Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan Remediasi UTS mata kuliah Ekonomi
Internasional kelas 3i
Dosen pengampu :
Dr. Jim Hoy Yam, SE.,MBA
Disusun Oleh :
Nana nardiana 1806010036
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur saya panjatkan atas limpahan karunia serta rahmat yang telah diberikan
Allah SWT sehigga saya dapat menyelesaikan Makalah ini, dengan Judul “Penerapan
Prinsip-prinsip teori perdagangan Internasional aliran merkantilise, klasik dan Neo
Klaasik dalam pembangunan Negara”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu Tugas dan Persyaratan Remediasi nilai
UTS mata kuliah Ekonomi Internasional. Dalam penyusunan makalah ini, saya mengetahui
bahwa masih banyak kekuranga. Oleh sebab itu, Kritik serta saran sangat saya harapkan dari
pihak-pihak yang telah membacanya untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang. Atas
kritik dan sarannya saya mengucapkan Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Teori Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage) Adam Smith
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai teori absolut cost
advantage. Dalam teori ini menganggap (asumsi) :
Ada dua negara saja yang berdagang satu sama lain dua komoditi yang bias
dihasilkan di kedua negara tersebut
Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variable) riil bukan moneter sehingga
sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni
dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variable riil seperti misalnya
nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (labor theory of value).
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan
bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya factor produksi.
1). Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2). Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang
dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis
barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa
perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan
perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger
menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu
barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya.
Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
3). Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori
produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan
teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah
satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas
ekonomi
Kelebihan Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional
Ada tiga asumsi dasar dalam ilmu ekonomi neoklasik: 1) Orang-orang rasional..
2) Individu dan perusahaan memaksimalkan utilitas atau laba. 3) Individu berperilaku
secara independen dan dengan informasi lengkap. Awalnya berhak oleh Thorstein
Veblen pada tahun 1900 dalam karyanya "prakonsepsi Ilmu Ekonomi," tumbuh
ekonomi neoklasik dari sebuah gerakan revolusioner untuk menggabungkan utilitas dan
pemikiran rasional ke dalam ajaran inti ekonomi. Dijuluki oleh banyak orang sebagai
"revolusi marjinal," karya yang mendorong gerakan ini termasuk "Teori Ekonomi
Politik," oleh William Jevons Stanley, "Prinsip Ekonomi," oleh Carl Menger, dan
"Elemen Ekonomi Murni," oleh Leon Walras.
Sebagai ekonomi neoklasik adalah teori ekonomi yang dominan, itu sesuai
mencakup sebagian besar subtopik studi di bawah ekonomi seperti ekspektasi rasional,
organisasi industri, ekonomi makro,dll
Salah satu manfaat utama dari ekonomi neoklasik adalah bahwa hal ini membantu
untuk menjelaskan bagaimana menetapkan harga dan kuantitas yang dihasilkan tiba di
dalam perekonomian.. Dengan memperkenalkan individu sebagai utilitas
memaksimalkan agen dalam perekonomian, teori ini dapat menjelaskan mengapa harga
naik kekurangan atau bagaimana monopoli membatasi suplai untuk memaksimalkan
keuntungan.
Harga barang yang sama dapat berlainan di negara yang berlainan karena harga
dicerminkan oleh ongkos produksi (apabila permintaan dianggap sama), sehingga
perbedaan harga timbul karena perbedaan ongkos produksi. Menurut Ricardo & Mill,
Ongkos produksi ditentukan oleh banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk
membuat barang itu. Jadi apabila untuk membuat barang yang sama diperlukan banyak
jam yang berlainan bagi negar yang berlainan tersebut, maka ongkos produksinya juga
akan berlainan. Perbedaan dalam banyak jam kerja menurut teori Ricardian (klasik)
disebabkan karena perbedaan dalam teknik produksi (atau tingkat teknologi), perbedaan
dalam ketrampilan kerja (produktivitas tenaga kerja), perbedaan dalam penggunaan
faktor produksi atau kombinasi antar mereka. Dengan kata lain ongkos produksi untuk
membuat barang yang sama berlainan karena fungsi produksinya lain. Menurut
Heckscher – Ohlin, ongkos produksi ditentukan oleh penggunaan faktor produksi atau
sumber daya. Jadi apabila faktor produksi itu digunakan dalam proporsi dan intensitas,
yang berlainan, walaupun tingkat teknologi dan produktivitas tenaga kerja sama,
ongkos produksi untuk membuat barang yang sama di negara yang berlainan juga akan
lain. Perbedaan dalam penggunaan proporsi dan intensitas faktor produksi yang
disebabkan karena perbedaan dalam hadiah alam (factor endowment) yang diterima
oleh masing- masing negara. Dengan kata lain ongkos produksi untuk membuat barang
yang sama berlainan karena perbedaan hadiah alam, bukan karena fungsi produksinya
lain.
Salah satu kesimpulan utama teori H-O adalah bahwa perdagangan internasional
cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang diperdagangkan
saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
barang-barang tersebut. Kesimpulan ini sebenarnya merupakan akibat dari konsepsi
mereka mengenai hubungan antara spesialisasi dengan proporsi faktor-faktor poduksi
yang digunakan. Dalam hal-hal khusus, bahkan tidak mungkin untuk mengenali apakah
barang-barang itu barang-barang padat karya ataukah barang-barang padat modal
dipandang dari dunia seabagai satu keseluruhan. Negara yang memiliki tenaga kerja
relatif banyak mungkin saja mempunyai keuntungan komparatif dalam barang-barang
yang padat modal dan sebaliknya. Karena akibat adanya perdagangan internasional
adalah naiknya harga relatif barang-barang yang dihasilkan dengan menggunakan
prinsip keuntungan komparatif itu dan dengan demikian juga faktor produksi yang
digunakanya secara intensif, maka akibat pada harga relatif faktor-faktor produksinya
mungkin berupa perubahan yang menuju ke arah yang sama tetapi dapat juga
berlawanan, lagi pula dalam keseimbangan, kedua negara dapat terus menghasilkan
kedua macam barang itu walaupun harga faktor-faktor produksinya berlainan di kedua
negara tersebut.
Pada tahun 1920-an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of scale)
yaitu dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya produksi per
unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih efisien dapat
digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas pembelian-
pembelian mereka dengan volume yang lebih besar dan biaya-biaya tetap seperti biaya
penelitian dan pengembangan sertaoverhead administratif dapat dialokasikan pada
kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun karena kurva
belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih banyak, mereka
mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi, yang menyebabkan
biaya poduksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat diperkirakan. Skala ekonomi
dan kurva pengalaman (experience curve) mempengaruhi perdagangan internasional
karena memungkinkan industri-industri suatu negara menjadi produsen biaya rendah
tanpa memiliki faktor-faktor produksi yang berlimpah. Perdagangan internasional
timbul utamanya karena perbedaan-perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan-
perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi, yang diakibatkan oleh :
1. perbedaan-perbedaan dalam perolehan atas faktor produksi.
2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intensitas faktor
yang digunakan.
3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor.
4. Kurs valuta asing. Meskipun demikian perbedaan selera dan variabel pemintaan
dapat membalikkan arah perdagangan.
Teori perdagangan internasional jelas menunjukan bahwa bangsa-bangsa akan
memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi
dalam barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan komparatif dan mengimpor
barang-barang yang mempunyai kerugian secara komparatif. Pada umumnya hambatan-
hambatan perdagangan yang memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan
bebas akan membahayakan kesejahteraan suatu bangsa.
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara. Selama
berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif
tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di
Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan
ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal
tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang
Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha
untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan
tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari
perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh
Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat,
Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak
negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas
karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan
untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan
fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan
pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor
manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional
besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang
dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka
memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat
kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan hambatan bagi
kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah impor, pungutan biaya
impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.
Dalam kenyataannya, kondisi sumber daya suatu Negara sangat menentukan kebijakan
perdagangan internasional, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) antara yang berkualitas dan
yang tidak/ kirang berkualitas.
5 Penerapan ACFTA dikhawatirkan menghancurkan industri nasional. Sebab, tarif bea masuk
barang-barang dari Cina ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol persen. Kondisi itu,
akan mengancam industri kita karena produk Cina yang terkenal murah akan menjadi saingan
terberat produkIndonesia .
Tak hanya itu. Penerapan ACFTA juga akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK)
massal. Seperempat dari 30 juta tenaga kerja akan kehilangan lapangan kerja, yaitu 7,5 juta
pekerja, langsung dikemukakan oleh ketua Asosiasi Penguasa Indonesia.
Pengamat Ekonomi sempat meminta DPR agar mengajukan hak angket atas penerapan
ACFTA. Menurutnya, nilai kerugian pemberlakuan ACFTA bisa mencapai lebih dari Rp 6
triliun, alias lebih besar dari kasus Bank Century. Pasalnya jelas, ratusan ribu pegawai
terancam tidak bekerja. Pendapatnya, harusnya yang seperti ini (ACFTA), yang dijadikan hak
angket. Jangan hanya Century.
BAB IV
KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
dwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pengertian pembangunan ekonomi
itu sendiri adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Perbedaan antara keduanya adalah
pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
BAB V
LITERATUR