Anda di halaman 1dari 7

Perdagangan internasional merupakan pertukaran barang, jasa, dan faktor

produksi yang melintasi batas negara. Berdasarkan Markusen, Melvin, Kaempfer,


dan Maskus (1995) terdapat bebrapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
perdagangan internasional, diantaranya adalah adanya perbedaan teknologi,
perbedaan sumber daya yang dimiliki, adanya kebijakan pemerintah, persaingan,
tidak sempurna di pasar domestik dan economies of scale, dan perbedaan pada sisi
permintaan, seperti selera dan pendapatan perkapita.
Perbedaan teknologi antar negara dapat mendorong terjadinya
perdagangan internasional. Ketika dua negara memiliki perbedaan teknologi
dalam berproduksi, maka perbedaan terebut dapat dieksploitas untuk menciptakan
perdagangan. Masing-masing negara tersebut akan melakukan spesialisasi dalam
memproduksi produk tersebut yang memiliki keunggulan teknologi produksi dan
mengekspor produk tersebut untuk kemudian ditukar dengan produk yang tidak
memiliki keunggulan teknologi dalma produksi. Perbedaan teknologi ini akan
menciptakan perbedaan kemampuan berproduksi yang selanjutnya menciptakan
keunggulan komparatif.1 Komperatif inilah yang akan menyebabkan perbedaan
harga, sehingga memungkinkan sikap negara memiliki keuntungan dengan
melakukan perdagangan.
Teori konvensional tentang perdagangan internasional telah
memperlihatkan bahwa perdagangan dunia yang bebas dapat meningkatkan
kesejahteraan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan tersebut. Teori
perdagangan dunia mempunyai thesis dasar yang mengatakan bahwa setiap negara
mempunyai keunggulan komparatif absolut dan relatif dalam menghasilkan suatu
komoditas dibandingkan negara lain. Berdasarkan keunggulan komparatif
tersebut, maka suatu negara akan mengekspor komoditas yang mempunyai
keunggulan komparatif yang lebih tinggi dan mengimpor komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif yang lebih rendah. Perdagangan antar negara
akan membawa dunia pada penggunaan sumberdaya langka secara lebih efisien
dan setiap negara dapat melakukan perdagangan bebas yang menguntungkan

1
Merupakan konsep keunggulan perdaganagn oleh David Ricardo yang menyatakan bahwa
negara akan memfokuskan memproduksi barang yang dianggap paling baik untuk diproduksi.
Model ini memprediksi bahwa negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan
memproduksi bermacam barang komoditas berdasarkan keunggulan yang dimilikinya.
dengan melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keunggulan komparatif
yang dimilikinya.

Teori Klasik Perdagangan Internasional


1. Pandangan Kaum Merkantilisme
Merkantilisme merupakan suatu kelompok yang mencerminkan
cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang
politik kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk memperkuat posisi
dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan. Teori
Perdagangan Internasional dari Kaum Merkantilisme berkembang pesat
sekitar abad ke-16 berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional
dan pembangunan ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus
melebihi jumlah impor.
Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis
berpusat pada dua ide pokok, yaitu:
a. Pemupukan logam mulia, tujuannya adalah pembentukan negara
nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasonal untuk
mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara tersebut;
b. Setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan
ekspor di atas impor (neraca perdagangan yang aktif). Untuk
memperoleh neraca perdagangan yang aktif, maka ekspor harus
didorong dan impor harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tujuan
utama perdagangan luar negeri adalah memperoleh tambahan
logam mulia.
Dengan demikian dalam perdagangan internasional atau
perdagangan luar negeri, titik berat politik merkantilisme ditujukan untuk
memperbesar ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayar
dengan logam mulia. Kebijakan merkantilis lainnya adalah kebijakan
dalam usaha untuk monopoli perdagangan dan yang terkait lainnya,
2. Adam Smith
Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah
produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam
Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan
suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan
skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan
persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu
negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada
negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang
tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan
negara-negara lain.
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil
bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)
perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan
perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan
banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin
banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut
(Labor Theory of value).
Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan
teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab
menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta
merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu
tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak
bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada dua
negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen
menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit
gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga
kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan
tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit. Amerika lebih efisien dalam
memproduksi gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum
diperlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 >
8). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris
hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki
absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute
advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing-
masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara
absolut lebih rendah dari negara lain. Kelebihan dari teori absolute advantage
yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki
keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal
ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu
negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak
akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
Teori Modern Perdagangan Internasional
1. Teori Heckscher-Ohlin
Teori Heckscher-Ohlin pertama kali digagas pada tahun 1920an oleh dua
ekonom Swedia, Eli Heckscher dan muridnya Bertil Olin. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa keunggulan komperatif dan perdagangan yang dilakukan oleh
suatu negara akan ditentukan oleh perbedaan kelimpahan faktor (factor
endowments atau factor abundance) relatif suatu negara. Jika diasumsikan bahwa
setiap negara memiliki kelimpahan faktor yang relatif berbeda dibandingkan
negara lain. Teori ini pun mengajukan suatu premis bahwa suatu negara akan
mengekspor komoditi yang dalam proses produksinya membutuhkan penggunaan
intensif dari faktor produksi yang relatif berlimpah dan murah di negara tersebut,
dan mengipor komoditi yang membutuhkan penggunaan intensif dari faktor
produksi yang relatif langka dan mahal. Suatu negara dikatakan memiliki faktor
produksi berlimpah (untuk tenaga kerja misalnya) jika rasio dari tenaga kerja
terhadap faktor lainnya lebih besar dibandingkan rasio dari negara mitranya.
Sedangkan suatu barang disebut bersifat padat tenaga kerja jika biaya tenaga kerja
merupakan bagian terbesar dari nilai barang tersebut dibandingkan biaya faktor
produksi lainnya. Heckscher-Ohlin mencoba menjelaskan pola perdagangan dunia
dengan pengungkapan spesifik mengapa terjadi perbedaan harga antar negara,
sebelum negara tersebut melakukan perdagangan di antara mereka. Ada beberapa
hal yang dapat dianggap sebagai perbedaan harga, misalnya faktor permintaan
atau perbedan teknologi. Namun Heckscher-Ohlin meragukan hal ini, dan sebagai
gantinya ia mengajukan konsep tentang faktor proporsi dalam penggunaan faktor
produksi sebagai dasar dari perbedaan biaya komperatif.
Teori Heckscher-Ohlin memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut: terdapat dua
komoditas dengan dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan modal, selera
konsumen yang identik dan homogenous di semua negara, fungsi produksi
bersifat, tidak ada perbedaan teknologi di antara negara-negara, tidak ada distorsi
seperti pajak, subsidi, dan pasar yang bersifat persaingan tidak sempurna.
2. Teori Keunggulan Komparatif (John Stuart Mill dan David Ricardo)
Menurut prinsip keunggulan komperatif, meskipun suatu negara tidak
mempunyai keunggulan absolut atas suatu barang atau jasa mereka tetap dapat
melakukan perdagangan internasional jika memang lebih efisien. Negara tersebut
masih dapat menikmati keuntungan dalam perdagangan karena yang menentukan
bukanlah absolute cost dalam produksi, melainkan opportunity cost nya. Berikut
yang harus di lakukan negara yang tidak memiliki keunggulan terhadap barang
atau jasa :
a. Offshoring yaitu menentukan lokasi kegiatan di negara lain
b. Outsourcing yaitu pengaturan suatu kegiatan atau lebih yang dapa
disediakan dari dalam perusahaan atau malah disediakan oleh perusahaan
lain.
David Ricardo menggunakan beberapa asumsi sederhana sebagai dasar
teorinya. Asumsi-asumsi tersebut adalah (1) Hanya terdapat dua negara dan dua
komoditas, (2) Terdapatnya perdagangan bebas, (3) Mobilitas sempurna pada
faktor tenaga kerja di dalam negeri tetapi tidak beas (immobile) diantara kedua
negara, (4) Biaya produksi yang konstan, (5) Tidak ada biaya transportasi, dan (6)
tidak ada perubahan teknologi.
Dalam penelitian empiris, konsep keunggulan komperatif dianggap
mempunyai dua aplikasi yang berguna yaitu: pertama, sebagai dasar untuk
menjelaskan pola spesialisasi internasional dalm produksi dan perdagangan, yang
dikemukakan sebagai salah satu konsep fundamental dalam teori perdagangan
yang bersifat deskriptif, dan kedua, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh
pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan alokasi
sumber-sumber daya dan perdagangan. Dalam hal ini keunggulan komparatif
memegang peranan yang penting dalam masalah-masalah ekonomi yang bersifat
prescriptive (menentukan).2

Manfaat Perdagangan Internasional


Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai
berikut.
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanyaperdagangan internasional, setiap
negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang
tersebut dari luar negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal,
dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
4. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik
produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

Faktor Pendorong Perdagangan Internasional


Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2
UNIDO, Internasional Comparative Advantage in Manufacturing. Changing Profiles of Resources
and Trade, Unido Publication April 1986, hal 1
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.

Anda mungkin juga menyukai