Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMI ISLAM

PASAR MONOPOLI

Oleh :

MITASARI SOUWAKIL
180106063

PROGRAM MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
IAIN AMBON
2019

i
Kata Pengantar

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah yang berjudul “Pasar
Monopoli” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat pada waktunya
tanpa ada halangan apapun.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas


matakuliah. Dengan penuh kesadaran kami mengakui bahwa dalam
menyelesaikan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, atas terselesaikannya penulisan makalah ini tidak lupa penulis menyampaikan
ucapan terimakasih.

Dalam penyusunan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin


akan tetapi kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan sedikitnya pengalaman kami , maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang berguna dari semua pihak yang telah membaca makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca
dan masyarakat pada umumnya.

Ambon, Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Neo Klasik 3

B. Model Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik Meade. 4

C. Kelemahan dan Kelebihan Teori Neo Klasik 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 9

B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia diikuti juga oleh perkembangan pemikiran
disemua bidang kehidupan, tidak terkecuali dibidang ekonomi.
Perkembangan awal mengenai teori ekonomi klasik dilanjutkan oleh
munculnya teori neoklasik.
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi
baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi
didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih
pada kepuasan marjinal (marginal utility).
Teori organisasi Neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik.
Teori organisasi Neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal
memperluas teori klasik. Teori Neoklasik didefinisikan sebagai suatu
organisasi sebagai kelompok dengan tujuan bersama. Bila pada teori
klasik banyak menitik beratkan pembahasannya pada struktur, tata tertib,
organisasi formal, faktor-faktor ekonomi dan rasionalitas tujuan sedangkan
teori neoklasik banyak menekankan pentingnya aspek sosial dalam
pekerjaan atau organisasi informal dan aspek psikologis (emosi).
Jadi berdasarkan kesimpulan diatas, penulis tertarik untuk
mengangkat Teori Neo Klasik sebagai judul dari sebuah makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang dari Teori Neo Klasik?
2. Model Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik Meade?
3. Apa Konsep dan Isi dari Teori Neo Klasik?
4. Model Pertumbuhan Jangka Panjang Solow?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisa secara mendalam
mengenai Latar Belakang Teori Neo Klasik
2. Untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisa secara mendalam
mengenai Tokoh yang mengemukakan Teori Neo Klasik Meade
3. Untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisa secara mendalam
mengenai Konsep dan Isi Teori Neo Klasik
4. Untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisa Panjang Solow

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Neo Klasik


Teori neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori baru yang
muncul seperti teori klasik. Teori neoklasik muncul dan “mengusulkan”
perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu
pengetahuan tentang perilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup
uraian sistematis organisasi informal, dan pengaruhnya para organisasi
formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-
percoaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Nunsterberg.
Pendekatan neoklasik ditemukan juga di dalam buku-buku tentang
hubungan manusiawi seperti Ardner dan Moore, Human Ralation in
Industry dan sebagainya.
Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan
yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan
Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional
Amerika. Percobaan yang dilakukan ELTON MAYO seorang riset dari
Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan
insentif upah dan Kondisi kerja karyawan dipandang sebagai factor
penting peningkatan produktifitas.
Sejarah Perkembangan Teori Neoklasik. Ekonomi klasik, yang
dikembangkan pada abad 18 dan 19, termasuk teori nilai dan distribusi
teori. Nilai produk dianggap tergantung pada biaya yang terlibat dalam
memproduksi produk tersebut. Penjelasan tentang biaya ekonomi klasik
adalah sekaligus penjelasan tentang distribusi. Seorang tuan tanah
menerima sewa, pekerja menerima upah, dan seorang petani penyewa
kapitalis menerima keuntungan atas investasi mereka. Pendekatan klasik
termasuk karya Adam Smith dan David Ricardo .
Namun, beberapa ekonom secara bertahap mulai menekankan
nilai yang dirasakan dari suatu barang kepada konsumen. Mereka

3
mengajukan teori bahwa nilai suatu produk adalah untuk dijelaskan
dengan perbedaan utilitas (kegunaan) kepada konsumen. (Di Inggris,
ekonom cenderung untuk konsep utilitas sesuai dengan Utilitarianisme
dari Jeremy Bentham dan kemudian dari John Stuart Mill .)
Langkah ketiga dari ekonomi politik untuk ekonomi adalah
pengenalan marginalisme dan dalil bahwa para pelaku ekonomi
membuat keputusan berdasarkan margin . Sebagai contoh, seseorang
memutuskan untuk membeli sandwich kedua berdasarkan seberapa
penuh mereka setelah yang pertama, perusahaan mempekerjakan
karyawan baru berdasarkan kenaikan diharapkan dalam keuntungan
karyawan akan membawa. Hal ini berbeda dengan pengambilan
keputusan agregat ekonomi politik klasik dalam hal ini menjelaskan
bagaimana barang vital seperti air bisa murah, sedangkan kemewahan
bisa mahal. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang
ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai
tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi
telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi. Salah satu
pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai
Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan
kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang
diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen
mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang
diperlukannya.

B. Model Pertumbuhan Ekonomi Neo-klasik meade

Profesor J. E. Meade dari Universitas Cambridge membangun suatu model


pertumbuhan ekonomi Neo Klasik yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana
bentuk paling sederhana dari sistem ekonomi klasik akan berperilaku selama
proses pertumbuhan ekuilibrium.

4
Asumsi Profesor J. E. Meade:Ada suatu perekonomian tertutup dengan sistem
pasar bebas yang di dalamnya terdapat persaingan sempurna. “Returns to scale”
konstan.

Di dalam perekonomian tersebut diproduksi dua jenis barang yaitu barang


konsumsi dan barang modal. Mesin merupakan satu-satunya bentuk modal.Semua
mesin diasumsikan serupa. Harga barang konsumsi dalam uang diasumsikan
konstan.

Tanah dan buruh dipergunakan secara penuh. Rasio buruh terhadap mesin
dapat diubah, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Barang modal dan barang konsumsi sama sekali dapat dipertukarkan di


dalam produksi Ada penyusutan karena aus, yaitu setiap tahun sekian persen dari
mesin-mesin dihapuskan dan memerlukan penggantian.

Di dalam perekonomian seperti yang digambarkan dalam asumsi di atas,


output bersih diproduksi tergantung pada empat faktor :
Stok modal nettoyang tersedia dalam bentuk mesin;

Jumlah tenaga buruh yang tersedia; Tanah dan sumber alam yang
tersedia;dan Keadaan pengetahuan teknik yang terus membaik sepanjang waktu.
Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi :
Y = F (K, L, N, t)

Dimana Y adalah output netto atau pendapatan nasional netto, K stok modal
(mesin) yang ada, L,tenaga kerja, N tanah dan sumer alam, dan t adalah waktu
yang menandakan kemajuan teknik

Kelebihan

Kelebihan model Meade dalam menunjukkan pengaruh pertumbuhan


penduduk, akumulasi modal dan kemajuan teknik pada laju pertumbuhan
pendapatan nasional dan pendapatan nasional per kepala sepanjang waktu.
Keadaan “pertumbuhan mantap” memang sama dengan abad emas nya
Ny.Robinson, namun model Meade dijelaskan dengan cara yang lebih realistic
dengan mengkaji perilaku variable yang ia asumsikan sebagai konstan.

C. Model Jangka Panjang Solow

Model Solow sebagai salah satu model pertumbuhan ekonomi


memberikan analisis statis bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal,
pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan teknologi serta pengaruh
ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini memberikan jawaban atas

5
pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa tumbuh lebih cepat
daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.

Sebelum menganalisis lebih dalam, kita perlu mengetahui asumsi-asumsi


yang digunakan dalam model Solow. Selanjutnya, asumsi-asumsi tersebut akan
kita lepas satu per satu untuk melihat bagaimana dampaknya terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara.

1. Akumulasi Modal

Asumsi pertama model Solow adalah dengan menganggap tidak ada


perubahan pada angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi proses akumulasi
modal dalam perekonomian di suatu negara. Proses akumulasi modal ini nantinya
hanya ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap barang.

a. Penawaran terhadap Barang dan Fungsi Produksi

Dalam model Solow, output bergantung pada persediaan modal dan


jumlah tenaga kerja. Hal ini dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :


Y = F (K, L) zY = F (zK, zL)

Constant return to scale

Untuk memudahkan analisis, kita nyatakan seluruh variabel dalam


perekonomian per tenaga kerja atau dengan mengganti nilai z dengan 1/L. Dengan
demikian, diperoleh :

Y/L = (K/L, 1) Y = f(k)

Persamaan di atas menunjukkan jumlah output per tenaga kerja adalah


fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja.

Untuk setiap modal ‘k’, fungsi di atas menunjukkan berapa banyak output
yang diproduksi dalam perekonomian. Dari fungsi produksi di atas, jika kita
derivasikan satu kali, akan diperoleh marginal product of capital (MPK) yang
didefinisikan sebagai seberapa banyak output tambahan yang dihasilkan oleh

6
seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan. Secara matematis
:

MPK = f(k+1) – f(k)

Dari persamaan ini ketika nilai ‘k’ rendah, rata-rata pekerja hanya
memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan akan
begitu berguna dan dapat memproduksi output tambahan lebih banyak. Ketika
nilai ‘k’ tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit
tambahan modal hanya akan sedikit menghasilkan output tambahan.

b. Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi

Peranan permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari


konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja merupakan jumlah
dari konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja.

National income accounts

y=c+i

Dalam model Solow, diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung


sebagian dari pendapatan mereka sebesar ‘s’ dengan nilai given dan
mengkonsumsi sebesar (1-s) dari pendapatan mereka. Dengan demikian, kita bisa
menyatakan gagasan ini dalam bentuk fungsi konsumsi sederhana, yaitu :

c = (1-s) y Y = (1-s) y + i

Untuk melihat pengaruh fungsi konsumsi ini terhadap investasi, kita


substitusikan persamaan di atas ke dalam identitas perhitungan pendapatan
nasional, sehingga diperoleh lah bahwa tingkat investasi sama dengan tabungan.
Jadi secara tidak langsung, tingkat tabungan ‘s’ menunjukan seberapa besar
bagian output yang dialokasikan untuk investasi.

y = (1-s) y + i

7
i = sy

c. Investasi dan Depresiasi

Seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, persediaan modal akan


mengalami perubahan. Perubahan ini dapat bersumber dari dua hal : investasi dan
depresiasi. Investasi berupa perluasan usaha dan penambahan modal, sedangkan
depresiasi mengacu pada penggunaan modal sehingga persediaan modal
berkurang.

i = s.f(k)

Persamaan di atas mengaitkan persediaan modal ‘k’ yang dimiliki dengan


akumulasi modal ‘i’ baru. Untuk memasukkan depresiasi ke dalam model, kita
asumsikan bahwa sebagian dari persediaan modal menyusut setiap tahun sebesar δ
(tingkat depresiasi). Dengan demikian, kita bisa menyatakan dampak investasi
dan depresiasi terhadap persediaan modal ke dalam bentuk persamaan :

∆k = s.f(k) – δk

∆k = i – δk

Dimana ∆k menunjukkan perubahan persediaan modal antara satu tahun


tertentu ke tahun berikutnya. Dari persamaan di atas, kita mengetahui bahwa
semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar jumlah output dan
investasi. Namun, semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar pula
jumlah depresiasinya. Ketika perekonomian berada di dalam kondisi tertentu,
yakni pada saat jumlah investasi sama dengan jumlah depresiasi, persediaan
modal dalam perekonomian dinyatakan dalam k* (saat ∆k = 0).

Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan modal
‘k’ dan output ‘f(k)’ berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu (tidak akan
bertumbuh ataupun menyusut). Kita juga dapat mengetahui berapa tingkat modal
per pekerja pada kondisi steady state dengan menggunakan persamaan di atas.
Kondisi steady state ini, dengan kata lain, menunjukkan ekuilibrium
perekonomian di jangka panjang.

8
e. Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan


penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika
tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal
yang besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model
Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal. Defisit
anggaran yang terjadi terus-menerus dapat mengurangi tabungan nasional dan
menyusutkan kemampuan berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni
rendahnya persediaan modal dan pendapatan nasional.

Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow, tingkat


tabungan yang lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk
sementara sampai perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan
yang tinggi, maka hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang
besar dan tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan
yang tinggi.

f. Tingkat Modal Golden-Rule

Ketika pembuat kebijakan menentukan kondisi steady-state yang ingin


dicapai dalam perekonomian, maka hal itu haruslah ditujukan untuk
memaksimalkan kesejahteraan individu yang membentuk masyarakat. Individu
tidak akan mempermasalahkan jumlah modal dalam perekonomian atau jumlah
output yang dihasilkan. Individu hanya akan peduli pada jumlah barang dan jasa
yang dapat mereka konsumsi. Dengan kata lain, pembuat kebijakan harus memilih
kondisi steady-state dengan tingkat konsumsi tertinggi. Nilai kondisi steady-state
yang memaksimalkan tingkat konsumsi ini disebut tingkat modal kaidah emas
atau golden rule level of capital dan dinyatakan dengan ‘k*emas’.

2. Pertumbuhan Populasi

Model solow menunjukkan bahwa akumulasi modal tidak bisa


menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tingkat tabungan yang
tinggi menyebabkan pertumbuhan yang tinggi hanya secara temporer, tetapi pada
akhirnya perekonomian akan mendekati kondisi steady-state dimana jumlah
modal dan tingkat output konstan. Agar model Solow bisa menjelaskan
bagaimana pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat terjadi, maka diperlukan
perluasan asumsi – yakni adanya pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi.

9
a. Pertumbuhan Populasi dalam kondisi Steady-State

∆k = sf(k) – (δ + n) k

Pertumbuhan populasi, secara bersama-sama dengan investasi dan


depresiasi, akan mempengaruhi akumulasi modal per pekerja. Pertumbuhan
jumlah pekerja akan menyebabkan modal per pekerja turun. Karena jumlah
pekerja terus bertambah sepanjang waktu maka :

∆k = i – (δ + n) k

Simbol (δ + n) k menunjukkan investasi impas atau break-even investment


– jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menjaga persediaan modal per pekerja
tetap konstan. break-even investment mencakup depresiasi modal (yakni δk) dan
juga mencakup jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan modal bagi
para pekerja baru (nk). Dengan demikian, persamaan di atas menunjukkan bahwa
pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi modal per pekerja lebih banyak dari
depresiasi.

Yakni, model Solow di atas belum bisa menjelaskan pertumbuhan yang


terus-menerus dalam hal standar kehidupan yang dialami oleh sebagian negara.
Negara yang lebih banyak menabung dan menginvestasikan sebagian besar output
lebih kaya daripada negara yang lebih sedikit menabung dan berinvestasi. Negara
yang tingkat pertumbuhan populasinya yang lebih tinggi lebih miskin daripada
negara yang tingkat pertumbuhan populasinya lebih rendah. Dengan model Solow
yang kita miliki, ketika perekonomian berada dalam kondisi steady-state, output
pekerja berhenti bertambah. Dengan demikian, untuk menjelaskan pertumbuhan
tersebut kita perlu memasukkan kemajuan teknologi ke dalam model.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori ekonomi neoklasik adalah pengembangan dari teori ekonomi
klasik yang dirumuskan dan diolah menjadi rumusan matematis yang
rumit. Teori neoklasik digunakan untuk berbagai pendekatan untuk
ekonomi berfokus pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi
di pasar melalui penawaran dan permintaan , sering dimediasi melalui
maksimalisasi hipotesis utilitas dengan pendapatan terbatas individu dan
dari keuntungan dengan biaya terbatas perusahaan yang menggunakan
informasi yang tersedia dan faktor-faktor produksi, sesuai dengan teori
pilihan rasional. Maka muncullah pemikiran bahwa konsumen cenderung
mencari kepuasan dalam kegiatan ekonomi. Rumusan ini didukung dengan
penelitian ahli dan teorinya serta gambar grafik untuk memudahkan
pemahaman kita.
Di perjalanan teori neoklasik mncul juga teori organisasi neoklasik.
Teori organisasi neoklasik menitik beratkan pada pentingnya aspek sosial
dalam pekerjaan atau organisasi informal dan aspek psikologis (emosi).
Dalam organisasi terdapat perilaku-perilaku anggota yang harus bisa
diarahkan dan diantisipasi apabila ada masalah yang terjadi. Sehingga
perlu pemahaman aspek sosial yang baik bagi atasan untuk mengerti
bawahannya.

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

11
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.materisma.com/2014/09/teori-teori-pertumbuhan-ekonomi-aliran.html

https://www.academia.edu/4169952/Teori_ekonomi_klasik_dan_neoklasik

www.ekonomikontekstual.com

13

Anda mungkin juga menyukai