Anda di halaman 1dari 3

TEORI EKONOMI BIAYA TRANSAKSI

Salah satu alat analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mengukur seberapa
efisiensikah suatu kelembagaan adalah biaya transaksi. Ukuran efisiensi tersebut dilihat dari semakin
tinggi rendahnya biaya transaksi yang dikeluarkan. Namun pada nyatanya, biaya transaksi masih
memiliki kekurangan atau hambatan diantaranya :

1. Secara teroritis masih belum terungkap secara tepat definisi dari biaya transaksi itu sendiri.
2. Setiap transaksi ekonomi selalu bersifat spesifik, sehingga variabel yang berlaku masih
secara khusus dan stagnan.
3. Pengukuran isu masih tergantung pada definisi dan variabel yang dirumuskan secara baik
namun terkadang tidak memperhitungkan keputusan dari luar definisi dan variabel tersebut.

Definisi dan Makna Biaya Transaksi

Sebenarnya teori ekonomi kelembagaan berasal dari pemekaran teori biaya transaksi yang
muncul akibat adanya kegagalan pasar (Yeager, 1999:29-30). Kemudian teori yang digunakan dalam
menformulasikan ekonomi kelembagaan adalah Teori Coase, yang mengklarifikasikan bahwa
inefisiensi dalam ekonomi dalam ekonomi neoklasik bukan hanya berakibat dari ketidaksempurnaan
struktur pasar, melainkan karena adanya kehadiran asimetri informasi dan menyebabkan adanya
biaya transaksi. Karena biaya transaksi ini muncul berdsarkan proporsi biaya produksi yang
dikeluarkan oleh pasar/institusi. Sehigga dengan adanya biaya transaksi akan memunculkan adanya
biaya transaksi pasar yang bisa dikelompokkan sebagai berikut :

a. Biaya Pencarian Informasi


b. Biaya negoisasi (Bargaining) dan pengambilan keputusan kontrak
c. Biaya pengawasan dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak.

Di samping itu beberapa biaya diatas dapat diasosiasikan untuk menggerakkan dan
menyesuaikan dengan kerangka politik kelembagaan. Kemudian muncul adanya biaya transaksi
manajerial, dimana biaya tersebut terkait dengan biaya penyusunan dan pemeliharaan organisasi
dan sering dikaitkan juga dengan adanya biaya transaksi politik yang digunakan untu penawaran
barang publik.
Oleh karena itu, Makna dari adanya biaya transaksi untuk kaum kelembagaan menurut beberapa
literasi ekonomi kelembagaan adalah bahwa pada setiap pasar secara realitanya tidak akan
sempurna karena dipengaruhi oleh munculnya biaya transaksi yang berasal dari adanya asimetris
informasi baik dari produsen, distributor, dan konsumen.

Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitas

Dalam ekonomi biaya, terdapat dua asumsi yang digunakan dalam menganalisis biaya
transaksi yaitu rasionalitas terbatas (bounded rationality) dan perilaku opportunis (opportunistic).
Bounden Rationality sendiri merupakan sifat yang merujuk pada tingkatan dan batas kesanggupan
individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan
(Williamson, 1973:317). Sedangkan perilaku oportunistik merupakan upaya untuk mendapatkan
keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi. Namun keuntungan yang
diperoleh ini bersifat keunggulan produktif dan cenderung tidak bersifat opportunistik.
Menurut Williamson kedua asumsi tersebut akan membentuk terjadinya trade off antara
biaya koordinasi dan hierarki dalam organisasi, serta antara biaya transaksi dan pembuatan kontrak
di pasar. Namn dari asumsi tersebut terdapat penolakan dari North (1990b:27) yang
mengungkapkan bahwa dengan adanya biaya transaksi akibat adanya asimetris informasi , maka
akan membuat biaya untuk mencari informasi, biaya untuk melakukan pengukuran, dan biaya
kesepakatan akan meningkta. Sehingga muncul hak kepemilikan sebagai dampak dari adanya
penolakan asumsi tersebut.

Biaya Transaksi dan Efisiensi Ekonomi

North berargumentasi bahwa biaya transaksi di negara berkembang umumnya rendah.


Rendahnya biaya transaksi ini dapat terjadi karena kedekatan hubungan di dalam komunitas.
Struktur sosial seperti kehormatan pada orang yang lebih tua atau orangtua ini memberikan
mekanisme bagi penegakan kesepakatan dan resolusi jika terjadi konflik di antara anggota
komunitas. Namun, agar kegiatan ekonomi terus berlanjut masyarakat harus bertransaksi lebih luas.
Semakin kompleks dan impersonal jaringan perdagangan akan menyebabkan biaya transaksi yang
semakin besar juga. Disamping itu terdapat penyimpangan dari addanya biaya transaksi diantaranya:

a. Penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan


b. Penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks dan prinsip yang beragam
c. Penyimpangan intertemporal
d. Penyimpangan akibat lemahnya kebijakan kelembagaan
e. Penyimpangan akibat pelemahan integritas.

Oleh karena itu dari banyaknya penyimpangan tersebut, Williamson menambahkan biaya adaptasi,
dimana biaya ini ditimbulkan akibat adanya perpindahan kontrak ke situasi sub-optimal dibawah
kondisi ekspektasi dan adanya negoisasi serta arbitrase untuk mendapatkan kontrak yang sesuai
dengan kondisi nyata.

Determinan dan Variabel Biaya Transaksi

Isu utama dari biaya transaksi adalah pengukuran. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
besarnya biaya transaksi, yaitu :

a. What : the identity of bundle of rights, hak-hak memiliki nilai.


b. Who : to identity of agents involved in the exchanges, kemampuan atau batasan
manusia dalam mengolah informasi dan kurangnya informasi.
c. How : the institutions, technical and social, governing the exchange and how to
organize the exchanges, pasar sebagai kelembagaan yang memfasilitasi proses
pertukaran.

Adapun determinan dari biaya transaksi sebaga unit analisis ini merupakan :

a. Apa yang disebut sebagai atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi,
yaitu rasionalitas terbatas dan oportunisme
b. Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi, yaitu spesifitas aset,
ketidakpastian, dan frekuensi
c. Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi, yaitu pasar,
hybrid, hierarki, regulasi, birokrasi publik, dsb.
d. Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan, yaitu hukum
kepemilikan, kontrak, dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai