Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“”
Disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Ekonomi Perdagangan
Internasional (A)

Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes.

Disusun oleh :
Eka Putri Melinda(180810101004)

Jurusan Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian
tengah semester ibu Dr. Dra. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes. pada mata kuliah Ekonomi
Perdagangan Internasional. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Dra. Sebastiana
Viphindrartin, M.Kes.  selaku dosen mata kuliah Ekonomi Perdagangan Internasioanal yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 10 April 2021

` ` Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
2.1 Edgeworth Box dalam Perdagangan Internasional..
………………......................................................................... 3
2.2 Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan
Internasional.................................................................................................... 4

2.3 Skala Ekonomi dalam perdagangan


Internasional..................................................................................................... 5

2.4 Hubungan antara Edgeworth Box, Skala Ekonomi dan Model Hecksher – Ohlin
dalam Perdagangan Internasional……………………………………………

BAB III.PENUTUP............................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Adam Smith melalui perdagangan, sumber daya dunia
dapat digunakan secara efisien dan dapat memaksimumkan kesejahteraan
dunia (Mankiw, 2006). Hal ini juga dijelaskan oleh Todaro dan Smith
(2006) dalam Batubara (2015) bahwa perdagangan internasional sangat
berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Kegiatan
perdagangan internasional tersebut meliputi ekspor dan impor. Ekspor
merupakan kegiatan penjualan barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri dan dibeli oleh orangorang asing dan impor adalah kegiatan
pembelian barang dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk kebutuhan
dalam negeri (Samuelson, 2004). Ekspor dan impor mempengaruhi
kegiatan produksi atau output yang dihasilkan produsen dalam negeri yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga ekspor
dan impor adalah komponen utama dari pertumbuhan ekonomi (Alaoui,
2015). Ketika keuntungan perdagangan internasional didapatkan melalui
ekspor dengan meningkatkan produksi barang dan jasa dalam negeri untuk
dijual ke luar negeri maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi atau. Konsep
ini lebih dikenal sebagai hypothesis export-led growth yaitu kegiatan
ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Ramos.2001, dalam
Hussain 2002).
Melalui kegiatan perdagangan internasional, upaya lain yang dapat
dilakukan pemerintah dalam menyokong pertumbuhan ekonomi dapat
ditempuh melalui kebijakannya yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah
akan berpengaruh langsung terhadap PDB, namun pengeluaran pemerintah
yang tak terkendali seringkali membuat sumber dana yang tersedia di dalam
negeri tidak cukup untuk menutupi pengeluaran pemerintah sehingga
pemerintah harus mencari pinjaman dari luar negeri, yang artinya
penambahan government expenditure akan membuat utang luar negeri
bertambah.

1
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat berbagai permasalahan yang diangkat berdasarkan pemaparan yang terdapat
pada latar belakang. Berikut rumusan masalah yang akan di bahas
1. Apakah Pengertian Edgeworth Box dalam Perdagangan Internasional ?
2. Bagaimanakah Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional ?
3. Bagaimana Skala Ekonomi dalam perdagangan Internasional ?
4. Bagaimanakah Hubungan antara Edgeworth Box, Skala Ekonomi dan Model
Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional ?
1.3 Tujuan Penulisan
Pembahasan mengenai tiga rumusan masalah memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :
1. Menjelaskan Pengertian Edgeworth Box dalam Perdagangan Internasional
2. Menjelaskan Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional
3. Menjelaskan Skala Ekonomi dalam Perdagangan Internasional
4. Menjelaskan Hubungan antara Edgeworth Box, Skala Ekonomi dan Model
Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang Pengertian Edgeworth Box dalam
Perdagangan Internasional
2. Dapat Mengetahui Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional
3. Dapat mengetahui Skala Ekonomi dalam Perdagangan Internasional
4. Dapat Memberikan Pengetahuan tentang Hubungan antara Edgeworth Box, Skala
Ekonomi dan Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Edgeworth Box dalam Perdagangan Internasional
Kotak Edgeworth merupakan salah satu alat ilmu ekonomi mikro. Alat ini
memungkinkan untuk menentukan keefektifan dari distribusi kekayaan antar individu.
Kebaruan ilmiah dari studi terletak pada pendekatan penulis untuk studi teritorial
keuangan dan efisiensi sosial berdasarkan model kotak Edgeworth. Dalam kotak
Edgeworth menunjukan semua kemungkinan alokasi kedua barang yang diperdagangkan
antara kedua individu atau kelompok, dalam konteks produksi, menunjukkan alokasi
kedua input (faktor produksi) antara dua proses produksi (Pindyck, Robert, Daniel, 2001)
Dalam analisis kotak Edgeworth masing-masing individu memiliki endowment yang
berbeda satu sama lain yang memungkinkan terjadinya pertukaran. Manfaat perdagangan
bisa digambarkan dengan menggunaka Diagram Kotak Edgeworth-Bowley (Edgeworth-
Bowley Box Diagram).

2.2 Model Hecksher – Ohlin dalam Perdagangan Internasional


Teori Heckscher-Ohlin: Perdagangan tradisional terletak antara dua model
Ricardian dan model Heckscher-Ohlin. Dalam Pendekatan Ricardian, profitabilitas kerja
relatif membedakan dari yang lain untuk menciptakan dasar perdagangan lintas negara. Di
sisi lain, pendekatan Heckscher-Ohlin mengasumsikan fungsi produksi yang identik untuk
komoditas yang sama di atas dunia dan kemungkinan perbedaan teknologi dalam hal
perbedaan dukungan faktor relatif.

3
Model Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa perdagangan akan memperluas minat
akan barang-barang yang diproduksi oleh negara yang melimpah sumber daya. Karena
pekerjaan adalah sumber daya yang melimpah di sebagian besar negara berkembang,
ramalan adalah perluasan yang dicari barang padat karya. Jika tidak, perdagangan
memberi negara berkembang kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari yang lebih
terdorong inovasi dari negara maju. Pertukaran teknologi ini diharapkan dapat membantu
berkembang. Model Heckscher-Ohlin menawarkan cara yang sederhana dan familiar
untuk menganalisis hubungan antara pasokan faktor dan komposisi perdagangan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teori Heckscher-Ohlin memiliki banyak kekuatan
penjelas jika domainnya dibatasi pada luas kategori produk (bukan barang tertentu, yang
skala ekonomi sering menjadi penentu utama perdagangan) dan jika modal - fisik dan
keuangan - dikecualikan dari daftar faktor-faktor produksi, karena yang mobilit
internasional.
Menurut Salvatore, asumsi-asumsi pokok teori perdagangan Heckscher-Ohlin
adalah sebagai berikut:
1. Ada dua negara (negara 1 dan negara 2), dua komoditas (komoditas X
dan komoditas Y), dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal).
2. Kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam produksi.
3. Komoditas X adalah padat karya, dan komoditas Y adalah padat modal
di kedua negara.
4. Kedua komoditas yang diproduksi diukur dalam skala hasil konstan.
5. Ada spesialisasi tidak menyeluruh dalam produksi di kedua negara.
6. Selera yang sama di kedua negara.

Dalam ilmu ekonomi ada empat golongan faktor produksi yaitu, tenaga kerja,
tanah, barang modal, dan skill. Suatu negara dapat memiliki lebih banyak atau lebih
sedikit masing-masing faktor ini dibanding dengan negara lain. Bila hal ini terjadi, maka
akan timbul keunggulan komparatif negara tersebut di bidang produksi tertentu, khususnya
di bidang yang cenderung mempergunakan lebih banyak faktor produksi yang tersedia
dalam jumlah yang relatif lebih banyak
2.3 Skala Ekonomi dalam Perdagangan Internasional
` Skala ekonomis (economies of scale) merupakan suatu teori yang menggambarkan
fenomena menurunnya biaya produksi per unit pada suatu perusahaan dibarengi dengan
meningkatnya volume produksi (output). Semakin besar perusahaan, semakin rendah

4
biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. Bagaimana mungkin output meningkat
tetapi biaya produksi per unit justru menurun? Dalam logika awam, setiap peningkatan
output umumnya diikuti dengan biaya produksi per unit yang juga meningkat. Asumsinya,
faktor produksi seperti bahan baku (input) dan tenaga kerja juga meningkat, sehingga
harusnya berpengaruh pula pada biaya produksi per unit yang meningkat atau lebih tinggi.
Asumsi ini bisa jadi benar, tapi tak selalu tepat.

Produksi massal atau dalam jumlah besar justru mampu menekan biaya produksi
per unit. Sederhananya, pembelian bahan baku dalam jumlah besar umumnya akan
memperoleh diskon sehingga harga bahan baku (input) menjadi lebih murah. Dengan jam
kerja dan jumlah pekerja sama, pengolahan bahan baku menjadi produk tersebut akan
menimbulkan biaya produksi yang lebih murah
Jenis-jenis skala ekonomis
Skala ekonomis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni internal dan eksternal.
1. Skala ekonomis internal
Secara umum perusahaan berskala besar memiliki modal yang besar pula sehingga
mampu membeli stok bahan baku dalam jumlah yang besar pula. Dengan produksi massal,
biaya produksi per unit dapat ditekan sehingga menjadi lebih rendah. Faktor-faktor
internal perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan efisiensi melalui skala
ekonomis internal dapat diuraikan sebagai berikut.
 Kemampuan teknis melakukan efisiensi proses produksi. Perusahaan-perusahaan
manufaktur cenderung memiliki peralatan khusus dengan teknologi canggih dalam
menjalankan proses produksinya. Ketersediaan peralatan tersebut memungkinkan
proses produksi berjalan secara lebih efisien.
 Kekuatan monopsoni perusahaan. Ketika perusahaan membeli bahan baku lebih
banyak maka perusahaan dapat melakukan negosiasi harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan pesaing. Sebagai contoh, supermarket grosir cenderung
menawarkan harga lebih rendah dibandingkan dengan toko pada umumnya, karena
memiliki daya beli yang memberikannya keuntungan monopsoni skala ekonomis.
 Kemampuan manajerial. Perusahaan dapat mempekerjakan atau menyewa tenaga
ahli untuk mengelola cabang perusahaan di daerah tertentu. Misalnya, perusahaan
mempekerjakan seorang eksekutif penjualan yang telah berpengalaman sehingga
mampu memasarkan dan menarik minat beli masyarakat secara lebih luas.

5
 Kemampuan keuangan. Sumber daya keuangan tak dipungkiri memiliki peran
penting dalam operasional perusahaan. Adanya sumber daya keuangan yang
memadai mengindikasikan pula bahwa perusahaan memiliki permodalan yang
kuat, baik melalui penjualan saham maupun pinjaman.
 Jaringan dalam bisnis online. Kemampuan perusahaan mengadopsi teknologi
digital memberikannya peluang untuk memasarkan dan menjaring pelanggan
secara online. Sistem online dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan
internet yang sudah ada. Praktis, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan jauh
lebih rendah.
2. Skala ekonomis eksternal
Suatu perusahaan dapat memperoleh keuntungan efisiensi dengan memanfaatkan
faktor-faktor dari luar perusahaan. Seiring dengan berkembangnya lingkup industri, maka
akan disertai dengan pembangunan infrastruktur dan jaringan transportasi yang lebih baik.
Perkembangan industri juga memicu berkembangnya infrastruktur dan jaringan
komunikasi di wilayah tertentu. Beragam fasilitas tersebut tentu saja dapat dimanfaatkan
oleh semua perusahaan yang beroperasi atau bekerja dalam lingkup industri itu. Secara
lebih lanjut, perkembangan fasilitas ini tentu akan memberikan dampak positif bagi para
pelaku usaha di industri tersebut.
Skala ekonomis dinilai mampu memberikan dampak positif dan keuntungan bagi
perusahaan skala besar. Semakin besar ukurannya, perusahaan akan melakukan produksi
massal sehingga biaya produksi per unit produk yang dikeluarkan cenderung lebih rendah.
Namun, tak menutup kemungkinan perusahaan berskala besar pun tak berhasil mencapai
keuntungan efisiensi skala ekonomis apabila gagal merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan manajerial, sehingga operasional perusahaan menjadi
tidak efisien. Hal ini dikenal dengan istilah skala disekonomis, yang merupakan kebalikan
dari skala ekonomis.

2.4 Hubungan antara Edgeworth Box, Skala Ekonomi dan Model Hecksher – Ohlin
dalam Perdagangan Internasional
Teori Heckscher Ohlin menekankan pada perbedaan relative factor
pemberian alam dan harga factor produksi antarnegara sebagai determinan
perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknologi dan cita rasa
sama). Teori Heckscher-Ohlin mengenai pola perdagangannya itu menyebutkan:
Komoditi yang dalam proses produksinya menuntut lebih banyak [factor yang

6
melimpah] dan lebih sedikit [factor yang langka] akan diekspor untuk ditukarkan
dengan komoditi yang dalam proses produksinya menuntut factorfaktor dalam
proporsi yang berlawanan. Jadi, secara tidak langsung, factor-faktor dalam sediaan
yang berlebihandiekspor dan factor-faktor dalam sediaan lamgka diimpor. (Ohlin
dalam Lindert, 1933, hal 92).
Untuk menilai secara cermat argument yang tampaknya mudah dimengerti
dan mudah pula diuji kebenarannya itu, kita memerlukan defenisi tentang apa yang
dimaksud dengan kelimpahan factor dan intensitas pemakaian factor-faktor itu:
Sebuah negara dinyatakan melimpah tenaga kerjanya kalau negara itu memiliki
ratio tenaga kerja yang lebih tinggi dari factor-faktor lain dibandingkan ratio yang
dimiliki negara lain. Sebuah produk dinyatakan padat karya kalau biaya tenaga
kerjanya mengambil bagian terbesar dari nilai produk itu secara keseluruhan
dibandingkan bagian yang diambilnya dari nilai produk-produk lain.

Heckscher-Ohlin tampaknya lebih cenderung menekankan bahwa


perbedaan dalam biaya komparatif hanya dapat dijelaskan dengan mengetahui
perbedaan dalam proporsi factor-faktor yang digunakan dalam produksi. Contoh
Negara Indonesia yang memiliki relative banyak tenaga kerja, sedang modal
relative sedikit sebaiknya menghasilkan dan mengekspor barang-barang yang
relative padat karya. Sedangkan Amerika Serikat, sebaliknya mengekspor barang-
barang yang relative padat modal dan mengimpor barang-barang yang relative
padat karya. Jadi, kalau harga tenaga kerja (upah) dinyatakan dengan HTK1 di
negara A dan HTK2 di negara B, dan harga modal sebagai HM 1 dan HM2. Maka
teori H-O menyatakan bahwa:

𝐻𝑇𝐾1 𝐻𝑀1 𝐻𝑇𝐾1 𝐻𝑇𝐾2


< � < �
𝐻𝑀2 𝐻𝑀1 𝐻𝑀1
𝐻𝑇𝐾2
Penjelasan:

7
Proporsi harga tenaga kerja terhadap harga modal di negara A lebih murah dari
pada ratio harga tenaga kerja terhadap harga modal di negara A berarti bahwa
tenaga kerja relative lebih murah di negara A sedang modal relative lebih murah
di negara B, maka negara A akan mengekspor barang yang padat karya, dan
negara B akan mengekspor barang yang padat modal.

Pembuktian teori H-O ini dimulai dengan catatan bahwa selera, harga barang

ditujukan untuk pasar bebas, dan pola konsumsi dari kedua negara harus sama.

Andaikata kedua negara tersebut memproduksi dengan rasio yang sama dengan

yang mereka konsumsi, termasuk dengan yang tidak diperdagangkan (tidak

diekspor), maka situasi ini dapat terlihat pada titik C dan D dalam edgeworth

box pada Gambar 2.2, yang memperlihatkan bahwa negara A sebagai negara kecil

(berkembang) yang padat karya terletak pada dasar pojok kiri kotak, sebaliknya

bagi negara B (maju) yang melimpah modal.

K* OM*

O
M
K
D

Oc L L*
Sumber: Halwani, 2005

Gambar 2.2 Edgeworth Box

Jelaslah, bahwa apabila C dan D menunjukkan rasio yang sama dari

produksi X/M dalam duan negara, maka garis slopenya dari Ox menuju ke C

8
harus lebih besar daripada garis OX ke D. Hal ini berarti bahwa rasio K/L untuk

produksi X dari negara B (ditunjukkan oleh garis slope dari Ox ke C) harus lebih

besar daripada rasio negara A. Hal tersebut berarti juga bahwa rasio K/L di negara

B akan lebih besar daripada di negara A untuk produksi M. Dengan kata lain

apabila rasio produksinya sama, maka produksi padat modal akan lebih besar pada

sector industry bagi negara yang melimpah modal.

Bagi negara yang produksinya lebih padat modal, dengan opportunity cost

lebih rendah, maka pengorbanan yang diperlukan lebih ringan dibanding dengan

barang-barang hasil produksi padat karya dalam memperkuat peningkatan

marginal output dari barang-barang tersebut. Hal ini merupakan opportunity cost

yang lebih tinggi untuk barang yang padat modal dengan rasio K/L lebih besar.

Opportunity cost untuk M harus lebih rendah untuk negara B, sedangkan untuk X

harus lebih rendah di negara A. Apabila rasio produksinya sama, maka sepanjang

garis KKP (Gambar 2.3) menunjukkan opportunity cost-nya lebih rendah untuk

M, ini ditunjukkan dengan lebih tingginya KKP (sepanjang garis OR) yang berarti

bahwa pengorbanan untuk X lebih besar daripada M. Dengan demikian KKP

untuk B lebih tinggi daripada A.

Apabila OR merupakan garis yang mewakili ekuilibrium untuk negara

besar B, berarti social indifference curve-nya menyentuh KKP, titik produksi P

pada A harus terletak sebelah kanan OR.

Walau bagaimana pun, titik konsumsi A harus terletak pada OR (seperti

karakteristik dari harga dan selera), sehingga A harus memproduksi lebih banyak

barang hasil produksi padat karya (untuk barang X) daripada yang dikonsumsi,

kemudian mengekspor lebih banyak barang M (yang padat modal) daripada yang

dikonsumsi. Walaupun dalam gambar tidak meunjukkan perbedaan sifat asumsi

9
bahwa negara B relative besar daripada negara A seperti distribusi OR sepanjang

KKP dari B yang tidak significant.

Teori skala ekonomis bertolak belakang dengan teori heckscher – ohlin

(ho). Teori h-o mengasumsikan skala penambahan hasil yang konstan sedangkan

di dalam teori skala ekonomis, skala penambahan hasil tidak tetap, melainkan

meningkat terus, misalnya penambahan pertama input sebesar 10 % membuat

20% penambahan output, penambahan kedua input sebesar 10 % menghasilkan

penambahan output 30% dan seterusnya. Jadi skala ekonomis adalah suatu skala

produksi dimana pada titik optimalnya, produksi bisa menghasilkan biaya per satu

unit output terendah. keberadaan skala ekonomis dapat menjelaskan beberapa pola

perdagangan yang tidak dijelaskan di dalam model h-o. Jika terdapat skala

ekonomis, suatu perusahaan di suatu negara dapat berspesialisasi dalam produksi

suatu jangkauan produksi yang terbatas dan mengekspornya dengan harga yang

lebih murah dari produk yang sama dari perusahaan di negara lain yang tidak

memiliki skala ekonomis, karena misalnya modal terbatas hingga tidak bisa

membangun kapasitas produksi yang besar atau keterbatasan teknologi sehingga

tidak memungkinkan proses produksinya mencapai skala ekonomis. Karena itu

dalam era perdagangan bebas, skala ekonomis menjadi salah satu faktor penentu

tingkat daya saing global atau keunggulan suatu perusahaan atau industri

(Tambunan,2004:83-84). Dengan skala ekonomis yang berkorelasi positif dengan

luas kapasitas produksi dan tingkat intensitas dalam pemakaian faktor produksi

khusus nya modal, maka ketersediaan faktor produksi dari teori H-O sebagai

sumber keunggulan komparatif (dalam harga) menjadi tidak terlalu (selalu)

relevan. Dalam kata lain suatu negara yang miskin SDA misalnya jepang tetap

dapat menghasilkan barang – barang yang memakai bahan – bahan baku impor

10
dengan harga output yang lebig murah daripada barang – barang yang sama

buatan negara pengekspor bahan – bahan baku tersebut, karena di jepang produksi

- produksi dapat dilakukan dalam suatu skala ekonomis yang besar sehingga

menghasilkan biaya produksi per satu unit output lebih rendah daripada di negara

yang kaya SDA (Tambunan,2004:84).

11
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dalam kotak Edgeworth menunjukan semua kemungkinan alokasi kedua barang yang
diperdagangkan antara kedua individu atau kelompok, dalam konteks produksi, menunjukkan
alokasi kedua input (faktor produksi) antara dua proses produksi (Pindyck, Robert, Daniel,
2001) Dalam analisis kotak Edgeworth masing-masing individu memiliki endowment yang
berbeda satu sama lain yang memungkinkan terjadinya pertukaran. Model Heckscher-Ohlin
menunjukkan bahwa perdagangan akan memperluas minat akan barang-barang yang
diproduksi oleh negara yang melimpah sumber daya. Karena pekerjaan adalah sumber daya
yang melimpah di sebagian besar negara berkembang, ramalan adalah perluasan yang dicari
barang padat karya. Skala ekonomis (economies of scale) merupakan suatu teori yang
menggambarkan fenomena menurunnya biaya produksi per unit pada suatu perusahaan
dibarengi dengan meningkatnya volume produksi (output). Semakin besar perusahaan,
semakin rendah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. Skala ekonomi dibagi
menjadi dua yaitu skala internal dan eksternal

12
DAFTAR PUSTAKA

Assidiq, Tea. 2019. Pembuktian Teori Heckscher-Ohlin DalamEkspor Indonesia


Tahun 1986-2017: Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta

Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasional Edisi 9 Buku 1. Hartanto, Romi


Bhakti, Yanuar Heru. P, penerjemah. Jakarta : Salemba Empat.
Terjemahan dari : International Economics.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai