Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

BAB 1
DOMINASI PEMERINTAHAN BELANDA

Disusun Oleh:
Karina Indirasari (19)
Kholida Salsavila (20)
Mesisesa Nur A. (21)
Moch Ilham W. W. (22)
Narendra Almera Savero (23)
Rafi ihya Azzaky (24)

SMAN 6 MADIUN
Jln. Suhud Nosingo No. 1 Madiun
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan rahmat-Nya maka kami dapat melakukan
presentasi yang berjudul “DOMINASI PEMERINTAHAN
BELANDA”, Presentasi ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Dalam pengerjaan presentasi ini kami merasa masih banyak


kekurangan baik pada teknis pengetikan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan.Dalam pengerjaan presentasi ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman -teman semua.Serta
anggota Kelompok yang telah membantu. 

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. semoga Tuhan


memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan,dan Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati
segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 4

1.1. Latar Belakang..........................................................................


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................

2.1. Jalan Tengah Bersama Komisaris Jenderal...............................


2.2. Sistem Tanam Paksa.................................................................
2.3. Sistem Usaha Swasta................................................................
2.4. Perkembangan Agama Kristen.................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................

3.1. Kesimpulan...............................................................................
3.2. Saran.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akibat jatuhnya kota konstantinopel ketangan bangsa Turki Usma
ni pada tahun 1453 membuat ekonomi dan pedagangan eropa
mengalami penurunan, sehingga memaksa bangsa eropa
melakukan penjelajahan samudrauntuk mencari rempah– rempah.
Spanyol merupakan bangsa yang menjadi pelopor penjelajahan
tersebut, kemudian diikuti bangsa Portugis. Mendengarkeberasilan
Spanyol dan Portugis, para pelaut dan pedagang Belanda tidak
mauketinggalan. Pada tahun 1596, Belanda berhasil mendarat di
nusantara,tepatnya di Banten. Karena ambisi Belanda untuk
memonopoli perdagangan diBanten dengan kesombongan dan
kelakuan kasar, maka Belanda di usir dariBanten. Pada tahun
1598 Belanda melanjutkan ekpedisi penjelajahan dinusantara, kali
ini mereka bersikap hati– hati agar rakyat dapat
menerimanyakembali. Untuk memperkuat kekuasaan di Tanah
Hindia, Belanda mendirikan Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) untukmemonopoli pedagangan. VOC semakin 
merajalela. Karena kekuasaan VOC semakin luas
banyak pegawai yang melakukan korupsi, sehingga utang VOC se
makin meningkat dan kashabis untuk biaya perang, sehingga VOC
mengalami kebangkrutan. Kemudian pada tanggal 31 Desember
1799, VOC dibubarkan. Karena beberapa dearahtelah dikuasai
Inggris, Belanda harus meniggalkan daerah jajahannya,sehingga
pada tahun 18 September 1811 mulailah kekuasaan Inggris di
Hindia.Tetapi pada tahun 1816 kepulauan Nusantara kembali
dikuasai oleh Belanda.Dan sejak saat itu dimulailah Pemerintahan
Kolonial Belanda.

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian


BAB II PEMBAHASAN
2.1. Jalan Tengah Bersama Komisaris Jenderal

Kekuasaan Inggris atas nusantara hanya berlangsung lima tahun, yakni


antara 1811-1816.

Pada 19 Agustus 1816, Belanda resmi berkuasa kembali di Indonesia dan


menerapkan kebijakannya.

Setelah kembali ke tangan Belanda, Indonesia diperintah oleh badan baru


yang diberi nama Komisaris Jenderal.

Komisaris Jenderal dibentuk oleh Pangeran Willem VI, yang anggotanya


terdiri dari tiga orang.

•> Anggota Komisaris Jenderal dan tugasnya

Anggota Komisaris Jenderal terdiri atas tiga orang, yaitu Cornelis


Theodorus Elout, Arnold Ardiaan Buyskes, dan Alexander Gerard Philip
Baron van der Capellen.

Tugas pokok Komisaris Jenderal adalah membangun daerah koloni untuk


memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negeri Belanda. Mereka
mulai menjalankan tugas pada 27 April 1816. Dalam menjalankan
pemerintahan, Van der Capellen dan dua rekannya berpedoman pada
undang-undang yang disusun oleh Pangeran Willem VI, yaitu Regerings
Reglement (RR).Salah satu pasal dari undang-undang ini menegaskan
bahwa pelaksanaan pertanian dilakukan secara bebas, menunjukkan
adanya relevansi dengan keinginan kaum liberal.

Sesampainya di Hindia Belanda, Komisaris Jenderal justru merasa


bimbang untuk menerapkan prinsip-prinsip liberalisme.

Pasalnya, perdebatan antara kaum liberal dan kaum konservatif terkait


dengan pengelolaan tanah jajahan untuk mendatangkan keuntungan
belum mencapai titik temu.

Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan negeri jajahan akan


mendapatkan keuntungan melimpah apabila diserahkan kepada swasta
dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam.

Sementara kaum konservatif berpendapat pengelolaan tanah jajahan akan


lebih menguntungkan apabila langsung ditangani pemerintah dengan
pengawasan ketat.
Di saat yang sama, Komisaris Jenderal dalam keadaan sangat terdesak
karena pemerintah telah mengalami kerugian dan kas negara di Belanda
pun dalam keadaan menipis.

Pada tanggal 22 Desember 1818 pemerintah memberlakukan UU yang


menegaskan bahwa penguasa tertinggi di tanah jajahan adalah gubernur
jenderal. Van Dee Cappelen kemudian ditunjuk sebagai Gubernur
Jenderal. Ia ingin melanjutkan strategi jalan tengah.

sebagai contoh perang Diponegoro yang baru berjalan satu tahun sedang
menguras dan yang luar biasa sehingga pemerintahan Hindia Belanda
dan pemerintahan negeri induk mengalami kesulitan ekonomi. Untuk
mengatasi dan mengatur keuangan ini diperlukan suatu lembaga
keuangan yang bonafit. oleh karena itu,sebagai bentuk persetujuannya
raja Belanda mengeluarkan oktroi. Atas dasar oktroi ini dibentuklah de
javasche Bank pada tanggal 9 Desember 1826 kemudian oleh gubernur
jenderal Du Bus Gusignies dikeluarkan surat keputusan nomor 25 tanggal
24 Desember 1828 tentang pemilihan de javasche Bank pembentukan di
Jawa pos ini sekaligus juga merupakan bentuk dukungan rakyat terhadap
rencana pelaksanaan tanam paksa di Indonesia atau India.

Pemulihan kondisi ekonomi dan keuangan Belanda dari segera


diprogramkan. apalagi setelah keberhasilan tertentu dalam berjuang
untuk memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1830 dengan kisahnya
berbeda dari Belanda ini menjadi populer bagi Belanda keadaan ekonomi
Belanda semakin berat sebab Belanda banyak industri sehingga di
pemasukan negara juga semakin berkurang.

2.2. Sistem Tanam Paksa


 Latarbelakang Tanam Paksa
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya
yang sangat besar untuk membiayai peperangan, baik di Negeri
Belanda sendiri maupun di Indonesia sehingga Negeri Belanda
harus menanggung hutang yang sangat besar. Untuk
menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan maka
Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di
Indonesia dengan tugas pokok menggali dana semaksimal
mungkin untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar
hutang, dan membiayai perang. Untuk melaksanakan tugas yang
sangat berat itu, Van den Bosch memusatkan kebijaksanaannya
pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Oleh karena itu, yang
perlu dilakukan ialah mengerahkan tenaga rakyat jajahan untuk
melakukan penanaman tanaman yang hasil-hasilnya dapat laku di
pasaran dunia secara paksa.

 Ketentuan Tanam Paksa


Ketentuan pokok Cultuur Stelsel terdapat dalam Staatblad
(lembaran negara) No. 22 Tahun 1834.
1. Persetujuan persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar
mereka menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman
tanaman ekspor yang dapat dijual di pasaran Eropa
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan tersebut
tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki
penduduk desa.
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak
boleh melebihi pekerjaan untuk menanam tanaman padi.
4. Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak.
5. Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada pemerintah Hindia
Belanda. Jika harganya ditaksir melebihi pajak tanah yang harus
dibayar rakyat, kelebihan itu diberikan kepada penduduk
6. Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan petani akan
menjadi tanggungan pemerintah.
7. Bagi yang tidak memiliki tanah akan dipekerjakan pada
perkebunan atau pabrikpabrik milik pemerintah selama 65 hari
setiap tahun.
8. Pelaksanaan Tanam Paksa diserahkan kepada pemimpin-pemimpin
pribumi.Peagawai-pegawai Eropa bertindak sebagai pengawas
secara umum.

 Penyelewengan Tanam Paksa


Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain sebagai
berikut :
1. Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan suka rela, tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara-cara paksaan.
2. Luas tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah
mereka. Seringkali tanah tersebut sepertiga, bahkan semua tanah
desa digunakan untuk tanam paksa. Hal itu dimaksudkan antara
lain untuk memudahkan pengerjaan, pengairan, dan pengawasan,
pembagian luas tanah untuk tanam paksa dalam tahun 1883.
3. Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk
proyek tanam paksa
4. Kelebihan hasil panen setelah diperhitungkan dengan pajak tidak
dikembalikan kepada petani.
5. Kegagalan panen menjadi tanggungjawab petani.
6. Buruh yang seharusnya dibayar oleh pemerintah dijadikan tenaga
paksaan, seperti yang terjadi di Rembang, Jawa Tengah. Sebanyak
34.000 keluarga selama 8 bulan setiap tahun diharuskan
mengerjakan tanaman dagang dengan upah yang sangat kecil.
7. Pengerjaan tanaman ekspor seringkali jauh melebihi pengerjaan
tanaman padi, misalnya penanaman nila di daerah Parahyangan,
penduduk di daerah Simpur, misalnya dikerahkan untuk
menggarap perkebunan yang letaknya jauh dari desa mereka.
Pengerahan tenaga tersebut dilakukan selama tujuh bulan dan
mereka tidak terurus, sedangkan pertanian mereka sendiri
terbengkelai.

 Dampak Tanam Paksa bagi Indonesia


 Negatif:
1. Kemiskinan dan penderitaan fisik dan mental
yangberkepanjangan.
2. Beban pajak yang berat.
3. Pertanian, khususnya padi banyak mengalamikegagalan
panen.
4. Kelaparan dan kematian terjadi di mana-mana.
5. Pemaksaan bekerja sewenang-wenang kepadapenduduk
pribumi.
6. Jumlah penduduk Indonesia menurun.
 Positif:
1. Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenisjenis
tanaman baru.
2. Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang
laku dipasaran ekspor Eropa.
3. Memperkenalkan teknologi multicrops dalam pertanian.
 Dampak Tanam Paksa bagi Belanda
1. Meningkatnya hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan
dijual Belanda di pasaran Eropa.
2. Perusahaan pelayaran Belanda yang semula hampir
mengalamikerugian, tetapi pada masa tanam paksa
mendapatkan keuntungan.
3. Kas belanda yang semula kosong dapat dipenuhi.
4. Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
5. Belanda tidak mengalami kesulitan keuangan lagi dan
mampumelunasi utang-utang Indonesia.
6. Menjadikan Amsterdam sebagai pusat perdagangan hasil
tanaman tropis.
7. Belanda mendapatan keuntungan yang besar,
keuntungantanampaksa pertama kali pada tahun 1834 sebesar 3
juta gulden, padatahun berikutnya rata-rata sekitar 12 sampai
18 juta gulden.

Tanam paksa pada akhirnya dihapus karena banyak terjadi


penyimpangan. Pemerintah mendapat tekanan dari berbagai pihak yang
mengkritik habis-habisan system ini,dampaknya yang membawa
penderitaan bagi rakyat Indonesia.

 Bencana kelaparan yang terjadi di demak dan grobogan

 Adanya pengurangan lahan produktif akibat pengelolaan


yang kurang memadai

 Adanya hama penyerang beberapa tanaman komoditi

Beberapa kritik disampaikan oleh orang belanda sendiri, seperti


Van Hoevell, Douwes Dekker dalam bukunya Max Havelar, Van De
Putte, Pitter Markus, dan L. Vitalis. Mereka membuka mata dunia
tentang dampak dan kekejaman tanam paksa bagi Negara jajahannya.
Akhirnya tahun 1870 pemerintah belanda dengan resmi menghapus
system tanam paksa ini.

2.3. Sistem Usaha Swasta

Setelah sistem tanam paksa dihapuskan, pemerintah Belanda


mengeluarkan kebijakan baru sebagai penggantinya, yaitu sistem usaha
swasta.Pelaksanaan sistem usaha swasta di Indonesia sendiri dilakukan
berdasarkan beberapa peraturan perundangan-undangan, seperti UU
Agraria 1870 dan UU Gula.Sayangnya, meskipun sistem tanam paksa
diganti dengan sistem usaha swasta, pada akhirnya rakyat pribumi juga
masih merasakan penderitaan yang sama.

Awal mula, pada 1830, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van
den Bosch menetapkan kebijakan sistem tanam paksa atau
cultuurstelsel.Sistem ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi
Belanda yang saat itu sedang mengalami kekosongan kas negara.Alhasil,
melalui sistem tanam paksa, rakyat pribumi diharuskan untuk memberi
seperlima tanah mereka kepada pihak Belanda.Kemudian, hasil panen
juga akan diserahkan langsung kepada pemerintah Belanda.Rakyat
pribumi juga dipaksa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, bahkan
melebihi batas waktu kerja yang seharusnya.Penetapan kebijakan sistem
tanam paksa ini tentunya melahirkan berbagai bentuk pro dan
kontra.Kebijakan ini memang memberikan keuntungan bagi Belanda,
tetapi di sisi lain menyengsarakan rakyat pribumi.Beberapa tokoh
Belanda pun juga ikut menentang kebijakan ini, seperti Baron van
Hoevell dan Vitalis.Kedua tokoh ini kemudian menganjurkan
pembukaan usaha swasta Belanda di Indonesia.Mereka yakin bahwa
dengan adanya sistem usaha swasta ini bisa meningkatkan kemakmuran
rakyat Indonesia.Terlebih lagi setelah kaum Liberal juga
memperjuangkan penghapusan sistem tanam paksa dengan
memberlakukan UU Agraria 1870. Pada akhirnya, sistem tanam paksa
berhasil dihapuskan dan digantikan dengan sistem usaha swasta.

 Aturan Usaha Swasta

Sistem usaha swasta memanfaatkan pengusaha dari luar


Nusantara. Dengan adanya sistem ini, maka pihak swaswa
memiliki peluang lebih besar untuk bisa mengembangkan
perekonomiannya. Beberapa aturan yang dibuat dalam sistem
usaha swasta adalah:

 Tanah di Indonesia dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanah


milik rakyat (sawah, kebun, dan ladang) dan tanah milik
pemerintah (pegunungan dan hutan)

 Surat bukti kepemilikan tanah dikeluarkan oleh


pemerintahPihak swasta diperbolehkan menyewa tanah rakyat
pribumi selama lima tahun atau 30 tahun dan tanah milik
pemerintah selama 75 tahun, dan penyewaan ini harus
didaftarkan kepada pemerintah

 Tanah millik rakyat tidak boleh dijual ke orang lain

 Pengusaha swasta dilarang menyewa tanah yang digunakan


untuk menanam padi atau sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari

 Dampak Usaha Swasta


Dampak dari adanya sistem usaha swasta ini adalah meningkatnya
tanaman ekspor ke luar negeri, seperti gula, kopi, teh, dan kina.
Lewat sistem usaha swasta, baik pengusaha swasta maupun
Belanda sendiri juga memperoleh keuntungan yang melimpah,
diperkirakan mencapai 151 juta gulden pada 1877. Akan tetapi,
kebijakan ini juga masih sama saja seperti tanam paksa, karena
pada akhirnya rakyat Indonesia tetap terpuruk dan tersiksa. Para
buruh perkebunan kerap diberi sanksi hukuman apabila pekerjaan
mereka tidak sesuai dan juga sering diperlakukan semena-mena
oleh pihak Belanda. Lebih lanjut, banyak pengusaha swasta juga
yang melanggar UU Agraria 1870, salah satunya adalah pengusaha
swasta yang tidak hanya menyewa lahan kosong, melainkan juga
tanah persawahan. Padahal di dalam aturan sudah disebutkan
bahwa pengusaha swasta dilarang menyewa lahan yang sudah
dipakai untuk menanam padi

2.4. Perkembangan Agama Kristen


 Latarbelakang Penyebaran Agama Kristen
Penyebaran agama Kristen di Indonesia merupakan bagian
dari penyebaran agama Kristen ke seluruh dunia. Penyebaran
agama Kristen benar-benar dimulai selama pelayaran laut.
Penyebaran agama kristen katolik dimulai dari pendeta (pendeta
dan rahib), sedangkan penyebaran agama kristen protestan dimulai
dari pendeta atau misionaris. Jadi kapan agama Kristen mulai
menyebar di Indonesia?
Ternyata penyebaran agama Kristen di Indonesia dimulai
oleh dua orang misionaris Fransiskan dari Italia. Pada abad ketujuh
Masehi, desa Natal terletak di dekat Barus di Fansur, Sumatera
Utara. Kehadiran umat Kristen di wilayah ini tercatat dalam
catatan sejarawan Mesir Syekh Abu Salih al-Armini. Pada abad-
abad berikutnya, berita tentang desa tidak lagi diketahui.
Pada tahun 1321, seorang imam Fransiskan bernama
Oderico de Pordonone mengunjungi Sumatera, Kalimantan dan
Jawa. Dia mengunjungi Eropa dalam perjalanannya ke Cina.
Mengunjungi Istana Majapahit di Lamuri, Aceh. Pada tahun 1347,
seorang sarjana bernama Joao de Marignolli mengunjungi istana
Samudera Pasai dan disambut hangat di sana.
Hal di atas tidak menunjukkan semakin besarnya pengaruh agama
Kristen di Indonesia. Ada interaksi antara penduduk pulau dan
pendeta, tapi setidaknya di hari-hari awal. Disini saya ingin
memaparkan sejarah masuk dan berkembangnya agama kristen di
indonesia. Perkembangan agama Kristen di Indonesia dapat
dibagi menjadi tiga periode waktu, yaitu:
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Pada masa penjajahan Belanda
3. Di bawah pemerintahan kolonial Belanda
Sebelum penjajahan Belanda, agama Katolik pertama kali
muncul di Indonesia di Sumatera Utara pada paruh pertama abad
ke 7. Kota Barus, dahulu bernama Pancur dan sekarang terletak di
Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara, merupakan kediaman
Katolik tertua di Indonesia . Ketika kolonialisme Belanda
membawa agama Kristen ke Indonesia dengan kedatangan
Portugis dan kemudian Spanyol dalam perdagangan rempah-
rempah, Katolik Roma pertama tiba. Pulau Maluku dikirim untuk
dijelajahi oleh Portugis pada tahun 1534. Pendiri Roma dan Yesuit
Kepulauan Maluku dari tahun 1546 sampai 1547.

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
 Periode kemaharajaan kolonialisme dan imperialisme dapat
dipahami melalui dua fase : fase keserakahan kongsi dagang
dan fase dominasi pemerintahan kolonial.
 Pemerintahan Komisaris Jenderal yang mengawali dominasi
pemerintahan colonial Belanda mengambil kebijakan
kebijakan jalan tengah.
 Pelaksanaan tanam paksa di bawah Van den Bosch telah
membawa penderitaanrakyat Indonesia yang
berkepanjangan.
 Sistem usaha swasta Belanda telah berhasil mengeruk
keuntungan dari bumi Idonesia, sementara rakyatnya masih
menderita.
 Penyebaran agama kristen di Indonesia dimulai oleh dua
orang misionaris Fransiskan dari Italia.

3.2. Saran
Dengan demikian penelitian yang dapat kelompok kami
sampaikan melalui makalah ini mengenai Dominasi Pemerintahan
Belanda di Indonesia. Kami berharap dengan adanya peristiwa
tersebut, bisa menjadikan pelajaran bagi kita semua untuk selalu
menghormati dan mengingat jasa para pendahulu kita semasa
dalam kekangan pemerintahan Belanda. Dan agar peristiwa
tersebut bisa diceritakan kepada generasi penerus kita dan tetap
dikenang sampai kapanpun

Anda mungkin juga menyukai