Anda di halaman 1dari 35

BIAYA

TRANSAKSI

Dosen pengampu : Dr. Citra


Ayni Kamaruddin, S.P.,M.Si &
Regina, SE.,M.Si
KELOMPOK 2
 Sitti Agustina  Alfira Firlayanti
(210906501037) (210906502051)

 Afifah Adzara Aulia  Muh. Adriansyah Luqman


(210906502057) (210906501020)

 A. Mirsa Andika Putri  Annisa Resywana Dwiputri


(210906502058) (210906502064)
01
Konsep & Teori
 Konsep biaya transaksi sendiri merujuk pada biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan transaksi ekonomi, seperti biaya informasi, biaya
pencarian informasi, biaya negosiasi, biaya pengawasan, dan biaya
penyelesaian sengketa. Biaya transaksi ini dapat memengaruhi keputusan
ekonomi dan perilaku pelaku ekonomi, seperti pemilihan pasar atau
sumber daya, pemilihan mitra bisnis, dan pemilihan harga.
 biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan negosiasi, mengukur, dan
memaksakan pertukaran (exchange). Sedangkan menurut Mburu
(2002:42), biaya transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga
kategori yang lebih luas, yaitu :
1. Biaya pencarian dan informasi
2. Biaya negosiasi (bargaining) dan keputusan atau mengeksekusi kontrak
3. Biaya pengawasan (monitaring), pemaksaan, dan pemenuhan ataupuna
pelaksanaan (compliance).
Jenis Biaya Transaksi

Market transaction Managerial Political


cost transaction cost transaction cost
Secara spesifik, biaya transaksi pasar (market transaction costs) bisa
dikelompokkan secara lebih rinci sebagai :

Biaya menyiapkan kontrak (secara sempit bisa diartikan sebagai


biaya pencarian dan informasi).
Biaya mengeksekusi kontrak (biaya negosiasi dan pengambilan
keputusan).
Biaya pengawasan dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam
kontrak
Biaya transaksi manajerial Biaya transaksi politik (political
(managerial transaction costs) transaction costs) berhubungan
meliputi : dengan penyediaan organisasi dan
barang publik yang diasosiasikan
1. Biaya penyusunan (setting up)
dengan aspek politik.
2. Biaya menjalankan organisasi,  Biaya transaksi politik ini tidak
yang kemudian bisa dipilah
lain adalah biaya penawaran
dalam dua sub kategori :
barang publik yang dilakukan
a) Biaya informasi melalui tindakan kolektif
(collection action), dan bisa
b) Biaya yang diasosiasikan dianggap sebagai analogi dari
dengan transfer fisik barang an biaya transaksi manajerial.
jasa yang divisinya terpisah
(across a separable interface)
Biaya transaksi dipisahkan menjadi biaya transaksi sebelum kontrak (ex-ante dan setelah
kontrak (ex-post). Biaya transaksi ex-ante adalah biaya membuat draf, negosiasi, dan
mengamankan kesepakatan sedangkan biaya transaksi ex-post meliputi :
1. Biaya kegagalan adaptasi (maladaptacion) Ketika transaksi menyimpang dari kesepakatan
yang telah dipersyaratkan.
2. Biaya negosiasi/tawar-menawar (haggling costs) yang terjadi jika upaya bilateral dilakukan
untuk mengoreksi penyimpangan setelah kontrak.
3. Biaya untuk merancang dan menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan stuktur tata
Kelola pemerintahan (tidak selalu pengadilan) apabila terjadi sengketa
4. Biaya pengikatan agar komitmen yang telah dilakukan bisa dijamin.
02
Rasinalitas terbatas
& Perilaku
oportunistik
 Dua asumsi perilaku dimana analisis biaya transaksi beroperasi dan tanpa
asumsi ini studi tentang organisasi ekonomi bakal tidak terarah adalah
rasionalitas terbatas (bounded rationality) dan perilaku optimis
(opportunistic), yang secara umum termanifestasikan dalam wujud
menghindari kerugian (adverse selection), penyimpangan moral (moral
hazard), penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk perilaku
strategis lain untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan struktur
kepemilikan perusahaan.
 Bounded rationality sendiri merujuk kepada tingkat dan batas
kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali,
dan memproses informasi tanpa kesalahan.
Perilaku oportunistik adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui
praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun, pada laba yang
didapat dari keuntungan yang bersifat keunggulan produktif (misalnya, lokasi
yang unik atau keterampilan yang berbeda) tidak dianggap sebagai sikap
oportunitis. Menurut Williamson, selalu akan terjadi trade-off antara biaya
koordinasi dan hierarki di dalam organisasi, antara biaya transaksi dan
pembuatan kontrak di pasar. Trade-off tersebut tergantung pada besarnya biaya
transaksi (magnitude of transaction costs). Untuk memudahkan atau
menyulitkan pembuatan kontrak tersebut, bentuk-bentuk kontrak biasanya
demikian oleh tingkat dan sifat biaya transaksi, yang eksistensinya dipengaruhi
oleh keberadaan informasi yang tidak sempurna (yang implisit selalu ada dalam
proses transaksi).
Agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi yang
murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya
dalam tiga wilayah yang tergolong kegiatan kontrak (Poulton, et. al.,
1998:12) :

 Mengukur atribut yang bisa dinilai sehingga proses pertukaran/transaksi


terjadi.

 Melindungi hak-hak terhadap barang dan jasa yang telah dipertukarkan.

 Meregulasi dan menegakkan kesepakatan.


03
Biaya transaksi &
Efisiensi ekonomi
Agar kegiatan ekonomi terus berlanjut dan dalam jangkauan yang lebih
luas, masyarakat harus berdagang/bertransaksi dengan orang lain di luar
komunitas desanya, pada jarak yang semakin panjang. Semakin
kompleks dan impersonal jaringan perdagangan, kian tinggi biaya
transaksi yang muncul. Selanjutnya, jika biaya transaksi terlalu tinggi,
maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan. Oleh
karena itu, tantangan pembangunan ekonomi adalah untuk mengurangi
biaya transaksi pada saat melakukan perdagangan yang semakin
kompleks. Ini akan tercapai bila desain pembangunan kelembagaan yang
dibuat memang mendukung kegiatan perdagangan, yakni melalui
penyediaan informasi, melindungi hak kepemilikan, dan menyiapkan
mekanisme yang efektif untuk menegakkan kesepakatan
Besaran biaya transaksi juga bisa terjadi karena adanya
penyimpangan dalam wujud:

● penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan.


● penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks
(multiple- task) dan prinsip yang beragam (multiple-principal).
● penyimpangan intertemporal, yang dapat berbentuk kontrak
yang timpang, responsivitas waktu yang nyata (real-time),
ketersembunyian informasi yang panjang (long latency),
penyalahgunaan strategis.
● penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam
kebijakan kelembagaan (institutional environment), yang
berhubungan dengan pembangunan dan reformasi ekonomi.
● kelemahan integritas (probity), yang dirujuk oleh James
Wilson (1989) sebagai 'sovereign transactions.
Lingkungan
kelembagaan

Lingkungan Lingkungan
kelembagaan kelembagaan

Tata kelola

Atribut pelaku Prevensi


endogen

Individu
Williamson (1981b:1548) mengompilasi tiga sifat utama dari transaksi, yaitu
frekuensi (frequency), ketidakpastian (uncertainty), dan spesifisitas aset (asset
specificity). Poulton et. al. (1998:14- 15) selanjutnya menjelaskan sifat-sifat itu
dalam penjelasan berikut:
 Derajat ketidakpastian inklusif dalam setiap transaksi. . Misalnya, produksi
pertanian berisiko karena variabilitas iklim, masalah-masalah penyakit, dan
hama.
 Frekuensi transaksi. . Transaksi pertanian cenderung bersifat musiman. Jumlah
penjualan produksi yang dilakukan oleh pemilik lahan kecil dalam suatu musim
akan tergantung pada kapasitas penyimpanan dalam pertanian.
 Sejauh mana aspek ini melibatkan satu atau kedua pihak yang melakukan
kontrak dalam investasi aset-aset spesifik (asset specificity).

Kemudian menurut Bickenbach, et. al. (1999:2-3), dua kondisi penting dalam
transaksi yang bisa menyebabkan kontrak berisiko adalah kurangnya keterbatas
informasi (information impactedness) dan spesifisitas aset (asset specificity),
04
Determinan &
Variabel biaya
transaksi
 Isu utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Meskipun berbagai
studi empiris telah dilakukan, beberapa kerancuan definisi masih ada
dan hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan semua pihak.

 Beberapa studi tersebut, misalnya, dikerjakan oleh Wallis dan North


yang berusaha untuk memisahkan biaya transaksi, yang dipahami
sebagai biaya sektor transaksi (transaction sector) dalam perekonomian
di Amerika, di mana biaya transaksi itu tidak tergambarkan secara
langsung dalam transaksi nasional.

 Sebaliknya, Williamson menggunakan metode pengukuran secara tidak


langsung. Dia memfokuskan pada hubungan khusus antara investasi
spesifik (misalnya dalam bentuk kontrak yang telah disepakati) sebagai
pengukuran biaya transaksi.
faktor-faktor yang memengaruhi besarnya biaya transaksi pada umumnya bisa
dikelompokkan dalam tiga hal berikut.

 What: the identity of bundle of rights. Hak-hak (atau komoditas) memiliki


banyak atribut yang nilai, pengukuran, kebijakan, dan pemaksaannya beragam
dari satu jenis dengan tipe yang lain.

 Who: to identity of agents involved in the exchanges. Ini erat dengan faktor-
faktor manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson (1975)

 How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how to
organize the exchanges. Dalam hal ini, pasar diandaikan sebagai kelembagaan
untuk memfasilitasi proses pertukaran
Terdapat 4 determinan penting dari biaya transaksi sebagai unit analisis
(Beckman, 2006:16) :

1. Apa yang disebut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi,
yaitu rasionalitas terbatas/terikat, dan oportunisme.
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi, yaitu spesifisitas
aset, ketidakpastian, dan frekuensi.
3. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi,
yaitu pasar, hybrid, hierarki; dan pengadilan, regulasi, birokrasi publik.
4. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan, yaitu
hukum kepemilikan, kontrak, dan budaya.
Collins dan Fabozzi (1991:28) menjelaskan konsep
biaya transaksi yang sedemikian kompleks tersebut bisa
diderivasi dalam bentuk variabel-variabel yang mudah
untuk diukur melalui formulasi biaya transaksi sebagai
berikut:
 Biaya transaksi = biaya tetap + biava variabel;
 Biaya tetap = komisi + transfer fees + pajak;
 Biaya variabel = biaya eksekusi + biaya oportunitas;
 Biaya eksekusi = price impact + market timing costs;
 Biaya oportunitas = hasil yang dinginkan - pendapatan
aktual - biaya - eksekusi - biaya tetap
Dalam konteks variabel biaya transaksi pada level perusahaan, kategorisasi yang
dilakukan oleh Strassmann (2002:7-8) cukup membantu sebagai bahan studi. Dia
mengklasifikasikan biaya transaksi dalam variabel-variabel berikut:

 Organisasi tenaga kerja dan pengguna (organization of employees and users)

 Mengolah informasi (information processing)

 Koordinasi pemasok, biaya-biaya akuisisi (coordination of suppliers, costs of


acquisition)

 Memotivasi pelanggan (motivation customers)

 Mengelola distributor (managing distributors)


 Memuaskan pemegang saham dan peminjam (satisfying shareholders and
lenders)

 Fee, komisi, cukai, dan pajak (fees, comissions, tolls, and taxes)

 Penelitian dan pengembangan (research and development)

 Biaya-biaya penjualan, umum, dan administratif (sales, general and


administrative costs)

 Laporan neraca keuangan yang telah diaudit (reported in audited financial


statements)
05
CONTOH KASUS
PENGARUH BIAYA TRANSAKSI TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI
KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR
● Biaya transaksi pada usahatani kedelai akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya keuntungan usahatani
kedelai. Tujuannya untuk menganalisis struktur biaya transaksi dan pengaruh biaya transaksi terhadap
keuntungan usahatani kedelai. Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dengan jumlah
responden 120 petani kedelai.
● Struktur biaya transaksi pada lokasi penelitian terdiri dari biaya eksplisit (direct dan indirect) dan biaya
implisit sesuai dengan penelitian Williamson (1981) yang menemukan biaya eksplisit atau disebut juga
biaya informal gift exchange dan biaya implisit atau disebut juga biaya emotional interaction. Kedua jenis
biaya ini terbagi menjadi biaya informasi, negosiasi, koordinasi, pelaksanaan, monitoring dan risiko.
Keseluruhan biaya ini adalah yang dikeluarkan petani responden mulai dari persiapan sebelum tanam
kedelai hingga pada saat penjualan kedelai (pasca panen).
 Biaya Transaksi pada Pengadaan Sumber Pembiayaan :
Struktur biaya transaksi pada pembiayaan usahatani kedelai di Kabupaten Lamongan
terdiri dari biaya informasi, biaya negosiasi, biaya koordinasi, biaya pelaksanaan dan
biaya monitoring

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Transaksi pada Pembiayaan Usahatani Kedelai di


Kabupaten Lamongan 2014/2015
Komponen Biaya Transaksi Jumlah (Rp) Persentase (%)
Biaya informasi 17.317,08 44,15
Biaya negosiasi 4.108,33 10,47
Biaya koordinasi 6.576,28 16,77
Biaya pelaksanaan 10.753,75 27,42
Biaya monitoring 469,58 1,20
Total 39.225,03 100,00
 Biaya Transaksi pada Pengadaan Input Usahatani Kedelai

Tahap awal sebelum memasuki masa tanam kedelai adalah petani menyiapkan input
apa saja yang diperlukan seperti benih kedelai, benih tanaman tumpangsari dan
pupuk. Penggunaan input lainnya seperti pestisida dan tenaga kerja dibutuhkan pada
pertengahan tanam hingga musim panen. Selama tahapan ini, petani mengeluarkan
biaya untuk pengadaan input. Dalam pengadaan input ini, terdapat beberapa jenis
biaya transaksi yang akan menambah harga input.
1. Biaya informasi
2. Biaya negosiasi
3. Biaya koordinasi
 Biaya Transaksi pada Pengadaan Output Usahatani Kedelai
Saat memasuki musim panen hingga pasca panen, petani melakukan beberapa kegiatan
yang memunculkan biaya transaksi. Biaya ini diantaranya adalah biaya untuk mencari
informasi mengenai harga kedelai, biaya untuk upah supir pengantar hasil panen dan
juga biaya risiko. Biaya ini akan berpengaruh terhadap harga output kedelai. Dengan
tidak disadari oleh petani bahwa keberadaan biaya ini akan mengurangi harga output.
 Jumlah Biaya Transaksi pada Usahatani Kedelai

Tabel 2. Jumlah Biaya Transaksi pada Usahatani Kedelai di Kabupaten


Lamongan 2014/2015
Pengadaan
Pengadaan Pengadaan Jumlah Persentase
Jenis biaya transaksi sumber
pembiayaan input output (Rp) (%)
Biaya informasi
- Explicit/direct cost 17.317,08 2.512,50 445,83 20.275,42 14,07
Biaya negosiasi
- Explicit/direct cost 4.108,33 82.800,00 86.908,33 60,30
Biaya koordinasi
- Explicit/direct cost 6.175,00 11.033,33 17.208,33
- Implicit cost 401,28 401,28 12,22
Biaya pelaksanaan
- Explicit/direct cost 10.510,83 862,50 11.373,33
- Implicit cost 201,25 201,25 8,03
Biaya monitoring
- Explicit/direct cost 469,58 5.625,00 6.094,58 4,23
Biaya risiko
- Explicit/indirect cost 1.658,33 1.658,33 1,15
Total biaya transaksi 144.120,86 100,00
Tabel 3. Perbandingan Jenis Biaya Transaksi pada Usahatani Kedelai di
Kabupaten Lamongan 2014/2015
Jenis Jumlah (Rp Presentase (%)
Biaya eksplisit 143.518,33 99,58
Biaya implisit 602,53 0,42
Total 144.120,86 100,00

Pada Tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar antara biaya eksplisit dan
biaya implisit. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Williamson (1989) bahwa biaya eksplisit
adalah biaya informal gift exchange yaitu biaya dikeluarkan dalam setiap pertukaran
sedangkan biaya implisit adalah biaya emotional interaction yaitu biaya yang dikeluarkan
pada setiap kegiatan yang akan menimbulkan interaksi emosi di dalam diri pelaku usaha yang
jika dihitung akan menghasilkan nilai ketika melakukan pekerjaan lain.
 Pengaruh Biaya Transaksi terhadap Keuntungan Usahatani Kedelai
Setelah mengetahui struktur biaya transaksi pada usahatani kedelai, selanjutnya
adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya transaksi terhadap keuntungan
usahatani kedelai.

Tabel 4. Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Kedelai di Kabupaten


Lamongan 2014/2015
Variabel Satuan Jumlah (Rp)
Produksi kedelai kg 1.539,08
Harga kedelai Rp/kg 6.683,33
Penerimaan kedelai Rp 10.184.200,00
Produksi tanaman tumpangsari kg 222,63
Harga tanaman tumpangsari Rp/kg 1.270,83
Penerimaan tanaman tumpangsari Rp 556.562,50
Penerimaan usahatani kedelai Rp 10.740.762,50
Biaya usahatani kedelai Rp 7.055.480,11
Keuntungan usahatani kedelai Rp 3.685.282,39
Tabel 5. Perbandingan Biaya Transaksi Terhadap Biaya dan Keuntungan
Usahatani Kedelai di Kabupaten Lamongan 2014/2015
Uraian Jumlah (Rp) Rasio (%)
Biaya usahatani 7.055.480,11 2,04
Keuntungan usahatani 3.685.282,39 3,91
Jumlah biaya transaksi/Rp1 juta biaya usahatani 20.426,80
Jumlah
Terlihat bahwabiaya transaksi/Rp1
rasio juta keuntungan
biaya transaksi 39.107,14
terhadap biaya usahatani kedelai sebesar 2,04%.
Selain itu diketahui bahwa setiap Rp 1 juta biaya usahatani yang dikeluarkan, maka
biaya transaksi yang juga harus dikeluarkan sebesar Rp 20.426,80. Hal ini berarti
bahwa total biaya yang seharusnya dikeluarkan petani kedelai dalam usahataninya jika
dihitung dengan biaya transaksi yaitu sebesar Rp 7.199.600,97. Selain itu terdapat rasio
biaya transaksi terhadap keuntungan usahatani. Rasio yang diperoleh sebesar 3,91%.
Dengan perhitungan bahwa setiap Rp 1 juta keuntungan usahatani, akan dikeluarkan
biaya transaksi sebesar Rp 39.107,14. Sehingga jika dihitung total keuntungan setelah
dikurangi dengan biaya transaksi, maka didapatkan total keuntungan sebesar Rp
3.541.161,53.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh  Diperlukan kerjasama dari pihak
biaya transaksi terhadap keuntungan penyuluh untuk memberikan penge-
usahatani kedelai di Kabupaten tahuan yang lebih banyak mengenai
Lamongan, Jawa Timur diperoleh biaya transaksi agar keberadaan
simpulan sebagai berikut: biaya transaksi dapat diketahui
sehingga dapat diminimalkan.
 Biaya transaksi yang terbentuk pada
usahatani kedelai adalah biaya  Kebutuhan akan infrastruktur yang
informasi, biaya negosiasi, biaya memadai sangat diperlukan untuk
koordinasi, biaya pelaksanaan, biaya meminimalkan biaya transaksi.
monitoring dan biaya risiko.
 Biaya transaksi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap keuntungan
usaha tani.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai