Anda di halaman 1dari 17

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919)

dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang
belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam
pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang
mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa
perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor
produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak
memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian
mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut.
Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya
menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O
ini dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi
untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam
memproduksinya.
Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor barang secara
intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang secara intensif
menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin mencoba menjelaskan pola
dari perdagangan internasional yang kita teliti pada ekonomi dunia.
Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya, Amerika serikat telah lama
menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian, mencerminkan negara tersebut mempunyai
pertanian yang melimpah karena tanahnya baik untuk ditanami. Sebaliknya, China unggul pada
ekspor barang-barang produksi dalam tenaga kerja intensif industri manufaktur. Ini mencerminkan
China mempunyai tenaga kerja dengan biaya rendah berlimpah. Di Amerika serikat, yang
kekurangan tenaga kerja dengan biaya rendah, telah memilih untuk mengimpor buruh. Secara relatif,
tidak mutlak, sumbangan adalah penting; sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga
kerja lebih besar dari negara lain, tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara
cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif
melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan
dengan negara laindisebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
a.
Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
b.
Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor
intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva
isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu
kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva
isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya
tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah
produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:

a.
Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b.
Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan
ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
c.
Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk
memproduksinya.
d.
Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara
tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.
e.
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga
perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan hipotesis yang telah
dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
1.
Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara
turun.
2.
Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3.
Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung
sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.
4.
Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya Labor.
5.
Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk
melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan
impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat
kapital.
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional akan
dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
a.
Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi
yang berbeda.
b.
Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi
masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu
pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model
faktor endowment H-O.
c.
Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara internasional
mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan kesamaan relatif harga
produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak
mengurangi validitas model H-O.

d.
Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi
yang sebagian besar adalah dari impor.
About these ads

EKONOMI INTERNASIONAL : BAB 5


Leave a reply

KEPEMILIKAN FAKTOR (PRODUKSI) DAN TEORI HECKSCHER-OHLIN


A. Aumsi-asumsi dari Teori Heckscker-Ohlin
1. Di dunia hanya terdapat 2 negara saja (nehara 1 dan negara 2), 2 komoditi (komoditi X dan
komoditi Y) dan 2 faktor produksi (tenaga kerja dan modal).
2. Kedua negara tersebut memiliki dan menggunkan metode atau tingkat teknologi produksi yang
sama
3. Komoditi X secara umum bersifat padat kareya / padat tenaga kerja (labor intensive), sedangkan
komoditi Y secara umum bersifat padat modal (capital intensive). Hal ini berlaku untuk kedua negara
4. Kedua komoditi tersebut sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan
(constan scale of return) dan hal ini sama-sama terjadi di kedua negara
5. Spesialisasi produksi yang berlangsung di kedua negara sama-sama tidak lengkap atau tidak
menyeluruh; artinya masing-masing negara t5etap memproduksi kedua jenis komoditi itu secara
sekaligus, meskipun dalam komposisi yang berbeda
6. Selera atau prefensi-prefensi permintaan para konsumen yang ada di kedua negara itu persis
sama
7. Terdapat kompotisi sempurna dalam pasar produk (tempat perdagangan kedua komoditi) dan juga
dalam pasar faktor ( yakni tempat bertemunya kekuatan penawaran dan permintaan atas berbagai
faktor produksi, yang dalam teori ini dibatasi pada modal dan pasar tenaga kerja). Maksudnya
pemasok komoditi maupun faktor produksi begitu banyak, sehingga tidak ada yang bisa mendikte
harga secara sepihak. Harga semata-mata terbentuk oleh kekuatan pasar

8. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara namun
tidak ada mobilitas faktor antar negara atau internasional. Maksudnya seorang pekerja atau
sejumlah modal bisa dengan modah berpindah-pindah dari satu sektor ekonomi atau industri ke
sektor lainnya dalam negara yang sama, namun mereka tidak bisa berpindah kenegara lain
9. Tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif, atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang dapat
mengurangi kebebasan arus perdagangan barang yang berlangsung diantara kedua negara tersebut
10. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-masing negara dapat
dikerahkan secara penuh dalam kegiatan-kegiatan produksi
11. Perdagangan internasional yang terjadi diantara negara 1 dan negara 2 sepenuhnya seimbang
(jumlah ekspor dan import dari kedua negara ini persis sama)
B. Intensitas Faktor, Kelimpahan Faktor, dan Bentuk Kurva Batas Kemungkinan Produksi
1. Intensitas faktor (factor intensity)
Kurva intensitas faktor untuk komoditi X dan komoditi Y di negara 1 dan negara 2:
Dinegara 1, rasio modal atau tenaga kerja ( K/L ) untuk komoditi Y sama dengan 1, sedangkan K/L
untuk komoditi X sama dengan . Hal tersebut ditunjukkan oleh besaran sudut dari garis bayangan
yang ditarik dari pusat sumbu untuk masing-masing komoditi (X dan Y) yang dibuat di negara 1.
Oleh sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa komoditi Y merupakan komoditi padat K atau padat
modal di negara 1. Sedangkan dinegara 2, rasio K/L untuk komoditi Y sama dengan 4, sedeangkan
rasio K/L untuk komoditi X sama dengan 1. Dengan demikian, komoditi Y merupakan komoditi padat
modal, sedangkan komoditi Y komoditi padat L (padat tenaga kerja) di kedua negara itu. Akan tetapi
negara 2 menggunakan K/L yang lebih tinggi dari negara 1 dalam memproduksi kedua jenis komoditi
tersebut karena harga relatif modal (R/W) di negara 2 lebih rendah. Seandainya R/W menurun,
maka produsen akan menggantikan sebagian K dengan L pada proses produksi kedua jenis
komoditi tersebut dalam rangka meminimalkan biaya-biaya produksinya. Sebagai akibatnya K/L di
negara 2 untuk kedua komoditi itu akan mengalami peningkatan, dan menjadi lebih tinggi ketimbang
rasio K/L di negara 1.
2. Kelimpahan faktor
Ada dua cara untuk mendefinisikan konsep kelimpaha faktor (factor abundance):
a. Pertama dengan mendasarkannya pada unit-unit fisik (yakni didasarkan pada keseluruhan jumlah
numerik / bilangan modal dan tenaga kerja yang tersedia bagi setiap negara)
b. Kedua yaitu dengan mendefinisikan kelimpahan faktor itu atas dasar harga-harga relatif faktor
produksi (relative faktor prices) yakni didasarkan pada harga sewa modal dan upah pekerja yang
berlaku di masing-masing negara
Menurut definisi yang didasarkan pada unit-unit fisik, negara 2 layak disebut sebagai negara yang
memiliki kelimpahan modal apabila rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga kerja
( TK/TL) yang ada di negara2 lebih besar ketimbang yang terdapat di negara 1 (yakni jika TK/TL
yang dimiliki negara 2 melebihi TK/TL yang ada di negara 1). Perhatikan bahwa yang disoroti disini
bukanlah jumlah absolute modal dan tenaga kerja yang ada di masing-masing negara, melainkan
rasio total jumlah modal itu terhadap total jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, meskipun jumlah
absolute modal yang dimiliki oleh negara 2 ternyata lebih sedikit daripada yang dimiliki oleh negara

1, negara 2 itu masih dapat dikatakan sebagai negara yang secara relatif memiliki kelimpahan modal
jika TK/TL di negara 2 memang melebihi TK/TL di negara 1.
Sedangkan menurut definisi yang didasarkan pada harga-harga relatif faktor produksi negara 2 baru
layak dikatakan sebagai negara yang mempunyai kelimpahan modal apabila rasio harga modal
terhadap harga tenaga kerja (PK/PL) di negara 2 lebih rendah ketimbang yang terdapat di negara 1
(artinya jika PK/PL dinegara 2 lebih kecil ketimbang PK/PL di negara 1). Karna apa yang dikatakan
harga sewa modal itu adalah suku bunga (r) sedangkan harga tenaga kerja adalah tingkat upah
maka PK/PL = r/w. Sekali lagi, yang diperhatikan disini sebagai penentu apakah suatu negara dapat
dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan modal atau tidak, bukanlah angka absolut atau
angka numerik r melainkan r/w. Sebagai contoh, r di negara 2 lebih tinggi ketimbang r di negara 1,
namun negara 2 tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan modal andaikata r/w
di negara itu lebih rendah ketimbang yang terdapat di negara 1.
Hubungan antar kedua definisi kelimpaha faktor tersebut cukup jelas. Definisi kelimpahan faktor
yang didasarkan pada unit-unit fisik hanya memperhatikan sisi penawaran dari faktor-faktor produksi
itu. Sedangkan definisi yang didasarkan pada harga relatif faktor tidak hanya memperhatikan sisi
penawarannya, melainkan juaga sisi permintaannya. Sebelumnya, kita telah mengetahui dari prinsipprinsip umum dalam ilmu ekonomi bahwa harga dari suatu faktor komoditi atau suatu faktor produksi
di tentukan oleh kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran, selama perekonomian yang
bersangkutan secara keseluruhan beroperasi dalalam sistem kompetisi sempurna. Dari prinsip
umum ilmu ekonomi kita juga mengetahui bahwa permintaan atas suatu faktor produksi merupakan
permintaan turunan (derived demand) atau permintaan hasil derifasi, yakni di derifasikan dari
permintaan atas komoditi final yang banyak memerlukan faktor produksi tersebut.
3. Kelimpahan faktor dan kurva batas kemungkinan produksi
Karena negara 2 merupakan negara yang berkelimpahan modal, sedangkan komoditi Y merupakan
komoditi yang padat modal, maka kita pundapat langsung menduga bahwa negara 2 akan
memproduksi lebih banyak komoditi Y daripada negara 1. Dilain pihak, karna negara 1 adalah
sebuah negara yang berkelimpahan tenaga kerja dan komoditi X merupakan komoditi yang padat
tenaga kerja, maka dengan sendirinya negara 1 akan dapat memproduksi lebih banyak komoditi X
ketimbang negara 2. Fakta itulah yang menjadi penyebab mengapa bentuk kurva batas
kemungkinan produksi (production curve) untuk negara 1 relatif lebih landai dan melebar ketimbang
kurva batas kemungkinan produksi untuk negara 2 (itu juka kita mengukur komoditi X pada sumbu
korizontal, dan komoditi Y pada sumbu vertikal).
Negara 1 merupakan negara yang berkelimpahan tenaga kerja sedangkan komoditi X adalah
komoditi yang padat tenaga kerja, maka kurva batas kemungkinan produksi negara1 lebih melekat
ke sumbu horizontal yang mengukur besar kecilnya komoditi X yang diproduksikan oleh masingmasing negara1. Di lain pihak, karena negara 2 merupakan sebuah negaa yang berkelimpahan
modal dan komoditi Y itu adalah komoditi yang padat modal, maka dengan sendirinya kurva batas
kemungkinan produksi negara 2 lebih menempel kesumbu vertikal yang mengukur kuantitas
komoditi Y.
Bentuk kuva batas kemungkinan produksi negara 1 dan negara 2:

Y
Negara 1
Negara 2
0X
Kurva batas kemungkinan produksi negar 1 lebih landai dan lebih melebar ketimbang kurva batas
kemungkinan produksi negara 2. Hal tersebut menuntjukkan bahwa negara 1 dapat memproduksi
komoditi X lebih banyak dari negara 2. Alasannya karena negara 1 adalah merupakan sebuah
negara yang berkelimpahan tenaga kerja, sedangkan komoditi X merupakan komoditi yang padat
tenaga kerja.
C. Kelimpahan Faktor dan Teori Heckscher-Ohlin
Teori Heckscher-Holin secara keseluruhan dapat disajikan dalam wujud yang sangat singkat dan
padat menjadi dua teorema saja. Kedua teorema yang menjadi intisari teori ini adalah teorema
Heckscher-Ohlin yang mengupas dan memprediksikan pola perdagangan, dan teorema penyamaan
harga faktor ( factor price equalization theorem) yang mengupas dampak-dampak yang ditimbulkan
oleh perdagangan internasional terhadap harga-harga faktor produksi di masing-masing negara
yang terlibat.
1. Teorema Heckscher-Ohlin
Teorema H-O ini berbunyi: sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih
banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negtara itu, dan dalam waktu
bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksi nya memerlukan sumberdaya yang relatif
langka dan mahal di negaa itu. Singkatnya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan
tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif pada tenaga kerja dan mengimpor
komoditi-komoditi yang relatif padat modal ( yang merupakan faktor produksi langkja dan mahal di
negara bersangkutan).
2. Kerangka keseimbangan umum teori Heckscher-Ohlin
Kerangka dan karakter keseimbangan umum dalam teori Heckscher-Ohlin:
Harga-harga komoditi
Harga-harga faktor produksi
Permintaan tirunan/derifatif untuk faktor-faktor produksi
Permintaan komoditi final
Teknologi penawaran faktor-faktor produksi selera
distributor kememilikan faktor faktor produksi
Bermula pada sudut kanan diagram kita melihat bahwa distribusi kepemilikan faktor produksi, atau
distribusi pendapatan dan selera menentukan tinggi rendahnya permintaan atas komoditi-komoditi
yang di perdagangkan. Permintaan faktor produksi selanjutnya dapat diderifasikan dari kurva

permintaan komoditi final. Permintaan dan penawaran faktor-faktor produksi itulah yang akan
menentukan harganya. Lebih lanjut, harga faktor-faktor produksi dan teknologi akan ikut menentukan
harga komoditi final. Perbadaan harga relatif komoditi (final) diantara negara-negara yang terlibat
dalam perdagangan akan menentukan keuntungan komparatif bagi masing-masing negara dan juga
pola perdagangan yang kan berlangsung diantara mereka.
3. Ilustrasi teori heckscher-Ohlin
Model dasar Heckscher-Ohlin
Kurva indifferent I berlaku untuk negara 1 maupun negara 2, karrena disini kita mengasumsikan
selera konsumen di kedua negara itu sama. Kurva indifferent I menjadi tangen terhadap kurva batas
kemungkinan prodsuksi negara 1 di titik A, dan juga menjadi tangen kurva batas kemungkinan
produksi negara 2 di titik A`. Titik-titik itulah yang melambangkan besaran harga komoditi yang
tercipta dalam kondisi equilibrium, yakni PA bagi negara 1 dan PA` untuk negara 2 (pada panel
sebelah kiri). Karena PA lebih kecil dari PA` maka kita dapat menyimpulkan bahwa negara 1 memiliki
keunggulan komparatif pada komoditi X, sedangkan negara 2 dalam komoditi Y. Setelah
perdagangan berlangsung (panel sebelah kanan) negara 1 akan berproduksi di titik B, dan
menukarkan sejumlah X untuk mendapatkan Y sehingga ia akan mencapai tingkat konsumsi di titik
E (pada segi tiga perdagangan BCE). Adapun negara 2 akan berproduksi di titik B` dan ia akan
menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X sehingga ia akan mencapai tingkat konsumsi di titik
E` (yang berhimpitan dengan titik E). Kedua negara akan memperoeh keuntungan dari perdagangan
karena mereka dapat meningkatkan konsumsinya pada kurva indifferent II yang lebih tinggi pada
kurva indifferent mereka sebelumnya.

TEORI HECKSCHER-OHLIN (TEORI H-O) REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER


TEORI PROPOSIONAL FAKTOR DARI HECKSCHER-OHLIN (TEORI H-O)
Teori modern Perdagangan Internasional adalah teori yang dikemukakan pertama kali oleh
Bertil Ohlin dalam bukunya interregional and International Trade (1933). Sebagian dari teori
Bertil Ohlin didasarkan atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, sehingga teori ini lebih
dikenal dengan teori Heckscher-Ohlin atau disingkat dengan Teori H-O.
Menurut teori H-O, Perdagangan internasional terjadi disebabkan perbedaan opportunity
cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain, pertukaran dapat terjadi karena
adanya perbedaan dalam jumlah proporsi faktor produksi yang dimiliki (factor endowment)
masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah
dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.
Sebaliknya, negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor
produksi yang relatif langka/mahal. Misalnya negara Indonesia memiliki tenaga kerja (TK)
yang relatif besar, maka Indonesia akan berspesialisasi pada produksi barang-barang yang
relatif padat tenaga kerja (labor intensive) dan mengekspornya. Jepang memiliki relatif
banyak kapital (K), maka negara Jepang akan berspesialisasi menghasilkan barang yang
padat kapital (capital intensive) dan kemudian mengekspornya ke negara lain.
Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost, yaitu
kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama, dan kedua adalah
kurvaisoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total produksi yang sama. Seperti telah
dipelajari dalam Teori Ekonomi Mikro, Khususnya teori produksi dan biaya, keseimbangan
akan terjadi apabila kurva isocost bersinggungan dengan kurva isoquant. Jadi pada titik
persinggungan tersebut akan terjadi produksi yang optimal dengan biaya tertentu. Contoh
kurva isocost dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Dari gambar diatas, kemiringan isocost ( Ii, Ii dan Ii untuk Inonesia dan Ij, Ij dan
Ij untuk negara Jepang) pada kedua gambar terlihat bahwa Indonesia memiliki relatif
banyak TK (tenaga kerja ) dan memiliki relatif sedikit K (kapital). Sebaliknya Jepang
memilki relatif banyak K dan relatif sedikit TK. Pergeseran kurva isocost paralel
mencerminkan perbandingan harga faktor produksi adalah tetap.
Uraian teori faktor proporsi belum lengkap apabila belum mengetahui bagaimana suatu
barang dihasilkan. Untuk mengetahui hal ini dapat dijelaskan dengan kurva isoquant.
PetaIsoquant masing-masing negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

Isoquant Indonesia terletak dekat sumbu vertikal (TK) menunjukkan bahwa barang yang
dihasilkan Indonesia bersifat padat tenaga kerja (labor intensive) sedangkan bagi Jepang
lebih mendekati sumbu horizontal menunjukkan barang yang dihasilkan bersifat padat
modal (capital intensive).
Sesuai dengan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant ini, masing-masing
negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi faktor produksi
yang paling optimal sesuai struktur atau proporsi faktor produksi yang dimiliki.
Selanjutnya teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 sebagai barikut:

1.

Perdagangan internasional terjadi antara dua negara (misal-nya Indonesia dan


Jepang)
2.
Masing-masing negara memproduksi dua macam barang (pa-kaian dan radio)
3.
Masing-masing negara menggunakan dua macam faktor pro-duksi, yaitu tenaga
kerja dan kapital
Untuk memudahkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade)
berdasarkan teori H-O disusun Tabel 3 berikut:
Tabel 3
Teori Proporsi Faktor dengan data hipotetis
2

Negara

Indonesia

barang

Pakaian

Radio

Pakaian

Radio

F. produksi

TK

TK

Labor
intensive

Capital
intensive

Labor
intensive

Capital
intensive

60 unit

15 unit

30 unit

60 unit

Proporsi F.
produksi

(banyak)

(sedikit)

(sedikit)

(banyak)

Isoquant

100 unit

20 unit

100 unit

20 unit

Isocost

$ 400

$ 600

$ 600

$ 400

$4

$ 30

$6

$ 20

(murah)

(mahal)

(mahal)

(murah)

Proses Produksi

Unit cost

Jepang

Berdasarkan tabel diatas dan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant sebagai
suatu titik optimal untuk memproduksi sejumlah barang dapat digambarkan dengan grafik
dibawah ini.

Dari gambar diatas dapat dekemukakan hal-hal sbb:


1.
Isoquant 100 unit pakaian dilakukan dengan padat TK
2.
Di Indonesia,
Isoquant untuk 100 unit pakaian akan menyinggung isocost $400 pada titik A dengan
kombinasi 34 TK dan 3 K. Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang
padat karya di Indonesia akan lebih murah, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor

produksi yang dimiliki oleh Indonesia relatif banyak dan murah , sehingga unit costnya
hanya $4.
1.
Di Jepang,
100 unit pakaian akan menyinggung isocost $600 pada titik B dengan kombinasi 20 unit TK
dan 7 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 100 unit pakaian yang padat karya di
jepang relatif mahal karena faktor produksi TK relatif sedikit dan mahal, sehingga unit cost
adalah $6.
2.
Isoquant 20 unit radio dilakukakan padat modal
3.
Di Indonesia,
Isoquant untuk 20 unit radio akan menyinggung isocost $600 pada titik C dengan
kombinasi 20 TK dan 10 K. Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat
modal di Indonesia akan lebih mahal, ini disebabkan jumlah/propporsi faktor produksi
relatif sedikit dan mahal sehingga unit costnya adalah $ $30
1.
Di Jepang,
20 unit radio akan menyinggung isocost $400 pada titik D dengan kombinasi 10 unit TK dan
18 unit K. Dengan demikian untuk memproduksi 20 unit radio yang padat karya di jepang
relatif murah, sehingga unit cost adalah $20
Kesimpulan dari teori H-O adalah sebagai berikut:
1.

Harga/biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang
dimiliki oleh masing-masing negara
2.
Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu jenis produk yang
dimiliki oleh masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor
produksi yang dimiliki.
3.
Masing-masing negara akan cenderung berspesialisasi pro-duksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara itu memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah
untuk memproduksinya.
4.
Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu karena negara
tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal memproduksinya.
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/4.htm
EKONOMI INTERNASIONAL : TEORI HECKSCER-OHLIN
TEORI HECKSCER-OHLIN
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher
(1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan
internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum
masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan
teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative
advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya
perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan)
antarnegara (Salvatore, 2006).
Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas
tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan
produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment
factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya

perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal
sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi
produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan
mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka
atau mahal dalam memproduksinya.
Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan mengekspor barang
secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang
secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin
mencoba menjelaskan pola dari perdagangan internasional yang kita teliti pada ekonomi
dunia.
Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya, Amerika serikat
telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian, mencerminkan negara
tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena tanahnya baik untuk ditanami.
Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang-barang produksi dalam tenaga kerja intensif
industri manufaktur. Ini mencerminkan China mempunyai tenaga kerja dengan biaya rendah
berlimpah. Di Amerika serikat, yang kekurangan tenaga kerja dengan biaya rendah, telah
memilih untuk mengimpor buruh. Secara relatif, tidak mutlak, sumbangan adalah penting;
sebuah negara bisa mempunyai jumlah lahan dan tenaga kerja lebih besar dari negara lain,
tetapi menjadi relatif melimpah satu dari mereka.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik, negaranegara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi
yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan
melakukan perdagangan dengan negara laindisebabkan negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.
Basis dari keunggulan komparatif adalah:
1.
2.

Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.


Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah
kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva
isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori
ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik
optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan
biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:

1.

Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
2.
Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara
akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
3.
Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
banyak dan murah untuk memproduksinya.

4.

Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena


negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk
memproduksinya.
1.
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula
sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan hipotesis
yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:

Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap
negara turun.

Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.

Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara
cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.

Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang
kaya Labor.

Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan


mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka
ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor
ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional
akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
1.

Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam


memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan
teknologi yang berbeda.
2.
Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih
menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara
industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa
dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
3.
Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan
kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini
merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O.
4.
Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika
melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih
memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.
http://fallinginlol.wordpress.com/2014/04/06/ekonomi-internasional-teori-heckscer-ohlin/

Teori Heckscher-Ohlin
Salah satu landasan teori yang paling berpengaruh dalam ilmu ekonomi internasional adalah
gagasan yang menyatakan bahwa sumber utama perdagangan unternasional adalah adanya
perbedaan karunia sumber-sumber daya antar negara. Teori ini dikembangkan oleh Eli
Heckscker dan Bertil Ohlin, sehingga dikenal dengan nama teori Heckscker-Ohlin dimana
penekanan utamanya pada saling keterkaitan antara perbedaaaan proporsi faktor-faktor
produksi antar negara dan perbedaan proporsi penggunaan dalam memproduksi berbagai
macam barang,atau dikenal juga dengan teori proporsi faktor (factor proportion
theory).Atau dapat dikatakan bahwa Teori ini dirumuskan berdasarkan konsep keunggulan

komparative yang bersumber dari perbedaan atau variasi dalam kepemilikan sumber daya
antara negara. Untuk menyederhanakan rumusan permasalahnnya, maka ada asumsiasumsi dasar yang digunakan walaupun asumsi-asumsi tersebut memiliki beberapa
kelemahan yang menjadikan teori tersebut tidak sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan
dagang pada masa kini.
Aumsi-asumsi tersebut yakni:

Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (komoditi X dan komoditi Y) serta dua
faktor produksi tenaga kerja dan modal).

Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi
produksi yang persis sama.

Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja (labor
intensive),sedangkan komoditi Y secara umum bersifat padat modal (capital intensive).

Kedua komoditi tersebut sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang


konstan (constant scale of return).

Spesialisasi produksi yang berlangsung dikedua negara sama-sama tidak lengkap


atau tidak tidak menyeluruh.

Selera atau preferensi permintaan konsumen kedua negara persis sama.

Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk dan dalam pasar faktor produksi.

Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara
namun tidak ada mobilitas faktor faktor antar negara.

Sama sekali tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan
lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan antara kedua negara.

Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara
dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.

Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor


sama dengan total nilai impor).
Dalam penerapan selanjutnya asumsi-asumsi di atas dilonggarkan walaupun tidak
mempengaruhi validitas teori Heckscker-Ohlin yang sampai sekarang ini masih diakui
sebagai salah satu teori fundamental dalam ilmu ekonomi internasional. Pelonggaran
tersebut hanya merupakan modifikasi tanpa menganggu keberlakuannya. Salah satu asumsi
yang tidak dapat diganggu gugat adalah asumsi mengenai skala ekonomis yang konstan
atau asumsi tentang persaingan sempurna , karena jika asumsi ini disisihkan maka perlu
dicari teori perdagangan yang lain guna memahami sebagian besar transaksi perdagangan
internasional atas dasar skala ekonomis yang meningkat (increasing economies of scale)
dan persaingan tidak sempurna.

Model HeckscherOhlin adalah model matematis perdagangan internasional yang dikembangkan


oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Model ini didasarkan dari teorikeunggulan komparatif David
Ricardo dan memprediksi pola perdagangan dan produksi berdasarkan jumlah faktor (factor
endowment) suatu negara. Model ini pada intinya menyatakan bahwa suatu negara akan
mengekspor produk yang menggunakan faktor yang murah dan berlimpah dan mengimpor produk
yang menggunakan faktor langka. [1]
Asumsi-asumsi dalam model ini adalah:

Kedua negara yang berdagang memiliki teknologi produksi yang identik


Output produksi harus memiliki skala hasil (return to scale) yang konstan

Mobilitas faktor

Persaingan sempurna

Implikasi dari model ini adalah

Teorema HeckscherOhlin: ekspor negara yang memiliki sumber daya modal yang
berlimpah akan berasal dari industri yang menggunakan sumber daya modal secara intensif,
dan negara yang memiliki sumber daya buruh yang berlimpah akan mengimpor barang tersebut
dan mengekspor barang yang menggunakan tenaga buruh secara intensif sebagai gantinya.
Teorema Rybczynski: ketika jumlah satu faktor produksi meningkat, produksi barang yang
menggunakan faktor produksi tersebut secara intensif akan meningkat relatif kepada
peningkatan faktor produksi (karena model H-O mengasumsikan persaingan sempurna, yang di
dalamnya harga sama dengan biaya faktor produksi). Teorema ini mampu menjelaskan efek
imigrasi, emigrasi, dan investasi modal asing.
Teorema StolperSamuelson: liberalisasi perdagangan mengakibatkan faktor yang
berlimpah, yang digunakan secara intensif dalam industri ekspor, memperoleh keuntungan

sementara faktor yang langka, yang digunakan secara intensif dalam industri yang harus
berkompetisi dengan barang impor, mengalami kerugian.

Penyetaraan harga faktor: perdagangan bebas dan kompetitif akan mengakibatkan


penyetaraan harga faktor bersamaan dengan harga barang yang didagangkan.

Namun, pada tahun 1954, Professor Wassily W. Leontief menemukan bahwa Amerika Serikat,
negara yang sumber daya modalnya berlimpah, mengekspor komoditas yang menggunakan buruh
secara intensif dan mengimpor komoditas yang menggunakan modal secara intesif, sehingga
bertentangan dengan model ini. Permasalahan ini dijuluki sebagai paradoks Leontief.

Teori Heckscher-Ohlin
Salah satu landasan teori yang paling berpengaruh dalam ilmu ekonomi internasional adalah gagasan
yang menyatakan bahwa sumber utama perdagangan unternasional adalah adanya perbedaan karunia
sumber-sumber daya antar negara. Teori ini dikembangkan oleh Eli Heckscker dan Bertil Ohlin, sehingga
dikenal dengan nama teori Heckscker-Ohlin dimana penekanan utamanya pada saling keterkaitan antara
perbedaaaan proporsi faktor-faktor produksi antar negara dan perbedaan proporsi penggunaan dalam
memproduksi berbagai macam barang,atau dikenal juga dengan teori proporsi faktor (factor proportion
theory).Atau dapat dikatakan bahwa Teori ini dirumuskan berdasarkan konsep keunggulan komparative
yang bersumber dari perbedaan atau variasi dalam kepemilikan sumber daya antara negara. Untuk
menyederhanakan rumusan permasalahnnya, maka ada asumsi-asumsi dasar yang digunakan walaupun
asumsi-asumsi tersebut memiliki beberapa kelemahan yang menjadikan teori tersebut tidak sepenuhnya
dapat menjelaskan hubungan dagang pada masa kini.
Aumsi-asumsi tersebut yakni:

Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (komoditi X dan komoditi Y) serta dua faktor
produksi tenaga kerja dan modal).

Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi produksi yang
persis sama.

Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja (labor
intensive),sedangkan komoditi Y secara umum bersifat padat modal (capital intensive).

Kedua komoditi tersebut sama-sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan
(constant scale of return).


Spesialisasi produksi yang berlangsung dikedua negara sama-sama tidak lengkap atau tidak
tidak menyeluruh.

Selera atau preferensi permintaan konsumen kedua negara persis sama.

Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk dan dalam pasar faktor produksi.

Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara namun
tidak ada mobilitas faktor faktor antar negara.

Sama sekali tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang
dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan antara kedua negara.

Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara dapat
dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.

Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama dengan
total nilai impor).
Dalam penerapan selanjutnya asumsi-asumsi di atas dilonggarkan walaupun tidak mempengaruhi
validitas teori Heckscker-Ohlin yang sampai sekarang ini masih diakui sebagai salah satu teori
fundamental dalam ilmu ekonomi internasional. Pelonggaran tersebut hanya merupakan modifikasi tanpa
menganggu keberlakuannya. Salah satu asumsi yang tidak dapat diganggu gugat adalah asumsi
mengenai skala ekonomis yang konstan atau asumsi tentang persaingan sempurna , karena jika asumsi
ini disisihkan maka perlu dicari teori perdagangan yang lain guna memahami sebagian besar transaksi
perdagangan internasional atas dasar skala ekonomis yang meningkat (increasing economies of scale)
dan persaingan tidak sempurna.
Diposkan oleh desrylou di 18.14
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:
1.
the cRazy giRL!25 Juni 2012 11.30
makasih.. :P
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Gold Clock
Business Week Top Stories
Psalm for the Day

Ada kesalahan di dalam gadget ini


Total Tayangan Laman

6281

Pengikut
Arsip Blog

2010 (5)
Desember (5)

KEMISKINAN

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI INDONESIA DARI SISI K...

Perkembangan makro ekonomi Indonesia dari sisi Kep...

Teori Heckscher-Ohlin
Pertumbuhan Faktor-faktor Produksi

Mengenai Saya

desrylou
Lihat profil lengkapku
Yahoo News: Top Stories

Template Simple. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai