Anda di halaman 1dari 22

TEORI PASAR FAKTOR PRODUKSI

Dosen :
Dr. Putu Ayu Pramitha Purwanti, S.E., M.Si.
Kelas : EKI213 A2

Disusun oleh :

Kelompok 8

Ni Kadek Mita Setia Utami (No Absen : 19)

Dewa Ayu Kusuma Dewi (No Absen : 22)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. i


RINGKASAN .................................................................................................................................................. ii
TOPIK BAHASAN
1. Konsep Permintaan dan Penawaran ........................................................................................... 1
2. Jenis dan Karakteristik Faktor Produksi .................................................................................... 4
3. Derivasi Permintaan Faktor Produksi Satu dan Lebih dari Satu Input Variabel …. 6
4. Penawaran Faktor Produksi ..................................................................................................... 10
5. Keseimbangan Pasar Faktor Produksi .................................................................................. 13
6. Keseimbangan Faktor Produksi Pada Berbagai Bentuk Pasar ....................................14
KESIMPULAN ……...……………………………………………………………………………………………. 18
DAFTAR REFRENSI

I
RINGKASAN

Konsep permintaan dan penawaran merupakan salah satu ilmu mendasar


dalam teori mikro ekonomi. Permintaan didefinisikan sebagai keinginan konsumen
membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu,
sedangkan penawaran didefinisikan sebagai sebagai keseluruhan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar
dalam satu periode tertentu. Selain itu, faktor produksi merupakan segala sesuatu
yang dibutuhkan agar kegiatan produksi dapat berjalan, faktor produksi sendiri
terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Penawaran faktor
produksi memiliki kurva miring ke atas karena biaya marginal untuk menghasilkan
suatu barang meningkat. Keseimbangan faktor produksi bisa terjadi pada berbagai
pasar seperti pasar monopsoni dan monopoli.

II
TOPIK & SUB TOPIK

1. Konsep Permintaan dan Penawaran


1) Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada


berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Misalnya, ketika
berbicara tentang permintaan pakaian di Jakarta, kita berbicara tentang
berapa jumlah pakaian yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga
dalam satu periode waktu tertentu, per bulan atau per tahun, di Jakarta
(Rahardja, 2008:24). Menurut Ahman (2009:89), “Permintaan diartikan
sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta (mampu dibeli) seseorang
atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga”. Dari
kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa permintaan adalah
jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli seseorang atau
individu pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah sebagai


berikut:

a) Harga barang itu sendiri;


b) Harga barang lain yang berkaitan dengan produk tersebut (harga
barang substitusi dan barang komplementer);
c) Pendapatan konsumen;
d) Intensitas kebutuhan;
e) Selera konsumen;
f) Jumlah penduduk;
g) Distribusi pendapatan;
h) Usaha usaha produsen meningkatkan penjualan (Periklanan);
i) Ekspektasi konsumen tentang harga.

Kurva permintaan adalah kurva atau diagram yang melambangkan


skedul atau hukum permintaan (Ahman, 2009:93). Menurut Sukirno
(2011:77), “Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva
yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang
tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli”. Dari

1
kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kurva permintaan
adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga
sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para
pembeli yang melambangkan skedul atau hukum permintaan.

Dalam gambar kurva permintaan terdapat dua sumbu, yaitu vertikal


dan horizontal yang mempunyai fungsi yang berbeda. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa makin tinggi harga


donat/biji makin sedikit jumlah donat yang diminta. Pada harga Rp.500,-
hanya 0 biji donat yang diminta, sedangkan jika harga Rp. 0- sebanyak 5
buah yang diminta.
Secara lengkap Hukum Permintaan menyatakan bahwa: jika harga
suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun,
sebaliknya jika harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diminta
akan bertambah. Hukum permintaan tersebut akan berlaku dengan asumsi
faktor-faktor lain di luar harga harus dianggap konstan (Ceteris Paribus).
Ini merupakan konsep asli dari penemunya, yaitu Alfred Marshall (Ahman,
2009:93). Hukum permintaan adalah hubungan antara harga dan jumlah
permintaan suatu barang yang berbanding terbalik (negatif).

2) Penawaran

2
Menurut Ahman (2009;98-99), “Penawaran diartikan sebagai
keseluruhan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai
kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam satu periode tertentu”.
Sedangkan menurut Rahardja (2008;32), “Penawaran adalah jumlah barang
yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama
satu periode tertentu”. Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa penawaran adalah keseluruhan jumlah barang dan jasa yang
produsen ingin tawarkan pada berbagai tingkat harga yang berlaku di pasar
dalam satu periode tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah sebagai
berikut :
a) Harga barang itu sendiri
b) Harga barang lain yang berkaitan dengan produk tersebut
c) Harga faktor produksi
d) Biaya produksi
e) Keuntungan yang diharapkan
f) Persaingan
g) Teknologi produksi
h) Jumlah pedagang/penjual
i) Harapan/tujuan produsen
j) Kebijakan pemerintah (pajak dan subsidi)

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan di


antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang
ditawarkan (Sukirno, 2011:86). Menurut Rohmana (2006:7), “Kurva
penawaran merupakan garis menaik yang menghubungkan harga dengan
jumlah penawaran suatu barang (supply curves are usually derived from
supply schedules)”. Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kurva penawaran adalah suatu kurva yang menghubungkan harga dengan
jumlah penawaran suatu barang.

Sebagaimana konsep asli dari penemunya Alfred Marshall, maka


perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran itu disebut sebagai
hokum penawaran yang dapat diartikan sebagai berikut :

3
Perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang
ditawarkan, yaitu jika harga naik maka penawaran akan meningkat, dan
sebaliknya jika harga turun maka penawaran juga akan turun dengan
asumsi ceteris paribus (Ahman,2009:102)

Data pada table dan kurva di atas menunjukkan bahwa makin tinggi
harga jeruk/kg makin tinggi jumlah jeruk yang ditawarkan. Pada harga Rp.
4.500,- hanya 50 kg jeruk yang ditawarkan, sedangkan jika harga Rp. 6.000-
sebanyak 110 biji yang ditawarkan.

2. Jenis dan Karakteristik Faktor Produksi


Produksi adalah setiap proses yang menciptakan nilai atau
memperbesar nilai sesuatu barang, atau dengan mudah dikatakan bahwa
produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna
barang. Untuk bisa melakukan produksi orang memerlukan tenaga manusia,

4
sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua
unsur-unsur itu disebut faktor-faktor produksi. Jadi, semua unsur yang
menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang
disebut sebagai faktor-faktor produksi (Suherman Rosyid, 2009:55).
a) Tanah (Land)
Hal yang dimaksud dengan istilah land atau tanah disini bukanlah
sekedar tanah untuk ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk
pula di dalamnya segala sumber daya alam (natural resources). Itulah
sebabnya faktor produksi yang pertama ini sering kali disebut dengan
sebutan natural resources di samping itu juga sering disebut land. Dengan
demikian, istilah tanah atau land maksudnya adalah segala sesuatu yang
bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau tersedia di alam ini tanpa
usaha manusia.
b) Tenaga Kerja (Labor)
Di dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja
manusia (labor) bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk
mencangkul, menggergaji, bertukang, dan segala kegiatan fisik lainnya. Hal
yang dimaksud disini memang bukanlah sekedar labor atau tenaga kerja
saja, tetapi yang lebih luas yaitu human resources (sumber daya manusia).
Di dalam istilah human resources atau sumber daya manusia mencakup
tidak saja tenaga fisik atau tenaga jasmani manusia tetapi juga kemampuan
mental atau kemampuan non fisik, tidak saja tenaga terdidik tetapi juga
tenaga yang tidak terdidik.
c) Modal (Capital)
Faktor produksi yang ketiga adalah modal (capital) atau sebutan bagi
faktor produksi yang ketiga ini adalah real capital goods (barang-barang
modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk
menunjang kegiatan produksi barangbarang lain serta jasa misalnya,
mesin, pabrik, jalan raya, pembangkit tenaga listrik serta semua
peralatannya. Pengertian capital atau modal, sebenarnya hanyalah
merupakan salah satu dari pengertian modal, sebagaimana yang sering
dipergunakan oleh para ahli ekonomi. Sebab modal juga mencakup arti

5
uang yang tersedia di dalam perusahaan untuk membeli mesin serta faktor
produksi lainnya.
d) Enterpreneur
Faktor produksi yang keempat ini adalah yang terpenting di antara
semua faktor produksi karena ia adalah intangible factor of production.
Entrepreneurship amat penting peranannya sehubungan dengan hasil
yang diproduksinya. Dengan demikian, entrepreneur merupakan faktor
produksi yang justru paling menentukan di dalam perkembangan
perekonomian masyarakat ( Suherman Rosyid, 2009:57). Menurut
(Suryana 2006:10) entrepreneur adalah mereka yang melakukan usaha-
usaha kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan
menjalankan sumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan
hidup.
3. Derivasi Permintaan Faktor Produksi Satu dan Lebih dari Satu Input
Variabel
1) Permintaan atas suatu Faktor Produksi ketika hanya satu input yang
bersifat variabel
Dalam pasar faktor produksi kompetitif dimana produsen
merupakan pengambil harga, permintaan pembeli untuk faktor produksi
ditujukkan dengan kurva Marginal Revenue Product (MRP). Kurva MRP
menurun terjadi karena marginal product of labour menurun setiap
peningkatan jam kerja. Jika produk yang dihasilkan produsen memiliki
kekuatan monopoli, maka permintaan terhadap faktor produksi akan
ditujukkan pula dengan kurva MRP. Namun dalam kasus ini, kurva MRP
menurun karena marginal product of labour dan marginal revenue
menurun.
Kurva yang lebih rendah adalah kurva MRPL ketika perusahaan
memiliki daya monopoli di pasar output. Ketika perusahaan memiliki
kekuatan monopoli, mereka menghadapi kurva permintaan miring ke
bawah dan karena itu harus menurunkan harga semua unit produk dalam
rangka untuk menjual lebih dari itu. Akibatnya, pendapatan marjinal selalu
kurang dari harga (MR < P). Ini menjelaskan mengapa kurva monopolistik

6
berada di bawah kurva kompetitif dan mengapa pendapatan marjinal jatuh
sebagai output meningkat. Sehingga kurva produk pendapatan marjinal
miring ke bawah dalam hal ini karena kurva pendapatan marjinal dan
kemiringan kurva produk marjinal ke bawah.
Produk pendapatan marjinal menunjukkan bahwa perusahaan harus
bersedia membayar untuk menyewa unit tambahan tenaga kerja. Selama
MRPL lebih besar dari tingkat upah, perusahaan harus mempekerjakan
lebih banyak tenaga kerja. Jika produk pendapatan marjinal kurang dari
upah tingkat, perusahaan harus berbaring pekerja. Hanya ketika produk
pendapatan marjinal sama dengan tingkat upah akan perusahaan telah
mempekerjakan memaksimalkan keuntungan jumlah tenaga kerja. Kondisi
memaksimalkan keuntungan oleh karena itu
MRPL = w
Permintaan untuk kurva tenaga kerja DL adalah tentang MRPL.
Jumlah tenaga kerja meningkat ketika tingkat upah menurun.

Upah
pekerja

w* SL

L* Jumlah tenaga kerja

Karena pasar tenaga kerja yang sangat kompetitif, perusahaan


dapat mempekerjakan banyak pekerja seperti yang diinginkan di upah
pasar w* dan tidak dapat mempengaruhi pasar upah. Penawaran kurva
tenaga kerja yang menghadap perusahaan SL sehingga membentuk garis
horizontal. Jumlah tenaga kerja yang diperkirakan mampu
memaksimumkan keuntungan, L*, adalah di persimpangan kurva
penawaran dan permintaan.
Gambar 14,3 menunjukkan bagaimana jumlah tenaga kerja
mengharuskan terjadinya perubahan dalam menurunkan tingkat upah

7
pasar dari W1 ke W2. Tingkat upah mungkin menurun jika lebih banyak
orang yang memasuki angkatan kerja mencari pekerjaan untuk pertama
kalinya. Kuantitas tenaga kerja yang dituntut oleh perusahaan awalnya L1,
di persimpangan MRPL dan S1.

Upah
pekerja

W1 S1

W2 S2

MRPL=DL

L1 L2
Jumlah tenaga kerja

Namun, ketika pasokan pergeseran kurva tenaga kerja dari S1 ke S2,


upah jatuh dari W1 ke W2 dan jumlah tenaga kerja menuntut kenaikan
dari L1 untuk L2. Pasar faktor mirip dengan pasar output dalam banyak
cara. Misalnya, faktor Market profit-memaksimalkan kondisi bahwa
produk pendapatan marjinal tenaga kerja sama dengan tingkat upah
analog dengan kondisi pasar output bahwa pendapatan marjinal sama
dengan biaya marginal. Untuk melihat mengapa hal ini benar, ingat bahwa
MRPL = (MPL) (MR) dan membagi kedua sisi persamaan (14,3) oleh
marjinal produk tenaga kerja. Sehingga,
MR = w/MPL
Karena MPL mengukur output tambahan per unit input, sisi kanan
persamaan mengukur biaya marjinal dari unit output tambahan (upah
tingkat dikalikan dengan tenaga kerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit output). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa
baik perekrutan dan output pilihan dari perusahaan mengikuti aturan
yang sama: input atau output dipilih sehingga pendapatan marjinal (dari
penjualan output) sama dengan biaya marginal (dari pembelian input).
Prinsip ini berlaku dalam pasar kompetitif dan non-kompetitif.

8
2) Permintaan atas suatu Faktor Produksi ketika terdapat beberapa input
yang bersifat variabel

Upah
(ribu per
jam)
20
A
15 C
B
10 DL
5 MRPL1 MRPL2

40 80 120 160 Jam kerja

Grafik di atas menggambarkan seumpama tingkat upah adalah $20


per jam, perusahaan mempekerjakan 100 jam kerja, seperti yang
ditunjukkan oleh titik A pada kurva MRPL1. Kemudian dipertimbangkan
pengaruh ketika tingkat upah jatuh ke $15 per jam. Karena produk
pendapatan marjinal tenaga kerja sekarang lebih besar dari tingkat upah,
perusahaan akan menuntut lebih banyak tenaga kerja. Tapi kurva MRPL1
menggambarkan permintaan tenaga kerja ketika penggunaan mesin adalah
tetap. Bahkan, jumlah tenaga kerja yang lebih besar menyebabkan produk
marjinal modal untuk meningkat, yang mendorong perusahaan untuk
mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Karena ada lebih banyak mesin,
marjinal produk tenaga kerja akan meningkat. (Dengan lebih banyak
mesin, pekerja dapat lebih produktif). Oleh karena itu, kurva produk
pendapatan marjinal akan bergeser ke kanan (ke MRPL2). Jadi, ketika
tingkat upah turun, perusahaan akan menggunakan 140 jam kerja. Ini
ditunjukkan oleh titik baru pada kurva permintaan, C, bukan 120 jam
sebagaimana ditunjukkan oleh B. A dan C keduanya pada permintaan
perusahaan untuk kurva tenaga kerja (dengan mesin variabel) DL; akan
tetapi B tidak.
Setelah disusun, permintaan untuk kurva tenaga kerja lebih elastis
daripada salah satu dari dua produk marjinal dari kurva tenaga kerja (yang
menganggap tidak ada perubahan dalam jumlah mesin). Jadi, ketika input
modal adalah variabel dalam jangka panjang, ada elastisitas permintaan
yang lebih besar karena perusahaan dapat menggantikan modal untuk

9
tenaga kerja dalam proses produksi.

4. Penawaran Faktor Produksi


1) Penawaran Faktor Produksi Tanah
Kurva di bawah merupakan kurva penawaran tanah. Kurva membentuk
garis lurus vertikal dikarenakan jumlah tanah terbatas. Hal ini berarti kurva
penawaran tanah bersifat inelastis sempurna.

2) Penawaran Faktor Produksi Tenaga Kerja

Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan hasil


produksi sering dinamakan output. Hubungan antara masukan dan
keluaran diformulasikan dengan fungsi produksi berikut:

Q = f (K,L,M.......)

Dimana Q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili


penggunaan mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili
jam masukan tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang
dipergunakan, dan notasi ini menunjukkan kemungkinan variabel
variabel lain mempengaruhi proses produksi (Avi&Dian, 2011).

10
Kurva penawaran faktor input biasanya miring ke atas.
Penawaran pasar untuk untuk suatu barang yang di jual kepasar
kompetitif biasanya miring ke atas karena biaya marginal untuk
menghasilkan suatu barang meningkat.

Namun, ketika inputnya adalah tenaga kerja, pembuat


keputusan adalah individu bukan perusahaan. Dalam hal ini,
maksimisasi utilitas oleh pekerja akan lebih menentukan penawaran
daripada keuntungan maksimalisasi oleh perusahaan. Analisis
pendapatan dan efek substitusi menunjukkan meskipun kurva
penawaran pasar untuk tenaga kerja dapat miring ke atas, mungkin
juga, seperti tekuk mundur(backward bending). Dengan kata lain,
tingkat upah yang lebih tinggi bisa menyebabkan lebih sedikit tenaga
kerja yang dipasok.

Untuk melihat bagaimana kurva penawaran tenaga kerja seperti


backward bending, maka harus di bagi menjadi dua bagian yaitu jam
untuk bekerja dan waktu luang. Waktu luang adalah istilah yang
menggambarkan kegiatan yang dilakukan di luar pekerjaan seperti
tidur, makan, dan pekerjaan rumah tangga. Asumsi yang digunakan
adalah pekerja dapat menentukan berapa jam untuk bekerja.

Tingkat upah mengukur harga yang diberikan oleh pekerja atas


waktu luangnya karena upah mencerminkan jumlah uang yang
dikorbankan untuk menikmati waktu luang. Ketika upah meningkat,
waktu luang juga akan meningkat. Perubahan ini akan menghasilkan
efek substitusi dan efek pendapatan. Efek pendapatan terjadi karena
tingkat upah yang lebih tinggi meningkatkan daya mengejar pekerja.
Dengan penghasilan yang lebih tinggi, pekerja dapat membeli lebih
banyak barang, salah satunya adalah waktu luang. Jika lebih banyak
waktu luang dipilih, itu karena penghasilan efeknya mendorong pekerja
untuk bekerja lebih
sedikit.

11
Seperti contoh, ketika tingkat upah $10 per jam, Pekerja
memaksimalkan utilitas dengan memilih titik A, sehingga menikmati 16
jam waktu luang per hari (dengan 8 jam kerja) dan menghasilkan $ 80.
Ketika tingkat upah meningkat menjadi $ 30 per jam, garis anggaran
berputar tentang intersep horizontal untuk berbaris RQ. (Hanya 24 jam
waktu luang dimungkinkan.) Sekarang pekerja memaksimalkan utilitas
di B dengan memilih 19 jam waktu luang per hari (dengan 5 jam kerja),
sambil menghasilkan $ 150. Jika hanya efek substitusi ikut bermain,
semakin tinggi tingkat upah akan mendorong pekerja untuk bekerja 12
jam (pada C). efek pendapatan bekerja berlawanan arah dan
mengalahkan efek substitusi sehingga hari untuk bekerja dari 8 jam
menjadi 5 jam.

Dalam kenyataannya kurva backward-bending berlaku untuk


mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi. Ketika target upah yang
dicapai telah terpenuhi maka mereka akan berhenti untuk bekerja,
kenaikan tingkat upah akan menyebabkan mereka mengurangi jam
untuk bekerja.

12
5. Keseimbangan Pasar Faktor Produksi

Tenaga kerja sebagai bagian dari faktor produksi memiliki peran besar
dalam mendukung keberlangsungan proses produksi (Hanifayah, Elfira, 2019).
Dalam Gambar di atas ini menunjukkan ekuilibrium untuk pasar tenaga kerja.
Pada titik A, tingkat upah ekuilibriumnya adalah w c dan ekuilibrium kuantitas
penawawarannya adalah Lc. Karena pekerja memiliki informasi sempurna
mereka menerima upah yang identik dimana pun mereka bekerja.

Apabila pasar ouput bersifat persaingan sempurna, kurva permintaan


atas suatu input mengukur manfaat yang dinilai oleh konsumen produk
tersebut pada penggunaan tambahan input tersebut dalam proses produksi.
Tingkat upah mencerminkan biaya bagi perusahaan dan bagi masyarakat dari
penggunaan satu unit tambahan input tersebut. Dengan demikian, titik A pada
gambar merupakan manfaat marginal dari satu jam kerja (produk pendapatan
marginal, MRPL) sama dengan biaya marginalnya ( tingkat upah w).

Ketika pasar input dan output bersifat persaingan sempurna, sumber


daya digunakan secara efisien. Efisiensi mensyaratkan bahwa tambahan
pendapatan dari penggunaan satu unit tenaga kerja tambahan (produk
pendapatan marginal tenaga kerja, MRPL) sama dengan manfaat yang di
berikan untuk konsumen atas tambahan output tersebut.

Apabila pasar output tidak berbentuk pasar persaingan sempurna,

13
syarat MRPL=(P).(MPL) tidak berlaku lagi. Titik B adalah adalah upah
ekuilibrium wm dan ekuilibrium penawaran tenaga kerja L m. Ketika Lm tenaga
kerja dipekerjakan, biaya marginal wm bagi perusahaan lebih rendah
ketimbang manfaat marginal bagi konsumen vM. Meskipun perusahaan
memaksimalkan labanya, output berada di tingkat efisiensinya. Efisiensi
ekonomi akan meningkat apabila lebih banyak tenaga kerja digunakan pada
gilirannya, lebih banyak output yang diproduksi.

6. Keseimbangan faktor Produksi Pada Berbagai Bentuk Pasar

1. Keseimbangan Pasar Tanah dan Modal

Seperti yang diilustrasikan dalam Gambar harga sewa tanah,


ditunjukkan dalam panel (a), sedangkan harga sewa modal ditunjukkan dalam
panel (b), ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Terlebih lagi,
permintaan tanah dan modal ditentukan sama halnya seperti permintaan
tenaga kerja. Artinya, ketika perusahaan produsen mangga menentukan
berapa hanyak tanah dan tangga untuk disewa, hal itu mengikuti logika yang
sama ketika menentukan berapa banyak pekerja untuk disewa. Baik untuk
tanah dan modal, perusahaan meningkatkan jumlah pekerja yang disewa
sampai nilai faktor produk marginal setara dengan faktor harga. Oleh karena
itu, kurva permintaan untuk setiap faktor merefleksikan produktivitas
marginal faktor tersebut.

Selama perusahaan menggunakan faktor produksi yang kompetitif


dan memaksimalkan keuntungan, harga sewa setiap faktor harus setara
dengan nilai produk marginal untuk faktor tersebut. Setiap faktor tenaga kerja,
tanah, dan modal memperoleh nilai kontribusi marginal masing- masing

14
terhadap proses produksi.

Sekarang, perhatikan harga beli tanah dan modal. Harga sewa dan
harga beli jelas berhubungan: Para pembeli rela membayar lebih untuk tanah
atau modal jika dapat

lihat, keseimbangan pendapatan sewa pada titik kapan pun setara


dengan nilai produk marginal faktor. Oleh karena itu, keseimbangan harga beli
tanah atau modal bergantung, baik pada nilai produk marginal saat ini maupun
nilai produk marginal terekspektasi untuk bertahan pada masa yang akan
datang.

2. Kekuatan Monopsoni

Kurva penawaran
faktor produksi yang ditunjukkan monopsoni adalah kurva penawaran pasar
yang menunjukkan berapa banyak pemasok faktor produksi yang bersedia
menjual ketika harganya meningkat. Karena monopsoni membayar harga yang
sama untuk setiap unit, kurva penawaran merupakan kurva pengeluaran rata-
ratanya. Kurva pengeluaran rata-rata berkemiringan positif karena keputusan
untuk membeli satu unit tambahan akan meningkatkan harga yang harus
dibayar atas seluruh unit, bukan hanya unit terakhir. Namun, untuk
perusahaan yang memaksimalkan laba, kurva pengeluaran marginal relevan
dalam memutuskan berapa banyak yang harus dibeli. Kurva pengeluara
marginal berada di atas kurva pengeluaran rata-rata. Ketika perusahaan

15
meningkatkan harga faktor produksi untuk memperoleeh lebih banyak unit,
perusahaan harus membayar seluruh unit pada harga yang lebih tinggi, bukan
saja unit terakhir yang dibeli.

Monopsonis tersebut merekrut tenaga kerja yang lebih sedikit


ketimbang satu perusahaan atau sekelompok perusahaan tanpa kekuatan
monopsoni. Dalam pasar tenaga kerja kompetitif, tenaga kerja sebanyak L c,
sebaiknya direkrut: Pada tingkat tersebut, kuantitas permintaan tenaga kerja
(ditunjukkan oleh kurva produk pendapatan marginal) sama dengan kuantitas
penawaran tenaga kerja (ditunjukkan oleh kurva pengeluaran marginal).
Perusahaan monopsonistis tersebut akan membayar upah pekerjanya sebesar
w* yang lebih rendah ketimbang w c yang berlaku di pasar persaingan.
Kekuatan monopsoni dapat timbul dalam berbagai cara. Salah satunya adalah
sifat spesialisasi dari bisnis perusahaan. Jika perusahaan membeli Suatu
komponen yang tidak dibeli perusahaan lain, maka perusahaan tersebut
cenderung menjadi monopsonis dalam pasar komponen itu. Cara lainnya
adalah lokasi perusahaan-mungkin saja perusahaan yang bersangkutan
merupakan satu-satunya pemberi kerja dalam wilayah tertentu. Kekuatan
monopsoni juga dapat timbul ketika pembeli suatu faktor produksi
membentuk suatu kartel untuk membatasi pembelian atas faktor produksi
tersebut, agar dapat membeli input produksi pada harga yang lebih rendah
daripada harga yang kompetitif.

3. Kekuatan Monopoli

Gambar menunjukkan kurva


permintaan atas tenaga kerja dalam pasar tanpa kekuatan monopsoni. Kurva

16
ini mengagresikan produk pendapatan marginal dari perusahaan yang
bersaing untuk memperoleh tenaga kerja. Kurva penawaran tenaga kerja
menggambarkan bagaimana anggota serikat akan menawarkan tenaga kerja
apabila serikat tersebut tidak memiliki kekuatan monopoli. Dalam hal ini,
pasar tenaga kerja menjadi kompetitif, dan L* dipekerjakan pada upah w*, di
mana permintaan Dl, sama dengan penawaran Sl. Akan tetapi, akibat kekuatan
monopolinya, serikat pekerja dapat memilih tingkat upah berapa pun dan
kuantitas penawaran tenaga kerja yang sesuai, seperti halnya penjual output
monopolis memilih harga dan tingkat output yang serikat tersebut ingin
memaksimalkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan maka pihak serikat
pekerja akan memilih hasil kompetitif pada A. Namun apabila serikat pekerja
ingin memperoleh upah yang lebih besar ketimbang upah kompetitif, maka
pihaknya akan membatasi keanggotaan pada L 1, pekerja. Akibatnya,
perusahaan akan membayar upah pada w1. Meskipun anggota serikat yang
bekerja akan lebih sejahtera, mereka yang tidak bisa memperoleh pekerja
akan dirugikan.

Dengan membatasi keanggotaan, serikat pekerja akan bertindak


layaknya monopolis, yang membatasi output dalam rangka memaksimalkan
laba. Bagi perusahaan, laba merupakan pendapatan yang diterima dikurangi
dengan biaya oportunitasnya. Bagi serikat pekerja, rente mencerminkan upah
yang diperoleh para anggotanya secara kolektif yang melampaui biaya
oportunitas mereka. Untuk memaksimalkan rente, serikat pekerja harus
memilih jumlah pekerja yang dipekerjakan sehingga pendapatan marginal
bagi serikat tersebut (upah tambahan yang diperoleh) sama dengan biaya
tambahan dalam mendorong pekerja agar mau bekerja. Biaya ini merupakan
biaya oportunitas marginal karena mengukur berapa yang ditawarkan oleh
perusahaan bagi tenaga kerja tambahan agar mau bekerja untuk perusahaan
tersebut. Akan tetapi, upah yang diperlukan untuk mendorong tenaga kerja
tambahan agar mengambil pekerjaan ditunjukkan oleh kurva penawaran
tenaga kerja S1.

17
KESIMPULAN

Penawaran dan permintaan diperlukan dalam kegiatan ekonomi yang


dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan pula kegiatan produksi guna
menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Untuk bisa melakukan produksi
orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala
bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur-unsur itu disebut faktor-faktor produksi.
Penawaran faktor produksi terdiri atas penawaran tanah, dan penawaran tenaga
kerja. Penawaran faktor produksi memiliki ciri kurva miring ke atas karena biaya
marginal untuk menghasilkan suatu barang meningkat. Keseimbangan faktor
produksi bisa terjadi pada berbagai pasar seperti pasar monopsoni dan monopoli.
kurva penawaran pasar yang menunjukkan berapa banyak pemasok faktor produksi
yang bersedia menjual ketika harganya meningkat. Kurva penawaran tenaga kerja
menggambarkan bagaimana anggota serikat akan menawarkan tenaga kerja apabila
serikat tersebut tidak memiliki kekuatan monopoli

18
Daftar Refrensi

Avi Budi & Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti. 2011. Analisis Efisiensi
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung Di Kabupaten Grobogan
Tahun 2008. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang. Jejak, Volume. 4, Nomor 1, Maret 2011.

Gregory Mankiw. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Jilid I. Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Hanifiyah Yuliatul & Elfira Maya. 2019. Pasar Tenaga Kerja : Sebuah Tinjauan
Dalam Persfektif Islam. The International Journal Of Applied Business Tijab Volume 3
Nomor 1.

Nisa, Yopi. 2014. Permintaan Dalam Ekonomi Mikro. Jurnal Edunomic Volume 2
No.1 Tahun 2014.

Nisa, Yopi. 2015. Penawaran Dalam Ekonomi Mikro. Jurnal Edunomic Volume 3
No.1 Tahun 2015.

Robert Pindyck & Daniel L. Rubinfield. 2012. Microeconomics Eighth Edition.


Pearson Education : United States.

Anda mungkin juga menyukai