Anda di halaman 1dari 17

Tugas 2 Ekonomi Internasional Kelompok 3

Anggota Kelompok :

Marlina Putri ( 1910541010 )

Yovi Gina Pratiwi ( 1910541012 )

Rahmah Fajriwati ( 1910542012 )

Questions For Review

1. Dengan cara apa teori Heckscher-Ohlin merupakan perluasan dari model perdagangan
yang disajikan dalam bab-bab sebelumnya? Apa yang dikatakan para ekonom klasik
tentang hal ini?
2. Sebutkan asumsi dari teori Heckscher-Ohlin. Apa arti dan pentingnya masing-masing
asumsi ?
3. Apa yang dimaksud dengan komoditas padat karya? Komoditas padat modal? Rasio
modal-tenaga kerja?
4. Apa yang dimaksud dengan negara dengan modal berlimpah? Apa yang menentukan
bentuk garis batas produksi setiap negara?
5. Apa yang menentukan rasio modal-tenaga kerja dalam produksi setiap komoditas di
kedua negara ? Manakah dari kedua negara yang akan anda harapkan untuk
menggunakan rasio modal-tenaga kerja yang lebih tinggi dalam produksi kedua
komoditas? Kenapa? Dalam keadaan apa rasio tenaga kerja-modal akan sama dalam
produksi kedua komoditas di negara masing-masing ?
6. Jika tenaga kerja dan modal dapat menggantikan satu sama lain dalam produksi kedua
komoditas kapan kita dapat mengatakan bahwa salah satu komoditas adalah padat
modal dan yang lainnya padat karya ?
7. Apa yang didalilkan oleh teori Heckscher-Ohlin? Kekuatan apa yang diidentifikasi
oleh Heckscher dan Ohlin sebagai dasar penentu keunggulan komparatif dan
perdagangan?
8. Apa yang didalilkan oleh teori penyeimbangan harga faktor produksi? Apa
hubungannya dengan mobilitas internasional dari faktor-faktor produksi ?
9. Jelaskan mengapa teori Heckscher-Ohlin disebut sebagai model ekuilibrium umum ?
10. Apa yang dimaksud dengan paradoks Leontief? Apa sajakah beberapa penjelasan
yang menyebabkan adanya paradoks? Bagaimana modal manusia berkontribusi pada
penjelasan pradoks ?
11. Apa hasil uji empiris mengenai hubungan antara modal manusia dan perdagangan
internasional? Sumber daya alam dan perdagangan internasional? Apakah status dari
teori H-O saat ini?
12. Apa yang dimaksud dengan pembalikan intensitas faktor produksi? Bagaimana hal ini
terkait dengan elastisitas substitusi faktor produksi? Mengapa kelaziman pembalikan
faktor produksi menyebabkan penolakan dari teori H-O dan teori penyeimbangan
harga faktor produksi? Apa hasil ujia empiris pada kelaziman pembalikan faktor
produksi dalam dunia nyata?
13. Apakah penelitian yang lebih baru mengonfirmasikan atau menolak model H-O?

Jawaban :

1. Teori Heckscher-Ohlin memperluas model perdagangan yaiti : menjelaskan dasar dari


keunggulan komparatif, di teori H-O menjelaskan lebih lanjut alasan atau penyebab
terjadinya perbedaan harga komoditas relatif dan keunggulan komparatif antara kedua
negara.( RAHMA ). Selain itu, teori H-O juga , memperluas model pedagangan
dengan menganalisis pengaruh perdagangan internasional terhadap pendapatan dari
faktor produksi di kedua negara yang terlibat perdagangan. Artinya menguji pengaruh
perdagangan internasional terhadap pendapatan tenaga kerja dan perbedaan
pendapatan internasional.( ISNA ). Menurut ekonomi klasik, keunggulan komparatif
didasarkan pada perbedaan produktivitas tenaga kerja antarnegara, tetapi tidak
memberikan penjelasan untuk perbedaan dalam produktivitas kecuali untuk
kemungkinan perbedaan iklim.( YOVI )
2. Teori Heckscher – Ohlin didasarkan pada asumsi berikut:
1. Ada dua negara (Negara 1 dan Negara 2), dua komoditas (komoditas X dan
komoditas Y), dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal).
2. Kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam produksi.
3. Komoditas X adalah padat karya, dan komoditas Y adalah padat modal di kedua
negara.
4. Kedua komoditas yang diproduksi diukur dalam skala hasil konstan di kedua
negara.
5. Ada spesialisasi yang tidak menyeluruh dalam produksi di kedua negara.
6. Selera sama di kedua negara.
7. Ada persaingan sempurna di komoditas dan pasar faktor produksi di kedua negara.
8. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna di setiap negara tetapi tidak ada mobilitas
faktor produksi internasional.
9. Tidak ada biaya transportasi, tarif, atau penghalangan lain untuk arus bebas
perdagangan internasional.
10. Semua sumber daya digunakan sepenuhnya di kedua negara.
11. Perdagangan internasional antara kedua negara seimbang
Makna dari Asumsi :
 Yang dimaksud dengan asumsi 1 (dua negara, dua komoditas, dan dua faktor).
Asumsi ini dibuat dengan pengetahuan bahwa penyederhanaan, sehingga
untuk menangani kasus yang lebih realistis akan menghasilkan kesimpulan,
yang dasarnya tidak berubah dari teori.
 Asumsi 2 . Kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam produksi.
berarti bahwa kedua negara memiliki akses dan menggunakan teknik produksi
yang sama secara umum. Jika harga faktor produksi sama di kedua negara,
produsen di kedua negara akan menggunakan jumlah tenaga kerja dan modal
yang sama dalam produksi setiap komoditas.
 Asumsi 3 (komoditas X padat karya dan komoditas Y padat modal ) berarti
komoditas X membutuhkan tenaga kerja yang relatif lebih banyak daripada
komoditas Y di kedua negara. ( Berarti rasio tenaga kerja-modal (L/K) lebih
tinggi untuk komoditas X daripada komoditas Y di kedua negara pada harga
faktor produksi yang sama, dan sebaliknya.) =rahma
 Asumsi 4 ( skala hasil konstan dalam produksi kedua komoditas di keduanya
negara) berarti bahwa meningkatkan jumlah tenaga kerja dan modal yang
digunakan dalam produksi apapun komoditasnya akan meningkatkan output
komoditas itu dalam proporsi yang sama. 
 Asumsi 5 (spesialisasi yang tidak menyeluruh dalam produksi di kedua
negara) berarti bahwa dengan perdagangan bebas kedua negara terus
memproduksi kedua komoditas.
 Asumsi 6 (selera yang sama di kedua negara) Ketika harga komoditas relatif
sama di kedua negara (misalnya, perdagangan bebas), kedua negara akan
mengonsumsi X dan Y dalam proporsi/jumlah yang sama.
 Asumsi 7 ( persaingan sempurna di kedua komoditas dan pasar faktor
produksi) berarti bahwa produsen, konsumen, dan pedagang komoditas X dan
komoditas Y di kedua negara kecil kemungkinan untuk mempengaruhi harga
komoditas.
 Asumsi 8 ( mobilitas faktor internal sempurna tetapi tidak ada mobilitas faktor
internasional di kedua negara) berarti bahwa tenaga kerja dan modal bebas
bergerak, dan bergerak cepat, dari daerah dan industri yang pendapatannya
lebih rendah ke daerah dan industri yang pendapatannya lebih tinggi (
pendapatan untuk jenis tenaga kerja dan modal yang sama di semua bidang,
penggunaan, dan industri negara. Mobilitas faktor produksi internasional yaitu
tidak ada mobilitas faktor produksi antarnegara.) = yovi
 Asumsi 9 (tidak ada biaya transportasi, tarif, atau halangan lain untuk arus
bebas perdagangan internasional) berarti bahwa spesialisasi dalam hasil
produksi berlangsung terus di kedua negara dengan tercapainya perdagangan.
 Asumsi 10 (semua sumber daya digunakan penuh di kedua negara) tidak ada
sumber daya atau faktor produksi yang tidak dipakai di suatu negara.
 Asumsi 11 (perdagangan internasional antara kedua negara seimbang) berarti
bahwa total nilai ekspor masing-massing negara sama dengan nilai total
impor.
3. Komoditas padat karya adalah membutuhkan tenaga kerja yang relatif lebih banyak
dalam melakukan produksi (rahma)
Komoditas padat modal adalah membutuhkan tenaga kerja yang relatif sedikit dalam
memproduksi dan menggunakan modal yang melimpah.(rahma)
Rasio modal-tenaga kerja adalah jumlah modal per unit tenaga kerja yang digunkan
dalam memproduksi (isna)
4. Yang dimaksud dengan negara dengan modal berlimpah adalah Misal Negara 1 dan
Negara 2, dalam hal unit fisik Negara 2 itu memiliki modal yang melimpah jika rasio
dari jumlah total modal dengan jumlah total tenaga kerja ( TK / TL ) yang tersedia di
negara 2 lebih besar dari TK/TL pada negara 1. Sedagkan dari segi harga faktor
produksi, Negara 2 adalah modal yang melimpah jika rasio harga sewa modal dengan
harga waktu kerja ( P K / P L ) lebih rendah di Negara 2 dibandingkan (Pk/PL) Negara
1.
Yang menentukan garis batas produksi adalah, karena negara 2 adalah negara dengan
K berlimpah dan komoditas Y adalah komoditas K intensif, maka negara 2 dapat
menghasilkan relatif lebih banyak komoditas Y dari pada negara 1. Hal ini
memberikan garis batas produksi untuk negara 1 yang relatif datar ( miring ke arah
sumbu horizontal yang mengukur komoditas X dan lebih lebar dari garis batas
produksi negara 2 ( garis batas produksi negara 2 miring menuju sumbu vertikal yang
mengukur komoditas Y )= rahma

Garis batas produksi negara 1 lebih datar dan lebih lebar dari garis batas produksi
negara 2. Hal ini dikarenakan negara 1 adalah negara dengan L berlimpah dan
komoditas X adalah L intensif. =Lina
5. Yang menentukan rasio modal-tenaga kerja adalah jumlah modal yang dimiliki suatu
negara dibandingkan jumlah tenaga kerja (TK/TL). Jika modal ( K) sepanjang sumbu
vertikal grafik dan tenaga kerja ( L) sepanjang sumbu horizontal, dan produksi
berlangsung sepanjang garis lurus dari asalnya, kemiringan garis tersebut akan
mengukur rasio modal-tenaga kerja ( K / L) dalam produksi komoditas.
Negara yang saya harapkan untuk menggunakan rasio modal-tenaga kerja yang lebih
tinggi dalam memproduksi kedua komoditas adalah Negara 2 karena menggunakan
teknik produksi yang lebih K-intensif di kedua komoditas dibandingkan negara 1. K/L
lebih tinggi dari Negara 1 dalam produksi kedua komoditas karena harga relatif modal
(r/w) lebih rendah di negara 2, ( ISNA )
( pada saat negara 2 memiliki K berlimpah dan komoditas Y adalah komoditas K-
intensif, negara 2 dapat menghasilkan lebih banyak Y dari negara 1 dan , negara 1
memiliki L berlimpah dan komoditass X adalah komoditas L intensif, negara 1
menghasilkan relatif lebih banyak komoditas X dari negara 2 )( YOVI )
6. Komoditas X adalah padat karya dan komoditas Y adalah padat modal berarti bahwa
komoditas X membutuhkan tenaga kerja yang relatif lebih banyak daripada komoditas
Y di kedua negara. Komoditas padat modal ketika komoditas Y adalah komoditas K-
intensif dan komoditas padat karya ketika komoditas X adalah komoditas L-intensif.
Setuju
7. Model Heckscher-Ohlin disebut juga sebagai model HO. Teori Heckscher-Ohlin
dijelaskan secara singkat dalam bentuk dua teori yaitu : teori H-O dan teori
penyamaan harga faktor produksi .( tambahkan yovi) Teori Heckscher-Ohlin
menyatakan : suatu negara akan mengekspor komoditas yang produksinya
memerlukan penggunaan intensif fktor produksi negara yang jumlahnya relatif
berlimpah dan murah dan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan
penggunaan intensif faktor produksi negara yang jumlahnya relatif langka dan
harganya mahal.
teori H-O mengisolasi perbedaan dalam kelimpahan faktor produksi relatif, atau
faktor produksi bawaan antar negara sebagai penyebab dasar atau penentu keunggulan
komparatif dan perdagangan internasional.
Teori H-O mendalilkan bahwa perbedaan relatif dalam kelimpahan dan harga faktor
produksi merupakan penyebab perbedaan harga komoditas relatif antara dua negara
sebelum terjadi perdagangan.
8. Teori penyeimbangan harga faktor produksi menyatakan : perdagangan
internasional akan membawa pemerataan dalam hasil relatif dan absolut untuk faktor
homogen di berbagai negara. Dengan demikian, perdagangan internasional adalah
pengganti mobilitas internasional dari faktor produksi. Berarti bahwa perdagangan
internasional akan menyebabkan upah tenaga kerja homogen harus sama di semua
negara yang terlibat dalam perdagangan. Begitu juga, perdagangan internasional akan
menyebabkan hasil modal yang homogen. Artinya, perdagangan internasional akan
membuat w yang sama di negara 1 dan 2, begitu juga akan menyebabkan r yang sama
di kedua negara. Harga faktor produksi baik relatif dan absolut akan menyeimbangkan
kedudukannya.=rahma
9. Karena semua kegiatan ekonomi itu menentukan harga komoditas akhir. Yang
mana sifat ekuilibrium umum teori H-O dapat dilihat dari kerangka di bawah ini.
Dimulai dari sudut kanan bawah, distribusi kepemilikan faktor produksi dan selera itu
menentukan permintaan untuk komoditas. Sementara permintaan untuk faktor-faktor
produksi itu berasal dari permintaan untuk komoditas akhir. Kemudian permintaan
dan penawarann faktor produksi menentukan harga faktor produksi. Harga dari faktor
produksi dan teknologi menentukan harga komoditas akhir.

10. Paradoks leontief menjelaskan bahwa ekspor AS terdiri dari barang-barang yang
padat modal atau kapital. Karena Amerika Serikat adalah negara dengan K berlimpah
terbesar di dunia, maka leontief berharap Amerika Serikat mengekspor komoditas K
intensif dan mengimpor komoditas L intensif. Maka leontief memanfaatkan tabel
input-output ekonomi Amerika Serikat untuk menghitung jumlah tenaga kerja dan
modal dalam “himpunan perwakilan” dari ekspor Amerika Serikat. Leontief
memperkirakan K/L untuk pengganti impor Amerika Serikat. Penggantinya itu seperti
mobil yang diproduksi di dalam Amerika Serikat tetapi juga diimpor dari luar
negeri.=Lina Pengganti impor AS seakan akan mengekspor L komoditas intensif dan
impor K komoditas intensif. Hal ini berbanding terbalik dari apa yang diprediksi oleh
model H-O. =rahma
11. Pendekatan yang paling berpengaruh dilakukan oleh Kravis, Keesing, Kenen dan
Baldwin. Yang mana kravis berpendapat bahwa upah yang lebih tinggi dalam industri
ekspor AS adalah refleksi dari produktivitas dan modal manusia yang lebih besar
diwujudkan dalam ekspor AS dari pada dalam komoditas substitusi impor AS.
Sedangkan keesing menemukan bahwa ekspor AS lebih padat karya untuk tenaga
kerja terampil dari pada ekspor dari sembilan negara lainnya di tahun 1957.
Kemudian kenen pun juga memperkirakan modal manusia yang diwujudkan dalam
ekspor dan impor komoditas saingan AS dan menambahkan hasil perkiraan nya
dengan kebutuhan modal fisik dan kemudian menghitung ulang nilai K/L untuk
ekspor AS dan substitusi impor AS. Sementara Baldwin mengatakan bahwa
mengecualikan industri sumber daya alam tidak bisa untuk menghilangkan paradoks
kecuali modal manusia dimasukkan .
Proses produksi yang menggunakan sumber daya alam seperti penambangan batu
bara, produksi baja dan pertanian juga membutuhkan modal fisik yang besar. Maka
ketergantungan AS pada impor sumber daya alam dapat membantu menjelaskan
intensitas modal yang besar dari industri pesaing impor AS. =Rahma
Untuk saat ini dapat mempertahankan model H-O tradisional untuk menjelaskan
perdagangan antara negara maju dan negara berkembang dengan memenuhi syarat
atau dibatasi teori H-O (Isna)
12. Pembalikan intensitas faktor itu mengacu pada situasi komoditas L intensif di
negara dengan L berlimpah dan komoditas K intensif di negara K berlimpah. Untuk
menentukan kapan dan mengapa pembalikan intensitas faktor produksi terjadi maka
harus menggunakan konsep elastisitas substitusi faktor produksi. Elastisitas substitusi
itu mengukur kemudahan salah satu faktor produksi dapat digantikan dengan yang
lain dalam produksi seiring menurunnya harga faktor produksi relatif. Ketika
pembalikan intensitas faktor produksi terjadi maka teori H-O maupun teori
penyamaan harga faktor produksi menjadi tidak berlaku. Model H-O gagal karena
akan memprediksi bahwa negara 1 akan mengekspor komoditas X dan negara 2 juga
akan mengekspor komoditas X.(ISNA) kedua negara tidak mungkin mengekspor
komoditas homogen sehingga model H-O tidak lagi dapat memprediksi pola
perdagangan. Jika pembalikan faktor produksi sangat lazim sehingga teori H-O
seluruhnya harus ditolak. Jika itu terjadi maka kita dapat mempertahankan model H-O
dan menganggap pembalikan faktor produksi sebagai pengecualian.(YOVI)
13. Teori Heckscher-Ohlin yang dikenal sebagai teori perdagangan internasional yang
masih belum sempurna. Banyak pengujian terhadap teori ini yang dilakukan karena
banyak ahli ekonomi, karena teori tersebut tidak sesuai dengan apa yang terjadi di
dunia saat ini. Dimana kegiatan ekspor dilakukan oleh semua negara tanpa melihat
dari sumber dayayang dimiliki oleh negara tersebut dan tanpa melihat keadaan
ekonomi negara baik negara maju maupun berkembang. 
Penambahan isna : Penelitian yang lebih baru memberikan dukungan kuat untuk
memenuhi syarat atau terbatas dari model perdagangan H-O berdasarkan perbedaan
negara dalam faktor produksi pendukung, yang didefinisikan secara luas
Problems

1. Gambarkan dua buah sumbu, satu untuk negara 1 dan yang lainnya untuk negara 2,
yang mengukur tenaga kerja sepanjang sumbu horizontal dan modal sepanjang sumbu
vertikal.
a) Tunjukkan dengan garis lurus melalui titik asal bahwa K/L lebih tinggi untuk
komoditas Y dibandingkan komoditas X di kedua negara dalam kondisi tanpa
perdagangan dan K/L lebih tinggi di Negara 2 daripada di Negara 1 untuk kedua
komoditas.
b) Apa yang terjadi dengan kemiringan garis pengukuran K/L dari setiap komoditas
di Negara 2 jika r/w naik di Negara 2 sebagai akibat dari perdagangan
internasional ?
c) Apa yang terjadi dengan kemiringan garis yang mengukur K/L di Negara 1 jika
r/w jatuh di Negara 1 sebagai akibat dari perdagangan internasional ?
d) Melihat hasil b dan c, apakah perdagangan internasional meningkatkan atau
mengurangi perbedaan pada K/L dalam produksi komoditas masing-masing di
kedua Negara dibandingkan dengan situasi sebelum terjadi perdagangan ?
2. Tanpa melihat teks
a) Buatlah sketsa gambar yang mirip dengan gambar 5.4 dan tunjukkan titik
ekuilibrium atuarki di masing-masing negara dan titik produksi dan konsumsi di
tiap negara dengan adanya perdagangan.
b) Dengan mengacu pada gambar Anda di bagian a, jelaskan apa yang menentukan
keunggulan komparatif masing-masing negara.
c) Mengapa kedua negara mengonsumsi jumlah yang berbeda dari dua komoditas
ketika dalam kondisi tanpa adanya perdagangan tetapi jumlah yang sama setelah
adanya perdagangan ?
3. Dimulai dengan batas produksi untuk Negara 1 dan Negara 2 yang ditunjukkan pada
gambar 5.4, tunjukkan dengan gambar bahwa dengan perubahan yang kecil dalam
selera di kedua negara, Negara 1 akan terus memiliki keunggulan komparatif dalam
komoditas X.
4. Dimulai dengan batas produksi untuk Negara 1 dan Negara 2 yang ditunjukkan pada
gambar 5.4, tunjukkan dengan gambar bahwa perubahan selera yang cukup besar di
kedua negara dapat menetralkan perbedaan dalam faktor produksi bawaan mereka dan
bergerak menuju harga komoditas relatif yang seimbang di kedua negara dalam
kondisi tidak terjadi perdagangan.
5. Dimulai dengan garis batas produksi untuk Negara 1 dan Negara 2 yang ditunjukkan
pada gambar 5.4, tunjukkan bahwa dengan perbedaan yang bahkan lebih besar dalam
selera di kedua negara, Negara 1 pada akhirnya bisa mengekspor komoditas padat
modal.
6. Jika tenaga kerja dan modal dapat saling menggantikan dalam produksi kedua
komoditas, kapankah kita dapat mengatakan bahwa satu komoditas padat modal dan
yang lain padat karya?
7. Gambarlah gambar yang mirip dengan Gambar 5.4 tetapi menunjukkan bahwa model
Heckscher-Ohlin berlaku, bahkan dengan beberapa perbedaan selera antara Negara 1
dan Negara 2.
8. Jika Anda pernah bepergian ke negara berkembang yang miskin, Anda akan
memperhatikan bahwa orang-orang di sana mengonsumsi barang dan jasa yang sangat
berbeda dari konsumen AS. Apakah ini berarti selera di negara berkembang sangat
berbeda dengan selera AS? Menjelaskan.
9. Mulai dari titik ekuilibrium pretrade pada Gambar 5.4, asumsikan bahwa selera di
negara 1 berubah mendukung komoditas komparatifnya. Kerugian ( yaitu,
mendukung komoditas Y).
10. Mengomentari kutipan berikut: “Asumsi yang diperlukan untuk mewujudkan
kesetaraan penuh dalam pengembalian faktor homogeny di antara negara-negara
begitu membatasi dan tidak mewakili realitas aktual sehingga teori tersebut dapat
dikatakan untuk membuktikan kebalikan dari apa yang tampaknya dikatakan yaitu,
bahwa tidak ada kemungkinan sama sekali bahwa harga faktor akan pernah
disamakan dengan perdagangan komoditas bebas.
11. Dengan cara apa perdagangan internasional dapat dikatakan telah berkontribusi pada
peningkatan ketidaksetaraan upah di Amerika Serikat selama 20 tahun terakhir?
12. a) Diskusikan arti dan pentingnya paradoks leontief !
b) Rangkum hasil empiris Kravis, Keesing, Kenen, dan Baldwin tentang pentingnya
modal manusia dalam membantu menyelesaikan paradoks !
c) Bagaimana paradoks yang tampaknya diselesaikan oleh Leamer, Stern, Maskus,
Salvatore dan Barazesh?
d) Bagaimana status kontroversi hari ini?

13. a) Gambarlah gambar yang mirip dengan gambar 5.1 yang menunjukkan pembalikan
intensitas faktor!

b) Dengan mengacu pada gambar anda, jelaskan bagaimana pembalikan faktor dapat
terjadi!
c) Rangkum hasil empiris Minhas, Leontief, dan Ball tentang prevalensi pembalikan
faktor di dunia nyata!
14. Jelaskan mengapa pembalikan intensitas faktor, perbedaan harga modal internasional
dapat menurun, menigkat, atau tetap tidak berubah dengan perdagangan internasional!
15. a) Jelaskan bagaimana penelitian terbaru mencoba memverifikasi model H-O !
b) Jelaskan hasil tes empiris yang lebih baru ini !
c) Kesimpulan umum apa yang dapat dicapai sehubungan dengan kegunaan dan
penerimaan model H-O?
Jawaban :

1.

a) Gambar diatas menunjukkan, Negara 1 dapat menghasilkan 1Y dengan 2K


dan 2L. Dengan demikian, K/L=2/2=1 untuk Y. Ditunjukkan oleh kemiringan
1 untuk garis dari titik asal komoditas Y. Di sisi lain, 1K dan 4L yang
diperlukan untuk memproduksi 1X. Hal ini ditunjukkan oleh kemiringan 1/4
untuk garis dari titik asal untuk komoditas X. Oleh karena itu, K/L atau
kemiringan garis dari titik asal Negara 1 lebih tinggi untuk komoditas Y
dibandingkann komoditass X, dapat dikatakan bahwa komoditas Y adalah K
intensif dan komoditas X adalah L intensif di Negara 1.
Sedangkan di Negara 2, K/L adalah 4 untuk Y dan 1 untuk X. Oleh karena itu
Y adalah komoditass K intensif dan X adalah komoditas L intensif. Meskipun
komoditas Y adalah K intensif dalam kaitannya dengan komoditas X di kedua
negara. Negara 2 menggunakan K/L lebih tinggi dalam memproduksi baik
komoditas Y atau X dari Negara 1. Untuk Y, K/L=4 di Negara 2 tapi K/L=1 di
Negara 1. Sedangkan untuk X, K/L=1 di Negara 2 tapi K/L=4 di Negara 1.
b) Kemiringan garis pengukuran K/L dari setiap komoditas di Negara 2
turun/jatuh, jika r/w naik di Negara 2 sebagai akibat dari perdagangan
internasional. Garis dari titik asal untuk komoditas Y curam (memiliki
kemiringan lebih besar) daripada garis untuk komoditas X
c) Kemiringan garis yang mengukur K/L di Negara 1 naik, jika r/w jatuh di
Negara 1 sebagai akibat dari perdagangan internasional
d) Perdagangan internasional mengurangi perbedaan pada K/L dalam produksi
komoditas masing-masing di kedua Negara dibandingkan dengan situasi
sebelum terjadi perdagangan.
2.
a) sketsa gambar yang mirip dengan gambar 5.4 dan tunjukkan titik ekuilibrium
atuarki di masing-masing negara dan titik produksi dan konsumsi di tiap
negara dengan adanya perdagangan.
b) Yang menentukan keunggulan komparatif masing-masing negara adalah
perbedaan kondisi produksi ketika selera sama.
c) Kedua negara mengonsumsi jumlah yang berbeda dari dua komoditas ketika
dalam kondisi tanpa adanya perdagangan tetapi jumlah yang sama setelah
adanya perdagangan karena, harga internal berbeda tanpa perdagangan tetapi
identik dengan perdagangan.
3.

Titik singgung kurva indiferen (selera) I di titik A dan A’ mendefinisikan kondisi


dimana perdagangan tidak ada atau autarki, ekuilibrium harga komoditas relatif P A di
Negara 1 dan PA di Negara 2. Karena PA<PA’, Negara 1 memiliki keunggulan
komparatif dalam komoditas X.

4.
Selera kedua negara bisa berbeda untuk menciptakan perdagangan yang saling
menguntungkan untuk kedua negara. Hal ini terjadi jika kurva indiferen yang berbeda
di kedua negara besinggungan dengan batas-batas produksi masing-masing untuk
menghasilkan harga komoditas relatif autarki yang sama di kedua negara. Teori H-O
mensyaratkan jika selera berbeda, tidak cukup berbeda hingga bisa menetralkan
kecendrungan faktor pendukung dan kurva kemungkinan produksi mengarah ke arah
harga komoditas relatif dan keunggulan relatif yang berbeda di kedua negara.
5.

Ekspor komoditas X Negara 1 sama dengan impor Negara 2 untuk komoditas X (yaitu
BC=C’E’). Begitu juga, ekspor Negara 2 dalam komoditas Y sama dengan impor
komoditas Y dari Negara 1 (yaitu B’C’=CE). Pada P x/PY>PB’, Negara 1 ingin
mengekspor lebih banyak komoditas X dari yang diminta oleh Negara 2 pada harga X
yang relatif tinggi, dan PX/PY jatuh ke PB’. Di sisi lain, pada PX/PY<PB’, Negara 1 ingin
mengekspor lebih sedikit komoditas X dari yang ingin diimpor Negara 2 pada harga
X relatif rendah, dan Px/PY naik ke arah PB’, PX/PY menjelaskan fenomena dalam
komoditas Y.
6. Komoditas X adalah padat karya dan komoditas Y adalah padat modal berarti
bahwa komoditas X membutuhkan tenaga kerja yang relatif lebih banyak daripada
komoditas Y di kedua negara. Komoditas padat modal ketika komoditas Y adalah
komoditas K-intensif dan komoditas padat karya ketika komoditas X adalah
komoditas L-intensif. Misalkan ekspor suatu negara yang memiliki sumber daya
modal yang berlimpah akan berasal dari industri yang menggunakan sumber daya
modal secara intensif, dan negara yang memiliki sumber daya buruh yang
berlimpah akan mengimpor barang tersebut dan mengekspor barang yang
menggunakan tenaga buruh secara intensif sebagai gantinya. Jadi maksudnya
adalah Sehingga berdasarkan teori H-O, maka ekspor AS akan terdiri atas barang-
barang yang padat modal dan sebaliknya impornya akan terdiri atas barang-barang
padat karya.
7.

Dimulai dengan batas produksi untuk Negara 1 dan Negara 2 yang ditunjukkan
pada Gambar, menunjukkan secara grafis bahwa selera yang cukup berbeda di
kedua negara dapat dinetralkan perbedaan dalam faktor pendukung mereka dan
menghasilkan komoditas yang relatif sama harga di kedua negara tanpa adanya
perdagangan.
8. Karena amerika serikat memiliki modal yang cukup banyak dan tenaga kerja yang
terampil melebihi bagiannya dari PDB dunia. Dengan demikian, Amerika Serikat
memiliki surplus ekspor bersih atau keunggulan komparatif dalam barang-barang
berteknologi paling tinggi yang intensif dibandingkan Negara berkembang.
Orang-orang di negara berkembang mengkonsumsi barang dari jasa yang sangat
berbeda dari konsumen AS, bukan karena selera sangat berbeda dari selera
komsumen AS, tetapi karena pendapatan yang sangat berbeda (jauh lebih rendah)
daripada di Amerika Serikat
9. a) Pengaruh kejadian ini pada tingkat upah rill tenaga kerja disuatu Negara masih
ambigu. Alasannya adalah bahwa penngkatan px/py dan nilai permintaan tenaga
kerja akan lebih besar daripada kenaikan tingkat upah nominal (karena penawaran
tenaga kerja tidak vertical) sehingga tingkat upah rill tenaga kerja jatuh dalam
kaitannya dengan komoditi X. Jika selera berubah mendukung komoditas Y
(komoditas yang memiliki kelemahan komparatif), untuk negara 1Px/Py akan
lebih rendah.
b) Pengaruh perubahan selera untuk negara 1akan menyebabkan naiknya r/w di
negara 1
c) Pengaruh dari perubahan a dan b akan meningkatkan volume perdagangan.
Perubahan ini akan meningkatkan persyaratan perdagangan.
10. Pernyataan tersebut dibuat oleh Gottfried Haberler dalam karyanya Survey of
International Trade Theory, Special Papers in International Economics, No.1
(Princeton, N.J : Princeton University Press, International Finance Section, Juli
1961), hal 18. Meskipun pernyataan itu benar, itu tidak mengurangi kontribusi
besar Samuelson yang secara tidak langsung menunjukkan kondisi di mana
perdagangan akan menghasilkan kualitas yang lengkap dalam pengembalian
faktor-faktor homogen di antara negara-negara.
11. Perdagangan internasional dengan negara berkembang., terutama negara industri
baru (NIE). Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa ekspor barang hasil
produksi manufaktur dari negar-negara perekonomian industri baru adalah
penyebab utama peningkatan ketidaksetaraan di AS dan pengangguran di Eropa
Barat selama 2 dekade terakhir. Kemudian ahli ekonomi lainnya juga
menunjukkan bahwa impor nonmigas negara-negara industri dari negara dengan
upah rendah hanya mencakup 3 persen dari total PDB negara industri. Hal ini
munkin menjadi penyebab utama penurunan besar upah riil tenaga terampil di AS
dan kenaikan pesat angka pengangguran di Eropa Barat selama 2 dekade terakhir.
Sebagian besar masalah ketidaksetaraan upah tenaga kerja tidak terampil
disebabkan oleh perkembangan teknologi, seperti otomatisasi dan komputerisasi
yang terjadi pada banyak pekerjaan sehingga mengurangi permintaan tenaga kerja
tidak terampil di AS dan Eropa. Perdagangan internasional mungkin telah
mempercepat perkembangan inovasi yang mengurangi peran tenaga kerja tetapi
hal tersebut hanya mempunyai dampak langsung yang kecil terhadap permintaan
dan upah tenaga kerja tidak terampil di negara industri salama 2 dekade terakhir.
12. a) Uji empiris pertama dari model H-O dilakukan oleh Wassily Leontief dengan
menggunakan data AS. Sejak itu AS paling banyak K negara yang berlimpah di
dunia. Maka leontief berharap untuk mengekspor K komoditas intensif dan
mengimpor L komoditas intensif. Kemudian hasil tes leontief pun mengejutkan
karena pengganti impor sekitar 30 persen lebih banyak K intensif dari ekspor AS.
Jadi AS seakan akan mengekspor L komoditas intensif dan impor K komoditas
intensif. Hal ini adalah kebalikan dari apa yang diprediksi ileh model H-O yang
kemudian dikenal sebagai Leontief Paradoks.
b) Pendekatan yang paling berpengaruh dilakukan oleh Kravis, Keesing, Kenen
dan Baldwin. Yang mana kravis berpendapat bahwa upah yang lebih tinggi dalam
industri ekspor AS adalah refleksi dari produktivitas dan modal manusia yang
lebih besar diwujudkan dalam ekspor AS dari pada dalam komoditas substitusi
impor AS. Sedangkan keesing menemukan bahwa ekspor AS lebih padat karya
untuk tenaga kerja terampil dari pada ekspor dari sembilan negara lainnya di tahun
1957. Kemudian kenen pun juga memperkirakan modal manusia yang diwujudkan
dalam ekspor dan impor komoditas saingan AS dan menambahkan hasil perkiraan
nya dengan kebutuhan modal fisik dan kemudian menghitung ulang nilai K/L
untuk ekspor AS dan substitusi impor AS. Sementara Baldwin mengatakan bahwa
mengecualikan industri sumber daya alam tidak bisa untuk menghilangkan
paradoks kecuali modal manusia dimasukkan .
c) Pada tahun 1980 dan 1984 Leamer berpendapat bahwa dalam dunia multifaktor
kita harus membandingkan rasio K/L dalam produksi dan konsumsi daripada
dalam ekspor dan impor. Leamer juga menemukan bahwa rasio K/L yang
diwujudkan dalam produksi AS memang lebih besar dari pada yang diwujudkan
dalam konsumsi AS sehingga paradoks itu menghilang. Hal ini dikonfirmasi oleh
studi dari Stern dan Maskus pada tahun 1981 untuk data tahun 1972 dan dalam
studi 1990 oleh Salvatore dan Barazesh untuk data dari tahun 1958 hingga 1981
dengan pengecualian industri sumber daya alam.
d) Minhas menemukan pembalikan intensitas faktor yang cukup sering dan
mengoreksi sumber bias yang penting dalam studi nya. Kemudian leontief
menunjukkan bahwa pembalikan intensitas faktor yang cukup jarang. Jadi
pembalikan intensitas faktor tampaknya agak jarang terjadi di dunia nyata.
13. a)

b) Pembalikan intensitas faktor mengacu pada situasi dimana suatu komoditas


adalah komoditas L intensif di negara dengan L berlimpah dan komoditas K
intensif di negara K berlimpah. Pembalikan intensitas faktor produksi lebih
mungkin terjadi ketika semakin besar perbedaan dalam elastisitas substitusi L
terhadap K dalam produksi kedua komoditas. Dengan elastisitas substitusi L
terhadap K yang besar dalam produksi komoditas X, negara 1 akan menghasilkan
komoditas X dengan teknik karena tingkat upah yang rendah. Jika pembalikan
intensitas faktor produksi terjadi, baik teori H-O maupun teori penyamaan harga
faktor menjadi tidak berlaku. Model H-O gagal karena akan memprediksi bahwa
negara 1 (negara L melimpah) akan mengekspor komoditas X (komoditas yang
bersifat L intensif) dan negara 2 (negara K berlimpah) juga akan mengekspor
komoditas X (komoditas yang bersifat K intensif). Oleh karena itu, negara tidak
mungkin mengekspor komoditas homogen yang sama satu sama lain, dimana
model H-O tidak lagi dapat memprediksi pola perdagangan.

c) Pada tahun 1962 Minhas menemukan pembalikan faktor produksi cukup lazim
yang terjadi sekitar sepertiga dari kasus-kasus yang ia teliti. Kemudian pada tahun
1964 Leontief menunjukkan bahwa pembalikan faktor produksi terjadi sekitar 8
persen dari kasus yag diteliti dan bahwa jika kedua industri dengan kandungan
sumber daya alam yang penting dikeluarkan, dan pembalikan faktor produksi
terjadi hanya 1 persen dari kasus. Selanjutnya pada tahun 1966 Ball menegaskan
kesimpilan Leontief bahwa pembalikan intensitas faktor produksi tampaknya
menjadi kejadian yang agal jarang terjadi di dunia nyata.

14. Dengan pembalikan intensitas faktor, teorema pemerataan faktor-faktor juga gagal
bertahan. Hal ini dikarenakan negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi
komoditas X dan menuntut lebih banyak L, tingkat upah relatif dan absolut akan
naik di negara 1. Sebaliknya karena negara 2 tidak dapat mengekspor komoditas
X ke negara 1, maka ia harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor
komoditas Y. karena komoditas Y adalah L- komoditas intensif di negara 2 maka
permintaan L dengan upah juga akan naik di negara 2. Perbedaan upah relatif dan
absolut antara kedua negara dapat menurun, meningkat, atau tetap tidak berubah
sebagai akibat dari perdagangan internasional sehingga teorema pemerataan faktor
harga tidak belaku lagi.
15. a) Dengan menggunakan data pada sampel besar negara maju dan berkembang
selama periode 1970-1992 dan memungkinkan adanya perbedaan teknologi antar
negara. Harrigan dan Zakrajsek (2000) menunjukkan bahwa bahwa dukungan
faktor menjelaskan keunggulan komparatif. Lalu Schott memberikan “dukungan
yang kuat untuk spesialisasi H-O” dengan memanfaatkan data yang lebih terpilah,
yang menunjukkan bahwa negara-negara mengkhususkan diri dalam produksi
kelompok barang tertentu yang paling cocok untuk faktor produksi bawaan khusus
mereka, misalnya dengan menganggap semua alat elektronik sebagai produk
berteknologi tinggi .
b) Faktor endowmen yang didefinisikan secara luas dapat menjelaskan
keunggulan komparatif dengan baik. Hasil empiris tampaknya menunjukan bahwa
model H-O tradisional dapat menjelaskan perdagangan antara negara maju dan
negara berkembang serta perdagangannya juga sangat berkualitas. Kemudian ada
bukti tambahan yang diungkapkan oleh Davis dan Weistein (2001) dengan
memanfaatkan data perdagangan dari sepuluh negara di seluruh dunia. Periode
1970-1995 mengakui adanya perbedaan teknologi dan harga faktor produksi di
seluruh dunia, ketersediaan barang yang tidak di perdagangkan dan biaya
transformasi. Davis dan Weistein juga menunjukkan bahwa komoditas ekspor
suatu negara cendrung lebih banyak pada komoditas yang faktor produksinya
relatif melimpah dan murah serta mereka melakukannya dalam besaran yang telah
direncanakan.
c) Dengan mempertahankan model perdagangan internasional H-O faktor
endowment yang memenuhi syarat. Leontief menemukan bahwa pengganti impor
AS sekitar 30 persen lebih bnayak K intensif dari ekspor AS. Karena AS adalah
yang paling banyak K negara yang melimpah maka hasil ini berlawanan dengan
prediksi model H-O yang dikenal dengan paradoks leontief. Kemudian leontief
menyimpulkan bahwa pembalikan intensitas faktor tampaknya menjadi kejadian
yang agak langkah di dunia nyata sehingga adanya asumsi bahwa satu komoditas
adalah L intensif dan komoditas lainnya K intensif yang sama sekali relevan harga
faktor reltif umumnya berlaku dan model H-O dapat dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai