Anda di halaman 1dari 16

Makalah Ekonomi Internasional

Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan Remediasi UTS mata kuliah Ekonomi
Internasional kelas 3i
Dosen pengampu :
Dr. Jim Hoy Yam, SE.,MBA

Disusun Oleh :
Nana nardiana 1806010036

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Islam Syekh Yusuf
Tangerang
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur saya panjatkan atas limpahan karunia serta rahmat yang telah diberikan
Allah SWT sehigga saya dapat menyelesaikan Makalah ini, dengan Judul “Penerapan
Prinsip-prinsip teori perdagangan Internasional aliran merkantilise, klasik dan Neo
Klaasik dalam pembangunan Negara”

Penulisan makalah ini merupakan salah satu Tugas dan Persyaratan Remediasi nilai
UTS mata kuliah Ekonomi Internasional. Dalam penyusunan makalah ini, saya mengetahui
bahwa masih banyak kekuranga. Oleh sebab itu, Kritik serta saran sangat saya harapkan dari
pihak-pihak yang telah membacanya untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang. Atas
kritik dan sarannya saya mengucapkan Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr Wb
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Teori Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage) Adam Smith
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai teori absolut cost
advantage. Dalam teori ini menganggap (asumsi) :
Ada dua negara saja yang berdagang satu sama lain dua komoditi yang bias
dihasilkan di kedua negara tersebut

Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variable) riil bukan moneter sehingga
sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni
dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variable riil seperti misalnya
nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (labor theory of value).

Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan
bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya factor produksi.

Teori Klasik itu mempunyai dua manfaat :


memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan
keuntungan dari pertukaran.
meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori nilai
tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan. Masing-masing
negara yang melakukan perdagangan internasional akan didorong untuk melakukan
spesialisasi dalam produksi barang-barang yang mempunyai keuntungan mutlak.

Keuntungan mutlak (absolute advantage) adalah keuntungan yang dinyatakan dengan


banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut.
Keuntungan akan diperoleh apabila masing-masing negara mampu menghasilkan
barang-barang tertentu dengan jam/hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan
seandainya barang-barang itu dibuat oleh negara lain.
BAB II
LANDASAN TEORI
Beberapa kelemahan teori Adam Smith adalah :
Ekonomi internasional
Ia tidak mempersoalkan kemungkinan negara-negara yang sama sekali tidak
mempunyai keuntungan mutlak terhadap negara-negara lain. Misalnya negara-negara
sedang berkembang terhadap negara-negara maju.
Selain itu ia tidak menjelaskan berapa besar dasar tukar (term of trade) yang akan
terjadi. Seandainya negara-negara tersebut benar-benar jadi melakukan perdagangan
internasional dan seberapa besar manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh masing-
masing negara dari perdagangan internasional tersebut.
Bertitik tolak dari kelemahan-kelemahan analisa Adam Smith, Ricardo berusaha
untuk memperbaikinya. Ia membagi perdagangan menjadi dua yaitu perdagangan
dalam negeri dan perdagangan luar negeri.
Menurut Ricardo perdagangan luar negeri tidak mungkin dilakukan atas dasar
keuntungan mutlak. Menurut dia dasar tukar barang-barang ditentukan oleh biaya
comparatif (comparative cost).
Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki
comparative cost yang terkecil.
Teori biaya mutlak Adam Smith tidak dapat digunakan untuk menjelaskan
bagaimana perdagangan internasional dapat terjadi di antara kedua negara di mana
salah satu negara memiliki keuntungan mutlak dalam produksi semua barang yang mau
diperdagangkan

A. Teori kemanfaatan relatif (Comparative Advantage) J.S. Mill


Pada dasarnya teori comparative cost dari Ricardo dan comparative advantage
sama, hanya kalau pada teori comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga
kerja di masing-masing negara output-nya berbeda, pada comparative cost, untuk
sejumlah output tertentu, waktu yang dibutuhkan berbeda antara satu negara dengan
negara lain
teori-teori klasik tersebut diatas disusun berdasarkan beberapa anggapan
Hanya ada dua negara dan dua barang yang diperdagangkan.
1. Mendasarkan diri pada labor theory of value.
2. Ongkos produksi konstan
3. Ongkos transportasi diabaikan (sama dengan nol).
Faktor-faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri, tetapi sama sekali
tidak dapat berpindah melewati perbatasan negara.
Persaingan sempurna di pasar barang maupun di pasar factor produksi.
Distribusi pendapatan dalam suatu negara tidak mempengaruhi perniagaan antar
negara.
Perdagangan dilaksanakan hanya dalam ujud barter (pertukaran barang dengan barang).
Tidak ada perubahan teknologi.

Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan


bebas antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi
dynamic comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat
diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor
keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin
diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya
mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan internasional.

Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

1). Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.

2). Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang
dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis
barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa
perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan
perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger
menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu
barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya.
Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.

3). Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori
produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan
teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah
satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas
ekonomi
Kelebihan Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Kaum neoklasik mengatakan bahwa baik perdagangan international maupun


aliran modal international cenderung untuk meratakan distribusi pendapatan
didalam suatu Negara maupun antar Negara.

Ada tiga asumsi dasar dalam ilmu ekonomi neoklasik: 1) Orang-orang rasional..
2) Individu dan perusahaan memaksimalkan utilitas atau laba. 3) Individu berperilaku
secara independen dan dengan informasi lengkap. Awalnya berhak oleh Thorstein
Veblen pada tahun 1900 dalam karyanya "prakonsepsi Ilmu Ekonomi," tumbuh
ekonomi neoklasik dari sebuah gerakan revolusioner untuk menggabungkan utilitas dan
pemikiran rasional ke dalam ajaran inti ekonomi. Dijuluki oleh banyak orang sebagai
"revolusi marjinal," karya yang mendorong gerakan ini termasuk "Teori Ekonomi
Politik," oleh William Jevons Stanley, "Prinsip Ekonomi," oleh Carl Menger, dan
"Elemen Ekonomi Murni," oleh Leon Walras.
Sebagai ekonomi neoklasik adalah teori ekonomi yang dominan, itu sesuai
mencakup sebagian besar subtopik studi di bawah ekonomi seperti ekspektasi rasional,
organisasi industri, ekonomi makro,dll
Salah satu manfaat utama dari ekonomi neoklasik adalah bahwa hal ini membantu
untuk menjelaskan bagaimana menetapkan harga dan kuantitas yang dihasilkan tiba di
dalam perekonomian.. Dengan memperkenalkan individu sebagai utilitas
memaksimalkan agen dalam perekonomian, teori ini dapat menjelaskan mengapa harga
naik kekurangan atau bagaimana monopoli membatasi suplai untuk memaksimalkan
keuntungan.

B. Teori Modern Dalam Perdagangan Internasional


Perdagangan antar negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai dengan
permulaan abad 20. Keamanan serta kedamaian dunia ( sebelum perang dunia I )
memberikan saham yang besar bagi perkembangan perdagangan internasional yang
pesat. Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta penjelasan bagi
kelangsungan jalannya perdagangan dunia. Hal itu terlihat dari usaha masing-masing
negara yang ikut didalamnya untuk melakukan spesialisasi dalam produksi, serta
berusaha mengekspor barang-barang yang paling sesuai / menguntungkan bagi
mereka. Negara-negara / daerah- daerah tropik berusaha untuk menspesialisasikan
diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang yang berasal dari pertanian,
perkebunan, dan pertambangan, sedangkan Negara-negara / daerah-daerah sedang,
yang relatif kaya akan modal, berusaha untuk menspesialisasikan diri mereka dalam
produksi serta ekspor barang-barang industri. Heckscher-Ohlin mengemukakan
konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Bahwa perdagangan
internasional / antar negara tidaklah banyak berbeda dan hanya merupakan
kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah. Perbedaan pokoknya terletak pada
masalah jarak. Atas dasar inilah maka Ohlin melepaskan anggapan ( yang berasal
dari teori klasik ) bahwa dalam perdagangan internasional ongkos transport dapat
diabaikan.

Bahwa barang-barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan atas


keuntungan alamiah atau keuntungan yang diperkembangkan ( natural and acquired
advantages dari Adam Smith ) akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.
Masing-masing negara memiliki faktor-faktor produksi neo-klasik ( tanah, tenaga
kerja, modal ) dalam perbandingan yang berbeda-beda, sedang untuk menghasilkan
sesuatu barang tertentu diperlukan kombinasi faktor-faktor produksi yang tertentu pula
BAB III
PEMBAHASAN
Namun demikian tidaklah berarti bahwa kombinasi faktor-faktor produksi itu
adalah tetap. Jadi untuk menghasilkan sesuatu macam barang tertentu fungsi
produksinya dimanapun juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi
dapatlah berlainan ( karena adanya kemungkinan penggantian / subtitusi faktor yang
satu dengan faktor yang lainnya dalam batas-batas tertentu ). Jadi teori Heckscher-
Ohlin dalam batas-batas definisinya menyatakan bahwa :
a. Sesuatu negara akan menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif banyak ( dalam arti bahwa harga relatif faktor produksi itu
murah ), sehingga harga barang-barang itu relatif murah karena ongkos produksinya
relatif murah. Karena itu Indonesia yang memiliki relatif banyak tenaga kerja sedang
modal relatif sedikit sebaiknya menghasilkan dan mengekspor barang-barang yang
relatif padat karya.
b. Dengan mengutamakan produksi dan ekspornya pada barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif banyak, maka harga faktor produksi
yang relatif banyak akan naik. Dalam hal ini “relatif banyak”menunjuk kepada
jumlah phisiknya, bukan harga relatifnya. Karena harga relatif kedua macam
barang itu sebelum perdagangan berjalan adalah berlainan, maka negara yang
memiliki faktor produksi tenaga kerja relatif banyak akan cenderung untuk
menaikan produksi barang yang padat karya dan mengurangi produksi barangnya
yang padat modal. Negara itu akan mengekspor barangya yang padat karya dan
mengimpor barang yang padat modal. Dengan demikian perdagangan internasional
akan mendorong naik harga faktor produksi yang relatif sedikit. Sebagai akibatnya
untuk negara yang memiliki faktor produksi modal relatif banyak, upah akan turun
sedang harga modal – tingkat bunga – akan naik. Jadi perdagangan internasional
cenderung untuk mendorong harga faktor produksi yang sama, antar negara
menjadi sama pula (equalization of factor price).
Perdagangan internasional terjadi karena masing-masing pihak yang terlibat
didalamnya merasa memperoleh manfaat dari adanya perdagangan tersebut. Dengan
demikian perdagangan tidak lain adalah kelanjutan atau bentuk yang lebih maju dari
pertukaran yang didasarkan atas kesukarelaan masing-masing pihak yang terlibat.
Tentu saja pengertian “kesukarelaan” dalam perdagangan internasional harus diberi
tanda petik, karena realitasnya kesukarelaan ini sebenarnya tidak selalu terjadi, namun
paksaan yang mendorong terjadinya perdagangan internasional tersebut tidaklah selalu
terlihat jelas. Salah satu bentuk paksaan ini misalnya, terlihat pada perdagangan yang
timbul sebagai akibat bantuan luar negeri yang mengikat (Tied aid). Apabila negara A
menerima bantuan dari negara B tetapi dengan ketentuan bahwa bantuan (kredit) itu
harus dibelanjakan di negara B, maka perdagangan yang timbul antara A dan B sebagai
akibat pemberian bantuan itu jelas tidak sepenuhnya didasarkan atas kesukarelaan
kedua belah pihak. Paksaan yang lebih halus lagi terlihat pada bentuk-bentuk
perdagangan internasional yang merupakan ikutan dari perkembangan industrialisasi
dalam negara-negara yang sedang berkembang yang dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan raksasa yang mempunyai cabang di berbagai negara dan berinduk di negara
maju (perusahaan-perusahaan multinasional).

Harga barang yang sama dapat berlainan di negara yang berlainan karena harga
dicerminkan oleh ongkos produksi (apabila permintaan dianggap sama), sehingga
perbedaan harga timbul karena perbedaan ongkos produksi. Menurut Ricardo & Mill,
Ongkos produksi ditentukan oleh banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk
membuat barang itu. Jadi apabila untuk membuat barang yang sama diperlukan banyak
jam yang berlainan bagi negar yang berlainan tersebut, maka ongkos produksinya juga
akan berlainan. Perbedaan dalam banyak jam kerja menurut teori Ricardian (klasik)
disebabkan karena perbedaan dalam teknik produksi (atau tingkat teknologi), perbedaan
dalam ketrampilan kerja (produktivitas tenaga kerja), perbedaan dalam penggunaan
faktor produksi atau kombinasi antar mereka. Dengan kata lain ongkos produksi untuk
membuat barang yang sama berlainan karena fungsi produksinya lain. Menurut
Heckscher – Ohlin, ongkos produksi ditentukan oleh penggunaan faktor produksi atau
sumber daya. Jadi apabila faktor produksi itu digunakan dalam proporsi dan intensitas,
yang berlainan, walaupun tingkat teknologi dan produktivitas tenaga kerja sama,
ongkos produksi untuk membuat barang yang sama di negara yang berlainan juga akan
lain. Perbedaan dalam penggunaan proporsi dan intensitas faktor produksi yang
disebabkan karena perbedaan dalam hadiah alam (factor endowment) yang diterima
oleh masing- masing negara. Dengan kata lain ongkos produksi untuk membuat barang
yang sama berlainan karena perbedaan hadiah alam, bukan karena fungsi produksinya
lain.
Salah satu kesimpulan utama teori H-O adalah bahwa perdagangan internasional
cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang diperdagangkan
saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
barang-barang tersebut. Kesimpulan ini sebenarnya merupakan akibat dari konsepsi
mereka mengenai hubungan antara spesialisasi dengan proporsi faktor-faktor poduksi
yang digunakan. Dalam hal-hal khusus, bahkan tidak mungkin untuk mengenali apakah
barang-barang itu barang-barang padat karya ataukah barang-barang padat modal
dipandang dari dunia seabagai satu keseluruhan. Negara yang memiliki tenaga kerja
relatif banyak mungkin saja mempunyai keuntungan komparatif dalam barang-barang
yang padat modal dan sebaliknya. Karena akibat adanya perdagangan internasional
adalah naiknya harga relatif barang-barang yang dihasilkan dengan menggunakan
prinsip keuntungan komparatif itu dan dengan demikian juga faktor produksi yang
digunakanya secara intensif, maka akibat pada harga relatif faktor-faktor produksinya
mungkin berupa perubahan yang menuju ke arah yang sama tetapi dapat juga
berlawanan, lagi pula dalam keseimbangan, kedua negara dapat terus menghasilkan
kedua macam barang itu walaupun harga faktor-faktor produksinya berlainan di kedua
negara tersebut.

Pada tahun 1920-an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of scale)
yaitu dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya produksi per
unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih efisien dapat
digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian-
pembelian mereka dengan volume yang lebih besar dan biaya-biaya tetap seperti biaya
penelitian dan pengembangan sertaoverhead administratif dapat dialokasikan pada
kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun karena kurva
belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih banyak, mereka
mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi, yang menyebabkan
biaya poduksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat diperkirakan. Skala ekonomi
dan kurva pengalaman (experience curve) mempengaruhi perdagangan internasional
karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen biaya rendah
tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang berlimpah. Perdagangan internasional
timbul utamanya karena perbedaan-perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan-
perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi, yang diakibatkan oleh :
1. perbedaan-perbedaan dalam perolehan atas faktor produksi.
2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor
yang digunakan.
3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor.
4. Kurs valuta asing. Meskipun demikian perbedaan selera dan variabel pemintaan
dapat membalikkan arah perdagangan.
Teori perdagangan internasional jelas menunjukan bahwa bangsa-bangsa akan
memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi
dalam barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor
barang-barang yang mempunyai kerugian secara komparatif. Pada umumnya hambatan-
hambatan perdagangan yang memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan
bebas akan membahayakan kesejahteraan suatu bangsa.

Pengaruh Positif Perdagangan Internasional


Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya
perdagangan internasional. Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara
pengimpor memperoleh kemudahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.
Adanya perdagangan internasional juga membawa dampak yang cukup luas bagi
perekonomian suatu negara. Dampak tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Mempererat persahabatan antarbangsa


Perdagangan antarnegara membuat tiap negara mempunyai rasa saling
membutuhkan dan rasa perlunya persahabatan. Oleh karena itu, perdagangan
internasional dapat mempererat persahabatan negara-negara yang bersangkutan.

2) Menambah kemakmuran negara


Perdagangan internasional dapat menaikkan pendapatan negara masing-masing. Ini
terjadi karena negara yang kelebihan suatu barang dapat menjualnya ke negara lain,
dan negara yang kekurangan barang dapat membelinya dari negara yang kelebihan.
Dengan meningkatnya pendapatan negara dapat menambah kemakmuran negara.

3) Menambah kesempatan kerja


Dengan adanya perdagangan antarnegara, negara pengekspor dapat menambah
jumlah produksi untuk konsumsi luar negeri. Naiknya tingkat produksi ini akan
memperluas kesempatan kerja. Negara pengimpor juga mendapat manfaat, yaitu
tidak perlu memproduksi barang yang dibutuhkan sehingga sumber daya yang
dimiliki dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih menguntungkan.

4) Mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perdagangan internasional mendorong para produsen untuk meningkatkan mutu
hasil produksinya. Oleh karena itu, persaingan perdagangan internasional
mendorong negara pengekspor untuk meningkatkan ilmu dan teknologinya agar
produknya mempunyai keunggulan dalam bersaing.

5) Sumber pemasukan kas negara


Perdagangan internasional dapat meningkatkan sumber devisa negara. Bahkan,
banyak negara yang mengandalkan sumber pendapatan dari pajak impor dan ekspor.

6) Menciptakan efisiensi dan spesialisasi


Perdagangan internasional menciptakan spesialisasi produk. Negara-negara yang
melakukan perdagangan internasional tidak perlu memproduksi semua barang yang
dibutuhkan. Akan tetapi hanya memproduksi barang dan jasa yang diproduksi secara
efisien dibandingkan dengan negara lain.

7) Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara


Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-
barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

b. Pengaruh Negatif Perdagangan Internasional

Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang


melakukannya. Dampak negatifnya sebagai berikut.
1) Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.
2) Adanya persaingan yang tidak sehat dalam perdagangan internasional.
3) Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.
4) Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.
5) Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi. Ini terjadi karena masyarakat
menjadi konsumtif.
6) Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.

Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran.


4 Kebijakan perdagangan internasional dijadikan alat untuk mencapai kepentingan nasional
terutama dalam bidang ekonomi. Dalam bahasannya, ini lebih bersifat politis karena penuh
dengan muatan-muatan kepentingan yang kadangkala tidak bersifat ekonomi, misalnya
melakukan hubungan perdagangan dengan negara lain untuk mendekati atau untuk
kepentingan politik tertentu.

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara. Selama
berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif
tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di
Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan
ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal
tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang
Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha
untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan
tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari
perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh
Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat,
Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak
negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas
karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan
untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan
fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan
pertemuan dan prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor
manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional
besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang
dan jasa lainnya.

Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka
memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat
kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.

Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan hambatan bagi
kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah impor, pungutan biaya
impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.

Dalam kenyataannya, kondisi sumber daya suatu Negara sangat menentukan kebijakan
perdagangan internasional, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) antara yang berkualitas dan
yang tidak/ kirang berkualitas.

5 Penerapan ACFTA dikhawatirkan menghancurkan industri nasional. Sebab, tarif bea masuk
barang-barang dari Cina ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol persen. Kondisi itu,
akan mengancam industri kita karena produk Cina yang terkenal murah akan menjadi saingan
terberat produkIndonesia .

Tak hanya itu. Penerapan ACFTA juga akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK)
massal. Seperempat dari 30 juta tenaga kerja akan kehilangan lapangan kerja, yaitu 7,5 juta
pekerja, langsung dikemukakan oleh ketua Asosiasi Penguasa Indonesia.

Pengamat Ekonomi sempat meminta DPR agar mengajukan hak angket atas penerapan
ACFTA. Menurutnya, nilai kerugian pemberlakuan ACFTA bisa mencapai lebih dari Rp 6
triliun, alias lebih besar dari kasus Bank Century. Pasalnya jelas, ratusan ribu pegawai
terancam tidak bekerja. Pendapatnya, harusnya yang seperti ini (ACFTA), yang dijadikan hak
angket. Jangan hanya Century.
BAB IV

KESIMPULAN

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
dwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pengertian pembangunan ekonomi
itu sendiri adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Perbedaan antara keduanya adalah
pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
BAB V
LITERATUR

 Mark Blaug (1987). "classical economics," The New Palgrave Dictionary of


Economics, v. 1, pp. 414–45.
 _____ (2008). "British classical economics," The New Palgrave Dictionary of
Economics, 2nd Edition. Abstract.
 Samuel Hollander (1987). Classical Economics. Oxford: Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai