Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH INDONESIA

Oleh:

1. I Gede Angga Rayhandana (02)


2. I Komang Agus Diva Wiguna (13)
3. Ni Putu Andrisa Tasya Kusuma Putri (26)
4. Ni Putu Linda Maharani (31)
5. Urip Kabinawa (36)

SMA N 1 TABANAN

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa


karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “SEJARAH INDONESIA”.
Makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapakan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurparini selaku Guru Sejarah Indonesia
2. Teman-teman atas saran-saran yang telah diberikan.
3. Orang tua penulis atas segala dukungan yang diberikan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif terhadap karya ini. Akhir
kata, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat memperkaya ilmu pengetahuan di Indonesia.

Tabanan, 6 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I ISI TUGAS.............................................................................................1
1.1 Berkembangnya Pengaruh VOC di Indonesia.............................................1
1.1.1 Latar Belakang VOC..............................................................................1
1.1.2 Hak Oktroi atau Hak Istimewa VOC.....................................................1
1.1.3 Kebijakan VOC......................................................................................2
1.1.4 Keruntuhan VOC...................................................................................2
1.2 Masa Pemerintahan Deandles dan Janssen..................................................2
1.2.1 Latar Belakang Pemerintahan Deandles................................................2
1.2.2 Kebijakan-Kebijakan Deandles.............................................................3
1.2.3 Akhir kekuasaan Herma Willem Deandles............................................5
1.2.4 Masa Pemerintahan Janssen..................................................................5
1.3 Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles............................................5
1.3.1 Latar Belakang Pemerintahan Raffles...................................................5
1.3.2 Kebijakan – Kebijakan Raffles..............................................................6
1.3.3 Faktor Kegagalan Kebijakan Raffles.....................................................8
1.4 Masa Pemerintahan Komisaris Jendral........................................................9
1.4.1 masa pemerintahan komisaris jenderal..................................................9
1.4.2 masa pemerintahan Van der Capellen....................................................9
1.4.3 masa pemerintahan Leonard..................................................................9
1.5 Masa Pemerintahan Van den Bosch..........................................................10
1.5.1 Latar Belakang Masa Pemerintahan Van den Bosch...........................10
1.5.2 Kebijakan Van den Bosch....................................................................10
1.5.3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa (Culturstelsel)......................12
1.5.4 Penghapusan Sistem Tanam Paksa (Culturstelsel)..............................12
1.6 Pelaksanaan Sistem Ekonomi Liberal (Pintu Terbuka).............................13

iii
1.7 Pelaksanaan Politik Etis (Balas Budi)........................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iv
BAB I
ISI TUGAS

1.1 Berkembagnya Pengaruh VOC di Indonesia


1.1.1 Latar Belakang VOC
Belanda sampai di banten pada tahun 1598. VOC terbentuk pada 20
maret 1602 dan memiliki kantor pusat di Amsterdam. Latarbelakang
terbentuknya VOC di Indonesia antara lain:
a. Sebagai upaya menghindari persaingan antar pedagang
Belanda.
b. Untuk meemperkuat diri dalam menghadapi persaingan dagang
dengan negara lain. Belanda berharap akan mampu memenangkan
persaingan dagang dan menguasai perdagangan dunia .
c. VOC dipimpin suatu dewan pengelola atau majelis yang terdiri dari
17 utusan, yang diberi nama Heeren Zeventein atau 17 tuan.
d. Pembentukan VOC tidak terlepas dari upaya keras Johan van
Oldenbarneveldt dan saran dari Pangeran Maurits
Adapun 2 gebernur jenderal VOC, yaitu:
a. Pieter Both
Both merupakan gubernur jenderal pertama pada (1610-1614).
Misinya adalah menciptakan monopoli perdagangan Belanda
terhadap rempah-rempah Nusantara. Ia mendirikan markas VOC
di Ambon, Banten, dan Batavia.
b. Jan Pieterzoon Coen
Menjabat sebanyak dua kali yaitu pada (1619-1623 dan 1627-
1629). Ia memindahkan markas VOC di Ambon ke Batavia
karena lokasinya kurang strategis, jauh dari jalur perdagangan
Asia. Pada 1619 ia mendirikan kota Batavia diatas puing-puing
kota Jayakarta. Coen berhasil menciptakan monopoli perdagang
Belanda terhadap rempah-rempah , dengan cara kekerasan. Pada
1621, ia membinasakan penduduk Pulau Banda untuk
mengokohkan monopoli, karena penduduk Banda dianggap
melanggar janji, karena tetap berdagang dengan bangsa lain ,
yakni Inggris. Kebijakan yang diciptakan Coen adalah ekstirpasi
dan pelayaran Hongi

1.1.2 Hak Oktroi atau Hak Istimewa VOC


Hak oktroi terdiri atas:
a. Memerintah negara jajahan

1
b. Membuat dan mengedarkan mata uang sendiri
c. Membentuk pasukan
d. Melakukan monopoli perdagangan
e. Mengangkat dan memberhentikan pegawai
f. Menyatakan perang dan damai
g. Membuat perjanjian dengan pengusaha setempat
h. Membuat pengadilana sendiri

1.1.3 Kebijakan VOC


Beberapa kebijakan VOC di Indonesia:
a. Monopoli
Monopoli perdagangan VOC dilakuakan dengan cara menentukan
jenis tanaman, daerah dan luas wilayah, dan harga jual tanaman
tersebut.
b. Ekstirpasi
Ekstirpasi adalah pemusnahan tanaman perkebunan milik pribumi
untuk mengendalikan harga pasar.
c. Pelayaran Hongi
Dilakukan di perairan Maluku untuk menghindari terjadinya
perdagangan gelap antara bangsa Iindonesia dengan bangsa lain
selain Belanda.
d. Politik adu domba
VOC sering ikut campur urusan-urusan internal kerajaan-kerajaan
Nusantara.

1.1.4 Keruntuhan/ Kemunduran VOC


Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC resmi dibubarkan, adapun
penyebab keruntuhan VOC antara lain:
a. Pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi
b. Semakin banyaknya kantor cabang oerdagangan yang
dibuka,biaya kepegawaian semakin besar
c. Biaya perang semakin banyak akibat munculnya perlawanan-
perlawanan di berbagai daerah terhadap monopoli perdagangan
VOC
d. Persaingan dengan perserikatan dagang negara lain.

1.2 Masa Pemerintahan Daendles dan Janssens


1.2.1 Latar Belakang Pemerintahan Deandles
Letak geografis Belanda yang dekat dengan Inggris menyebabkan
Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda. Pada tahun 1806,

2
Perancis (Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk
Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Napoleon kemudian mengangkat
Louis Napoleon sebagai Raja Belanda.
Karena Indonesia berada di bawah ancaman Inggris yang berkuasa di
India, Napoleon membutuhkan orang yang kuat dan berpengalaman militer
untuk mempertahankan jajahannya di Indonesia. Oleh karena itu, Louis
Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal
di Indonesia. Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808
dengan tugas utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
1.2.2 Kebijakan-Kebijakan Deandles
Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-
perubahan liberal. Beliau juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat
dengan memajukan pertanian dan perdagangan. Akan tetapi, dalam
melakukan kebijakan-kebijakannya beliau bersikap diktator sehingga dalam
masa pemerintahannya yang singkat, yang diingat rakyat hanyalah
kekejamannya. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan Daendels dalam tiga
tahun masa jabatannya di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1) Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping
gubernur jenderal dibubarkan dan diganti dengan Dewan
Penasihat. Salah seorang penasihatnya yang cakap ialah Mr.
Muntinghe.
2) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten.
Setiap prefektuur dikepalai oleh seorang residen (prefek) yang
langsung di bawah pemerintahan Wali Negara. Setiap residen
membawahi beberapa bupati.
3) Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda dan diberi
pangkat sesuai dengan ketentuan kepegawaian pemerintah
Belanda. Mereka mendapat penghasilan dari tanah dan tenaga
sesuai dengan hukum adat.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1) Dalam bidang hukum, Daendels membentuk 3 jenis pengadilan.
a) Pengadilan untuk orang Eropa.
b) Pengadilan untuk orang pribumi.
c) Pengadilan untuk orang Timur Asing.
2) Pengadilan untuk pribumi ada di setiap prefektuur dengan prefek
sebagai ketua dan para bupati sebagai anggota. Hukum ini
diterapkan di wilayah kabupaten, sedangkan di wilayah

3
prefektuur seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya
diberlakukan hukum Eropa.
3) Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, termasuk terhadap
bangsa Eropa sekalipun. Akan tetapi, Daendels sendiri malah
melakukan korupsi besar-besaran dalam penjualan tanah kepada
swasta.

c. Bidang Pertahanan atau Militer


Dalam melaksanakan tugas utamanya untuk mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels mengambil langkah-
langkah berikut ini.
1) Membangun jalan antara Anyer-Panarukan, baik sebagai lalu
lintas pertahanan maupun perekonomian.
2) Menambah jumlah pasukan dalam angkatan perang dari 3000
orang menjadi 20.000 orang.
3) Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal itu
dilakukan karena beliau tidak dapat mengharapkan lagi bantuan
dari Eropa akibat blokade Inggris di lautan.
4) Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan
Surabaya.
d. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene
Rekenkaer) dan dilakukan pemberantasan korupsi dengan keras.
2) Mengeluarkan uang kertas.
3) Memperbaiki gaji pegawai.
4) Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(Verplichte Leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap
dilanjutkan, bahkan ditingkatkan.
5) Mengadakan monopoli perdagangan beras.
6) Mengadakan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat
Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman ekspoer
(seperti kopi).
e. Bidang Sosial
1) Rakyat dipaksa melakukan kerja paksa (rodi) untuk membangun
jalan Anyer-Panarukan.
2) Perbudakkan dibiarkan berkembang.
3) Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan, atau
sultan.
4) Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.

4
1.2.3 Akhir Kekuasaan Herman Willem Daendels
Kejatuhan Daendels antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Kekejaman dan kesewenang-wenangan Daendels menimbulkan
kebencian di kalangan rakyat pribumi maupun orang-orang Eropa.
b. Sikapnya yang otoriter terhadap raja-raja Banten, Yogyakarta, dan
Cirebon menimbulkan pertentangan dan perlawanan.
c. Penyelewengan dalam penjualan tanah kepada pihak swasta dan
manipulasi penjualan Istana Bogor.
d. Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan.
Louis Napoleon sebagai Raja Belanda akhirnya menarik kembali
Daendels dengan pertimbangan Daendels telah berbuat secara optimal di
Indonesia. Penarikan Daendels ke Belanda disertai dengan pengangkatannya
sebagai seorang panglima perang yang kemudian dikirim ke medan
peperangan di Russia.
1.2.4 Masa Pemerintahan Janssen
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia
digantikan oleh Jan Willem Janssen. Janssen dikenal seorang politikus
berkebangsaan Belanda. Sebelumnya Janssen menjabat sebagai Gubernur
Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun 1802-1806.
Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah
itu jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810 Janssen diperintahkan pergi ke
Jawa dan akhirnya menggantikan Daendels pada tahun 1811. Janssen
mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan Daendels. Pasukan
Inggris mendarat di Batavia pada 4 Agustus 1811 dan berhasil menguasai
kota tersebut. Janssen yang menyingkir hingga Tuntang akhirnya menyerah.
Pada 18 september 1811, Janssens menandatangani Kapitulasi sebagai tanda
resmi penyerahan Hindia Belanda kepada Inggris.

1.3 Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles


1.3.1 Latar Belakang Pemerintahan Raffles
Masa pemerintahan Inggris di Nusantara dimulai sejak 18 September
1811. Lord Minto gubernur jenderal Inggris di India mengirim Thomas
Stamford Raffles sebagai penguasa Hindia Belanda yang berpusat di
Batavia.
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli1781 –
meninggal di London, Inggris, 5 Juli1826 pada umur 44 tahun) adalah

5
Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang
warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota
Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang
menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
Pemerintahan raffles diserahkan atas prinsip-prinsip liberal. , seperti
halnya kepada van hogendorp, jadi politik kolonial yang hendak
mewujudkan kebebasab dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan di
cangkup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan,keduanya akan
menjamin adanya kebebasan produksi untuk ekspor. Raffles bermaksud
menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh inggris di india,
menurut suatu sistem yang kemudian terkenal sebagai sistem pajak-
tanah(landrent-system). Kesejahteraan rakyat hendak dicapainya dengan
memberikan kebebasan serta jaminan hukum kepada rakyat sehinga tidak
menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa serta ada dorongan
untuk menambah penghasilan serta perbaikan tingkat hidup.
1. Pokok-Pokok Sistem Raffles adalah sebagai berikut:
a. Penghapusan seluruh pengerahan wajib dan wajib kerja dengan
memberi kebebasan penuh untuk kultur dan berdagang.
b. Pemerintah secara langsung mengawasih tanah-tanah.hasilya
dipungut langsung oleh pemerintah tampah perantarah bupati
yang tugasnya terbatas pada dinas-dinas umum.
c. Penyewaan tanah dibeberapa daerah dilakukan berdasarkan
kontrak dan terbatas waktunya.
2. Jasa-jasa Raffles adalah sebagai berikut:
a. Mengangkat kembali Sultan Sepuh di Yogyakarta sebagai sultan
b. Menemukan jenis bunga yang diberi nama Rafflesia Arnoldi
c. Menulis buku sejarah Pulau Jawa yang diberi judul The History
of Java
d. Membantu dan menyokong perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan
e. Istri Raffles yang bernama Olivia Marianne berjasa sebagai
perintis Kebun Raya Bogor.
1.3.2 Kebijakan- Kebijakan Raffles
Kebijakan-Kebijakan yang dilakukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles
di Bidang tertentu pada saat menjabat sebagai Gubernur jenderal Inggris di
Indonesia.
a. Bidang Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles adalah sebagai berikut :

6
1) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan (sistem keresidenan
ini berlangsung sampai tahun 1964)
2) Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh
penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang
bercorak Barat
3) Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan
kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun
4) Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan

b. Bidang Ekonomi dan Keuangan


1) Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang
pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang
petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
2) Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan
wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman
VOC.
3) Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) yang berdasarkan
anggapan pemerintah kolonial.
4) Pemungutan pajak secara perorangan.
c. Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang
dilaksanakan oleh Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna
kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya kesalahan.
Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut:
1) Court of Justice, terdapat pada setiap residen
2) Court of Request, terdapat pada setiap divisi
3) Police of Magistrate
d. Bidang Sosial
1) Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbudakan,
tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri
dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan pynbank
(disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan
harimau.
e. Bidang Ilmu Pengetahuan
1) Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun
1817 dan dibagi dua jilid
2) Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago
di Eidenburg pada tahun 1820 dan dibagi tiga jilid

7
3) Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4) Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
5) Dirintisnya Kebun Raya Bogor
6) Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga
diberi nama Prasasti Calcutta
1.3.3 Faktor Kegagalan Kebijakan Raffles
a. Masyarakat Hindia Belanda belum terbiasa menggunakaan uang
dalam bertransaksi
b. Masyarakat Hindia Belanda, terutama di Pulau Jawa memegang
teguh tradisi
c. Sisteam sewa tanah tidak cukup kuat karena tidak disertai
dengan jaminan hukum atas tanah yang disewanya.
d. Masa pemerintahan raffles yang singkat

Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa


dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia
menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah
pulau itu sejak zaman kuno.
Tetapi pada tahun 1818 ia kembali ke Sumatera dan pada tanggal 29
Januari1819 ia mendirikan sebuah pos perdagangan bebas di ujung
selatan Semenanjung Malaka, yang di kemudian hari menjadi negara
kota Singapura. Ini merupakan langkah yang berani, berlawanan dengan
kebijakan Britania untuk tidak menyinggung Belanda di wilayah yang
diakui berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam enam minggu,
beberapa ratus pedagang bermunculan untuk mengambil keuntungan dari
kebijakan bebas pajak, dan Raffles kemudian mendapatkan persetujuan
dari London.
Raffles menetapkan tanggal 6 Februari tahun 1819 sebagai hari jadi
Singapura modern. Kekuasaan atas pulau itu pun kemudian dialihkan
kepada Perusahaan Hindia Timur Britania. Akhirnya pada tahun 1823,
Raffles selamanya kembali ke Inggris dan kota Singapura telah siap
untuk berkembang menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini terus
berkembang sebagai pusat perdagangan dengan pajak rendah.
Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang
diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem
mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri, yang berlaku hingga saat
ini.

8
1.4 Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal
1.4.1 Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal
a. Masa pemerintahan komisaris jenderal dimulai sejak 1816, pasca
Konvensi London yang mengembalikan kekuasaan Belanda di daerah
jajahannya, termasuk Indonesia. Belanda kemudian membentuk komisi
yang bertugas menerima kembali Indonesia dari Inggris yang
dinamakan Komisi Jenderal. Adapun anggota Komisi Jenderal adalah
Cornelius Theodore Elout, A.A.Buyskes, dan Baron van der Capellen.
b. Kebijakan pemerintahan Komisaris Janderal di Nusantara adalah
dikenal dengan nama kebijakan jalan tengah. Kebijakan tersebut
mengakomodasi keinginan kaum liberal dan konservatif di parlemen
Belanda. Masing-masing pihak menginginkan agar negara jajahan
dikelola oleh pemerintah, tetapi pihak swasta ataupunpemerintah.
Akhirnya, Komisaris Janderal pun memutuskan bahwa negara jajahan
dikelola oleh pemerintah, tetapi pihak swasta diberi kebebasan untuk
menanamkan modalnya di tanah jajahan.

1.4.2 Masa Pemerintahan Van der Capellen


a. Kegagalan politik jalan tengah yang diterapkan komisaris jendral belum
berhasil. Pemerintah Belanda pun memikirkan cara lain untuk
mengatasinya. Komisaris jendralpun digantikan oleh gubernur jendral
Van der Capellen.
b. Kebijakan Masa Pemerintahan Van der Capellen
1). Memberikan kebebasan kepada kelompok swasta untuk menanam
modalnya di Hindia Belanda, tetapi pengolahan sumber daya alam tetap
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda.
2). Menghapus peran para pejabat lokal.
3). Menetapkan pajak untuk penduduk di bumi.
c. kebijakan masa pemerintahan Van der Capellen kurang berhasil karena
rakyat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara
beban pajak semakin memberatkan rakyat. Perlawanan pun bermunculan
salah satunya perang diponegoro (1825-1830). Pemerintah Hindia Belanda
terpaksa harus mengeluarkan biaya untuk mengahadapi perlawanan tersebut.
Tentu saja, kerajaan Belanda diambang kebangkrutan.
1.4.3 Masa Pemerintahan Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies
Gubernur Jendral Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies menggantikan
Van der Capellen yang dianggap tidak mampu meningkatkan uang kas
Belanda. Sebagai gubernur baru, ia menerapkan kebijakan baru dengan
meningkatkan ekspor sehingga meningkatkan pemasukan negara. Akan

9
tetapi, kondisi negara jajahan yang terpuruk tidak mapu memenuhi
kebutuhan ekspor, dan kebijakannya pun gagal.

1.5 Masa Pemerintahan Van Den Bosch


1.5.1 Latar Belakang Masa Pemerintahan Van Den Bosch
Latar belakang munculnya pemerintahan Van den Bosch sebagai berikut:
a. Kegagalan politik jalan tengah di parlemen Belanda.
b. Kosongnya kas keuangan Belanda akibat banyaknya perlawanan
kedaerahan yang muncul.
c. Korupsi yang masih merajalela dikalangan pegawai Belanda.
Tujuan pemerintahan Van den Bosch adalah mengisi kembali kas
keuangan Belanda yang kosong melalui sebuah usulan sistem pelaksanaan
tanam paksa (culturstelsel).

1.5.2 Kebijakan Van den Bosch


Sistem tanam paksa (culturstelsel) diususlkan oleh Van den Bosch pada
tahun 1829. Dalam sistem tanam paksa (culturstelsel) tersebut terdapat
beberapa aturan yang mengikatnya, aturan tersebut dijadikan sebagai acuan
berlangsungnya pelaksanaan sistem tanam paksa (culturstelsel), berikut
adalah aturan dari sistem tanam paksa (culturstelsel):
1. Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahan
garapannya untuk ditanami tanaman wajib yang berkualitas ekspor.
2. Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari
pembayaran pajak.
3. Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah
kolonial. Setiap kelebihan dari pembayaran jumlah pajak
dikembalikan kepada rakyat.
4. Tenaga dan waktu yang digunakan untuk menggarap tanaman wajib
tidak boleh lebih dari tenaga dan waktu yang diperlukan untuk
menanam padi atau kurang lebih 3 bulan.
5. Mereka yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari atau
seperlima tahun diperkebunan pemerintah.
6. Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen akan menjadi tanggung
jawab pemerintah (jika bukan akibat kesalahan petani).

10
7. Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada kepala
desa.
Namun, dalam pelaksanaan tanam paksa (culturstelsel) terjadi banyak
penyimpangan. Penyimpangan ini diakibatkan karena berorientasi kepada
kepentingan imperialisnya. Berikut penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi:
1. Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima, apalagi
tanahnya subur.
2. Rakyat lebih banyak menghabiskan tenaga dan waktunya untuk
tanaman ekspor, sehingga mereka tidak sempat mengurusi ladang
dan sawahnya sendiri.
1
3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi tahun.
5
4. Waktu pelaksanaan tanam paksa ternyata melebihi waktu tanam padi
(lebih dari 3 bulan), sebab tanaman-tanaman perkebunan
memerlukan perawatan yang terus menerus.
5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus
dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan
kepada rakyat.
6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab
petani/rakyat.
Tentu saja dengan adanya aturan dari sistem tanam paksa (culturstelsel)
hingga terjadinya penyimpangan aturan membawa dampak positif dan
negatif bagi Belanda dan Indonesia. Berikut dampak dari sistem tanam
paksa (culturstelsel) tersebut:
1. Dampak sistem tanam paksa (culturstelsel) bagi Belanda membawa
keuntungan besar, diantaranya:
a. Kas Belanda menjadi surplus (berlebihan).
b. Belanda bebas dari kesulitan keungan.
2. Dampak sistem tanam paksa (culturstelsel) bagi Indonesiasangat
memberatkan rakyat, diantaranya:
a. Banyak tanah yang terbengkalai sehingga panen gagal.
b. Rakyat makin menderita.
c. Wabah penyakit merajalela.
d. Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon memaksa rakyat
mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri.
e. Kelaparan hebat di Grobogan sehingga banyak yang mengalami
kematian.

11
1.5.3 Tokoh penentang sistem tanam paksa (culturstelsel)
Sistem tanam paksa (culturstelsel) yang diterapkan oleh Belanda di
Indonesia ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Orang-orang yang
menentang sistem tanam paksa (culturstelsel) adalah:
1. Golongan Pendeta
Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan. Tokoh yang
mempelopori penentangan ini adalah seorang pendeta yang bernama
Baron van Hovel. Setelah kembali ke negerinya, ia ikutserta menjadi
anggota parlemen kemudian bersama kelompoknya yang berupaya
memperjuangankan nasib rakyat tanah jajahan. Akhirnya muncul
kecaman keras supaya pemerintah menghapuskan sistem tanam
paksa (culturstelsel). Setelah 40 tahun berlangsung di Indonesia
akhirnya sistem tanam paksa (culturstelsel) dihapuskan pada tahun
1830-1870.
2. Golongan Liberal
Golongan ini terdiri dari pengusaha dan pedagang, diantaranya:
a. Dowes Dekker dengan nama samaran Multatuli, menentang
sistem tanam paksa (culturstelsel) dengan mengarang buku yang
berjudul Max Haavelar. Ia mengajukan tuntutan krpada
pemerintah Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan
bangsa Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk
membalas budi baik bangsa Indonesia, yaitu: pendidikan,
membangun saluran irigrasi dan imigrasi.
b. Frans Van de Pute, menulis kritikan dalam artikel yang berjudul
Suiker Contracton (perjanjian gula).
1.5.4 Penghapusan Sistem Tanam Paksa (culturstelsel)
Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda
menghapuskan tanam paksa secara bertahap:
1. Tahun 1854, dikeluarkannya undang-undang tentang penghapusan
perbudakan. Namun, perbudakan baru dihapus pada tanggal 1
Januari 1860.
2. Tahun 1860, tanam paksa lada dihapuskan.
3. Tahun 1864, dikeluarkan undang-undang tentang keuangan yang
mewajibkan anggaran belanja Hindia Belanda disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
4. Tahun 1865, tanam paksa nila dan teh dihapuskan.
5. Tahun 1870, semua jenis tanaman kecuali kopi priangan dihapuskan.

12
6. Tahun 1870, dikeluarkan undang-undang tentang gula dan juga
undang-undang tentang tanah.
Akhirnya, sistem tanam paksa (culturstelsel) benar-benar dihapus pada
tahun 1917.

1.6 Pelaksanaan Sistem Ekonomi Liberal (Pintu Terbuka)


Politik pintu tebuka adalah pelaksanaan politik kolonial liberal di Indonesia,
dimana golongan liberal Belanda berpendapat bahwa kegiatan ekonomi di
Indonesia harus ditangani oleh pihak swasta, sementara pemerintah cukup
berperan mengawasi saja. Pada tahun 1860-an politik batig slot (mencari
keuntungan besar) mendapat pertentangan dari golongan liberalis dan
humanitaris. Kaum liberal dan kapital memperoleh kemenangan di
parlemen.
1. Undang-undang Agraria 1870
Terhadap tanah jajahan (Hindia Belanda), kaum liberal berusaha
memperbaiki taraf kehidupan rakyat Indonesia. Keberhasilan
tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Agraria
tahun 1870.
a. Isi pokok undang-undang agraria
Pokok-pokok UU Agraria tahun 1870 berisi:
2) pribumi diberi hak memiliki tanah dan menyewakannya
kepada pengusaha swasta, serta
3) pengusaha dapat menyewa tanah dari gubernemen dalam
jangka waktu 75 tahun.
c. Tujuan Undang-undang agraria
Dikeluarkannya UU Agraria ini mempunyai tujuan yaitu:
1) memberi kesempatan dan jaminan kepada swasta asing (Eropa)
untuk membuka usaha dalam bidang perkebunan di Indonesia,
dan
2) melindungi hak atas tanah penduduk agar tidak hilang (dijual).
UU Agraria tahun 1870 mendorong pelaksanaan politik pintu terbuka yaitu
membuka Jawa bagi perusahaan swasta.Kebebasan dan keamanan para
pengusaha dijamin. Pemerintah kolonial hanya memberi kebebasan para

13
pengusaha untuk menyewa tanah, bukan untuk membelinya.Hal ini
dimaksudkan agar tanah penduduk tidak jatuh ke tangan asing. Tanah
sewaan itu dimaksudkan untuk memproduksi tanaman yang dapat diekspor
ke Eropa.

2 Undang-Undang Gula (Suiker Wet)


Selain UU Agraria 1870, pemerintah Belanda juga mengeluarkan Undang-
Undang Gula (Suiker Wet) tahun 1870.Tujuannya adalah untuk memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada para pengusaha perkebunan gula.

a. Isi dari UU Gula ini yaitu:

1) perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus


secara bertahap.
2) pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus
sudah diambil alih oleh swasta.

Dengan adanya UU Agraria dan UU Gula tahun 1870, banyak swasta asing
yang menanamkan modalnya di Indonesia, baik dalam usaha perkebunan
maupun pertambangan.

a. Berikut ini beberapa perkebunan asing yang muncul.


1) Perkebunan tembakau di Deli, Sumatra Utara.
2) Perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
3) Perkebunan kina di Jawa Barat.
4) Perkebunan karet di Sumatra Timur.Perkebunan kelapa sawit di
Sumatra Utara.
5) Perkebunan teh di Jawa Barat dan Sumatra Utara.
b. Dampak baik dan buruk politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka yang diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan
rakyat, justru membuat rakyat semakin menderita.Eksploitasi terhadap
sumber-sumber pertanian maupun tenaga manusia semakin hebat. Rakyat
semakin menderita dan sengsara. Adanya UU Agraria memberikan
pengaruh bagi kehidupan rakyat, seperti berikut.

1) Dibangunnya fasilitas perhubungan dan irigasi.

2) Rakyat menderita dan miskin.

3) Rakyat mengenal sistem upah dengan uang, juga mengenal barang-


barang ekspor dan impor.

14
4) Timbul pedagang perantara. Pedagang-pedagang tersebut pergi ke daerah
pedalaman, mengumpulkan hasil pertanian dan menjualnya kepada grosir.

5) Industri atau usaha pribumi mati karena pekerja-pekerjanya banyak yang


pindah bekerja di perkebunan dan pabrik-pabrik.

1.7 Pelaksanaan Politik Etis (Balas Budi)


Politik Etis yaitu politik yang memperjuangkan dalam pengadaan
desentralisasi kesejahteraan rakyat efisiensi (di daerah jajahan). Definisi
politik etis lainnya ialah sebuah pemikiran yang menjelaskan bahwa
pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral untuk kesejahteraan
bumiputera. Pemikiran tersebut adalah kritik terhadap politik tanam
paksa.Politik etis awal kemunculannya di tahun 1890 karena desakan
golongan liberal pada parlemen Belanda. Ketika itu orang yang berhaluan
progresif itu memberikan usulan supaya pemerintah Belanda memberikan
perhatian terhadap masyarakat Indonesia yang sudah bekerja keras mengisi
keuangan negara Belanda melalui program tanam paksa.

Desakan tersebut timbul dari adanya pemikiran bahwa negeri Belanda


sudah berhutang banyak terhadap kekayaan bangsa Indonesia yang
dinikmati oleh Belanda.Dengan adanya desakan agar menjalankan politik
etis memperoleh dukungan dari pemerintah Belanda. Dalam pidato negara,
di tahun 1901, Ratu Belanda Wihelmina berkata “Negeri Belanda
mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran dari penduduk
HindiaBelanda”. Pada pidato tersebut merupakan suatu tanda awal
kebijakan memakmurkan Hindia Belanda yang dikenal dengan Politik Etis
atau Politik Balas Budi.

Politik etis mulai berjalan di tahun 1901 yang berisi tiga perlakuan, yakni
edukasi (pendidikan), irigasi (Pengairan), dan transmigrasi (perpindahan
penduduk). Yang mencetuskan politik etis (politik balas budi) adalah C.Th
van Deventer yang adalah seorang politikus.

Van Deventer berjuang untuk nasib bangsa Indonesia dengan


menulis sebuah karangan dalam majalah De Gids yang judulnya Eeu
Eereschuld (Hutang Budi). Van Deventer menerangkan bahwa Belanda
sudah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Hutang budi tersebut harus
dikembalikan dengan memperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan dan
memakmurkan.
a. Tujuan Politik Etis

15
Tujuan politik etis adalah untuk memajukan tiga bidang yakni edukasi
dengan mengadakan pendidikan, irigasi dengan membuat sarana dan
jaringan pengairan, dan transmigrasi dengan mengorganisasi perpindahan
penduduk.
Politik etis yang dijalankan Belanda dengan perbaikan pada bidang irigasi
pertanian, transmigrasi dan pendidikan sepintas terlihat mulia. Namun
dibalik itu, tujuan program-program itu dimaksudkan untuk kepentingan
Belanda sendiri.

b. Latar Belakang Politik Etis


Yang menjadi latar belakang politik etis antara lain:

1) Sistem tanam paksan memunculkan penderitaan rakyat Indonesia


2) Sistem ekonomi liberal tidak dapat memperbaiki kesejahteraan
rakyat
3) Belanda memberi penekanan dan penindasan kepada rakyat
4) Rakyat kehilangan tanahnya
5) Terdapat kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri

c. Isi Politik Etis


Van Deventer menyatakan terdapat 3 cara untuk memperbaiki nasib rakyat
yang dinamakan juga dan Trilogi Van Deventer. Isi tiga politik etis tersebut
antara lain:

1) Edukasi (Pendidikan)
Pendidikan dilakukan pada sekolah kelas satu kepada anak-anak pegawai
negeri dan orang yang mempunyai kedudukan atau berharta. Pada tahun
1903 terdapat 14 sekolah kelas satu di Ibukota Karesidenan dan ada 29 di
Ibukota Afdeling dengan mata pelajaran yang diajarkan seperti membaca,
menulis, berhitung, ilmu bumi, ilmu alam, sejarah dan menggambar.

Pendidikan kelas dua diberikan khusus untuk anak-anak pribumi golongan


bawah. Di tahun 1903 di Jawa dan Madura telah terdapat 245 sekolah kelas
dua negeri dan 326 sekolah Fartikelir antara lain 63 dari Zending.

Di tahun 1892 jumlah muridnya sebanyak 50.000, di tahun 1902 ada 1.632
anak pribumi yang belajar pada sekolah Eropa. Untuk menjadi calon
pamong praja terdapat tiga sekolah Osvia, masing-masing di Bandung,

16
Magelang, dan Probolinggo. Sedangkan nama-nama sekolah untuk anak-
anak Eropa dan anak kaum pribumi antara lain:

 HIS (Hollandsch Indlandsche School) setara dengan SD


 MULO (Meer Uitgebreid Lagare Onderwijs) setara dengan SMP
 AMS (Algemeene Middlebare School) setara dengan SMU
 Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum Bumiputera
 Technical Hoges School (Sekolah Tinggi Teknik) di Bandung. Di
tahun 2901 didirikan sekolah pertanian di Bogor (saat ini IPB)

2) Irigasi (Pengairan)
Sarana penting untuk pertanian adalah pengairan, oleh pihak pemerintah
sudah dibangun sejak 1885 dengan luas 96.000 bau untuk irigasi Berantas
dan Demak. Di tahun 1902 luasnya menjadi 173.000 bau. Dengan irigasi
tanah pertanian akan menjadi subur dan produksinya bertambah

3) Transmigrasi (Perpindahan Penduduk)


Dengan adanya transmigrasi tanah-tanah di luar Jawa yang belum diolah
menjadi lahan perkebunan, akan dapat dijadikan untuk penambah
penghasilan. Selain itu, untuk melakukan pengurangan kepadatan penduduk
Jawa.

Di tahun 1865 jumlah penduduk Jawa dan Madura sebanyak 14 juta jiwa. Di
tahun 1900 sudah berubah menjadi dua kali lipat. Di awal abad ke-19 terjadi
migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur berkaitan dengan
adanya perluasan perkebunan tebu dan tembakau.

Migrasi penduduk dari Jawa ke Sumatra Utara karena terdapat permintaan


besar terhadap tenaga kerja perkebunan di Sumatra Utara terutama untuk
Deli, sedangkan ke Lampung memiliki tujuan untuk menetap.

DAFTAR PUSTAKA

17
Anonim. 2013. “Masa Pemerintahan Herman Willem Daendles”. Dalam
http://indonesia-persons.blogspot.com/2013/04/masa-pemerintahan-
herman-willem-daendles.html?m=1. Diakses pada tanggal 6
September 2019
Anonim. 2014. “Masa Pemerintahan Willem Janssen”. Dalam http://sejarah-
smu.blogspot.com/2014/09/masa-pemerintahan-willem-janssen.html?
m=1. Diakses pada tanggal 6 September 2019
Anonim. 2016. “Sistem Tanam Paksa Culturstelsel”. Dalam
http://www.guruips.com/2016/08/sistem-tanam-paksa-cultur-
stelsel.html?m=1. Diakses pada tanggal 6 September 2019 (15:14).
Anggraeni. 2014. “Masa Pemerintahan Thomas Stamfort Raffles Di
Indonesia”. Dalam https://anggraeni66.blogspot.com/2014/11/masa-
pemerintahan-thomas-stamfort.html?m=1. Diakses pada tanggal 7
September 2019
Setyawan, Doni. 2018. “Masa Pemerintahan Van den Bosch di Indonesia”.
Dalam https://www.donisetyawan.com/masa-pemerintahan-van-den-
bosch-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 6 September 2019 (14:14).

18

Anda mungkin juga menyukai