Disusun oleh :
Kelompok 2
Dimas Aditya
Marcello Afriza
Agus Nasrullah
Ni Wayan Sindi
Kelas : XI IPS 2
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
A. Kongsi Dagang
VOC..........................................................................................................5
1. Awal Munculnya
VOC.......................................................................................................5
2. Politik
VOC.......................................................................................................7
3. Kebangkrutan
VOC........................................................................................................9
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................10
B. Saran...................................................................................................10
Daftar Pustaka...........................................................................
………………………11
BAB 1
PENDAHULUAN
Keberhasilan Belanda yang pulalng dengan muatan yang penuh dengan rempah-
rempah ini mendorong kapal-kapal Belanda yang lain berbondong-bondong datang ke
Nusantara. Banyaknya pedangang Belanda yang datang ke Indonesia telah mendorong
persaingan sengit di antara meraka. Selain itu, pedagang Belanda juga harus bersaing dengan
pedagang Eropa lain yang telah terdahulu berada di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk menghindari persaingan tersebut atas saran anggota parlemen
Belanda yaitu Johan Van Oldebamevelt, maka dibentuklah perkumpulan bersama. Usulan
tersebut disambut dengan positif sehingga pada tanggal 20 Maret 1602 berdirilah Vereening Oost
Compagnie (VOC) atau persekutuan Dagang Hindia Timur. Tujuan di bentuknya VOC antara
lain : untuk menghindari persaingan antar pedagang Belanda, memperkuat posisi Belanda dalam
mengahapi pesaing dengan bangsa-bangsa Eropa atau bangsa-bangsa Asia. Membantu
pemerintah Belanda dalam berjuang menghadapi Spanyol yang masih menguasainya.
BAB 2
PEMBAHASAN
Jan Peterzoon adalah seorang gubernur jendral VOC. Pada tahun 31 Mei 1619,
J.P.Coen mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, sesuai dengan nama nenek moyang orang
Belanda, yaitu bangsa Bataaf. Selanjutnya Batavia diganti menjadi markas VOC. Atas perintah
J.P Coen padatahun 1620 dibangun sebuah gedung yang sekarang terletak dijalan Taman
Fatahillah. Gedung tersebut kemudian dikenal sebagai Stadhuis atau balai kota. Gedung itu
merupakan salah satu bangunan Belanda di Batavia yang digunakan sebagai kantor gubernur
jenderal VOC. Gedung tersebut dajadikan sentral untuk membangun VOC. Tempat awal
membangun keabsolutan dan kesewenangan-wenangan monopoli perdagangan serta interverensi
politik VOC di Nusantara.
Salah satu tujuan kedatangan orang-orang Barat ke dunia Timur adalah mendapatkan
keuntungan dan kekayaan dari perdagangan rempah-rempah. Berita tentang keuntungan dan
perdagangan rempah-rempah menyebar luas dan hal itu membuat orang-orang Barat tertarik
untuk pergi ke Nusantara. Orang-orang Barat tersebut saling bernteraksi dan bersaing untuk
mendapat keuntungan. Para pedagang atau perusahaan dagang portugis bersaing dengan para
pedagang Belanda, Spanyol, dan Inggris, bahkan sesama bangsa mereka sendiri. Sehubungan
dengan hal tersebut, pemerintah dan parlemen Belanda (Staten Generaal) pada tahun 1598
mengusulkan agar antar kongsi dagang Belanda bekerja sama membentuk sebuah perusahaan
dagang yang lebih besar. Usulan tersebut baru terelisasi empat tahun kemudian, yakni pada
tanggal 20 Maret 1602 secara resmi dibentuk persekutuan koongsi dagan Belanda di Nusantara
sebagai hasil fusi atau penggabungan antarkongsi yang ada. Kongsi dagang tersebut diberi nama
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau disebut “Perserikatan Maskapai Perdagangan
Hindia Timur”.
Secara resmi VOC didirikan di Amsterdam dan dipimpin sebuah dewan yang
beranggotakan 17 orang sehingga disebut “Dewan Tujuh Belas” (de heeren XVII). Dewan
tersebut terdiri dari delapan perwakilan kota pelabuhan dagang di Belanda. Markas besar dewan
tersebut berada di Amsterdam.
Tujuan dibentuk VOC adalah menghindari persaingan diantara pedagang Belanda sehingga
mendapatkan keuntungan maksimal, memperkuat posisi Belanda dalam persaingan dengan
bangsa Eropa maupun dengan bangsa Asia lainya, dan membantu perintah Belanda yang sedang
berjuang menghadapi Spanyol (dalam bidang keungan).
Dengan memiliki hak untuk memiliki angkatan perang sendiri dan boleh melakukan
peperangan, VOC cenderung ekspansif. VOC berusaha memperluas daerah-daerahnya dan
melakukan monnopoli. VOC memandang bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai musuhnya.
Pada tahun 1605 VOC mengawali ekspansifnya, VOC berhasil mengusir purtugis dari Ambon
dan berhasil menduduki benteng pertahana Portugis. Benteng tersebut kemudian diberi nama
benteng victoria.
Pada awal perkembanganya sampai tahun 1610, secara langsung “Dewan Tujuh Belas”
harus menjalankan tugas-tugasnya dan harus menyelesaikan urusan-urusan VOC (termasuk juga
urusan ekspansi untuk memperluas wilayah monopoli). Karena Dewan Tujuh Belas tidak dapat
menjalankan tugasnya dengan efektif dan cepat maka pada tahun 1610 dipilihnya Gubernur
Jendral secara kelembagaan. Gubernur Jenderal merupakan jabatan tertinggi yang bertugas
mengendalikan kekuasaan di negara jajahan VOC. Selain Gubernur jenderal juga dibentuk
“Dewan Hindia” (Raad Van Indie) dengan tugas memberi nasihat dan mengawasi kepemimpinan
gubernur jenderal.
Gubernur VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1614). Sebagai gubernur VOC
yang pertama, Pieter Both harus menata organisasi VOC dengan sebaik-baiknya agar harapan
untuk mendapatkan monopoli di Hindia Timur dapat terwujudkan. Pada tahun 1610 Pieter Both
medirikan pos perdagangan di Banten. Kemudian Pieter Both meninggalkan Banten dan
memasuki Jayakarta. Pada waktu itu penguasa Jayakarta, Pangeran Jayakrama sangat terbuka
dalam hal perdagangan. Pedagang dari mana saja bisa berdagang di Jayakarta, dengan
pelabuhannya Sunda kelapa yang ramai.
Pada tahun 1611 Pieter Both berhasil mengadakan perjanjian dengan penguasa
Jayakarta. Perjanjian tersebut untuk pembelian sebidang tanah dengan seluas 50 x 50 vadem
(satu vadem=182 cm) yang berada disebelah ciluwung. Tanah itulah yang kemudian menjadi
cikal bakal penghunian dan kekuasan VOC dan menjadi cikal bakal Batavia.Ditanah tersebut
didirka bangunan berlantai dua untuk tempat tinggal, kantor, dan sekaligus gudang. Selain itu,
Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian dan menanamkan pengaruhnya di Maluku dan
mendirikan pos perdagangan di Ambon.
2. Politik VOC
Pada tahun 1614, Pieter Both diganti oleh gubernur jenderal Gerard Reynst (1614-1615).
Namun baru satu tahun memerintah ia di gantikan oleh Laurens Reael (1615-1619). Pada masa
Laurens Reael berhasil membangun gedung Mauritius ditepi sungai ciliwung. Pada awalnya
VOC bersikap baik, tetapi lama–kelamaan mulai congkak, sombong melakukan paksaan, dan
kekerasan. Hal itu menimbulkan kebencian rakyat dan para penguasa. Oleh karena itu, pada
tahun 1618 sultan Banten yang dibantu tentara Inggris dibawah Laksamana Thomas Dale
berhasil mengusir VOC dari Jayakarta.
Pada tahun 1619 gubernur jendral Laurens Reael diganti oleh gubernur Jan Pieterzoon Coen
(J.P. Coen) yang terkenal berani dan kejam. J.P Coen merasa Bangsanya telah di permalukan
oleh Banten dan Inggris di Jayakarta. Untuk itu J.P. Coen mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Jayakarta. Dengan armada angkatan laut (18 kapal perang) J.P.Coen mengepung
Jayakarta dan berhasil mendudukinya. Pada tanggal 30 mei 1619 kota Jayakarta
dibumihanguskan dan kemudian dibangun kota bergaya kota dan bangunan seperti di Belanda.
Kota baru diberi nama Batavia.
J.P. Coen dikenal sebagai pelopor dasar penjajahan VOC di Indonesia. J.P. Coen
berusaha meningkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara. Cara VOC meningkatkan
kekayaannya sebagai berikut.
Tidak ikut aktif secara langsung dalam kegiatan produksi hasil pertanian.
Setelah J.P.Coen berhasil membangun Batavia, pada tahun 1623 J.P.Coen kembali ke
Belanda dan menyerahkan kekuasaannya kepada Pieter De Carpentier. Namun, oleh pimpinan
VOC di Belanda J.P.Coen di minta kembali ke Batavia. Pada tahun 1627 J.P. Coen tiba di
Batavia dan diangkat kembali untuk jadi gubernur jenderal untuk yang kedua kalinya. Pada masa
inilah terjadi serangan mataram yang di pimpin oleh Sultan Agung ke Batavia.
Pengaruh dan kekuasaan VOC di Nusantara semakin meluas. Untuk itu setiap daerah
yang di pandang strategis oleh VOC, armada VOC nya akan di perkuat, dan di bangun benteng-
benteng untuk pertahanan. Sebagai contoh Duurstede di Saparua, Benteng Nasau di Banda,
benteng Victoria di Ambon, benteng Oranye di Ternante, dan benteng Rotterdan di Makassar.
3.Kebangkrutan VOC
Pada tahun 1749 dalam lembaga kepengurusan VOC terjadi perubahan. Pada tanggal 27
Maret 1749, parlemen Belanda mengeluarkan undang-undang yang menetapkan bahwa raja
Willem IV sevbagai penguasa tertinggi VOC. Hal itu berarti anggota pengurus “Dewan Tujuh
Belas” yang semula di pilih oleh parlemen dan provinsi memegang saham (kecuali provinsi
Holand), sepenuhnya menjadi tanggung jawab Raja. Sebagai kongsi dagang keuntungan VOC
merosot. Pada tahun 1673 VOC tidak mampu membayar dividen dan kas VOC merosot karena
serangkaian perang yang di lakukan VOC.
Dengan kondisi tersebut, VOC tidak dapat berbuat banyak. Menurut penilaian pemerintah
keberadaan pemerintah sebagai kongsi dagang tidak dapat di lanjutkan lagi. Pada tanggal 31
desember 1799 VOC dinyatakan bubar. Gubernur jenderal VOC yang terakhir Van Overstraten
masih harus bertanggung jawab tentang keberadaan Hindia Belanda.
BAB 3
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Ketika VOC dipimpin J.P. Coen, Jayakarta direbut dan dibangun kota Batavia pada tahun
1619. Hal tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut, letak Jayakarta lebih strategis di jalur
perdagangan Asia. VOC dapat mengawasi gerak-gerik pelayaran diselat sunda dan malaka.
B. SARAN
Jikalau VOC ingin lebih lama berkuasa di Nusantara, seharusnya pemerintah kerajaan
Belanda tidak ikut campur dalam urusan internal VOC dan tidak terjun ke dalam kepengurusan
VOC, agar tidak terjadi kegoyangan karena pemindahan tangan kekuasan dari 17 dewan menjadi
pemerintahan negara/kerajaan (raja). Pemerintah cukup memberantas korupsi didalam tubuh
VOC.
Daftar Pustaka
1. https://www.academia.edu/30942984/
MAKALAH_SEJARAH_INDONESIA_KONGSI_DAGANG_VOC?
show_app_store_popup=true