Yulianti (210906500006)
Resky Wulandari
Naurah
KELAS A
UNIVERSITAS MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan bagi anggota kelompok 3 sehingga dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Ekonomi Internasional “Hukum Keunggulan Komparatif”. Saya
menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan puji syukurdapat di selesaikan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional.
Dalam kesempatan Saya mengucapkan terima kasih kepada segenap teman-teman
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalahini dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori perdagangan internasional menjelaskan komposisi perdagangan antar
negara serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian suatu negara.
Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya
keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade).
Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional antara lain disebabkan
dua alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama
lain (berbeda dalam kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya),
setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui
pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua,
negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomi
(economies of scale) dalam produksinya. Maksudnya, jika setiap negara hanya
menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-
barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien
dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis barang.
Dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional, setiap negara perlu
memperhatikan teori-teori yang dapat dijadikan pedoman dalam menerapakan
kegiatan perdagangan internasional. Sebagai contoh Teori Keunggulan Mutlak yang
dikemukakan oleh Adam Smith (1723-1790) dimana suatu negara melakukan
spesialisasi pada produk yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari negara
lain, dan melakukan perdagangan internasional dengan negara lain yang mempunyai
kemampuan spesialisasi pada produk yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut
secara efisien. Hal ini memungkinkan suatu individu, perusahaan, bahkan negara
untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan lebih efisien serta
memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Selain itu, David Ricardo
dalam bukunya yang berjudul On the Principles of Economy and Taxation (1817)
mengemukakan bahwa setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan
internasional, baik memiliki maupun tidak memiliki keunggulan absolutnya sendiri.
Artinya, suatu negara apabila berdagang dengan negara lain sekalipun tidak memiliki
keunggulan absolut, masih dapat memperoleh keunggulan komparatif.
1
Prinsip keunggulan komparatif mengatakan bahwa setiap negara atau bangsa
seperti halnya orang, akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan
mengekspor barang-barang atau jasa yang merupakan keunggulan komparatif
terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang bukan merupakan
keunggulan komparatifnya. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun
sebuah negara kurang efisien (memiliki kerugian absolut terhadap) dibanding negara
lain dalam memproduksi kedua barang, namun masih tetap terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang
memiliki kerugian mutlak lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan
komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian mutlak yang lebih
besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan dari sisi merkantilisme mengenai perdagangan?
2. Bagaimana perdagangan berdasarkan keunggulan absolut: Adam Smith?
3. Bagaimana perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif: David Ricardo
4. Apa perbedaan keunggulan komparatif dan biaya oportunitas
5. Bagaimana pengujian empiris model Ricardian?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetauhi pandangan dari sisi merkantilisme mengenai perdagangan
2. Untuk mengetauhi perdagangan berdasarkan keunggulan absolut: Adam Smith
3. Untuk mengetauhi perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif: David
Ricardo
4. Untuk mengetauhi perbedaan keunggulan komparatif dan biaya oportunitas
5. Untuk mengetauhi pengujian empiris model Ricardian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jumlah barang/produk/layanan yang lebih besar daripada pesaing dengan
menggunakan jumlah sumber daya yang sama. Adam Smith pertama kali
menggambarkan prinsip keunggulan absolut dalam konteks perdagangan internasional
dengan menggunakan tenaga kerja sebagai satu-satunya input. Hal ini dikarenakan
keunggulan absolut ditentukan oleh perbandingan sederhana produktivitas tenaga
kerja yang dimiliki.
4
tersebut dapat menguntungkan antar negara. Menurut McEachern (2000:27) negara
dengan opportunity cost yang lebih rendah akan berusaha berspesialisasi dalam
produksi ekspor dengan output yang memiliki kerugian absolut yang lebih kecil. Dari
komoditi tersebut, negara akan memiliki keunggulan komparatif. Dalam teori ini
ricardo juga menjelaskan adanya dua alasan utama negara melakukan perdagangan
internasional. Alasan pertama yaitu dikarenakan adanya perbedaan ciri antara masing-
masing negara, dengan begitu dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan tersebut.
Alasan kedua untuk mencapai skala ekonomis.
5
menyiratkan bahwa setiap jenis tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor
produksi, atau bahwa tenaga kerja digunakan dalam proporsi yang tetap pada
komoditas yang sama. Semua barang dan tenaga kerja yang diproduksi
mempunyai kuantitas yang homogen (yaitu hanya satu jenis).
Secara spesifik, tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi.
Tenaga kerja juga tidak dipekerjakan dalam proporsi yang tetap dan kuantitas
yang sama terhadap semua komoditas. Selain itu, angkatan kerja tidak homogen
secara signifikan karena perbedaan tingkat pendidikan, produktivitas, dan upah
yang diperoleh. per pekerja dan, faktanya, perbedaan produktivitas ini digunakan
untuk menguji secara empiris teori keunggulan komparatif Ricardo.
Bagaimanapun, teori keunggulan komparatif tidak perlu didasarkan pada teori
nilai kerja, namun dapat dijelaskan berdasarkan teori nilai kerja. Teori peluang
yang sudah mapan.
Teori biaya oportunitas
Penjelasan akhir Haberler atau teori komparatif berdasarkan teori biaya
peluang pada tahun 1936. Dalam bentuk ini, hukum keunggulan komparatif
kadang-kadang disebut hukum biaya komparatif. Menurut biaya peluang, biaya
suatu barang adalah jumlah barang kedua yang harus dikorbankan untuk
memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit lagi barang
pertama. Di sini tidak diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya
faktor produksi atau bahwa tenaga kerja bersifat homogen. Secara teoritis, harga
pokok atau harga suatu barang tidak seluruhnya bergantung pada kuantitas tenaga
kerja, juga tidak dapat dinilai berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Oleh karena itu,
suatu negara dengan biaya peluang yang lebih rendah dalam memproduksi suatu
barang akan mempunyai keunggulan komparatif.
Batas kemungkinan produksi dalam biaya yang konstan
Konsep biaya peluang paling baik diilustrasikan dengan kurva kemungkinan
produksi, yang menunjukkan pilihan berbeda untuk memproduksi dua komoditas
dalam sumber daya dan teknologi yang tersedia di suatu negara. Kurva ini, yang juga
dikenal sebagai kurva batas kemungkinan produksi atau kurva transformasi,
menunjukkan kombinasi alternatif komoditas yang dapat diproduksi. Dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksinya secara maksimal, suatu negara dapat
6
menentukan biaya peluangnya dan mengambil keputusan yang tepat mengenai alokasi
sumber daya.
Contoh produksi gandum (dalam ton/tahun), dan kain (dalam juta meter /
tahun) bagi negara Amerika Serikat dan Inggris. Amerika Serikat dapat memproduksi
180G dan 0K,150G dan 20K, atau 150 W dan 40 K sampai ke 0G dan 120K. untuk
setiap 30 G yang dikorbankan Amerika Serikat, sejumlah sumber daya diperoleh
untuk memproduksi tambahan 20 K. Artinya, 30 G sama dengan 20 K (Dalam
oportunitas satu unit gandum di Amerika Serikat adalah 1G samadengan 2/3K Dan
tetap konstan. Di lain pihak, Inggris dapat meningkatkan output nya sebanyak 20K
untuk setiap 10G yang dikorbankan . dengan demikian, biaya oportunitas gandum di
Inggris adalah 1G =2K Dan tetap konstan.
Daftar kemungkinan produksi Amerika Serikat dan Inggris dalam grafik
kemungkinan produksi setiap. Pada garis batas tersebut menggambarkan satu
kombinasi gandum dan kain yang dapat diproduksi. Sebagai contoh pada titik A,
Amerika Serikat memproduksi 90G dan 60K. Pada titik A Inggris memproduksi 40G
dan 40K. Titik-titik didalam atau di bawah batas kemungkinan Produksi juga
merupakan titik yang mungkin untuk memproduksi, namun dengan cara yang tidak
efisien. Artinya, negara tersebut memiliki kelebihan sumber daya dan atau tidak
menggunakan teknologi terbaik yang tersedia di lain pihak,titik-titik Di atas batas
kemungkinan produksi tidak dapat Diproduksi dengan sumber daya dan teknologi
yang dimiliki negara tersebut pada saat ini.
Kemiringan batas kemungkinan produksi yang menurun ke bawah atau negatif
menunjukkan bahwa jika Amerika Serikat dan Inggris bermaksud memproduksi lebih
banyak Gendom mereka akan Mengorbankan produksi beberapa unit kayaknya. Fakta
bahwa batas kemungkinan produksi kedua negara tersebut berbentuk garis lurus
menunjukkan bahwa biaya oportunitas mereka adalah konstan. Artinya untuk
menambah produksi satu unit gandum, Amerika Serikat harus mengorbankan 2/3K
dan Inggris harus mengorbankan 2K, Tanpa tergantung pada titik mana garis batas
kemungkinan produksi kedua Negara tersebut dimulai.
Peluang terjadinya biaya konstan muncul ketika dua kondisi terpenuhi: (1)
Sumber daya atau faktor-faktor produksi dapat dipertukarkan atau digunakan dalam
proporsi yang sama untuk memproduksi kedua komoditas, dan (2) semua unit dari
faktor yang sama memiliki kualitas yang sama. Oleh karena itu, ketika suatu negara
melakukan realokasi sumber daya dari produksi kain ke produksi gandum, negara
7
tersebut tidak perlu menggunakan sumber daya yang semakin tidak sesuai untuk
produksi gandum, berapa pun kuantitas gandum yang diproduksi. Prinsip yang sama
juga berlaku pada peningkatan produksi kain. Oleh karena itu, kita mengamati biaya
konstan, yang berarti bahwa suatu komoditas harus dikeluarkan dalam jumlah yang
sama untuk menghasilkan setiap unit tambahan komoditas lainnya. Meskipun biaya
oportunitas di setiap negara bersifat konstan, namun biaya ini berbeda antara negara
yang satu dengan negara yang lain sehingga memberikan dasar terjadinya
perdagangan.
8
garis kemungkinan produksi atau kurva transformasi, dan kadang-kadang disebut laju
transformasi marjinal.
9
terjadi walaupun salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut, cukup dengan
memiliki keunggulan komparatif pada harga untuk suatu komoditi yang relatif
berbeda
Perdagangan memberikan keuntungan bagi suatu negara dan dapat ditunjukan
lewat dua cara.. Pertama, kita dapat meninjau perdagangan sebagai metode produksi
tak langsung. Sebagai alternatif memproduksi sendiri suatu barang, suatu negara dapat
memproduksi barang lain dan memperdagangkannya sebagai penukar untuk
memperoleh barang yang diinginkan. Model sederhana menunjukan akan selalu benar
bahwa jika suatu barang diimpor, maka produksi tak langsung membutuhkan lebih
sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan produksi langsung. Kedua. kita dapat
menunjukan bahwa perdagangan memperluas kemungkinan konsumsi suatu negara
yang pada gilirannya menciptakan keuntungan perdagangan.
Distribusi keuntungan perdagangan tergantung pada harga relatif barang yang
diproduksi oleh negara-negara yang melakukan perdagangan internasional. Untuk
menentukan harga-harga relatif kita perlu melihat pada penawaran dan permintaan
relatif dunia atas barang-barang yang diperdagangkan. Harga relatif juga menentukan
tingkat upah relatif. Dalil bahwa perdagangan memberikan manfaat berlaku umum
karena tak ada persyaratan bahwa suatu negara harus bersaing atau bahkan
perdagangan harus wajar. Khususnya suatu negara akan memperoleh keuntungan
perdagangan meskipun negara tersebut memiliki produktivitas yang lebih rendah
dibandingkan dibandingkan dengan mitra dagangnya di semua industri. Perdagangan
akan menguntungkan meskipun industri di luar negeri memiliki daya saing karena
upah yang rendah. Perdagangan akan menguntungkan meskipun ekspor suatu negara
membutuhkan lebih banyak. tenaga kerja dibandingkan dengan impornya.
Dengan memperluas model satu faktor dan dua barang menjadi satu faktor dan
banyak tidak. mengubah kesimpulan-kesimpulan tersebut. Perbedaannya hanya model
ini perlu lebih menitikberatkan secara langsung kepada permintaan relatif terhadap
tenaga kerja untuk menentukan upah relatif dan tidak pada permintaan relatif terhadap
barang. Dan juga model anyak arang dapat digunakan untuk menggambarkan unsur
penting bahwa biaya pengangkutan dapat menimbulkan keadaan dimana muncul
bebrapa barang yang tidak diperdagngkan. Sementara beberapa prediksi dari model
Ricardian sungguh tidak realistik, prediksi utamanya bahwa suatu negara akan
cenderung mengekspor barang-barang pada mana mereka mamiliki produktivitas vno
relatif tinggi telah diperkuat oleh sejumlah penelitian.
10
Pengujian empiris model Ricardian adalah proses penggunaan data empiris
untuk menguji validitas dan relevansi model ekonomi Ricardian dalam menjelaskan
fenomena perdagangan internasional di dunia nyata. Model Ricardian, yang
dikembangkan oleh ekonom Inggris abad ke-19 David Ricardo, berfokus pada konsep
keunggulan komparatif di mana negara-negara akan mengkhususkan diri dalam
produksi barang dan jasa yang memanfaatkan keunggulan komparatifnya. Pengujian
empiris terhadap model Ricardian dilakukan untuk menguji validitas asumsi-asumsi
dasar model tersebut serta untuk mengevaluasi sejauh mana model tersebut dapat
menjelaskan fenomena di dunia nyata.
Tes empiris pertama dari model perdagangan Ricardian dilakukan oleh
MacDougall pada 1951 7 dan 1952 dengan menggunakan 1.937 data. Hasilnya
menunjukkan bahwa industri-industri di mana produktivitas tenaga kerja relatif lebih
tinggi di Amerika Serikat daripada di Inggris adalah industri dengan rasio ekspor yang
lebih tinggi dari Amerika Serikat untuk Inggris dibanding ke pasar ketiga. Hasil ini
dikonfirmasi oleh Balassa menggunakan 1.950 data, Stem menggunakan data dari
tahun 1950 hingga 1959, Golub menggunakan data tahun 1990, dan Golub dan Hsieh
menggunakan data tahun 1972 sampai 1991. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
keunggulan komparatif tampaknya didasarkan pada perbedaan dalam produktivitas
tenaga kerja atau biaya, sebagaimana didalilkan oleh Ricardo. Namun, model
Ricardian tidak menjelaskan alasan untuk perbedaan produktivitas tenaga kerja atau
biaya di negara maupun pengaruh perdagangan internasional pada penghasilan faktor
produksi.
Adapun contoh lain terkait uji empiris model perdagangan Ricardian dapat
ditemukan dalam makalah “Pengujian Ricardian Equivalence Hypothesis terhadap
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia Berbasis Model Bernheim
Tahun 1980-2011” oleh Yusman Arif Ash'ary. Penelitian bertujuan untuk menguji
Ricardian Equivalence Hypothesis (REH) terhadap anggaran pendapatan dan belanja
pemerintah Indonesia dengan menggunakan model Bernheim pada tahun 1980 hingga
2011. Penelitian menggunakan model simulasi untuk mengetahui bahwa koefisien
ECT dapat digunakan untuk mengukur signifikansinya. level 10% dan menunjukkan
bahwa spesifikasi model valid dan dapat menjelaskan variabel dependen yang dalam
hal ini adalah konsumsi domestik Indonesia. Studi ini menyimpulkan bahwa Hipotesis
Kesetaraan Ricardian relevan dengan konteks Indonesia.
11
12