Transaksi
Anggota Kelompok
01
Makna Biaya
Transaksi
Jika ditelusuri jauh ke belakang, sebetulnya teori ekonomi kelembagaan
merupakan pemekaran dari teori biaya transaksi (transaction costs) yang muncul
akibat kegagalan pasar (Yeager, 1999:29-30). Seperti diketahui, pandangan
neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun
(castless) karena pembeli (consumers) memiliki informasi yang sempurna dan
penjual (producers) saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang
rendah (Stone, et. al., 1996-97). Tetapi dunia nyata faktanya adalah sebaliknya, di
mana informasi, kompetisi, sistem kontrak, dan proses jual-beli bisa sangat
asimetris. Inilah yang menimbulkan adanya biaya transaksi, yang sekaligus bisa
didefinisikan sebagai biaya-biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran,
dan pemaksaan pertukaran.
Singkatnya, teori biaya transaksi menggunakan transaksi sebagai basis unit
analisis, sedangkan teori neoklasik memakai produk sebagai dasar unit analisis
(Greif, 1998:3). Berikutnya, teori ekonomi kelembagaan juga diformulasikan oleh
teori Coase (Coase Theorem) yang mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam
teori ekonomi neoklasik." Coase mendemonstrasikan bahwa inefisiensi dalam
ekonomi neoklasik bisa terjadi bukan cuma akibat adanya struktur pasar yang
tidak sempurna atau penjelasan standar lainnya, melainkan karena adanya
kehadiran secara implisit biaya transaksi (North, 1992:13-14)
Literatur ekonomi memberikan definisi yang beragam tentang biaya transaksi,
sebagian besar penulis menggantungkan pada definisi-definisi yang sesuai dengan
konseptualisasi teoretis dan/atau yang relevan dengan kasus empirisnya. Oleh
karena itu, apa yang pada awalnya diidentifikasi oleh Co sebagai biaya
mengorganisasi transaksi, telah diuji dan dikonsep ulang untuk merefleksikan
ongkos yang terjadi dalam situasi yang spesifik.
Ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan negosiasi,
mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange). Sedangkan
menurut Mburu (2002:42), biaya transaksi dapat juga diartikan untuk
memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu:
1.Biaya pencarian dan informasi;
2.Biaya negosiasi (bargaining) dan keputusan atau mengeksekusi
kontrak; dan
3.Biaya pengawasan (monitoring), pemaksaan, dan
pemenuhan/pelaksanaan (compliance).
Biaya transaksi politik (political transaction costs) berhubungan dengan
penyediaan organisasi dan barang publik yang diasosiakan dengan aspek
politik. Secara umum, biaya transaksi politik ini tidak lain adalah biaya
penawaran barang publik yang dilakukan melalui tindakan kolektif
(collective action), dan bisa dianggap sebagai analogi dari biaya transaksi
manajerial.
Secara khusus, biaya ini meliputi:
2. Tidak mungkin menyatakan bahwa semua negara di dunia dan semua hubungan sebab akibat yang
relevan dapat diidentifikasi (sehingga kemungkinan dapat dikalkulasi) dengan bersandarkan kepada
kejadian sebelumnya. Implikasinya, setiap pelaku ekonomi akan selalu menghadapi informasi yang
tidak lengkap (incomplete information), atau dengan kata lain terjadi ketidakpastian informasi
(informational uncertainty).
Upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui praktik
yang tidak jujur dalam Kegiatan transaksi. Namun,
Perilaku Oportunistik laba yang didapat dari keuntungan yang bersifat
keunggulan produktif tidak dianggap sebagai sikap
oportunistis.
Menurut Williamson ,selalu akan terjadi trade-off antara biaya koordinasi dan hierarki di
dalam organisasi, antara biaya transaksi dan pembuatan kontrak di pasar .Trade-off tersebut
tergantung pada besarnya biaya transaksi (magnitude of transaction costs). Untuk
memudahkan atau menyulitkan pembuatan kontrak tersebut, bentuk-bentuk kontrak biasanya
ditentukan oleh tingkat dan sifat biaya transaksi, yang eksistensinya dipengaruhi oleh
keberadaan informasi yang tidak sempurna (yang implisit selalu ada dalam proses transaksi).
Dengan cara pandang ini, inti dari ekonomi biaya transaksi tidak lain adalah biaya-biaya yang
muncul berkenaan dengan informasi. Dalam posisi ini, ekonomi biaya transaksi berusaha
untuk memahami permainan (interplay) antara factor-faktor kelembagaan dengan pertukaran
pasar dan nonpasar di bawah asumsi adanya biaya transaksi (positive transaction costs). Jadi,
desain kelembagaan pertukaran tersebut pada akhirnya akan menentukan seberapa besar
tingkat biaya transaksi yang ditimbulkan.
Lebih dalam lagi, North menolak asumsi adanya informasi sempurna dan pertukaran tanpa biaya (costless
exchange) yang dibuat oleh model pasar persaingan sempurna. Sebaliknya, dia melihat adanya 'biaya
transaksi’ dalam pertukaran akibat adanya informasi yang tidak sempurna. North menyatakan bahwa 'biaya
mencari informasi merupakan kunci dari biaya transaksi, yang terdiri dari biaya untuk mengerjakan
pengukuran kelengkapan kelengkapan (attributes) yang dipertukarkan dan ongkos untuk melindungi hak-
hak kepemilikan (property rights) dan menegakkan kesepakatan' (enforcing agreements).
Oleh karena itu, agar pertukaran atau pedagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi yang
murah, masing-masing pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya dalam tiga wilayah
yang tergolong kegiatan kontrak:
1. Mengukur atribut yang bisa dinilai sehingga proses pertukaran/transaksi terjadi. Dalam hal ini cukup
penting (dalam perspektif ekonomi kelembagaan baru) untuk mengetahui bahwa barang dan jasa
tersebut tidak homogen, tetapi memiliki atribut yang bervariasi.
1. keuntungan informasi prakontrak hanya kepada salah satu pihak (seleksi yang
merugikan, mendorong kepada munculnya biaya signaling dan penyaringan);
2. nonobservability tindakan agen (moral hazards, mendorong kepada munculnya
biaya pengawasan atau skema insentif);
3. nonveriability informasi ke orang luar (mendorong kepada munculnya biaya
auditing atau biaya karena miss-interpretasi ketika audit terlalu mahal)
Williamson membedakan lima jenis spesifisitas yang berbeda:
1. specificity
2. physical asset specificity
3. human asset specificity
4. dedicated assets
5. temporal specificity
04
Determinan dan Variabel
Biaya Transaksi
Menurut Zhang (2000: 288), faktor-faktor yang memengaruhi besarnya biaya
transaksi pada umumnya bisa dikelompokkan dalam tiga hal berikut.
Ini erat dengan faktor faktor manusia yang muncul dalam asumsinya Williamson
(1975), yakni rasionalitas terbatas/terikat (yang mewartakan keterbatasan fisik
tentang kemampuan manusia untuk menerima, menyimpan, mencari, memproses
informasi, dan batas-batas bahasa dalam penyampaian pengetahuan kepada
orang lain), oportunisme, dan terjepitnya/kurangnya informasi
How: the institutions, technical and social, governing the exchange and how
to organize the exchanges.
Dalam hal ini, pasar diandaikan sebagai kelembagaan untuk memfasilitasi proses
pertukaran, yang keberadaannya dibutuhkan untuk mengurangi biaya pertukaran,
sedangkan perusahaan/firms (atau keluarga/families) juga dapat dianggap sebagai
kelembagaan yang memfasilitasi pertukaran yang saling menguntungkan (mutual
exchange). Dalam preposisi ini, jika biaya transaksi melalui pasar dianggap tidak ada (zero),
maka sebetulnya tidak ada yang namanya pasar; demikian halnya bila biaya koordinasi di
dalam perusahaan adalah nol, maka sesungguhnya tidak ada yang namanya perusahaan.
Dengan ilustrasi dan penjelasan
tersebut, sebetulnya determinan dari
biaya 'transaksi sudah bisa
diformulasikan. Berdasarkan
penjelasan tentang definisi dan
faktor-faktor yang memengaruhi
besaran biaya transaksi di atas,
setidaknya terdapat empat
determinan penting dari biaya
transaksi sebagai unit analisis
(Beckman, 2000:16)
1. Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi (behavioral
attributes of actors), yaitu rasionalitas terbatas/terikat (bounded rationality) dan oportunisme
(opportunism).
2. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi (attributes of the transaction), yaitu spesifisitas aset
(asset specificity), ketidakpastian (uncertainty), dan frekuensi (frequency).
3. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi (governance structures), yaitu
pasar (market), hybrid, hierarki (hierarchy); dan pengadilan (courts), regulasi (regulations), birokrasi
publik (public bureaucracy).
4. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional environment), yaitu
hukum kepemilikan, kontrak, dan budaya.
Dalam praktiknya, keempat determinan tersebut bisa diturunkan menjadi
variabel-variabel yang bisa menuntun setiap peneliti untuk melakukan
pengukuran (measurement). Sayangnya, tetap saja tidak mudah untuk melakukan
pengukuran tersebut, meskipun variabel-variabelnya telah jelas. Namun, seperti
yang dinyatakan Williamson (19816:1544), meskipun dibutuhkan deskripsi yang
lebih rinci ketimbang yang dilakukan oleh pendekatan neoklasik, penilaian/
pengukuran yang relatif kasar (crude assessment) saja sudah cukup.
Untuk menginvestigasi aplikasi ekonomi biaya transaksi adalah bermanfaat apabila bisa dibedakan
berdasarkan tingkatan-tingkatan analisis yang berlainan. Menurut Eggertsson, level analisis dapat
dikelompokkan berbasis variabel eksogen atau endogen (Fahlbeck, 1996:2-3).
1. Hak kepemilikan dan organisasi dimodelkan secara eksplisit (berbeda dengan ekonomi neoklasik
ortodoks), tetapi diperlakukan secara eksogen.
2. Struktur organisasi adalah endogen, tetapi hak-hak kepemilikan atau kelembagaan (dipahami
sebagai aturan main/rules of the game) diperlakukan secara eksogen.
3. Dilakukan upaya-upaya untuk mengendogenkan, baik aturan politik (political rules), sosial maupun
struktur kelembagaan politik (structure of political institutions) dengan jalan memperkenalkan
konsep biaya transaksi.
Collins dan Fabozzi (1991:28) menjelaskan tentang derivasi konsep biaya transaksi
dalam bentuk variabel-variabel melalui formulasi biaya transaksi sebagai berikut: