Oleh:
SMA N 1 TABANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I ISI TUGAS.............................................................................................1
1.1 Berkembangnya Pengaruh VOC di Indonesia.............................................1
1.1.1 Latar Belakang VOC..............................................................................1
1.1.2 Hak Oktroi atau Hak Istimewa VOC.....................................................1
1.1.3 Kebijakan VOC......................................................................................2
1.1.4 Keruntuhan VOC...................................................................................2
1.2 Masa Pemerintahan Deandles dan Janssen..................................................2
1.2.1 Latar Belakang Pemerintahan Deandles................................................2
1.2.2 Kebijakan-Kebijakan Deandles.............................................................3
1.2.3 Akhir kekuasaan Herma Willem Deandles............................................5
1.2.4 Masa Pemerintahan Janssen..................................................................5
1.3 Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles............................................5
1.3.1 Latar Belakang Pemerintahan Raffles...................................................5
1.3.2 Kebijakan – Kebijakan Raffles..............................................................6
1.3.3 Faktor Kegagalan Kebijakan Raffles.....................................................8
1.4 Masa Pemerintahan Komisaris Jendral........................................................9
1.4.1 masa pemerintahan komisaris jenderal..................................................9
1.4.2 masa pemerintahan Van der Capellen....................................................9
1.4.3 masa pemerintahan Leonard..................................................................9
1.5 Masa Pemerintahan Van den Bosch..........................................................10
1.5.1 Latar Belakang Masa Pemerintahan Van den Bosch...........................10
1.5.2 Kebijakan Van den Bosch....................................................................10
1.5.3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa (Culturstelsel)......................12
1.5.4 Penghapusan Sistem Tanam Paksa (Culturstelsel)..............................12
1.6 Pelaksanaan Sistem Ekonomi Liberal (Pintu Terbuka).............................13
iii
1.7 Pelaksanaan Politik Etis (Balas Budi)........................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
iv
BAB I
ISI TUGAS
1
b. Membuat dan mengedarkan mata uang sendiri
c. Membentuk pasukan
d. Melakukan monopoli perdagangan
e. Mengangkat dan memberhentikan pegawai
f. Menyatakan perang dan damai
g. Membuat perjanjian dengan pengusaha setempat
h. Membuat pengadilana sendiri
2
Perancis (Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk
Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Napoleon kemudian mengangkat
Louis Napoleon sebagai Raja Belanda.
Karena Indonesia berada di bawah ancaman Inggris yang berkuasa di
India, Napoleon membutuhkan orang yang kuat dan berpengalaman militer
untuk mempertahankan jajahannya di Indonesia. Oleh karena itu, Louis
Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal
di Indonesia. Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808
dengan tugas utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
1.2.2 Kebijakan-Kebijakan Deandles
Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-
perubahan liberal. Beliau juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat
dengan memajukan pertanian dan perdagangan. Akan tetapi, dalam
melakukan kebijakan-kebijakannya beliau bersikap diktator sehingga dalam
masa pemerintahannya yang singkat, yang diingat rakyat hanyalah
kekejamannya. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan Daendels dalam tiga
tahun masa jabatannya di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1) Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping
gubernur jenderal dibubarkan dan diganti dengan Dewan
Penasihat. Salah seorang penasihatnya yang cakap ialah Mr.
Muntinghe.
2) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten.
Setiap prefektuur dikepalai oleh seorang residen (prefek) yang
langsung di bawah pemerintahan Wali Negara. Setiap residen
membawahi beberapa bupati.
3) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda dan diberi
pangkat sesuai dengan ketentuan kepegawaian pemerintah
Belanda. Mereka mendapat penghasilan dari tanah dan tenaga
sesuai dengan hukum adat.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1) Dalam bidang hukum, Daendels membentuk 3 jenis pengadilan.
a) Pengadilan untuk orang Eropa.
b) Pengadilan untuk orang pribumi.
c) Pengadilan untuk orang Timur Asing.
2) Pengadilan untuk pribumi ada di setiap prefektuur dengan prefek
sebagai ketua dan para bupati sebagai anggota. Hukum ini
diterapkan di wilayah kabupaten, sedangkan di wilayah
3
prefektuur seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya
diberlakukan hukum Eropa.
3) Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, termasuk terhadap
bangsa Eropa sekalipun. Akan tetapi, Daendels sendiri malah
melakukan korupsi besar-besaran dalam penjualan tanah kepada
swasta.
4
1.2.3 Akhir Kekuasaan Herman Willem Daendels
Kejatuhan Daendels antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Kekejaman dan kesewenang-wenangan Daendels menimbulkan
kebencian di kalangan rakyat pribumi maupun orang-orang Eropa.
b. Sikapnya yang otoriter terhadap raja-raja Banten, Yogyakarta, dan
Cirebon menimbulkan pertentangan dan perlawanan.
c. Penyelewengan dalam penjualan tanah kepada pihak swasta dan
manipulasi penjualan Istana Bogor.
d. Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan.
Louis Napoleon sebagai Raja Belanda akhirnya menarik kembali
Daendels dengan pertimbangan Daendels telah berbuat secara optimal di
Indonesia. Penarikan Daendels ke Belanda disertai dengan pengangkatannya
sebagai seorang panglima perang yang kemudian dikirim ke medan
peperangan di Russia.
1.2.4 Masa Pemerintahan Janssen
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia
digantikan oleh Jan Willem Janssen. Janssen dikenal seorang politikus
berkebangsaan Belanda. Sebelumnya Janssen menjabat sebagai Gubernur
Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun 1802-1806.
Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah
itu jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810 Janssen diperintahkan pergi ke
Jawa dan akhirnya menggantikan Daendels pada tahun 1811. Janssen
mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan Daendels. Pasukan
Inggris mendarat di Batavia pada 4 Agustus 1811 dan berhasil menguasai
kota tersebut. Janssen yang menyingkir hingga Tuntang akhirnya menyerah.
Pada 18 september 1811, Janssens menandatangani Kapitulasi sebagai tanda
resmi penyerahan Hindia Belanda kepada Inggris.
5
Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang
warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota
Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang
menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
Pemerintahan raffles diserahkan atas prinsip-prinsip liberal. , seperti
halnya kepada van hogendorp, jadi politik kolonial yang hendak
mewujudkan kebebasab dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan di
cangkup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan,keduanya akan
menjamin adanya kebebasan produksi untuk ekspor. Raffles bermaksud
menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh inggris di india,
menurut suatu sistem yang kemudian terkenal sebagai sistem pajak-
tanah(landrent-system). Kesejahteraan rakyat hendak dicapainya dengan
memberikan kebebasan serta jaminan hukum kepada rakyat sehinga tidak
menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa serta ada dorongan
untuk menambah penghasilan serta perbaikan tingkat hidup.
1. Pokok-Pokok Sistem Raffles adalah sebagai berikut:
a. Penghapusan seluruh pengerahan wajib dan wajib kerja dengan
memberi kebebasan penuh untuk kultur dan berdagang.
b. Pemerintah secara langsung mengawasih tanah-tanah.hasilya
dipungut langsung oleh pemerintah tampah perantarah bupati
yang tugasnya terbatas pada dinas-dinas umum.
c. Penyewaan tanah dibeberapa daerah dilakukan berdasarkan
kontrak dan terbatas waktunya.
2. Jasa-jasa Raffles adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat kembali Sultan Sepuh di Yogyakarta sebagai sultan
b. Menemukan jenis bunga yang diberi nama Rafflesia Arnoldi
c. Menulis buku sejarah Pulau Jawa yang diberi judul The History
of Java
d. Membantu dan menyokong perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan
e. Istri Raffles yang bernama Olivia Marianne berjasa sebagai
perintis Kebun Raya Bogor.
1.3.2 Kebijakan- Kebijakan Raffles
Kebijakan-Kebijakan yang dilakukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles
di Bidang tertentu pada saat menjabat sebagai Gubernur jenderal Inggris di
Indonesia.
a. Bidang Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles adalah sebagai berikut :
6
1) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan (sistem keresidenan
ini berlangsung sampai tahun 1964)
2) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang
bercorak Barat
3) Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan
kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun
4) Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan
7
3) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
5) Dirintisnya Kebun Raya Bogor
6) Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga
diberi nama Prasasti Calcutta
1.3.3 Faktor Kegagalan Kebijakan Raffles
a. Masyarakat Hindia Belanda belum terbiasa menggunakaan uang
dalam bertransaksi
b. Masyarakat Hindia Belanda, terutama di Pulau Jawa memegang
teguh tradisi
c. Sisteam sewa tanah tidak cukup kuat karena tidak disertai
dengan jaminan hukum atas tanah yang disewanya.
d. Masa pemerintahan raffles yang singkat
8
1.4 Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal
1.4.1 Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal
a. Masa pemerintahan komisaris jenderal dimulai sejak 1816, pasca
Konvensi London yang mengembalikan kekuasaan Belanda di daerah
jajahannya, termasuk Indonesia. Belanda kemudian membentuk komisi
yang bertugas menerima kembali Indonesia dari Inggris yang
dinamakan Komisi Jenderal. Adapun anggota Komisi Jenderal adalah
Cornelius Theodore Elout, A.A.Buyskes, dan Baron van der Capellen.
b. Kebijakan pemerintahan Komisaris Janderal di Nusantara adalah
dikenal dengan nama kebijakan jalan tengah. Kebijakan tersebut
mengakomodasi keinginan kaum liberal dan konservatif di parlemen
Belanda. Masing-masing pihak menginginkan agar negara jajahan
dikelola oleh pemerintah, tetapi pihak swasta ataupunpemerintah.
Akhirnya, Komisaris Janderal pun memutuskan bahwa negara jajahan
dikelola oleh pemerintah, tetapi pihak swasta diberi kebebasan untuk
menanamkan modalnya di tanah jajahan.
9
tetapi, kondisi negara jajahan yang terpuruk tidak mapu memenuhi
kebutuhan ekspor, dan kebijakannya pun gagal.
10
7. Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada kepala
desa.
Namun, dalam pelaksanaan tanam paksa (culturstelsel) terjadi banyak
penyimpangan. Penyimpangan ini diakibatkan karena berorientasi kepada
kepentingan imperialisnya. Berikut penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi:
1. Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima, apalagi
tanahnya subur.
2. Rakyat lebih banyak menghabiskan tenaga dan waktunya untuk
tanaman ekspor, sehingga mereka tidak sempat mengurusi ladang
dan sawahnya sendiri.
1
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi tahun.
5
4. Waktu pelaksanaan tanam paksa ternyata melebihi waktu tanam padi
(lebih dari 3 bulan), sebab tanaman-tanaman perkebunan
memerlukan perawatan yang terus menerus.
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus
dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan
kepada rakyat.
6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab
petani/rakyat.
Tentu saja dengan adanya aturan dari sistem tanam paksa (culturstelsel)
hingga terjadinya penyimpangan aturan membawa dampak positif dan
negatif bagi Belanda dan Indonesia. Berikut dampak dari sistem tanam
paksa (culturstelsel) tersebut:
1. Dampak sistem tanam paksa (culturstelsel) bagi Belanda membawa
keuntungan besar, diantaranya:
a. Kas Belanda menjadi surplus (berlebihan).
b. Belanda bebas dari kesulitan keungan.
2. Dampak sistem tanam paksa (culturstelsel) bagi Indonesiasangat
memberatkan rakyat, diantaranya:
a. Banyak tanah yang terbengkalai sehingga panen gagal.
b. Rakyat makin menderita.
c. Wabah penyakit merajalela.
d. Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon memaksa rakyat
mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri.
e. Kelaparan hebat di Grobogan sehingga banyak yang mengalami
kematian.
11
1.5.3 Tokoh penentang sistem tanam paksa (culturstelsel)
Sistem tanam paksa (culturstelsel) yang diterapkan oleh Belanda di
Indonesia ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Orang-orang yang
menentang sistem tanam paksa (culturstelsel) adalah:
1. Golongan Pendeta
Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan. Tokoh yang
mempelopori penentangan ini adalah seorang pendeta yang bernama
Baron van Hovel. Setelah kembali ke negerinya, ia ikutserta menjadi
anggota parlemen kemudian bersama kelompoknya yang berupaya
memperjuangankan nasib rakyat tanah jajahan. Akhirnya muncul
kecaman keras supaya pemerintah menghapuskan sistem tanam
paksa (culturstelsel). Setelah 40 tahun berlangsung di Indonesia
akhirnya sistem tanam paksa (culturstelsel) dihapuskan pada tahun
1830-1870.
2. Golongan Liberal
Golongan ini terdiri dari pengusaha dan pedagang, diantaranya:
a. Dowes Dekker dengan nama samaran Multatuli, menentang
sistem tanam paksa (culturstelsel) dengan mengarang buku yang
berjudul Max Haavelar. Ia mengajukan tuntutan krpada
pemerintah Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan
bangsa Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk
membalas budi baik bangsa Indonesia, yaitu: pendidikan,
membangun saluran irigrasi dan imigrasi.
b. Frans Van de Pute, menulis kritikan dalam artikel yang berjudul
Suiker Contracton (perjanjian gula).
1.5.4 Penghapusan Sistem Tanam Paksa (culturstelsel)
Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda
menghapuskan tanam paksa secara bertahap:
1. Tahun 1854, dikeluarkannya undang-undang tentang penghapusan
perbudakan. Namun, perbudakan baru dihapus pada tanggal 1
Januari 1860.
2. Tahun 1860, tanam paksa lada dihapuskan.
3. Tahun 1864, dikeluarkan undang-undang tentang keuangan yang
mewajibkan anggaran belanja Hindia Belanda disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
4. Tahun 1865, tanam paksa nila dan teh dihapuskan.
5. Tahun 1870, semua jenis tanaman kecuali kopi priangan dihapuskan.
12
6. Tahun 1870, dikeluarkan undang-undang tentang gula dan juga
undang-undang tentang tanah.
Akhirnya, sistem tanam paksa (culturstelsel) benar-benar dihapus pada
tahun 1917.
13
pengusaha untuk menyewa tanah, bukan untuk membelinya.Hal ini
dimaksudkan agar tanah penduduk tidak jatuh ke tangan asing. Tanah
sewaan itu dimaksudkan untuk memproduksi tanaman yang dapat diekspor
ke Eropa.
Dengan adanya UU Agraria dan UU Gula tahun 1870, banyak swasta asing
yang menanamkan modalnya di Indonesia, baik dalam usaha perkebunan
maupun pertambangan.
14
4) Timbul pedagang perantara. Pedagang-pedagang tersebut pergi ke daerah
pedalaman, mengumpulkan hasil pertanian dan menjualnya kepada grosir.
Politik etis mulai berjalan di tahun 1901 yang berisi tiga perlakuan, yakni
edukasi (pendidikan), irigasi (Pengairan), dan transmigrasi (perpindahan
penduduk). Yang mencetuskan politik etis (politik balas budi) adalah C.Th
van Deventer yang adalah seorang politikus.
15
Tujuan politik etis adalah untuk memajukan tiga bidang yakni edukasi
dengan mengadakan pendidikan, irigasi dengan membuat sarana dan
jaringan pengairan, dan transmigrasi dengan mengorganisasi perpindahan
penduduk.
Politik etis yang dijalankan Belanda dengan perbaikan pada bidang irigasi
pertanian, transmigrasi dan pendidikan sepintas terlihat mulia. Namun
dibalik itu, tujuan program-program itu dimaksudkan untuk kepentingan
Belanda sendiri.
1) Edukasi (Pendidikan)
Pendidikan dilakukan pada sekolah kelas satu kepada anak-anak pegawai
negeri dan orang yang mempunyai kedudukan atau berharta. Pada tahun
1903 terdapat 14 sekolah kelas satu di Ibukota Karesidenan dan ada 29 di
Ibukota Afdeling dengan mata pelajaran yang diajarkan seperti membaca,
menulis, berhitung, ilmu bumi, ilmu alam, sejarah dan menggambar.
Di tahun 1892 jumlah muridnya sebanyak 50.000, di tahun 1902 ada 1.632
anak pribumi yang belajar pada sekolah Eropa. Untuk menjadi calon
pamong praja terdapat tiga sekolah Osvia, masing-masing di Bandung,
16
Magelang, dan Probolinggo. Sedangkan nama-nama sekolah untuk anak-
anak Eropa dan anak kaum pribumi antara lain:
2) Irigasi (Pengairan)
Sarana penting untuk pertanian adalah pengairan, oleh pihak pemerintah
sudah dibangun sejak 1885 dengan luas 96.000 bau untuk irigasi Berantas
dan Demak. Di tahun 1902 luasnya menjadi 173.000 bau. Dengan irigasi
tanah pertanian akan menjadi subur dan produksinya bertambah
Di tahun 1865 jumlah penduduk Jawa dan Madura sebanyak 14 juta jiwa. Di
tahun 1900 sudah berubah menjadi dua kali lipat. Di awal abad ke-19 terjadi
migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur berkaitan dengan
adanya perluasan perkebunan tebu dan tembakau.
DAFTAR PUSTAKA
17
Anonim. 2013. “Masa Pemerintahan Herman Willem Daendles”. Dalam
http://indonesia-persons.blogspot.com/2013/04/masa-pemerintahan-
herman-willem-daendles.html?m=1. Diakses pada tanggal 6
September 2019
Anonim. 2014. “Masa Pemerintahan Willem Janssen”. Dalam http://sejarah-
smu.blogspot.com/2014/09/masa-pemerintahan-willem-janssen.html?
m=1. Diakses pada tanggal 6 September 2019
Anonim. 2016. “Sistem Tanam Paksa Culturstelsel”. Dalam
http://www.guruips.com/2016/08/sistem-tanam-paksa-cultur-
stelsel.html?m=1. Diakses pada tanggal 6 September 2019 (15:14).
Anggraeni. 2014. “Masa Pemerintahan Thomas Stamfort Raffles Di
Indonesia”. Dalam https://anggraeni66.blogspot.com/2014/11/masa-
pemerintahan-thomas-stamfort.html?m=1. Diakses pada tanggal 7
September 2019
Setyawan, Doni. 2018. “Masa Pemerintahan Van den Bosch di Indonesia”.
Dalam https://www.donisetyawan.com/masa-pemerintahan-van-den-
bosch-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 6 September 2019 (14:14).
18