
Ye dan impor barang X oleh negara B, sebesar Xe sama dengan ekspor barang
X oleh negara B, yakni sebesar Xe. Keseimbangan dalam perdagangan
ditunjukkan oleh garis harga OT melalui titik E di mana barang X sebanyak Xe
ditukarkan dengan barang Y sebanyak Ye e.

Begitu pun dengan Offer Curve dari Amerika. Namun, yang


membedakan adalah disini harga dari Kapal tempur (Y) lebih mahal dari

Teori Perdangangan Internasional Modern | 13


pesawat tempur (X) sehingga kurva indiferen berkebalikan dari kurva indiferen
Rusia. Maka, ketika garis TT semakin mendatar mengartikan bahwa X memiliki
harga yang lebih murah dari Y. Pada gambar {kode 2} dapat dilihat bahwa garis
TT Amerika terus bergerak kearah kanan bawah yang berarti Amerika lebih
memilih Barang X dibandingkan barang Y karena peningkatan harga barang Y
yang terjadi di Amerika. Dari tiap tiap TT yakni dari 1 ke 2 terdapat tiap titik
yang bersinggungan dengan kurva indiferen masing masing garis sehingga
ketika ditarik garis akan menciptakan garis melengkung yang disebut Offer
Curve dari Amerika.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 14


STUDI KASUS
Profil
Perdagangan internasional berperan penting untuk meningkatkan
pembangunan perekonomian suatu negara (Amalia, 2007). Perdagangan dalam hal ini
adalah kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan suatu negara dengan negara lainnya.
Feder (1983) dalam Aziz (2015)mengatakan bahwa negara harus fokus terhadap tenaga
kerja dan sumber daya di sektor ekspor dibandingkan dengan sektor non ekspor. Suatu
negara berdagang dengan negara lain untuk memperoleh keuntungan (Nopirin, 2014).
Menurut Boediono (2015) perdagangan internasional yang termasuk dalam free trade
atau perdagangan bebas, akan memberikan manfaat tambahan yang maksimal.
Teori Heckscher-Ohlin secara tidak langsung menjelaskan bahwa suatu negara
akan melakukan perdagangan dengan negara lin jika negara tersebut memiliki
perbedaan selera yang ditandai dengan perbadaan kondisi ekonomi negara yang
melakukan perdagangan, sebagai contoh adalah negara maju akan berdagang dengan
negara berkembang. Wood (1994) menganalisis kejadian ini dengan membandingkan
antara negara maju dan negara berkembang berdasarkan keterampilan manufaktur yang
diperdagangkan dan menemukan bahwa negara maju mengekspor produk yang lebih
canggih (padat modal) karena negara maju memliki sumberdaya modal (capital) yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan negara berkembang yang biasanya hanya
mengekspor barang mentah atau bahan baku produksi (padat karya) ke negara maju
karena memilki sumber daya tenaga kerja (labor) yang berlimpah.

Kronologi Permasalahan Teori Hecksher-Ohlin


Teori perdagangan internasional Heckscher-Ohlin masih menjadi perdebatan di
kalangan ekonom dunia karena dianggap tidak sesuai dengan keadaan perdagangan
internasional yang terjadi di dunia saat ini. Tujuan dari penelitian ini membuktikan bahwa teori
Heckscher-Ohlin masih relevan dengan ekspor yang dilakukan oleh Indonesia ke enam negara
tujuan ekspor utamanya. Studi Kasus ini akan berfokus pada ekspor yang dilakukan Indonesia
ke enam negara tujuan ekspor utamanya yaitu Singapura, Malaysia, Jepang, China, Amerika
Serikat serta India.

Pembahasan
Dalam Studi kasus ini menggunakan model ECM Domowitz-Elbadawi untuk
mengetahui pengaruh selisih GDP per kapita, inflasi, populasi, keterbukaan perdagangan
serta nilai tukar terhadap ekspor yang dilakukan Indonesia terhadap enam negara tujuan
ekspor utamanya dalam pembuktian teori Heckscher-Ohlin. Tabel dibawah menunjukkan
hasil estimasi ECM dimana hasil tersebut menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dalam jangka pendek. Untuk mengetahui relevansi teori
Heckscher-Ohlin dalam ekspor yang dilakukan Indonesia ke enam negara tujuan ekspor
utamanya dalam jangka pendek bisa dilihat dari koefisien variabel D(GDPPC).

Teori Perdangangan Internasional Modern | 15


Tabel Hasil Estimasi ECM
Variabel Dependen LEXPR
Variabel
Koefisien t-stat Prob.
Independen
C -0.124650 -0.100838 0.9198
D(LGDPPC) 1.065186 17.05007 0.0000
D(LINFL) -0.011210 -0.332225 0.7401
D(LPOPL) 0.358875 2.176816 0.0308
D(LTRAD) -0.140523 -3.874146 0.0001
D(LEXCH) -0.426388 -4.538276 0.0000
LGDPPC -0.026502 -0.948970 0.3439
LINFL -0.104499 -2.308339 0.0221
LPOPL -0.025718 -0.493190 0.6225
LTRAD -0.184899 -3.249745 0.0014
LEXCH -0.151859 -3.568476 0.0005
ECT 0.149414 3.879922 0.0001
R-squared 0.732897
Adj. R-squared 0.716483
Prob(F-statistic) 44.65024
Obs 192

Ringkasan hasil estimasi pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel GDP per
kapita, D(LGDPPC) bernilai positif dan signifikan.Koefisien variabel GDP per kapita yang
menunjukkan nilai positif mengindikasikan teori Hecksher-Ohlin yang masih relevan dengan
ekspor yang dilakukan Indonesia terhadap enam negara tujuan ekspor utamanya yaitu Amerika
Serikat, India, Singapura, Malaysia, Jepang, dan China.
Pengaruh GDP Per Capita yang positif ini menunjukkan bahwa teori Heckscher-Ohlin
masih relevan dengan perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia ke enam negara
tujuan ekspornya.Dimana setiap kenaikan gap/selisih GDP Per Capita yang artinya semakin
berbeda kondisi negara satu dengan lainnya semakin sering suatu negara berdagang dengan
negara lainnya yang berbeda kondisi ekonominya.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pembuktian teori
Heckscher- Ohin dalam ekspor Indonesia tahun 1986-2017 diperoleh beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut.
1. Teori perdagangan internasional Heckscher-Ohlin masih relevan dengan ekspor
yang dilakukan oleh Indonesia ke enam negara tujuan ekspor utamanya di tahun
1986-2017, hal ini dibuktikan dengan selisih GDP per kapita yang bernilai
positif dan signifikan dalam jangka panjang.
2. Faktor faktor lain yaitu variabel selisih/gap inflasi, keterbukaan perdagangan
serta nilai tukar mata uang berpengaruh negatif terhadap ekspor yang dilakukan
Indonesia ke enamnegara tujuan utamanya dalam jangka panjang, sementara

Teori Perdangangan Internasional Modern | 16


variabel selisih/gap populasi berpengaruh positif.

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa rekomendasi kebijakan yang


dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu memperhatikan negara mana saja yang seharusnya bekerja
sama dalamperdagangan internasional seperti halnya dengan negara maju.
2. Memberikan porsi ekspor ke negara maju dengan lebih banyak sehingga
memberikan manfaat yang lebih besar bagi Indonesia. Namun juga tetap
melakukan ekspor ke negaraberkembang dengan kondisi yang sama.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 17


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Teori Heckscher-Ohlin (HO) adalah sebuah teori ekonomi yang mengemukakan
bahwa pola perdagangan antara dua negara tergantung pada perbedaan dalam
faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara. Teori HO
menyatakan bahwa suatu negara akan mengimpor barang yang membutuhkan
faktor produksi yang langka di negaranya, sementara akan mengekspor barang
yang membutuhkan faktor produksi yang relatif melimpah di negaranya.
2) Teori HO menjelaskan bahwa jika suatu negara memiliki faktor produksi tenaga
kerja yang relatif melimpah, maka negara tersebut cenderung untuk mengekspor
barang yang membutuhkan tenaga kerja yang banyak, seperti produk tekstil atau
produk pertanian yang memerlukan banyak tenaga kerja. Sebaliknya, jika suatu
negara memiliki faktor produksi modal yang relatif melimpah, maka negara
tersebut cenderung untuk mengekspor barang yang memerlukan modal yang
banyak, seperti produk elektronik atau kendaraan.Teori Opportunity Cost
menyatakan bahwa dalam situasi di mana negara-negara memiliki keunggulan
komparatif yang berbeda dalam produksi suatu barang atau jasa, maka akan ada
keuntungan bagi kedua belah pihak untuk terlibat dalam perdagangan
internasional.
3) Teori opportunity cost (biaya kesempatan) merupakan dasar dalam ekonomi
internasional dan perdagangan internasional modern. Teori ini menyatakan
bahwa dalam situasi di mana negara-negara memiliki keunggulan komparatif
yang berbeda dalam produksi suatu barang atau jasa, maka akan ada keuntungan
bagi kedua belah pihak untuk terlibat dalam perdagangan internasional.
4) Teori biaya peluang (opportunity cost) dapat digunakan untuk memahami
manfaat perdagangan internasional dengan mengacu pada konsep keuntungan
komparatif. Konsep ini menyatakan bahwa suatu negara dapat memperoleh
keuntungan dari perdagangan internasional dengan memproduksi barang atau
jasa yang memiliki biaya peluang (opportunity cost) yang lebih rendah daripada
negara lain. Misalnya, suatu negara memiliki biaya produksi yang lebih rendah
untuk memproduksi pakaian daripada negara lain, sementara negara lain
memiliki biaya produksi yang lebih rendah untuk memproduksi barang
elektronik. Dalam hal ini, jika kedua negara berdagang, negara yang
menghasilkan pakaian dapat mengekspor pakaian ke negara yang memproduksi
barang elektronik, dan sebaliknya. Dalam hal ini, kedua negara dapat
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional dengan memproduksi
barang atau jasa yang mereka miliki keuntungan komparatif.
5) Teori offer curve adalah salah satu teori dalam perdagangan internasional
modern yang menjelaskan tentang hubungan antara harga dan jumlah barang
yang ditawarkan pada pasar dunia. Teori ini mengasumsikan bahwa suatu

Teori Perdangangan Internasional Modern | 18


negara mempunyai dua pilihan dalam melakukan perdagangan internasional,
yaitu mengekspor atau mengimpor barang.
6) Kurva penawaran (supply curve) dapat digunakan untuk memprediksi
perubahan harga dan kuantitas perdagangan antar negara dengan mengacu pada
teori pasar. Teori pasar menyatakan bahwa harga suatu barang atau jasa akan
ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Dalam
konteks perdagangan internasional, penawaran barang atau jasa akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti biaya produksi, teknologi, dan kebijakan
perdagangan, sedangkan permintaan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
harga, pendapatan, dan preferensi konsumen.
Dalam hal ini, kurva penawaran menunjukkan jumlah barang atau jasa
yang akan ditawarkan oleh suatu negara pada setiap tingkat harga tertentu. Jika
harga naik, maka penawaran akan meningkat, karena produsen akan mendorong
untuk meningkatkan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Sebaliknya, jika harga turun, maka penawaran akan menurun, karena produsen
tidak akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari produksi.

3.2 Saran

Perdagangan internasional terjadi karena perbedaan dalam sumber daya, teknologi, dan
faktor-faktor lainnya antar negara. Teori-teori seperti Heckscher-Ohlin, opportunity cost, dan
offer curve menjelaskan bagaimana negara-negara memanfaatkan perbedaan-perbedaan ini
untuk mengoptimalkan produksi dan memaksimalkan keuntungan dari perdagangan
internasional.Namun demikian, teori perdagangan internasional modern juga menyoroti
adanya kelemahan dalam sistem perdagangan internasional, termasuk ketimpangan
perdagangan antar negara, dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat, dan ketidakadilan
dalam distribusi manfaat perdagangan.

Oleh karena itu, saran untuk mempelajari teori perdagangan internasional modern
adalah dengan mempertimbangkan pendekatan yang beragam dan interdisipliner, termasuk
ekonomi, politik, lingkungan, dan sosial. Memperluas pemahaman kita tentang perdagangan
internasional dan implikasinya dapat membantu kita untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah dalam sistem perdagangan internasional dan mempromosikan perdagangan yang adil
dan berkelanjutan.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 19


DAFTAR PUSTAKA

Nopirin,(1997) Ekonomi Internasional (3 ed). BPFE Yogyakarta


Heckscher, E. F. (1919). The effect of foreign trade on the distribution of income.
Ekonomisk Tidskrift, 21(6), 497-512.
Ohlin, B. (1933). Interregional and international trade. Harvard University Press.
Baldwin, R. E., & Winters, L. A. (Eds.). (2004). Challenges to globalization: analyzing
the economics. University of Chicago Press.
N. Gregory Mankiw Principles of Microeconomics, edisi ke-8.
Campbell R. McConnell, Stanley L. Brue, dan Sean Masaki Flynn Economics:
Principles, Problems, and Policies, edisi ke-23
Paul R. Krugman, Maurice Obstfeld, dan Marc J. Melitz International Economics:
Theory and Policy, edisi ke-12.
Tyler Cowen dan Alex Tabarrok Salvatore, D. (2017)Modern Principles of Economics,
edisi ke-4.
Feenstra, R. C., & Taylor, A. M. (2017). International macroeconomics. Worth
Publishers.
Caves, R. E., Frankel, J. A., & Jones, R. W. (2007). World trade and payments: An
introduction. Pearson.

Teori Perdangangan Internasional Modern | 20

Anda mungkin juga menyukai