Anda di halaman 1dari 15

TEORI HECKSER OHLIN

Teori ini dikembangkan oleh Ekonom Swedia yaitu Eli Heckser (pada tahun 1919)
dan Bertil Ohlin (pada tahun 1933). Teori ini muncul karena Eli Hecksser dan Bertil Ohlin
memiliki pandangan berbeda dengan teori klasik yang sebelumnya . Teori Kalsik yang
dimaksud adalah Teori Keunggulan Komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo, yang
dimana dalam teori tersebut menyatakan bahwa pola perdagangan internasional muncul
karena adanya keunggulan kompaatif suatu negara, dan keunggulan komparatif tersebut
timbul dari perbedaan dalam produktivitas.
Teori Heckser Ohlin ini berpendapat bahwa pola perdagangan internasional
ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung (sumber daya lokalnya), daripada
perbedaan produktivitasnya menghasilkan suatu barang tertentu. Teori ini berpendapat bahwa
keunggulan komparatif timbul dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki sutau
negara, yang dimana negara tersebut ketika mengeskpor barang – barang hasil produksinya
memiliki sumber daya lokal yang dimilikinya secara melimpah. Sedangkan, ketika suatu
negara mengimpor barang negara tersebut memiliki sumber daya lokal yang langka.

Teori ini didukung oleh beberapa asumsi sederhana. Aumsi-asumsi tersebut yakni:

 Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (komoditi X dan komoditi Y) serta dua faktor
produksi tenaga kerja dan modal).
 Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi produksi
yang persis sama.
 Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja (labor
intensive),sedangkan komoditi Y secara umum bersifat padat modal (capital intensive).
 Kedua komoditi tersebut sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan
(constant scale of return).
 Spesialisasi produksi yang berlangsung dikedua negara sama-sama tidak lengkap atau
tidak menyeluruh. Spesialisasi produksi adalah memproduksi suatu produk yang memiliki
nilai kekhususan sendiri.
 Selera atau preferensi permintaan konsumen kedua negara persis sama.
 Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk dan dalam pasar faktor produksi.
 Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara
namun tidak ada mobilitas faktor faktor antar negara.
 Sama sekali tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan
lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan antara kedua negara.
 Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara dapat
dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.
 Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama
dengan total nilai impor).
Dalam penerapan selanjutnya asumsi-asumsi di atas dilonggarkan. Pelonggaran tersebut tidak
mempengaruhi validitas teori Heckscker-Ohlin yang sampai sekarang ini masih
diakui sebagai salah satu teori fundamental dalam ilmu ekonomi internasional. Salah satu
asumsi yang tidak dapat diganggu gugat adalah asumsi mengenai persaingan sempurna ,
karena jika asumsi ini disisihkan maka perlu dicari teori perdagangan lain guna memahami
sebagian besar transaksi perdagangan internasional atas dasar skala ekonomis yang
meningkat (increasing economies of scale) dan persaingan tidak sempurna. Adapun hipotesis
yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:

 Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap
negara turun.
 Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
 Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung
sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.
 Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang
kaya Labor.
 Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka ekspornya
padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat
karya dan impornya padat kapital.

Disini akan diberikan contoh tentang teori Heckscher Ohlin

1. Misalnya Indonesia dan Korea masing masing memproduksi celana jeans dan ponsel.
Meskipun kedua negara menggunakan teknologi produksi yang sama, seseorang memiliki
banyak modal namun sejumlah pekerja terbatas, sementara negara lain hanya memiliki
sedikit modal tapi banyak pekerja. Korea yang memiliki banyak modal tapi hanya sedikit
pekerja yang bisa menghasilkan banyak ponsel tapi sedikit celana jeans karena ponsel ini
padat modal dan jeans padat karya. Indonesia dengan banyak pekerja tapi sedikit modal, di
sisi lain, bisa menghasilkan banyak pasang jeans tapi hanya sedikit ponsel. Berdasarkan teori
Heckscher-Ohlin ini, perdagangan memungkinkan setiap negara untuk mengambil
spesialisasi. Setiap negara mengekspor produk yang paling sesuai untuk diproduksi dengan
imbalan produk yang kurang sesuai untuk diproduksi. Korea yang memiliki banyak modal
mengkhususkan diri dalam produksi ponsel, sedangkan negara yang memiliki lebih banyak
tenaga kerja mengkhususkan diri dalam produksi jeans.

2. Amerika serikat telah lama menjadi eksportir besar barang – barang pertanian,
memcerminkan sebagian kelimpahan yang tidak biasa dari tanah yang subur. Sebaliknya,
Cina unggul dalam ekspor barang yang diproduksi di industri padat karya manufacturing,
seperti tekstil dan alas kaki. Hal ini mencerminkan kelimpahan cina terhadap tenaga kerja
yang murah. Amerika serikat yang tidak memiliki berlimpah tenaga kerja yang murah telah
menjadi importir utama barang – barang Cina.
3. Perbedaan kepemilikan sumber daya dapat dilihat pada pola perdagangan antara Kanada
dan Amerika Serikat. Selama ini Kanada mengekspor hasil-hasil hutan ke Amerika Serikat
tidak berarti bahwa tenaga kerja pada sektor kehutanan di Kanada lebih produktif dibanding
tenaga kerja Amerika Serikat, akan tetapi karena jumlah penduduk Kanada yang relatif
sedikit mempunyai sumber daya hutan per kapita yang lebih luas dari pada Amerika Serikat.
Dengan kelimpahan sumber daya hutan, maka Kanada lebih produktif dalam menghasilkan
kayu.
Ketiga Contoh tersebut terkait dengan Teori Heckser Olin karena, ketiganya
menggambarkan perbedaan kedua negara karena adanya perbedaan sumber daya yang
dimiliki kedua negara tersebut, sehingga kedua negara bersangkutan melakukan kegiatan
ekspor dan impor. Hal ini sesuai dengan teori Heckser – Ohlin yang menjelaskan pola
perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung (sumber daya
lokalnya), daripada perbedaan produktivitasnya menghasilkan suatu barang tertentu.
Keunggulan dari Teori Heckscher Ohlin yaitu teori ini memiliki asumsi
penyederhanaan yang sedikit, sehingga sebagian besar ekonom lebih memilih teori Hecksser
Ohlin daripada teori Ricardo. Adapun kelemahan dari Teori Heckschcer Ohlin yaitu jika
jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang
yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi, dan
beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini kuang valid, yaitu :
a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan
teknologi yang berbeda.
b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih
menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri
yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan
dengan model faktor endowment H-O. Faktor endowment atau disebut faktor anugerah
artinya sejauh mana negara diberkahi dg sumber daya seperti tanah, tenaga kerja, dan modal.
c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan
kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan
modifikasi H-O.
d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika
melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih
memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT
Teori Keunggulan Absolut dikembangkan oleh Adam Smith pada tahun 1776 dalam
karyanya yang berjudul The Wealth of Nations. Teori ini muncul karena Smith tidak setuju
terhadap pernyataan Teori Merkantilisme. Smith menyerang pedagang yang mengasumsikan
bhawa perdagangan adalah zero sum game yang disebutkan dalam Teori Merkantilisme
sebelumnya. Zero sum game adalah sesuatu dimana keuntungan terjadi pada salah satu
negara, sedangkan terjadi kerugian pada negara koloninya). Smith berpendapat bahwa negara
– negara memiliki kemampuan yang berbeda - beda untuk memproduksi barang – barang
secara efisien. Dengan kemampuan tersebut, suatu negara memiliki keunggulan absolut
(absolut advantage) dalam produksi produknya lebih efisien daripada negara lain dalam
memproduksi produk yang sama.
Adam Smith mengemukakan idenya tentang pembagian kerja internasional yang
membawa pengaruh besar bagi perluasan pasar barang-barang negara tersebut serta akibatnya
berupa spesialisasi internasional yang dapat memberikan hasil berupa manfaat perdagangan
yang timbul dari dalam atau berupa kenaikan produksi serta konsumsi barang-barang dan
jasa-jasa, dan idenya tentang spesialisasi internasional. Selain itu, dengan melakukan
spesialisasi internasional, maka masing-masing negara akan berusaha untuk menekan
produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimiliki baik
keuntungan alamiah maupun keuntungan yang diperkembangkan, dalam artian suatu negara
akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan.
Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam
negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila
suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang. Keuntungan mutlak
diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang
dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang
tertentu karena dapat menghasilkan barang tersebut dengan efisien daripada negara lain.
Dengan kata lain, negara tersebut memiliki keuntungan mutlak dalam produksi barang.

Ada beberapa asumsi dari teori keunggulan Absolut ini

 Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja


2. Kualitas barang yang diproduksi kedua Negara sama
Pertukaran dilakukan secara barter tanpa mengeluarkan uang
Biaya ditransport ditiadakan.
Contoh :

1. https://fajrina.wordpress.com/teori-perdagangan-internasional/
Misalnya hanya ada 2 negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja
yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1
unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja.
Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja
sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2
Dari tabel diatas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang
Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris
sedang di Amerika hanya 8 unit. (10 > 8 ). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit
tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa
Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute
advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing-masing
negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih
rendah dari negara lain.

2. Indonesia dan India memproduksi dua jenis komoditi yaitu pakaian dan tas dengan
asumsi (anggapan) masing-masing negara menggunakan 100 tenaga kerja untuk
memproduksi kedua komoditi tersebut. 50 tenaga kerja untuk memproduksi pakaian dan
50 tenaga kerja untuk memproduksi tas. Misalnya diperoleh Hasil total produksi kedua
negara tersebut yaitu:

Produk Indonesia India


Pakaian 40 unit 20 unit
Tas 20 unit 30 unit
Berdasarkan informasi di atas, Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi
pakaian dibandingkan dengan India, karena 50 tenaga kerja di Indonesia mampu
memproduksi 40 tenaga kerja dan India hanya bisa memproduksi 20 unit. Sedangkan India
memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi tas karena India bisa membuat 30 tas,
Indonesia hanya 20 tas. Jadi Indonesia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi pakaian
dan India memiliki keunggulan mutlak dalam produksi tas. Jika masing – masing negara yang
mengkhususkan diri dalam memproduksi apa yang menjadi keunggulan absolut mereka dan
kemudian berdagang dengan negara lain untuk barang yang tidak negara lain miliki,
Indonesia dapat menghasilkan 80 unit pakaian dan India dapat menghasilkan 80 unit tas.
Dengan melakukan spesialisasi hasil produksi semakin meningkat. Karena Indonesia dan
India memindahkan tenaga kerja dalam produksi komoditi yang menjadi spesialisasi.
Sebelum spesialisasi, jumlah produksi sebanyak 60 unit pakain dan 40 unit tas. Tetapi setelah
spesialisasi, jumlah produksi meningkat dari 60 uunit menjadi 80 unit pakaian, sementara
produksi tas juga meningkat dari 50 unit tas menjadi 80 unit tas. Peningkatan produksi yang
dihasilkan dari spesialisasi adalah 20 unit pakaian dan 30 unit tas.

3.

Vietnam lebih unggul untuk memproduksi beras dan Korea Selatan lebih unggul
untuk produksi elektronik, sehingga negara Vietnam seharusnya berspesialisasi
untuk produk beras dan negara Korea Selatan berspesialisasi untuk produk
elektronik. Dengan demikian, jika kedua negara tersebut mengadakan perdagangan
internasiona (ekspor dan impor), maka keduanya akan memperoleh keuntungan.
Besarnya keuntungan kedua negara dapat dihitung sebagai berikut:

Keuntungan Vietnam
Untuk negara Vietnam, Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 kg beras akan mendapatkan
1 unit elektronik, sedangkan Korea Selatan 1 kg beras akan mendapatkan 4 unit elektronik.
Dengan demikian, jika Vietnam menukarkan beras dengan elektronik Korea Selatan akan
memperoleh keuntungan sebesar 3 unit elektronik, yang diperoleh dari (4 elektronik - 1
elektronik).

Keuntungan Korea Selatan


Untuk negara Korea Selatan Dasar Tukar Dalam Negerinya (DTD) 1 unit elektronik akan
mendapatkan 0,25 beras, sedangkan di Vietnam 1 unit elektronik akan mendapatkan 1 kg
beras. Dengan demikian, jika negara Korea Selatan mengadakan perdagangan internasional
atau menukarkan elektroniknya dengan Vietnam, akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75
kg beras, yang diperoleh dari (1 kg beras - 0,25 beras).

Ketiga contoh tersebut berkaitan dengan Teori Keunggulan Absolut karena dalam contoh
tersebut terdapat suatu negara yang memproduksi suatu barang lebih efisien dibandingkan
negara lain, sehingga jika mereka melakukan spesialisasi atau perdagangan internasional
antar negara bersangkutan diperoleh keuntungan absolut untuk kedua negara bersangkutan.

Teori Keunggulan Mutlak/Absolut lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan


moneter, sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil
seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan
untuk menghasilkan barang, seperti pada contoh yang dijelaskan tadi. Makin banyak tenaga
kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori
Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja.

Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua
negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi
ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara, dan dapat dilihat kelebihan teori
yang digunakan oleh Adam Smith, yaitu teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat
sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen
serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara
yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena
tidak ada keuntungan, dan teori nilai tenaga kerja yang digunakan juga memiliki kelemahan
yaitu Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu
dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas.

Masngudi (2006) menjelaskan bahwa teori keunggulan absolut dari Adam Smith
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. Teori keunggulan absolut tidak menjelaskan dengan mekanisme apa dunia memperoleh
keuntungan dan output dan bagaimana dibagikan di antara para penduduk masing-masig
negara.

2. Dalam model teori keunggulan absolut tidak menjelaskan bagaimana jikalau negara yang
satu sudah mengadakan spesialisasi sedangkan yang lain masih memproduksikan kedua
produk.

3. Bahwa labor productivity berbeda-beda. Labor productivity adalah output produksi pada
periode tertentu dibagi dengan penggunaan tenaga kerja baik yang secara langsung dan tidak
langsung. Standar yang dipakai biasanya adalah output perorang perhari.

4. Bahwa Adam Smith tak terpikirkan adanya negara negara yang sama sekali tidak memiliki
keunggulan absolut
TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF

Teori ini dikembangkan oleh David Ricardo pada tahun 1817 dalam bukunya yang
berjudul Principles of Political Economy. Teori ini muncul karena David Ricardo ingin
mengeksplorasi lebih jauh Teori Keunggulan Absolut yang sebelumnya. Teori Keunggulan
Absolut menyatakan bahwa jika satu negara memiliki keunggulan absolut dalam
memproduksi semua barang, negara tersebut mungkin tidak mempunyai manfaat dari
perdagangan internasional. Namun, Teori David Ricardo menolak pernyataan tersebut. Teori
David Ricardo menyatakan, Walaupun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain
dalam memproduksi kedua jenis komoditi yang dihasilkan, namun masih tetap terdapat dasar
untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor barang yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki
kerugian komparatif).
Teori keunggulan absolut yang sebelumnya tidak dapat digunakan sebagai dasar
dalam perdagangan internasional apabila salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas
kedua jenis komoditi. Namun dengan teori keunggulan komparatif,yang dikemukakan oleh
David Ricardo, perdagangan internasional antara dua negara masih dapat berlangsung
walaupun salah satu negara memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.
Keunggulan komparatif (Comparative Advantages) adalah keuntungan atau keunggulan yang
diperoleh suatu negara dari melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang yang
memiliki harga relatif (relative price) yang lebih rendah dari produksi negara lain. Atau,
dengan kata lain, suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah
Pesan dasar Teori Keunggulan Komparatif adalah bahwa dunia produksi potensial
lebih besar dengan perdagangan bebas tak terbatas daripada dengan perdagangan terbatas.
Teori Ricardo menunjukkan bahwa konsumen di semua negara dapat mengkonsumsi leboh
banyak jika tidak ada pembatasan dalam perdagangan. Hal ini terjadi bahkan di negara –
negara yang kekurangan, namun keunggulan absolut dalam produksi ada gunanya.
Teori Keunggulan Komparatif menggunakan asumsi sebagai berikut :
1. Teori ini Didorong oleh maksimalisasi produksi dan konsumsi
2. Hanya 2 negara terkait dan hanya 2 barang produksi dan konsumsi
3. Tidak ada biaya transportasi
4. Sumber Daya yang digunakan hanya tenaga kerja
5. Spesialisasi dalam produksi satu barangtertentu tidak menghasilkan keuntungan dalam
efisiensi.

Contoh Teori Keunggulan Komparatif :


1.
Negara Produksi
1 kg gula 1 m kain
Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja
Cina 6 hari kerja 5 hari kerja

Perhitungan Cost Comparative


Perbandingan Cost 1 kg gula 1m kain
Indonesia/Cina 3/6 HK 4/5 HK
Cina/Indonesia 6/3 HK 5/4 HK

Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage dapat dilihat bahwa tenaga kerja
Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6 atau ½
hari kerja) daripada produksi 1 meter kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan mendorong Indonesia
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula. Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata
lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 meter kain (3/6 hari
kerja)daripada produksi 1 kg gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini mendorong Cina
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain

2.
Hal tersebut dapat dijelaskan pada contoh di bawah ini.

Negara Permadani Sutra Dasar Tukar Domestik (DTD)

1 meter sutra = 0,8 meter


Iran 30 menit/meter 24 menit/meter permadani
1 meter sutra = 1,25 meter
Bangladesh 40 menit/meter 50 menit/meter permadani

Pada tabel tersebut dilihat jumlah waktu yang digunakan tanpa memperhatikan perbandingan
dasar tukar domestik antara permadani dan sutra di kedua negara, tampaknya India memiliki
keunggulan absolut atas permadani dan sutra, mengingat Iran dapat menghasilkan permadani
dalam waktu 30 menit/meter, sedangkan Bangladesh menggunakan waktu yang lebih banyak
40 menit/meter, begitu pula sutra, Iran hanya menggunakan waktu 24 menit/meter, sedangkan
Bangladesh menggunakan 50 menit/meter. Dengan demikian berdasarkan teori keunggulan
absolut, perdagangan antara kedua negara tidak akan terjadi, karena Iran memiliki
keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi. Berdasarkan pada teori keunggulan
komparatif, perdagangan antara Iran dan Bangladesh masih tetap akan terjadi, karena secara
komparatif dimana Iran memiliki keunggulan atas sutra dan Bangladesh memiliki keunggulan
atas permadani. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan dasar tukar domestik masing-masing
negara, yaitu DTD di Iran adalah 1 meter sutra dapat ditukar dengan 0,8 meter permadani,
sementara di Bangladesh 1 meter sutra dapat ditukar dengan 1,25 meter permadani. Atau
dengan kata lain bahwa di Iran harga sutra lebih murah di banding harga permadani (karena
ongkos produksinya hanya 24/50 atau 48 % dari ongkos produksi sutra di Bangladesh,

3. Kebutuhan Jam Kerja untuk Produksi


Produk Amerika Eropa
Pizza 1 3
Pakaian 2 4

diasumsikan ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan pakaian).
Keduanya memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk
memproduksi pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi 1 unit pizza dengan
1 jam TK dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK
untuk memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian. Sekedar keterangan, Amerika
mampu memproduksi keduanya dengan jam TK (input) yang lebih sedikit daripada Eropa.
Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage), Amerika seharusnya
memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak demikian menurut teori keuntungan
komparatif. Kita lihat perbandingannya dibawah dengan menggunakan teori keuntungan
komparatif :

 Sebelum melakukan perdagangan


Produksi di kedua negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di
Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya 1/3 pizza
atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di Amerika dan TK di
Eropa memiliki daya beli yang relatif lebih kecil. Ini tentunya juga menimbulkan perbedaan
biaya produksi, dan jika pasar adalah persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan
berbeda di kedua negara.
Sementara itu, mari kita lihat berapa total output yang mampu diproduksi kedua
negara tanpa melakukan perdagangan. Jika diasumsikan dari total 120 jam TK (input) yang
tersedia di tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan separuhnya lagi
dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua negara adalah sebagai
berikut :
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 60 20
Pakaian 30 15
Total 90 + 35 = 125

Dengan input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan
separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30 pakaian (60
jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK / 3) dan 15
pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang dihasilkan kedua negara
adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian.
Menurut teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi pizza
dan Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal bagi
Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu diproduksi
Eropa (lihat gambar 1). Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena rasio harga
produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi Amerika (lihat
gambar 1). jadi, perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga relatif di kedua
negara, bukan hanya di satu negara.
Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika
kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian ke Amerika.
Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang diekspor juga akan lebih
murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun. JIka harga pizza di eropa terlalu rendah
bagi produsen Eropa, mereka akan menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi.
Akhirnya mereka akan beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian.
Sedangkan kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama juga
terjadi terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan membuat Amerika
hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian.

 Setelah melakukan perdagangan


Total output kedua negara adalah sebagai berikut :
Kebutuhan jam Tenaga Kerja untuk Produksi
Produk Amerika Eropa
Pizza 120 0
Pakaian 0 30
Total 120 + 30 = 150

Pada gambar diatas, Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk
memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1). Sedangkan
Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja, sehingga
menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua negara meningkat
dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150 unit.
Ketiga contoh tersebut berhubungan dengan Teori Keunggulan Komparatif karena
ketiga contoh tersebut menggambarkan suatu negara yang memiliki keunggulan absolut
terhadap kedua jenis komoditas, yang dimana secara teori keunggulan abslout tidak akan
terjadi perdagangan antara negara yang terkait. Namun, negara pada contoh tersebut dapat
melakukan perdagangan apabila dihitung secara komparatif.
Keunggulan Teori Komparatif yaitu teori ini dapat menjelaskan bagimana jika suatu
negara yang tidak memiliki keunggulan absolut, sehingga masih dapat melakukan
perdagangan internasional. Adapun Kelemahan-kelemahan dari teori keunggulan komparatif
adalah timbulnya ketergantungan dari Dunia Ketiga terhadap negara-negara maju karena
keterbelakangan teknologi. Fakta lain, saat ini negara-negara maju pun bisa membuat sendiri
apa yang menjadi spesialisasi negara berkembang (misalnya pertanian) dan melakukan
proteksionisme. Alih teknologi-produksi yang terjadi, misal barang-barang spesialisasi dari
Indonesia yang dijual ke Jepang akan dijual lagi ke Indonesia dengan harga dan bentuk yang
lebih bagus, seperti karet menjadi ban ; dan juga membuat negara-negara berkembang sulit
bersaing keuntungan. Perusahaan seperti Honda membuat bahan motor di negara-negara
spesialisasi. Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut, teori ini sebenarnya hanya cocok
untuk perdagangan internasional antar negara maju

Anda mungkin juga menyukai