Anda di halaman 1dari 16

1

Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo dan Teori


Heckscer-Ohlin(H-O)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Ekonomi Internasional

Disusun Oleh
Kelompok 2
1. Lusi Levina 3218023
2. Niko Hendrawan 3218030
3. Nur Suhaimi 3218033

Dosen Pengampu :
Sherlly Rahmadani, S.Pt, ME

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teori
Keunggulan Komparatif David Ricardo dan Teori Heckscer-Ohlin (H-O) untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Internasional.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terimakasih kepada Ibu Sherlly Rahmadani, S.Pt, ME selaku dosen mata kuliah
Ekonomi Internasional di IAIN Bukittinggi atas bimbingan dalam penulisan
makalah ini serta kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya teman satu kelompok
yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembacaan
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini tentang tentang Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo dan
Teori Heckscer-Ohlin (H-O) dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Bukittinggi, 05 Maret 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo ............................................. 3
B. Teori Heckscer-Ohlin (H-O) ........................................................................ 8
BAB III PENUTUP............................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom
Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan
penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu
dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan
teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik
Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional
dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor
produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (Salvatore,
2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai
penyebab perbedaaan produktivitas tersebut.
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai
penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O
menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah
atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh
masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya
perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-
O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya
negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah
dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk
kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara
akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor
produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo.
2. Menjelaskan Teori Heckscer-Ohlin (H-O).

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo.
2. Untuk mengetahui Teori Heckscer-Ohlin (H-O).
BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya yang
berjudul “Principles of Political Economy and Taxation” tahun 1817.
Teori keunggulan komperatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu
Negara karena dapat menghasilkan produk dengan biaya relative yang
lebih rendah dari pada Negara lain. Menurut teori ini setiap Negara
akan cendrung untuk melakukan spesialisasi dan mengekspor barang-
barang produksinya yang memiliki keunggulan komperatif. Menurut
teori ini perdagangan masih tetap bisa dilakukan meskipun suatu
Negara tidak memiliki keunggulan mutlak sekalipun ttetrthadap
ntegatra lain dan tetap memperoleh keuntungan.1

Pengertian Keunggulan Komparatif dapat dilihat pada kamus


Bahasa Indonesia, oleh Badudu-Zain (1994), dimana komparatif
diartikan bersifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Jadi
keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh
suatu organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya.
Dengan mengacu arti tersebut, kami berpendapat, bahwa keunggulan
komparatif, adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh
organisasi seperti SDM, fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan
keuanggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam Kamus Wikipedia Teori keunggulan komparatif (theory


of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh
David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada
perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa

1
Apridar, “Ekonomi Internasional, Teori, Konsep Dalam Permasalahan Dalam
Aplikasinya”, (Yogyakarta: Expert, 2018), hlm. 120.

3
4

keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu


memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih
murah daripada negara lainnya. Sebagai contoh, Indonesia dan
Malaysia sama-sama memproduksi kopi dan timah. Indonesia mampu
memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi
tidak mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya,
Malaysia mampu dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan
biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi kopi secara efisien
dan murah. Dengan demikian, Indonesia memiliki keunggulan
komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia memiliki
keunggulan komparatif dalam memproduksi timah. Perdagangan akan
saling menguntungkan jika kedua negara bersedia bertukar kopi dan
timah.Dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat
meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negarai
tersebut melakukan spesialisasiproduksi barang atau jasa yang memiliki
produktivitas dan efisiensi tinggi.

Teori ini berlandaskan pada asumsi: Pertama, Labor Theory of


Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga
kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana
nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan untuk memproduksinya. Kedua, perdagangan
internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang. Ketiga,
tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam
hal pemasaran. Keempat, produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal
ini berarti skala produksi tidak berpengaruh. Kelima, faktor produksi
sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu, suatu negara
akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan
mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan
akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai
kerugian dalam memproduksi.
5

Secara singkat, model Ricardian memberi penjelasan bahwa


negara-negara akan mengekspor barang-barang yang tenaga kerjanya
memproduksi dengan relative lebih efisien, dan mengimpor barang-
barang yang tenaga kerjanya memproduksi dengan relatif kurang
efisien. Dengan kata lain, pola produksi suatu negara ditentukan oleh
keunggulan komparatifnya.

Selanjutnya Ricardo berargumen, bahwa negara-negara yang


melakukan aktivitas perdagangan internasional, akan memperoleh
keuntungan lewat dua jalan. Pertama, sebagai alternatif memproduksi
sendiri suatu barang, suatu negara dapat memproduksi barang lain dan
memperdagangkannya sebagai penukar untuk memperoleh barang yang
diinginkan. Kedua, perdagangan akan memperluas kemungkinan-
kemungkinan konsumsi suatu negara, yang pada gilirannya
menciptakan keuntungan perdagangan.

Model Ricardian yang dikemukakan oleh David Ricardo


ternyata tidak terlepas dari beberapa kelemahan, antara lain, banyaknya
asumsi yang mendasari pembentukan teori-teori perdagangan
internasional dalam model Ricardian tersebut. Asumsi-asumsi tersebut
pada akhirnya justu memperlemah korelasi antara teori yang dibentuk
dengan kenyataan yang ada. Contoh penting dari asumsi teori Ricardo
yang tidak relevan dengan realita adalah asumsinya mengenai biaya
produksi yang dianggap tetap atau perekonomian mengalami kondisi
constant cost. Di dunia nyata, kondisi tersebut sangatlah sulit dicapai.
Kasus yang sering terjadi adalah kasus increasing cost dan decreasing
cost pada sektor-sektor produksi di negara tersebut, terutama negara
berkembang.

Penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif


dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya Principles of Political
Economy and Taxation (1817). Menurut hukum keunggulan
6

komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau


memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi
kedua jenis komoditi yang dihasilkan, namun masih tetap terdapat dasar
untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Negara A misalnya harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi
dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil
(yang merupakan komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut cukup besar
(komoditi yang memiliki kerugian komparatif). Jadi harga sesuatu
barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk
memproduksi barang tersebut.Teori keunggulan absolut tidak dapat
digunakan sebagai dasar dalam perdagangan internasional apabila salah
satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.
Atau dengan kata lain bahwa bila salah satu negara memiliki
keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi, maka perdagangan tidak
akan terjadi. Namun dengan teori keunggulan komparatif, perdagangan
internasional antara dua negara masih dapat berlangsung walaupun
salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis
komoditi.

Keunggulan komparatif disebabkan oleh adanya perbedaan


dalam kepemilikan atas faktor-faktor produksi seperti: sumber daya
alam, modal, tenaga kerja dan kemampuan dalam penguasaan
teknologi. Melalui spesialisasi sesuai dengan keungggulan
komparatifnya, maka jumlah produksi yang dihasilkan bisa jauh lebih
besar dengan biaya yang lebih murah dan pada akhirnya bisa mencapai
skala ekonomi yang diharapkan. Pemikiran ini kemudian berkembang
bahwa akan lebih menguntungkan jika arus perdagangan antara negara
dibebaskan, tidak terhambat oleh kebijakan atau peraturan negara baik
berupa proteksi, tariff maupun non-tariff. Berdasarkan pemikiran ini,
dirumuskan aturan perdagangan multilateral yang kemudian menjadi
7

satu produk hukum internasional. Namun demikian negara-negara


tersebut akan terikat dengan kepentingan nasionalnya yang menurut
Morgenthau merujuk pada hal-hal yang dianggap penting bagi suatu
negara, sehingga merujuk pada sasaran-sasaran politik, ekonomi, atau
social yang ingin dicapai suatu negara. Sehingga negara perlu
memberikan prioritasnya yang diformulasikan dalam sasaran dan
indikator bagi tercapainya kepentingan tersebut. Untuk mewujudkan
kepentingan nasionalnya suatu negara harus memanfaatkan keunggulan
komperatif guna meraih peluang dan mengurangi atau meniadakan
kendala yang timbul sebagai konsekuensi logisnya. Keunggulan
komparatif yang harus dimiliki suatu negara untuk dapat memenangkan
dan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional antara lain :

1. Jumlah tenaga kerja yang relatif banyak.

2. Sumber daya alam yang melimpah.

3. Sumber modal yang besar.

4. Kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi


yang tinggi

5. Letak geografis yang cukup strategis.

6. Potensi pasar domestic/ dalam negeri yang cukup besar.

7. Jumlah pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang


besar.

8. Sektor agrobisnis yang mengandalkan lahan produktif yang


luas.

Pemerintah perlu mengoptimalkan keunggulan komparatif


Indonesia untuk menumbuh kembangkan industri berbasis sumber daya
lokal yang berdaya saing tinggi di pasar internasional. Kecepatan dan
ketepatan pemerintah mengidentifikasi industri yang kompetitif dan
8

memfasilitasi perkembangannya dapat memacu pertumbuhan jangka


panjang ekonomi nasional. Indonesia dapat menjadi pusat pertumbuhan
besar tahun 2025. Bahkan, Indonesia diprediksi menjadi salah satu dari
enam negara dengan kontribusi separuh pertumbuhan ekonomi global.
Akan tetapi, sebelum mencapai titik tersebut, pemerintah harus lebih
intens membenahi upaya dalam mencapai target yang dibuat dalam
sektor dengan keuntungan komparatif itu. Indonesia adalah negara
dengan banyak keuntungan, misalnya, sumber daya alam, angkatan
kerja berpendidikan yang besar, sektor swasta yang bergairah, dan pasar
domestik yang besar. Kemampuan Indonesia membangun industri
otomotif adalah contoh keberhasilan Indonesia mengelola potensinya
sehingga bisa mengekspor ke negara lain.

Kelemahan dari teori keunggulan komparatif Ricardo


selanjutnya disempurnakan kembali oleh dua ekonom Swedia yaitu, Eli
Hecksher pada tahun 1919 dan Bertil Ohlin pada tahun 1933 dengan
teori mereka tentang persediaan faktor produksi relatif dan spe-sialisasi
Internasional atau yang lebih dikenal dengan Teori H-O (Hecksher-
Ohlin).2

B. Teori Heckscer-Ohlin (H-O)


Teori H-O merupakan pengembangan teori keunggulan
komparatif David Ricardo. Eli Heckser dan Bertil Ohlin menambahkan
sejumlah karakteristik produksi yang tidak diketemukan pada teori
Ricardo yang sederhana itu. Faktor produksi diperkaya dengan
menambahkan faktor modal (K).
Heckscher dan Ohlin menyatakan bahwa keunggulan
komparatif yang dipunyai suatu Negara terhadap Negara lain berasal
dari perbedaan kekayaan faktor-faktor produksi, baik tenaga kerja
ataupun modal. Dalam negeri dikatakan mempunyai keunggulan

2
Ahmad Jamli dan Ryan Rizaldy, “Kinerja Komoditas Elektronika Indonesia 1981-1995:
Pendekatan Keunggulan Komparatif”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 13 No.3 Tahun
1998, Hlm. 7-8.
9

komparatif pada produksi barang yang padat karya bila dalam negeri
memiliki tenaga kerja yang melimpah dibandingkan modal secara
relative. Demikian juga sebaliknya dengan luar negeri.
Dalam pandangan H-O, harga barang sangat ditentukan oleh
harga faktor produksi (input) yang digunakan. Barang yang dalam
produksinya lebih memerlukan faktor produksi yang relative
melimpah disuatu Negara, karenanya dapat diproduksi dengan biaya
lebih murah daripada barang yang produksinya lebih memerlukan
faktor produksi yang sulit didapatkan.
Suatu Negara dikatakan berlimpah tenaga kerja apabila Negara
tersebut memiliki rasio tenaga kerja terhadap faktor produksi lainnya
(dalam hal ini modal) yang lebih besar daripada yang dimiliki Negara-
negara lain di dunia. Suatu Negara dikatakan berlimpah barang modal
(kapital) apabila Negara tersebut memiliki rasio barang modal
terhadap faktor produksi lainnya yang lebih besar daripada yang
dimiliki Negara-negara lain di dunia. Suatu Negara akan mengekspor
barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang melimpah
secara intensif dan mengimpor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang langka secara intensif.3

Pengujian empiris teori H-O

Pengujian data Amerika Serikat ialah pengujian empiris terhadap


tteori ini dilakukan oleh Wassilty Leotief, seorang pelopor utama
dalam analisis input-output yang melakukan studi empiris untttuk
menguji prediksi H-O. Leotief menerapkan H-O pada data amerika
serikat tahun 1947. Secara umum AS diasumsikan sebagai Negara
yang relative memiliki modal lebih banyak dan tenaga kerja yang
lebih sedikit di bandingkan Negara-negara lain. Sehingga berdasarkan
teori H-O, maka ekspor AS akan terdiri atas barang-barang yang padat

3
Wahono Diphayono, “Perdagangan Internasional”, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018),
hlm. 36.
10

modal dan sebaliknya impornya akan terdiri atas barang-barang padat


karya. Dari hasil pengujian diperoleh terntyata AS cendrung ekspor
produk padat tenaga kerja dan mengimpor produk padat modal.

Kondisi riil yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O

Beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O


sehingga perlu adanya perbaikan, antara lain:

1. Kondisi permintaan dan penawaran komoditas perdagangan


senantiasa mengalami perubahan karena variabel yang
mempengaruhi senantiasa berubah.
2. Teori perdagangan menyatakan bahwa pengetahuan adalah variabel
penentu keputusan perdagangan dan investasi.
3. Jumlah dan kualitas faktor produksi serta teknoligi berubah dari
waktu ke waktu.

Perbaikan antara lain dapat dilakukan dengan melakukan


pelepasan beberapa asumsi yang digunakan dalam teori H-O.
misalnya asumsi teori H-O yang mengatakan tingkat teknologi sama
sudah tidah tidak relevan. Hal ini dikarenakan fakta dilapangan
menunjukkan tingkat teknologi yang tidak sama serta ada penundaan
dalam proses transmisi atau difusi teknologi dari sattu Negara ke
Negara lain. Sehingga suatu Negara bisa menjadi eksportir yang
sukses jika terus menerus melakukan inovasi. Oleh karena itu
perdagangan dilakukan dengan banyak produk-produk baru hasil
inovasi.4

4
Praptisih, “Derivasi siklus kehidupan produk: jawaban atas kegagalan teori Heckscher –
Ohlin”, Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2017, Hlm. 70-80.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya yang
berjudul “Principles of Political Economy and Taxation” tahun 1817.
Teori keunggulan komperatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu
Negara karena dapat menghasilkan produk dengan biaya relative yang
lebih rendah dari pada Negara lain. Menurut teori ini setiap Negara akan
cendrung untuk melakukan spesialisasi dan mengekspor barang-barang
produksinya yang memiliki keunggulan komperatif. Menurut teori ini
perdagangan masih tetap bisa dilakukan meskipun suatu Negara tidak
memiliki keunggulan mutlak sekalipun ttetrthadap ntegatra lain dan tetap
memperoleh keuntungan.
Dalam Kamus Wikipedia Teori keunggulan komparatif (theory of
comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh David
Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada
perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa
keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu
memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih
murah daripada negara lainnya.
Teori H-O merupakan pengembangan teori keunggulan komparatif
David Ricardo. Eli Heckser dan Bertil Ohlin menambahkan sejumlah
karakteristik produksi yang tidak diketemukan pada teori Ricardo yang
sederhana itu. Faktor produksi diperkaya dengan menambahkan faktor
modal (K).
Heckscher dan Ohlin menyatakan bahwa keunggulan komparatif
yang dipunyai suatu Negara terhadap Negara lain berasal dari perbedaan
kekayaan faktor-faktor produksi, baik tenaga kerja ataupun modal. Dalam
negeri dikatakan mempunyai keunggulan komparatif pada produksi barang
yang padat karya bila dalam negeri memiliki tenaga kerja yang melimpah

11
dibandingkan modal secara relative. Demikian juga sebaliknya dengan luar
negeri.

B. Saran
Pembahasan hasil makalah ini merupakan hasil penulisan terhadap
beberapa sumber atau referensi yang digunakan sehingga materi-materi
yang disajikan terbatas. Penulis berharap para pembaca dan yang
mendengarkan dapat mengambil pembelajaran lalu menerapkan dan
memahami makalah ini, untuk penulis semoga dapat untuk dikembangkan
kembali. Penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca
dalam rangka melanjutkan kualitas makalah selanjutnya dan penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Jamli dan Ryan Rizaldy. 1998. “Kinerja Komoditas Elektronika Indonesia
1981-1995: Pendekatan Keunggulan Komparatif”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. 13(3 ). 7-8.

Apridar. “Ekonomi Internasional, Teori, Konsep Dalam Permasalahan Dalam


Aplikasinya”. 2018. Yogyakarta: Expert

Praptisih. 2017. “Derivasi siklus kehidupan produk: jawaban atas kegagalan teori
Heckscher –Ohlin”. Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia. 1(1): 70-80.
Wahono Diphayono. “Perdagangan Internasional”. 2018. Yogyakarta: CV Budi
Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai