KELOMPOK 4
KELAS C
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024/2025
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga makalah ini bisa kami
selesaikan. Saat menyusun tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kelancaran dalam menyusun makalah ini hingga selesai tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan kerja sama kelompok yang sangat baik, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi dapat teratasi.
Makalah ini kami buat agar yang membaca makalah yang kami dapat memperluas ilmu
tentang “Teori Standar Perdagangan Internasional”, yang kami buat berdasarkan sumber-
sumber yang ada. Dengan penuh kesabaran dan berkat bantuan dari beberapa pihak. Dan pada
akhirnya makalah ini bisa kami selesaikan. Dalam kesempatan ini kami menguncapkan terima
kasih banyak kepada Ibu Dr. Sri Astuty, S.E.,M.Si. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan kami waktu untuk mengerjakan makalah ini.
Kami menyadarinya makalah ini jauh dari sempurna agar menjadi lebih baik lagi kami
mohon bantuan dari pembaca untuk memberi kritik dan saranya lalu mengembalikannya
kepada kami untuk memperbaiki kesalahan pada makalah ini
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 2
ii
E. PERDAGANGAN BERDASARKAN PERBEDAAN SELERA ................................ 21
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Selanjutnya, diselidiki bagaimana, melalui perdagangan, setiap negara dapat
memperoleh keuntungan dengan fokus pada produksi komoditas yang memiliki
keunggulan komparatif dan mengekspor sebagian dari hasilnya untuk diperdagangkan
dengan komoditas yang memiliki kelemahan komparatif di negara mitra. Bagian terakhir
bab ini menunjukkan bahwa perdagangan yang saling menguntungkan mungkin terjadi,
bahkan ketika dua negara hampir identik kecuali dalam hal preferensi, dalam kondisi biaya
yang meningkat (Krugman, P. R., Obstfeld, M., & Melitz, 2003).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam konteks batas produksi, ini berarti bahwa sumber daya digunakan untuk
memproduksi lebih banyak dari satu barang akan mengalami biaya digunakan untuk
memproduksi lebih banyak dari satu barang akan mengalami biaya kesempatan yang
meningkat. Misalnya, jika kita memutuskan untuk menghasilkan lebih banyak gandum,
kita mungkin harus mengorbankan produksi lebih sedikit jagang. Biaya kesempatan untuk
menghasilkan lebih banyak gandum adalah jumlah jagung yang hilang akibat keputusan
tersebut.
Figure 1. Garis Batas Produksi Nation 1 dan Nation 2 dengan Peningkatan Biaya, Garis
batas produksi yang cekung mencerminkan biaya oportunitas yang meningkat di setiap
2
negara dalam produksi kedua komoditas. Dengan demikian, Nation 1 harus melepaskan
lebih dan lebih lagi Y untuk setiap kelompok tambahan 20X yang dihasilkan. Hal ini
digambarkan oleh panah ke bawah yang semakin panjang. Demikian pula, Negara 2
juga mengalami peningkatan biaya oportunita dalam melepaskan komoditas X
(digambarkan oleh bertambahnya panjangan biaya pin) untuk setiap kelompok
tambahan 20Y yang dihasilkan.
3
Studi kasus : Perusahaan Rajawali, (Setiawan, 2022)
Perusahaan Rajawali memiliki biaya tetap total dalam produksi barang sebesar
$150, dengan biaya berubah total secara berurutan sebesar $0, $20, $40, $55,$70,$85
dan kuantitas barang secara berurutan 0, 1, 2, 3, 4, 5.
4
Figure 3. kurva AFC, AVC, ATC, MC ((Sumber : Kompasiana Blog)
Kesimpulannya, semakin banyak kuantitas maka nilai total variable cost dan
total cost akan semakin besar kuantitas maka nilai rata-rata dari average variable cost,
dan average total cost semakin kecil menandakan bahwa nilai total dan rata-rata
berbanding terbalik. Biaya produksi merupakan semua beban dikeluarkan oleh
produsen untuk dapat menghasilkan suatu barang/produksi.
5
Jika pada Gambar 1. kemiringan batas produksi (MRT) dari Negara 1 pada titik A
adalah 1/4, ini berarti bahwa Negara harus menyerahkan 1/4 dari unit Y untuk
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan X pada
saat ini. Demikian pula, jika kemiringan, atau MRT, sama dengan 1 pada titik B, ini
berarti bahwa Negara 1 harus menyerahkan satu unit Y untuk memproduksi satu unit
tambahan X pada saat ini.
Dengan demikian, pergerakan dari titik A ke titik B di sepanjang kurva batas
produksi Negara 1 melibatkan peningkatan kemiringan (MRT) dari 1/4 (pada titik A)
ke 1 (pada titik B) dan mencerminkan peningkatan biaya oportunitas untuk
memproduksi lebih banyak X. Hal ini berbeda dengan kasus kurva batas produksi yang
berbentuk garis lurus, yang mana biaya oportunitas dari X adalah konstan terlepas dari
tingkat hasil dan nilainya sama dengan kemiringan (MRT) dari garis batas produksi
yang nilainya konstan.
6
gandum dan memperoleh banyak susu. Dengan demikian, biaya oportunitas susu dalam
hal jumlah gandum yang dilepaskan pada awalnya kecil. Tetapi, kalan proses
pengubahan lahan ini berlanjut, akhirnya tanah datar, yang lebih cocok untuk pertanian
gandum, harus digunakan juga untuk merumput. Akibatnya, biaya oportunitas susu
akan naik dan batas produksi akan cekung dari titik asal.
Perbedaan dalam garis batas produksi Negara 1 dan Negara 2 pada Gambar tersebut
diakibatkan oleh fakta bahwa kedua negara memiliki sumber daya yang berbeda
dan/atau teknologi yang mereka gunakan berbeda dalam produksi. Dalam dunia nyata,
batas produksi dari negara-negara yang berbeda biasanya akan berbeda karena hampir
tidak ada dua negara memiliki karunia sumber daya yang identik (bahkan jika mereka
bisa memiliki akses ke teknologi yang sama).
Seiring dengan pasokan atau ketersediaan faktor dan/atau teknologi yang berubah
dari waktuke waktu, negara mengalami pergeseran garis batas produksi. Jenis dan
tingkat pergeseran ini tergantung pada jenis dan besarnya perubahan yang terjadi, yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pengaruhnya terhadap perdagangan
internasional.
7
banyak Y, tetapi lebih sedikit X dari A, kepuasan lebih besar terletak pada T karena
berada pada kurva indifren II. Titik E mengacu pada kepuasa yang lebih besar karena
berada pada kurva indifren III. Untuk negara 2, A’=R<H’<E’.
Figure 4. Kurva Indeferen Masyarakat untuk Negara 1 dan Negara 2. Sebuah kurva
indiferen masyarakat menunjukkan berbagai kombinasi X dan Y yang menghasilkan
kepuasan yang sama pada suatu masyarakat atau negara. Sebuah kurva yang lebih tinggi
mengacu pada tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kurva Indiferen masyarakat
bentuknya menurun, atau kemiringannya negatif, landal, dan cembung dari titik asal;
agar bentuknya tepat, mereka tidak boleh berpotongan satu sama lain. Kemiringan
menurun dari kurva mencerminkan tingkat substitusi marginal (MRS) yang menurun
dari X untuk Y dalam konsumsi.
Namun, pada gambar atau peta kurva indiferen masyarakat tertentu mengacu pada
distribusi pendapatan tertentu di dalam suatu negara. Distribusi pendapatan yang
berbeda akan menghasilkan serangkaian kurva ketidakpedulian yang sama sekali baru,
yang mungkin berpotongan dengan kurva indiferen sebelumnya.
Inilah yang mungkin terjadi ketika suatu negara membuka perdagangan atau
memperluas tingkat perdagangannya. Eksportir akan diuntungkan, sementara produsen
dalam negeri yang bersaing dengan impor akan dirugikan. Ada juga dampak diferensial
pada konsumen, tergantung pada apakah pola konsumsi individu lebih berorientasi pada
barang X atau Y. Dengan demikian, perdagangan akan mengubah distribusi pendapatan
riil di suatu negara dan dapat menyebabkan kurva indiferen berpotongan. Dalam hal
ini, kita tidak dapat menggunakan kurva indiferen masyarakat untuk menentukan
apakah pembukaan atau perluasan perdagangan meningkatkan kesejahteraan Negara.
9
Salah satu jalan keluar dari kebuntuan ini adalah melalui apa yang disebut dengan
prinsip kompensasi. Menurut prinsip ini, negara mendapatkan keuntungan dari
perdagangan jika pihak yang diuntungkan menjadi lebih baik (yaitu, mempertahankan
sebagian dari keuntungan mereka) bahkan setelah memberikan kompensasi penuh
kepada pihak yang dirugikan atas kerugian mereka. Hal ini berlaku baik ketika
kompensasi benar-benar terjadi atau tidak. (Salah satu cara agar kompensasi dapat
terjadi adalah pemerintah mengenakan pajak yang cukup besar terhadap keuntungan
yang diperoleh untuk memberikan kompensasi penuh kepada pihak yang kalah dengan
subsidi atau keringanan pajak). Sebagai alternatif, kita dapat membuat sejumlah asumsi
yang membatasi mengenai selera, pendapatan, dan pola konsumsi yang akan
menghalangi terjadinya interaksi antara komunikasi dan ekonomi.
10
perdagangan, atau autarky. Demikian pula, Negara 2 berada dalam keseimbangan di
titik A’, di mana batas produksinya bersinggungan dengan kurva indiferen I’.
Perhatikan bahwa karena kurva indiferen masyarakat cembung dari titik asal dan
digambar sedemikian, sehingga tidak saling bersinggungan, hanya ada satu titik
singgung, atau keseimbangan, yang terjadi. Selain itu, kita bisa yakin bahwa satu titik
keseimbangan tersebut pasti ada karena ada jumlah kurva indiferen yang tak terbatas
(karena sesungguhnya jumlah kurva indeferen sangatlah padat). Titik pada kurva
indiferen yang lebih rendah dapat saja terjadi tetapi tidak akan memaksimalkan
kesejahteraan negara tersebut. Di sisi lain, negara tidak dapat mencapai kurva indiferen
yang lebih tinggi dengan sumber daya dan teknologi yang saat ini tersedia.
Figure 5. Ekuilibrium dalam Isolasi. Negara 1 berada dalam keseimbangan, atau dalam
kondisi yang memaksimalkan kesejahteraan, dalam isolasi dengan memproduksi dan
mengonsumsi pada titik A, di mana batas produksinya mencapal (bersinggungan
dengan) kurva indiferen I (kurva tertinggi). Demikian pula, Negara 2 berada pada
ekuilibrium di titik A', di mana batas produksi bersinggungan dengan kurva indiferen
I. Harga keseimbangan relatif X di Negara 1 dihitung dari kemiringan garis singgung
yang sama untuk batas produksi dan kurva Indiferen I di titik A. Ini adalah P = 1/4.
Untuk Negara 2, P, 4. Karena harga relatif X lebih rendah di Negara 1 dibandingkan
Negara 2, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas X dan Negara 2
di komoditas Y.
11
b. Harga komoditas ekulinrium-reatif dan keunggulan komparatif
Harga ekuilibrium-relatif dalam isolasi secara terpisah diberikan oleh kemiringan
garis singgung yang sama dengan kurva batas produksi dan kurva indiferen pada titik
autarki produksi dan konsumsi. Dengan demikian, harga keseimbangan-relatif X secara
terpisah adalah PA = Px/Py = 1/4 di Negara 1 dan PA = Px/Py = 4 di Negara 2 (lihat
Gambar 1.3). Harga relatif berbeda di kedua negara karena batas produksi dan kurva
indiferensialnya berbeda dalam bentuk dan lokasi.
Karena secara terpisah PA < PA Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam
komoditas X dan Negara 2 dalam komoditas Y. Oleh karena itu, kedua negara dapat
memperoleh keuntungan jika Negara 1 berspesialisasi dalam produksi dan ekspor X
dengan imbalan Y dari Negara 2. Bagaimana hal ini terjadi akan dijelaskan pada bagian
selanjutnya.
Gambar tersebut mengilustrasikan bahwa kekuatan penawaran (seperti yang
diberikan oleh batas produksi suatu negara) dan kekuatan permintaan (seperti yang
dirangkum oleh peta indiferen suatu negara) secara bersama-sama menentukan harga
komoditas relatif ekuilibrium di setiap negara dalam kondisi autarky. Sebagai contoh,
jika kurva indiferen I memiliki bentuk yang berbeda, kurva tersebut akan
bersinggungan dengan batas produksi pada titik yang berbeda dan akan menentukan
harga relatif X yang berbeda di Negara 1. Hal yang sama juga berlaku untuk Negara 2.
Hal ini berbeda dengan kasus biaya konstan, di mana keseimbangan P x /Py adalah
konstan di setiap negara terlepas dari tingkat output dan kondisi permintaan, dan
diberikan oleh kemiringan yang konstan dari batas produksi negara tersebut.
Perbedaan harga komoditas relatif antara dua negara merupakan cerminan keunggulan
komparatif mereka dan menjadi dasar perdagangan yang saling menguntungkan. Negara
dengan harga relatif lebih rendah untuk suatu komoditas memiliki keunggulan komparatif
dalam komoditas tersebut dan kerugian komparatif dalam komoditas lainnya, sehubungan
dengan negara kedua. Setiap negara kemudian harus berspesialisasi dalam produksi
komoditas yang memiliki keunggulan komparatif (yaitu, memproduksi lebih banyak
komoditas tersebut daripada yang ingin dikonsumsi di dalam negeri) dan menukarkan
12
sebagian outputnya dengan negara lain untuk komoditas yang memiliki kelemahan
komparatif.
Namun, karena setiap negara berspesialisasi dalam memproduksi komoditas yang
menjadi keunggulan komparatifnya, maka akan menimbulkan biaya peluang yang semakin
besar. Spesialisasi akan terus berlanjut hingga harga komoditas relatif di kedua negara
menjadi sama pada tingkat di mana perdagangan berada dalam keseimbangan. Pada saat
itu, dengan berdagang satu sama lain, kedua negara akan mengkonsumsi lebih banyak
dibandingkan jika tidak ada perdagangan.
13
mendapat keuntungan 20X dan 20Y. PB = PB’, 1 adalah harga ekuilibrium-relatif, yaitu
harga di mana perdagangan seimbang.
14
Dengan demikian, Negara 2 juga mendapatkan 20X dan 20Y dari spesialisasi produksi
dan perdagangan.
Perhatikan bahwa dengan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan, setiap
negara dapat mengkonsumsi di luar batas produksi (yang juga mewakili batas konsumsi
tanpa perdagangan).
Harga relatif lainnya tidak dapat bertahan karena perdagangan tidak akan seimbang.
Sebagai contoh, pada PX/PY = 2, Negara 1 ingin mengekspor lebih banyak X daripada
yang ingin diimpor oleh Negara 2 pada harga yang tinggi ini. Akibatnya, harga relatif
X akan turun menuju tingkat keseimbangan 1. Demikian pula, pada harga relatif X yang
lebih rendah dari 1, Negara 2 ingin mengimpor lebih banyak X daripada yang bersedia
diekspor oleh Negara 1 pada harga rendah ini, dan harga relatif X akan naik. Dengan
demikian, harga relatif X akan mengarah ke harga keseimbangan 1. (Kesimpulan yang
sama akan dicapai dalam hal Y.)
Harga relatif keseimbangan pada Gambar 3.4 ditentukan dengan cara coba-coba;
yaitu, berbagai harga relatif dicoba hingga harga yang menyeimbangkan perdagangan
ditemukan. Terdapat cara teoritis yang lebih ketat untuk menentukan harga relatif
keseimbangan dengan perdagangan. Cara ini menggunakan kurva permintaan dan
penawaran total dari setiap komoditas di setiap negara atau yang disebut dengan kurva
penawaran, dan dibahas dalam bab berikutnya.
Perlu dipahami pada titik ini adalah bahwa keinginan Negara 1 yang lebih besar
adalah untuk Y (komoditas yang diekspor oleh Negara 2) dan keinginan Negara 2 yang
lebih lemah adalah untuk X (komoditas yang diekspor oleh Negara 1). semakin dekat
harga ekuilibrium dalam perdagangan akan bergerak ke harga 1/4 (keseimbangan harga
di Negara 1 sebelum terjadi perdagangan) dan bagian keuntungan Negara 1 akan
semakin kecil. Setelah harga ekuilibrium-relatif dalam perdagangan ditentukan, kita
15
akan tahu persis bagaimana keuntungan dari perdagangan dibagi di antara kedua negara
kemudian model perdagangan kita akan lengkap. Harga ekuilibrium-relatif X dalam
perdagangan (PB = PB’ = 1) menghasilkan keuntungan yang sama (20X dan 20Y) untuk
Negara I dan Negara 2, tapi ini tidak selalu terjadi.
Tentu saja, jika harga sebelum perdagangan-relatif telah sarma di kedua negara
(kejadian yang hampir tidak mungkin), tidak akan ada keunggulan atau kerugian
komparatif di kedua negara, dan tidak ada spesialisasi dalam produksi atau perdagangan
yang saling menguntungkan akan terjadi.
16
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara
lain.
17
Dalam kedua kasus ini, peningkatan biaya terkait perdagangan internasional dapat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi, daya saing, dan harga barang, baik bagi negara
kecil maupun besar. Ini menunjukkan bahwa meskipun skala ekonominya berbeda,
kedua jenis negara ini rentan terhadap fluktuasi dan perubahan dalam perdagangan
internasional.
18
Figure 7. Keuntungan dari Pertukaran dan dari Spesialisasi. Jika Negara 1 tidak bisa
mengkhususkan diri dalam produksi X dengan adanya pembukaan perdagangan tetapi
terus memproduksi pada titik A, Negara 1 bisa mengekspor 20X untuk mendapatkan
20 dengan harga dunia yang berlaku dan berakhir pada level konsumsi 7 di kurva
indiferen II. Peningkatan konsumsi dari titik A dalam kondisi autarki) ke titik T
merupakan keuntungan dari perdagangan saja. Jika Negara 1 selanjutnya
mengkhususkan diri dalam produksi X dan memproduksi pada titik B, akan sampai
pada level konsumsi di titik E pada kurva indiferen III. Peningkatan konsumsi dari T
ke E akan mewakili keuntungan dari spesialisasi dalam produksi.
Singkatnya, gerakan dari A (pada kurva indiferen I) ke T (pada kurva indiferen II)
disebabkan oleh pertukaran saja. Ini terjadi bahkan jika produksi Negara 1 tetap pada
titik A (titik autarki). Gerakan dari titik T ke titik E (pada kurva indiferen III)
merupakan keuntungan dari spesialisasi _dalam produksi.
Dalam kurva Negara 1 tidak berada dalam kondisi ekuilibrium dalam produksi
pada titik A dengan adanya perdagangan karena MRT < PW’ Untuk berada dalam
kondisi ekuilibrium dalam produksi, Negara Į harus memperluas produksi X hingga
mencapai titik B, di mana PB = PW = l Keuntungan Negara 2 dari perdagangan dapat
dipecah juga menjadi keuntungan dari perdagangan dan keuntungan dari spesialisasi.
Studi Kasus : Deindustrialiasasi di Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang
Desindustrialisasi yaitu fenomena perpindahan manufaktur dari negara maju ke
negara berkembang menjadi isu penting di Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang.
Meskipun perdagangan luar negeri sering disalahkan penyebab utama deindustrialisasi,
studi kasus menunjukkan bahwa faktor internal seperti peningkatan produktivitas
tenaga kerja, memainkan peran lebih signifikan.
19
Otomatisasi dan kemajuan teknologi telah meningkatkan produktivitas tenaga kerja
di sektor manufaktur. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memproduksi lebih
banyak barang dan lebih sedikit pekerj, sehingga mendorong relokasi manufaktur ke
negara – negara dengan biaya tenaga kerja lebih rendah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan tenaga kerja di AS telah berkontribusi pada
deindustrialisasi. Teknologi dan otomatisasi menggantikan pekerjaan manusia,
mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja di sektor manufaktur. Selain itu, faktor lain
seperti perubahan dalam struktur ekonomi, perubahan permintaan konsumen dan
pergeseran fokus ke sektor jasa juga berperan deindustrialisasi di AS.
Akan tetapi, di negara Uni Eropa mengalami perubahan struktural dalam sektor
manufaktur. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan teknologi otomatisasi telah
mengurangi ketergantungan pada pekerjaan manual, faktor lain seperti globalisasi,
perubahan permintaan pasar dan perubahan regulasi juga memengaruhi
deindustrialisasi di Uni Eropa. Sedangkan jepang mengalami deindustrialisasi sejak
tahun 1970-an dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja dan perubahan dalam
struktur industri telah mengurangi ketergantungan pada sektor manufaktur dengan
penyebab perubahan demografi, perubahan teknologi dan pergeseran fokus ke sektor
layanan juga berkontribusi pada deindustrialisasi di jepang.
Ekonomi pada negara maju beralih pada manufaktur ke sektor jasa seperti
keuangan, teknologi informasi dan perawatan kesehatan yang disebabkan oleh
meingkatnya permintaan konsumen untuk layanan dan meningkatnya efisiensi di sektor
manufaktur. Negara maju juga memiliki dalam standar lingkungan lebih ketat
dibandingkan negara-negara berkembang. Hal ini, meningkatkan biaya produksi di
sektor manufaktur mendorong perusahaan untuk memindahkan operasi mereka ke
negara dengan regulasi lingkungan lebih luas dengan biaya infrastruktur seperti listrik,
transportasi dan logistik di negara maju umunya lebih tinggi dibandingkan negara –
negara berkembang. Hal ini membuat manufaktur di negara – negara maju menjadi
kurang kompetitif.
Perdagangan luar negeri, terutama di negara berkembang dengan biaya tenaga
kerja lebih rendah, memang berkontribusi pada deindustrialisasi. Namun dampaknya
dibesarkan. Dengan studi ini menunjukkan bahwa impr manufkatur dari negara –
negara berkembang hanya menggantikan sebagian kecil dari produksi manufaktur
domestik di negara – negara maju. Selain itu, perdagangan luar negeri juga mendaptkan
20
manfaat bagi negara – negar amaju seperti ke pasar baru, transfer teknologi dan
peningkatan efisiensi.
Kesimpulannya, deindustralisasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang
disebabkan oleh faktor internal, seperti peningkatan produktivitas tenaga kerja,
daripada perdagangan luar negeri. Meskipun, perdagangan luar negeri memainkan
peran, dampaknya sering dibesar- besarkan dengan tujuan dari kebijakan untuk
mengatasi deindustralisasi harus fokus pada peningkatan daya saing manufaktur
domestik melalui investasi dalam pendidikan, penelitian dan pengembangan dan
infrastruktur.
21
Dengan adanya pembukaan perdagangan, Negara I mengkhususkan diri dalam
produksi X (dan bergerak ke bawah di sepanjang batas produksi), sedangkan Negara 2
mengkhususkan diri dalam produksi Y (dan bergerak ke atas di sepanjang batas
produksinya). Spesialisasi berlanjut sampai PX / PY adalah sama di kedua negara dann
perdagangan menjadi seimbang. Hal ini terjadi pada titik B (yang bertepatan dengan
titik.
22
Dengan permintaan kopi luwak sebagian besar berasal dari negara – negara barat,
dimana konsumen memiliki selera lebih terbuka untuk rasa kopi yang kompleks dan
eksotis. Di negara – negara Asia, kopi umumnya dikonsumsi tanpa campuran atau rasa
tambahan sehingga kopi luwak kurang diminati.
Perdagangan kopi luwak memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi
masyarakat pendesaan di Indonesia terutama di pulau Sumatera dan Jawa. Petani kopi
dapat memproleh harga lebih tinggi untuk kopi luwak dibandingkan kopi biasa,
sehingga meningkatkan pendapatan mereka. Namun, perdagangan kopi luwak juga
menimbulkan kekhwatiran tentang kesejahteraan hewan luwak. Beberapa praktik
pengumpulan kopi luwak melibatkan kurungan luwak dapat menyebabkan stress dan
penderitaan bagi hewan.
23
BAB III
PEUTUP
A. KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
Krugman, P. R., Obstfeld, M., & Melitz, M. J. (2014). (2003). International Economics: Theory
and Policy. Pearson (D. Clinton (ed.); Sixth). World Student Series.
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/179306/mod_resource/content/1/Paul Krugman ed
6.pdf
Laksono, A., Prasmatiwi, F. E., & Saleh, Y. (2022). Analisis Keragaan Agroindustri Kopi
Luwak : Studi Kasus Pada Agroindustri Ratu Luwak Di Kecamatan Balik Bukit
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 10(1), 17.
https://doi.org/10.23960/jiia.v10i1.5645
Mahasiswa, U. M. Y. (2021). Batas Produksi dengan Peningkatan Biaya.
https://www.studocu.com/id/document/universitasmuhammadiyahyogyakarta/pengantar-
ilmu-ekonomi/batas-produksi-dengan-peningkatanbiaya/46586775
Salvatore, D. (2014). EKONOMI INTERNASIONAL edisi 9 | buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Setiawan, R. (2022). Analisis Biaya Produksi dan Contoh Studi Kasus. Kompasiana Beyond
Blogging.https://www.kompasiana.com/rendysetiawan23/6375c4314addee4b137687c2/analis
is-biaya-produksi-dan-contoh-studi-kasus?page=1&page_images=1
25