Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DAN TEORI PRODUKSI

Disusun

Kelompok 4

Aula Rahmina 190420012

Nada Anisrina Delsa 190420029

Selvia Anggraeni 190420034

Wanda Asmaul Husna 190420020

Yara Zuhara 190420007

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan, kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah – Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas membuat makalah dengan
judul “Teori Produksi dalam Islam”
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan yang perlu mendapat penyempurnaan, namun inilah usaha maksimal yang dapat
kami lakukan. Dengan segala kerendahan hati, kami harapkan kritik dan saran demi
sempurnanya makalah ini, karena kami yakin bahwa makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna.
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih yang setinggi –
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Amiin ya rabbal „alamin.
Lhokseumawe, 06 November 2020
Penyusun

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A.Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 4
B.Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 4
c.Tujuan Masalah................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. TEORI PRODUKSI IBNU KHALDUN ...................................................................................... 5
B. KURVA BIAYA DAN PENERIMAAN SISTEM PRODUKSI RIBAWI ................................... 6
C. KURVA BIAYA DAN PENERIMAAN SISTEM PRODUKSI BAGI HASIL .........................12
D. EFISIENSI SISTEM PRODUKSI RIBAWI DAN SISTEM BAGI HASIL ...............................18
BAB III ................................................................................................................................................ 20
PENUTUP ........................................................................................................................................... 20
Kesimpulan .......................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Dewasa ini sangat peting untuk memahami tingkah laku konsumen yang sangat
mempengaruhi sifat permintaan para pembeli dipasar. Memproduksi suatu barang harus
mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara
berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenagakerja yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.

Perlu memperhatikan, memahami, dan mempelajari kegiatan perusahaan dalam


menawarkan dan memproduksi barang yang diproduksinya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi penawaran adalah biaya produksi. Dalam ekonomi yang sudah modern,
dimana peranan uang amat penting , maka ukuran efisiensi yang paling baik adalah uang.
Akhirnya bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya
mencapai tingkat produksi maksimum.

B.Rumusan Masalah
1.Apa Pengertian Teori Produksi menurut Ibnu Khaldun?

2.Bagaimana analisis kurva biaya dan penerimaan Sistem Produksi Ribawi?

3.Bagaimana analisis kurva biaya dan penerimaan Sistem Produksi Bagi Hasil?

4.Bagaimana efisiensi Sistem Produksi Ribawi dan Sistem Bagi Hasil?

5.Bagaimana skala ekonomi Sistem Produksi Ribawi dan Sistem Bagi Hasil?

c.Tujuan Masalah
1.Untuk dapat mengetahui pengertian teori produksi menurut Ibnu Khaldun

2.Untuk dapat mengetahui analisis kurva biaya dan penerimaan sistem produksi ribawi

3.Untuk dapat mengetahui analisis kurva biaya dan penerimaan sistem produksi bagi hasil

4.Untuk dapat mengetahui efisiensi sistem produksi ribawi dan sistem bagi hasil

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. TEORI PRODUKSI IBNU KHALDUN
Menurut Ibnu Khaldun, produksi adalah aktivitas manusia yang diorganisasikan secara
social dan internasional. Manusia merupakan faktor produksi yang paling utama.Faktor-
faktor lain, seperti hujan hanyalah faktor pendukung saja.Namun, agar proses produksi
berjalan efektif, maka manusia harus dapat mengorganisasikan tenaganya. Ibn Khaldun
mengenalkan konsep Division of Labour, yaitu pembagian kerja menurut spesialisasinuya
masing-maisng.1[1]

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi berdasarkan spesialisasi,


akan menghasilkan output yang lebih besar dan disarankan untuk bekerjasama yang saling
menguntungkan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.Dalam teori ekonomi modern, teori
ini dikenal dengan teori advantage comparative.

“Menjadi jelas dan pasti bahwa seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh
kebutuhan ekonominya sendirian. Mereka semua harus bekerja sama untuk tujuan ini. Apa
yang dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar dibandingkan
yang dapat dicapai oleh individu-individu itu sendirian.”

Melalui pembagian kerja pula, maka akan memungkinkan terjadinya suatu surplus dan
perdagangan antara para produsen. Adanya surplus akan memungkinkan suatu daerah dapat
mengekspor barangnya ke daerah lain, sehingga akan meningkatkan kemakmuran daerah
tersebut.Pada lain pihak, dengan tingkat kemakmuran yang semakin tinggi akan
meningkatkan permintaan penduduk terhadap barang dan jasa.Dalam hukum permintaan kita
ketahui, bahwa kenaikan permintaan akan barang dan jasa akan menaikkan harga barang dan
jasa tersebut dan berdampak pada kenaikan gaji yang dibayarkan pada pekerja-pekerja
terampil.

Ibnu Khaldun telah menguraikan sebuah teori ekonomi tentang pembangunan yang
berdasarkan pada interaksi antara penawaran dan permintaan, yaitu permintaan menciptakan

5
penawarannya sendiri yang akan menigkatkan permintaan dan menunjukkan bahwa
pembentukan modal manusia merupakan elemen yang penting dalam sebuah proses
ekonomi.

Dalam pemikiran ekonominya Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu


Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di suatu Negara, tetapi ditentukan oleh tingkat
produksi Negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif (konsekuensi alamiah dari
tingkat produksi yang tinggi) . Bisa saja suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya,
tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang
yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan,
menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas
faktor produksi lainnya

Faktor-Faktor Produksi.
Faktor-faktor produksi menurut Ibnu Khaldun ada tiga, yaitu alam, pekerjaan, dan modal.
1) Alam
Alam merupakan sumberdaya yang membekali manusia berupa materi yang ada kalanya
dapat dipergunakan secara langsung dan ada kalanya pula setelah ia olah
2) Pekerjaan mempunyai kelebihan dengan coraknya yang positif dan merupakan faktor yang
selalu ada dalam semua bentuk produksi, malah hasil alam tidak mungkin diperoleh kecuali
dengan pekerjaan. Pada masa Ibn Khaldun sendiri pekerjaan mengungguli faktor-faktor
produksi lainnya.
3) Modal adalah kekayaan dan saham di samping faktor pekerjaan dan alam. Ibn Khaldun
tidak memisahkan modal dari kerja.

B. KURVA BIAYA DAN PENERIMAAN SISTEM PRODUKSI RIBAWI

Pengertian Biaya

Biaya adalah aliran dana atau sumber daya yang dihitung dalam satuan moneter yang
dikeluarkan guna memenuhi pengeluaran perusahaan atau sering disebut bebean perusahaan
atau penurunan manfaat ekonomi selama satu priode akuntansi dalam bentuk arus kas atau

6
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.

Analisis Dan Kurva Biaya


Dalam pembahasan analisis biaya, faktor penggunaan modal sangat menjadi
perhatian karena dalam kenyataan ada beberapasumber modal yang digunakan oleh
produsen, sedangkan karakter dari biaya modal sangat tergantung dari sumber penggunaan
modal tersebut. Seperti penggunaan sumber modal yang berbasis bunga tentu berbeda
dengan sumber modal yang berbeda dengan sumber modal yang berbasis syirkah atau qardun
hasan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah pengenaan bunga terhadap modal
akan membawa dampak yang luas bagi tingkat efesiensi produksi?
Untuk menggambarkan keadaan ini, kita akan menggunakan alat bantu grafis yang
pada sumbu X menunjukan jumlah produksi atau jumlah output yang disimbolkan dengan Q
(quantity), dan pada sumbu Y menunjukan biaya dan penerimaan dalam satuan rupiah.
Komponen biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap (fixed cost, FC), biaya variable
(variable cost, VC) dan biaya keseluruhan (total cost, TC). Sedangkan komponen penerimaan
merupakan penerimaan keseluruhan (totalrevenue, TR). Analisis yang paling fundamental
untuk menerangkan analisis biaya adalah fungsi hubungan antara biaya produksi dan tingkat
output yang akan dicapai dalam satu periode. Dengan kata lain, fungsi biaya akan
dipengaruhi oleh beberapa besar output yang diproduksi,
Cost=f (output)
Sedangkan bila kita bandingkan formula di atas dengan fungsi output,
Output=f (input)
Maka dapat dikatakan bahwa fungsi biaya tidak lain adalah turunan dari fungsi output
produksi.
Fixed cost besarnya tidak dipengaruhi oleh beberapa banyak output atau produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu, kurva FC digambarkan sebagai garis horizontal: berapapun
output yang dihasilkan, biayanya tetap. Salah satu contoh dari biaya tetap ini adalah biaya
bungan yang harus dibayar produsen. Besarnya beban bunga yang harus dibayar tergantung
pada berapa banyak kredit yang diterima produsen, bukan tergantung pada berapa banyak
output yang dihasilkannya. Sedangkan nilai variable cost akan semakin meningkat setiap kali
ada penambahan input, dengan demikian, kurva AC berlereng positif ke kanan. Sedangkan
7
total cost adalah penambahan antara AC dan FC. Variable cost besarnya ditentukan langsung
oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Misal untuk setiap satu kg beras yang dihasilkan
diperlukan biaya Rp 1.000,00. Berarti untuk memproduksi dua kg beras, biayanya Rp
2.000,00, dan seterusnya.
Penjelasan lebih lanjut hubungan antara biaya, output dan input dalam analisis biaya
produksi yang diturunkan dari fungsi produksi dapat dilihat dalam gambar berikut ini

Macam-Macam Kurva Biaya

1. Kurva Biaya Jangka Pendek


Kurva biaya jangka pendek dibagi menjadi :
a. Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel
Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya
variabel. Biaya tetap (fixes cost) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produksi.
TC = FC + VC
Di mana :
TC = biaya total jangka pendek
FC = biaya tetap jangka pendek
VC = biaya variabel jangka pendek.

8
b.Biaya Rata-Rata
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit
output. Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam
jangka pendek TC = FC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya tetap
rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata (average variable cost).
AC = AFC + AVC
Dimana :
AC = biaya rata-rata jangka pendek
AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek
AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek

c.Biaya Marjinal
Biaya marjinal (marginal cost) adalah tambahan biaya karena menambah produksi
sebanyak satu unit output. Jika biaya marjinal jangka pendek dinotasikan MC dan perubuhan
output adalah aQ

9
Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan perubahan biaya variabel.
Jika harga perunit tenaga kerja adalah P dan perubahan penggunaan tenaga kerja adalah av

2. Biaya Produksi Jangka Panjang


Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu biaya yang relevan
dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal.
Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan variabel dan sama dengan biaya
marjinal.

1. Kurva biaya rata-rata jangka panjang


Teorema Amplop (envelope theorem)
Untuk memahami prilaku biaya dalam jangka panjang, kita harus memahami keerkaitan
biaya jangka pendek dengan jangka panjang. Agar dapat memahaminya, kita mulai dengan
kasus sederhana di bawah ini.
- Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant), yang dalam jangka pendek
mempunyai kurva biaya rata-rata SAC1
- Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size plant) yang dalam jangka pendek
mempunyai kurva biaya rata-rata SAC2, atau
- Memproduksi dengan pabrik ukuran besar (large size plant), yqng dalam jangka pendek
mempunyai kurva biaya rata-rata SAC3
Situasi diatas digambarkan dalam diagram berikut ini.

10
Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan laba maksimum
adalah X1, maka dalam jangka pendek dia memilih produksi dengan pabrik ukuran kecil.
Tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang memberi laba adalah X3, maka dalam jangka
pendek panbrik yang dia pilih adalah yang bersekala menengah. Sebenarnya dia bisa saja
memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi biaya produksi rata-ratanya
menjadi lebih besar ( 0C1>0C2 ).

2. Kurva biaya marjinal jangka panjang


Teknik penurunan kurva biaya marjinal jangka panjang ( kurva LMC ) dapat
dipahami dengan mengikuti penjelelasan diagram berikut ini

Diagram tersbut menunjukkan bahwa tingkat produksi dibawah 0X1 unit akan
menghasilkan SAC yang lebih besar dari LAC, sehingga LLTC lebih besar dari STC. Kita
dapat menyimpulkan bahwa biaya marjinal jangka pendek (SMC) lebih kecil dari biaya
marjinal (LMC). Ketika ekspansi produksi dilanjutkan sampai 0X2, SAC sama dengan LAC
(titik A), sehingga SMC=LMC (titik B). Ekspansi lanjutan ke 0X3 menyebabkan SAC lebih
besar dari LAC atau STC lebih besar dari LTC. Karena itu SMC lebih kecil dari LMC.
Sampai disini kita dapat menyimpulkan bahwa jika produksi lebih kecil dari 0X2, LMC
lebih besar dari SMC. Tetepi jika produksi lebih besar dari 0X2, LMC lebih kecil dari SMC.

11
Selanjutnya yang harus kita ingat adalah LMC akan memotong LAC pada saat LAC
minimum. Hal itu terjadi jika ekspansi produksi sampai ke 0X4 ( titik C). Karena it kurva
LMc harus meelusuri titik titik B dan C ( perhatikan garis putus-putus LMC.

Sistem Produksi Ribawi


Motif keuntungan maksimal sebagai tujuan dari teori produksi dalam ekonomi
konvensional, merupakan konsep yang absurd. Secara teoritis dapat dihitung pada keadaan
bagaimana keuntungan maksimal dicapai.
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi adalah
lapangan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang terhampar di muka bumi untuk
di maksimalkan fungsi dan kegunannya. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah
pengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar
kesejahteraan dan keadilan ditegakkan.
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi sendiri
atau dijual ke pasar.dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi
ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap produksi harus mewujudkan fungsi
sosial.
Namun, saat ini merebaknya sistem produksi yang mengandung ribawi membuat
adanya kesenjangan sosial. Biaya produksi yang tinggi, memaksa perusahaan menjual
produknya dengan harga yang lebih tinggi juga. Karena bunga dianggap sebagai tambahan
biaya produksi bagi para pengusaha yang menggunakan modal pinjaman.

C. KURVA BIAYA DAN PENERIMAAN SISTEM PRODUKSI BAGI HASIL


Bagi hasil ekonomi Islam dapat berupa revenue sharing dan profit sharing. Pada
sistem revenue sharing seluruh biaya ditanggung oleh pemilik modal. Sementara
pengelola tidak menanggung biaya produksi. Oleh karena itu, yang dibagihasilkan
adalah penerimaan (revenue). BEP terjadi ketika kurva TR berpotongan dengan kurva
TC (TR = TC). Bergesernya kurva total penerimaan dari TR menuju ke TRrs, maka titik
12
BEP yang tadinya berada pada Q akan begeser ke Qrs. Grafiknya dapat dilihat pada
gambar 3.

Sistem revenue sharing memiliki persamaan dan perbedaan dengan sistem


bunga. Persamaannya terletak pada bergesernya Q ke Qi/Qrs (Qi > Q dan Qrs > Q) pada
posisinya di BEP. Sedangkan perbedaannnya adalah jika pada sistem bunga yang
bergerak adalah kurva biaya tetap (FC) dan kurva biaya total (TC), pada sistem revenue
sharing kurva yang bergeser adalah kurva total penerimaan (TR). Apakah Qi > Qrs atau
Qi < Qrs atau Qi = Qrs akan tergantung oleh seberapa besar bunga dibandingkan dengan
besar nisbah bagi hasil.

Rp TR

TRrs
TC = TCrs

FC

0 Q Qrs

Selanjutnya pada sistem profit sahing seluruh biaya ditanggung oleh pengelola
modal. Sementara pemilik modal tidak menanggung biaya produksi. Oleh karena itu,
yang dibagihasilkan adalah keuntungan (profit). Kurva TR pada sistem profit sharing
akan berputar dengan poros BEP (BEP sebagai tanda mulai terjadinya keuntungan).
Tingkat produksi sebelum BEP tercapai (Q < Qps) adalah keadaan di mana total biaya
lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan (TC > TR) begitupun sebaliknya.
Putaran TRps akan terjadi hanya berkisar antara kurva TR dengan TC, yaitu ruang yang
menggambarkan besarnya keuntungan. Grafik dapat dilihat pada gambar 4.

Rp TR

13 TRps
TC = TCps

FC
Untuk lebih memperjelas perbandingan di antara ketiga sistem tersebut, akan coba
kita terapkan pada contoh kasus berikut:

- Kapasitas produksi beras pada lahan seluas 1 hektar adalah 10 ton. Untuk
memproduksi beras sebanyak itu diperlukan total biaya tetap sebesar total Rp.4 juta dan
total biaya variabel Rp. 50 juta. Harga jual beras di pasaran adalah Rp. 12.000/kg.

- Dari data di atas akan dibandingkan analisa biaya dengan kondisi:


a) Sumber modal sendiri
b) Sumber modal dari pinjaman dengan sistem bunga 20%
c) Sumber modal dari pinjaman dengan revenue sharing (nisbah 40:60)
d) Sumber modal dari pinjaman dengan profit sharing (nisbah 90:10)

a) Sumber modal sendiri


Dari data sebelumnya dapat diketahui:
TQ = 10 ton = 10.000 kg
TFC = Rp. 4.000.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Untuk mencapai BEP, TR = TC maka:
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
12.000 x Q = 4.000.000 + (5.000 x Q)
12.000 Q = 4.000.000 + 5.000 Q
14
7.000 Q = 4.000.000
Q = 571,43 kg TR = TC = Rp. 6.857.160

Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar 571,43
kg dengan biaya total sebesar Rp. 6.857.160.

b) Sumber modal dari pinjaman dengan sistem bunga 20%


TQ = 10 ton = 10.000 kg
TFC = 4.000.000 + 20% x 54.000.000
= Rp. 14.800.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Untuk mencapai BEP, TR = TC maka:
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
12.000 x Q = 14.800.000 + (5.000 x Q)
12.000 Q = 14.8000.000 + 5.000 Q
7.000 Q = 14.800.000
Q = 2.114,29 kg TR = TC = Rp. 25.371.480
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar
2.114,29 kg dengan biaya total sebesar Rp. 25.371.480.

c) Sumber modal dari pinjaman dengan revenue sharing (nisbah 40:60)


TQ = 10 ton = 10.000 kg
TFC = 4.000.000
TVC = Rp. 50.000.0000 ; maka AVC = Rp. 5.000/kg
P = Rp. 12.000/kg.
Karena biaya produksi ditanggung oleh pemilik modal, maka BEP akan
dilijat dari perspektif pemilik modal. Untuk mencapai BEP, TR
= TC maka:
P x Q = TFC + TVC
P x Q = TFC + (AVR x Q)
(60% x 12.000) x Q = 4.00.000 + (5.000 x Q)
15
7.200 Q = 4.000.000 + 5.000 Q
2.200 Q = 4.000.000
Q = 1.818,18 kg TR = TC = Rp. 21.818.160.
Jadi, untuk mencapai BEP beras yang harus diproduksi sebesar
1.818,18 kg dengan biaya total sebesar Rp. 21.818.160.

d) Sumber modal dari pinjaman dengan profit sharing (nisbah 90:10) BEP
akan terjadi sama dengan kondisi jika menggunakan modal sendiri,
karena profit sharing hanya akan terjadi jika terjadi BEP.

16
Q = 571,43 kg TR = TC = Rp. 6.857.160.

Sekarang akan kita bandingkan analisis biaya ketiga sistem tersebut dengan
memperhatikan grafik pada gambar 5. Pada grafik tersebut terlihat nilai Qps < Qrs < Qi.
Karena profit sharing hanya akan setelah pada BEP, maka nilai Qps akan selalu lebih
kecil dari Qrs dan Q1 tanpa terpengaruh oleh besar kecilnya nisbah bagi hasil dibanding
bunga. Sedangkan nilai Qrs bisa saja lebih lebih besar dari Qi tergantung seberapa besar
bunga dibandingkan dengan nisbah bagi hasil. Jika besarnya bunga diturunkan, maka
bisa saja terjadi Qi < Qrs.

Rp

120 TR = TRi
jt

TRps

TRr
60 jt s

TCi

TC = TCrs = TRps

25.3 jt

21.8 jt FCi
14.8 jt FC = FCRS =
6.8 jt
4 jt FCPS

17
D. EFISIENSI SISTEM PRODUKSI RIBAWI DAN SISTEM BAGI HASIL
Pengertian
Efisiensi produksi atau daya guna produksi dalam perekonomian sangatlah penting,
dan suatu sistem produksi dapat dikatakan lebih efisien apabila memenuhi salah satu dari
kriteria – kriteria sebagai berikut :
1. Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama;
2. Maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.
Dengan kriteria – kriteria tersebut kita dapat melihat makah yang lebih efesien sistem
produksi dengan sistem bunga atau sistem produksi dengan sistem bagi hasil.

Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.


Untuk dapat mengetahui kriteria ini maka kita dapat menggunakan salah satu kurva
yaitu kurva total cost yang membandingkan antara total cost sistem bunga dengan total cost
sistem bagi hasil. Perlu kita ketahui total cost sistem bunga akan lebih tinggi dari sistem total
cost bagi hasil, maka total cost bagi hasil dapat kita gambarkan dengan TC, sedangkan total
cost sistem bunga atau ribawi dapat kita gambarkan dengan TC i.
Langkah pertama dalam penggambaran grafis adalah dengan mengambil titik mana
saja pada sumbu X sebagai titik yang menunjukan tingkat produksi yang sama atau Q yang
sama. Lalu tariklah garis vertikal untuk memotong TC dan TC i.
Kemudian untuk masing - masing potongan antara garis vertikal dengan Tci dan TC
tariklah garis horizontal ke sumbu Y. Dan ternyata untuk tingkat produksi yang sama atau Q
yang sama, total biaya sistem bagi hasil TC selalu lebih kecil dari total biaya dengan sistem
bunga atau ribawi TC i. Jadi, dengan kriteria ini produksi dengan sistem bagi hasil lebih
efisien dibandingkan sistem bunga atau ribawi.

Maksimalisasi Produksi Tanpa Kenaiakan atau Perubaha Biaya.


Pada grafis pertama sudah kita lihat bagaimana kriteria produksi dengan sistem bagi
hasil atau dengan sistem bunga atau ribawi dengan grafis yang dibuat menggunakan titik Q
(produksi yang sama) maka pada grafis ini kita akan membuktikan dengan titik Q (produksi
yang sama) tanpa kenaikan atau perubahan biaya.
Langkah pertama untuk membuat grafis ini adalah ambilah titik Y sebagai titik yang
menggambarkan sistem biaya yang sama ( TC yang sama ), tentunya ambil titik yang diatas
garis FC i. Lalu tarikalah garis horizontal sampai memotong TC dan TC i. Untuk setiap titik
potong atau titik tengah yang dihasilkan dari garis tersebut tariklah garis vertikal kebawah

18
sumbu X. Dan dapat kita lihat bahwa total cost yang sama (TC yang sama), jumlah sistem
produksi bagi hasil ( Q ) selalu lebih besar dari jumlah produksi dengan sistem bunga atau
ribawi ( Qi ). Jadi menurut kriteria inidapat disimpulkan bahwa produksi dengan sistem bagi
hasil lebih efisien dari pada sistem bunga atau ribawi.

E. SKALA EKONOMI SISTEM PRODUKSI RIBAWI DAN SISTEM BAGI HASIL

SKALA EKONOMI

Skala Ekonomi merupakan fenomena turunnya biaya produksi per unit dari suatu
perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output). Skala
ekonomi terjadi ketika biaya total rata-rata jangka panjang menurun seiring dengan
meningkatnya output. Ketika produksi yang semakin tinggi akan menyebabkan suatu
perusahaan menambah kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan
kegiatan produksi bertambah efisien.

Berikut ini adalah faktor-faktor penting yang dapat menimbulkan skala ekonomi, antara lain
yaitu :
1. Spesialisasi biaya produksi atau biaya-biaya tetap dalam proses produksi seperti biaya
pembelian gedung, mesin atau infrastruktur produksi.
2. Pengurangan harga barang mentah dan kebutuhan produksi lain.
3. Memungkinkan produk sampingan (by products) di produksi.
4. Mendorong perkembangan usaha lain.

Skala ekonomi merupakan konsep penting untuk menjelaskan fenomena di dunia


nyata seperti pola-pola perdagangan internasional, jumlah perusahaan di pasar, dan
bagaimana perusahaan yang terlalu besar bisa gagal.[2] Bentuk dari kurva biaya total rata-
rata jangka panjang menyampaikan informasi penting tentang teknologi untuk memproduksi
suatu barang. Pemanfaatan skala ekonomi juga membantu untuk menjelaskan mengapa
perusahaan bisa tumbuh besar di beberapa industri. Skala ekonomi juga berperan dalam
monopoli alamiah untuk membuat kebijakan perdagangan bebas yang diperlukan pasar yang
lebih besar dalam suatu negara tertentu.
Skala ekonomi muncul karena tingkat produksi yang tinggi memberikan kesempatan
kepada setiap pekerja melakukan spesialisasi yang mengakibatkan setiap pekerja menjadi
lebih mahir melakukan tugas yang diberikan kepada mereka. Skala dis-ekonomi terjadi
karena masalah koordinasi yang sering kali terjadi pada perusahaan besar. Analisis ini
menunjukkan mengapa kurva biaya total rata-rata jangka panjang seringkali berbentuk U.
Pada tingkat produksi yang rendah, perusahaan memperoleh keuntungan dengan
bertambah besarnya perusahaan karena perusahaan dapat diuntungkan oleh spesialisasi
pekerjanya yang semakin besar. Sementara itu masalah koordinasi belum terjadi. Sebaliknya,
pada tingkat produksi yang tinggi, manfaat-manfaat dari spesialisasi semakin nyata, namun
masalah koordinasi menjadi semakin parah seiring pertumbuhan perusahaan. Maka, biaya
total rata-rata jangka panjang menurun pada tingkat produksi yang rendah karena
meningkatnya spesialisasi, dan naik pada tingkat produksi yang tinggi karena meningkatnya
masalah koordinasi. Skala yang dihadapi oleh perusahaan adalah murni teknologi dikenakan
dan tidak dipengaruhi oleh keputusan ekonomi atau oleh kondisi pasar.

19
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya

adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya,

sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam

“memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia

berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau

mengeksploitasi (ekstraktif).

Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk

memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi

konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum

bagi konsumen.

Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan

mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan

hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan

berkah.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustianto.Etika Produksi Dalam Islam,

2. http://agustianto.niriah.com/2008/10/04/etika-produksidalam-islam/Aziz Budi

3. Setiawan. Instrumen Ekonomi Syariah Untuk Transformasi Masyarakat

4. Ali Hasan. Meneguh Kembali Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam

5. http://pmiikomfaksyahum.wordpress.com/2008/04/02/meneguhkan-kembali-

konsepproduksidalam-ekonomi-islam

21

Anda mungkin juga menyukai