Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH COMPARATIVE COST (BIAYA RELATIF )

DAVID RICARDO

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

KELOMPOK 3

 AISYAH HANAH AZAHRA


 AKIFAH NAJLA
 ARINDA SHAFA NABILA
 AUDREY L NASUTION
 NURJANNAH LUBIS

KELAS : MB 6A
MATA KULIAH : EKONOMI INTERNASIONAL
DOSPEM : HARRIS

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


TP : 2023 / 2024
BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan masyarakat Indonesia


dengan tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur merata materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berbeda, berdaulat dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka besahabat
tertib dan damai (GBHN RI, 1993-1998).

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun,
oleh karena itu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus menghitung laju
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati
penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika
pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi (Suseno, 1990:35). Pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. Untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan pendapatan dari berbagai tahun
yang dihitung berdasarkan harga berlaku atau harga konstan. Sehingga perubahan dalam nilai
pendapatan hanya disebabkan oleh suatu perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Suatu
perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila tingkat
kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya.

Pertama, berdasarkan tinjauan makro sektoral, yang membagi perekonomian menjadi


struktur agraris (agriculture). Industrial (industrial) atau niaga (commerce), tergantung pada
sektor apa yang menjadi tulang punggung perekonomian suatu wilayah. Kedua, berdasarkan
tinjauan keruangan (spacial), yang membagi perekonomian menjadi struktur pedesaan
(tradisional) atau perkotaan (modern). Ketiga, berdasarkan tinjauan penyelenggaraan, yang
menjadi perkonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis. Predikat ini tergantung pada siapa
atau kalangan mana yang manjadi pemeran utama dalam kegiatan perekonomian suatu wilayah.

Keempat, struktur ekonomi yang sentralistik atau desentralistik. Berkaitan dengan


struktur ekonomi wilayah, Todaro (2000: 122) menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi
mempunyai kaitan erat dengan perubahan struktural dan sektoral yang tinggi. Beberapa
perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan dari
aktivitas pertanian ke sektor non pertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah
yang sedang berkembang proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari pergeseran
sektor ekonominya, yaitu peran sektor pertanian dalam PDB atau PDRB akan mengalami
penurunan, sedangkan peran sektor non pertanian akan semakin meningkat.

Menurut Widodo (2006: 111-112) ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
mengidentifikasikan potensi kegiatan ekonomi daerah. Pertama, sektor ekonomi yang unggul
atau yang mempunyai daya saing dalam beberapa periode tahun terakhir dan kemungkinan
prospek sektor ekonomi di masa yang akan datang. Kedua, sektor ekonomi yang potensial untuk
dikembangkan di masa mendatang, walaupun pada saat ini belum mempunyai tingkat daya saing
yang baik. Perkembangan ekonomi akan optimal bila didasarkan pada keunggulan komparatif
(comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) mula-mula dikemukakan oleh
David Ricardo (1917) sewaktu membahas perdagangan antara dua wilayah. Ricardo
membuktikan bahwa ada dua wilayah yang saling berdagang masing-masing
mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif, maka
kedua wilayah tersebut akan memperoleh manfaat perdagangan (gains from trade). Ide tersebut
bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan
dalam ekonomi regional. Keunggulan komparatif lebih menekankan kepemilikan sumber
ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan suatu daerah, seperti: kepemilikan sumber daya alam,
sumber daya manusia, infrastruktur dan lain-lain.

Oleh karena itu, keunggulan dan daya saing wilayah komoditas dalam lingkup produksi
dapat dikaji dengan Competitif Productivity of Labor Index atau Competitif Labor Index (CLI)
yaitu membandingkan nilai tambah (basic) dan produktifitas tinggi (employment). Secara umum,
keunggulan komparatif akan menuju keunggulan kompetitif. Artinya, kepemilikan faktor
produksi (endowment) yang melimpah memungkinkan untuk mencapai kondisi skala ekonomis
yang efisien (economic of scale) yang merupakan landasan keunggulan kompetitif. Tetapi,
keunggulan kompetitif juga dapat diraih tanpa harus memiliki keunggulan komparatif yaitu
ketika suatu daerah berhasil mengelola sumber daya yang sedikit tersebut secara efisien. Era
reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini telah banyak membawa perubahan dalam berbagai
bidang pembangunan dan pemerintahan.
BAB II
ISI

1. TEORI KLASIK

1.1 Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage: Adam Smith)

Teori ini berdasatkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter,sehingga lebih
dikenal dengan teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni yang berarti
teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil misalnya, nilai suat barang diukur
melalui banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut.
Makin banyak tenaga kerja yang digunakan, maka semakin tinggi harga barang
tersebut.

Teori nilai tenaga kerja ini menganggap tenaga kerja bersifat homogen dan
merupakan satu satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja tidak
bersifat homogen, tenga kerja bukan satu satunya faktor produksi, masih ada faktor lain
yang mempengaruhi harga.

Teori absolute advantage Adam Smith secara sederhana menjelaskan apabila ada
dua negara memproduksi 2 jenis barang dan mempunyai factor produksi yang
homogen, namun masing masing negara membutuhkan jumlah tenaga kerja yang
berbeda untuk setiap produksi barang, maka masing masing negara memiliki efisiensi
dalam memroduksi satu jenis barang. Hal demikian ini yang disebut absolute advantage
karena masing-masing negara dapat memproduksi satu jenis barang dengan biaya (yang
diukur melalui unit tenaga kerja) secara absolut lebih rendah dari negara lain.

1.2 Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage: J.S Mill)

Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan kemudian


mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan
mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu barang yang dapat
dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang yang apabila dihasilkan
sendiri memakan biaya yang lebih mahal.

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh
banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin mahal pula harga sat barang
tersebut. Teori comparative advantage juga menerangkan tentang keuntungan dariu
nilai tukar dimana kedua hal ini tidak diterangkan dalam teori absolute advantage.
1.3 Biaya Relatif (Comparative Cost: David Ricardo)

Teori Biaya Relatif dikemukan oleh Ricardo. Konsep perdagangan yang semakin
disukai masyarakat Internasional, pertama sekali dikemukan oleh David Ricardo (1772-
1823) ini dikenal juga dengan teori “comperative cost” atau “comperative advantage”.

Dalam teori ini, setiap negara mengkhususkan produksinya dalam bidang-bidang


yang diunggulinya secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara
bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efesiensi dalam penggunaan faktor-
faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secera keseluruhannya akan
mencapai maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya.

Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya


tentang nilai/value. Nilai/value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja
yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost theory). Perdagangan
antar negara akan timbul apabila masing-masing memilikui comparative cost yang
terkecil.

Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu sama,
perbedaannya terletak pada Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga
kerja di masing-masing negara memiliki output yang berbeda. Sedangkan comparative
cost, untuk sejumlah outpt tertent, waktu yang dibutuhkan berbeda antara suatu negara
dengan negara yang lain.

Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional akan


timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda antara kedua negara. Teori
klasik juga tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara
dua negara. Teori modern mulai dengan anggapan bahwa fungsi produksi itu sama dan
menjelaskan penyebab terjadinya perbedaan dalam comparative advantage adalah
proporsi pemilikan faktor produksi.

Contoh :
Negara A memproduksi jeruk (1 botol) dalam waktu 3 hari dan memproduksi
pakaian (1 yard) dalam waktu 4 hari sedangkan negara B memproduksi jeruk ( 1 botol)
dalam waktu 6 hari dan memproduksi pakaian ( 1 yard) dalam waktu 5 hari.

Maka negara A akan berspesialisasi pada produksi jeruk dan negara B pada
produksi pakaian. Karena dengan negara A lebih efektif dalam memproduksi jeruk dan
negara B lebih efektif dalam produksi pakaian.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya


tentang nilai/value. Nilai/value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja
yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost theory). Perdagangan
antar negara akan timbul apabila masing-masing memilikui comparative cost yang
terkecil.

Teori absolute advantage Adam Smith secara sederhana menjelaskan apabila ada
dua negara memproduksi 2 jenis barang dan mempunyai factor produksi yang homogen,
namun masing masing negara membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda untuk
setiap produksi barang, maka masing masing negara memiliki efisiensi dalam
memroduksi satu jenis barang. Hal demikian ini yang disebut absolute advantage karena
masing-masing negara dapat memproduksi satu jenis barang dengan biaya (yang diukur
melalui unit tenaga kerja) secara absolut lebih rendah dari negara lain.

Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu sama,
perbedaannya terletak pada Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga
kerja di masing-masing negara memiliki output yang berbeda. Sedangkan comparative
cost, untuk sejumlah outpt tertent, waktu yang dibutuhkan berbeda antara suatu negara
dengan negara yang lain.

Anda mungkin juga menyukai