Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH PERANG SAPARUA

Disusun oleh :

Muhammad Norsalim

0063610008

Muhammad Rafly Ar-Rayyan

0074095756

Guru Pengampu :

Akhmad Firdaus, S .Pd

MAN PROGRAM KEAGAMAAN

MAN 4 BANJAR

MARTAPURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perang Saparua ”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
pelajaran sejarah indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal mula masuknya bangsa Eropa ke Maluku .............................................................
B. Awal mula penguasaan Belanda di bumi Maluku ..........................................................
C. Awal mula pergerakan Perang Saparua .........................................................................
D. Proses terjadinya Perang Saparua ...................................................................................
E. Akhir dari Perang Saparua ..............................................................................................
F. Dampak dari Perang Saparua...........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan surganya tanaman rempah-rempah dan banyak


menjadi incaran berbagai bangsa asing dan ingin menguasainya. Namun, bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke terus melakukan perlawanan terhadap
para penjajah untuk mempertahankan Nusantara. Salah satu perlawanan besar di
Indonesia bagian timur adalah Perang Saparua di Ambon. 1

Daya tarik Kepulauan Maluku seolah tidak akan habisnya, Tercatat ada
empat bangsa Eropa yang secara gamblang berlomba menarik hati rakyat
Maluku, yakni Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris. Semuanya datang
dalam waktu yang cukup berdekatan. Setiap kali satu kekuatan runtuh, kekuatan
lain dengan sigap mengambil alih. Kepulauan Maluku ini tidak pernah sepi dari
para pencari kekuasaan.2

Pada abad 17-18 Belanda dan Inggris kerap melakukan konflik untuk
merebutkan tanah Kepulauan Maluku, Sampai pada akhirnya mereka
melakukan sebuah perjanjian tahun 1816, Traktat London, menyelesaikan
konflik Inggris-Belanda di Maluku untuk selama-lamanya, dan pada akhirnya
kekuasaan penuh atas daerah Kepulauan Maluku berada di tangan Belanda.

Dengan penyerahan kembali Maluku dari tangan inggris secara otomatis


membuat kebijakan- kebijakan baru dibawah kepemimpinan Belanda, jelas
sangat membuat masyarakat pribumi menjadi resah. Belum hilang ingatan
tentang masa sebelum inggris datang, yaitu masa VOC begitu membebani

1
Kelaspintar.id. Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Perang Saparua. 19 Agustus 2021.
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/cari-tahu-lebih-jauh-tentang-perang-saparua-13025/ (diakses
tanggal 15 Oktober 2022)
2
Muhammad Fazil Pamungkas. Ketika Bangsa Eropa Memperebutkan Maluku, 2 Desember 2019,
https://historia.id/kuno/articles/ketika-bangsa-eropa-memperebutkan-maluku-P1RlK (diakses tanggal 10
Oktober 2022)
masyarakat dengan segala kebijakannya yang lebih banyak merugikan pihak
pribumi.

Kebijakan- kebijakan baru yang dikeluarkan Belanda seperti


diadakannya kembali penyerahan-wajib dan kerja wajib, penurunan harga
barang, serta uang logam diganti menjadi uang kertas, jelas sangat membuat
masyarakat pribumi menjadi tidak nyaman.3

Latar belakang mulanya timbul perang ini , didasarkan pada dua sebab
utama diantaranya adalah :

a) Sebab ekonomis, yakni adanya tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang


memperberat kehidupan rakyat, seperti sistem penyerahan secara paksa,
kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan
asin, dendeng dan kopi. Selain itu, beredarnya uang kertas yang menyebabkan
rakyat Maluku tidak dapat menggunakannya untuk keperluan sehari-hari karena
belum terbiasa.

b) Sebab psikologis, yaitu adanya pemecatan guru-guru sekolah akibat


pengurangan sekolah dan gereja, serta pengiriman orang-orang Maluku untuk
dinas militer ke Batavia. Hal-hal tersebut di atas merupakan tindakan
penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat Maluku.4

Penindasan yang kerap dilakukan oleh pasukan belanda kepada


masyarakat pribumi menyebabkan timbulnya rasa ingin lepas atau merdeka bagi
rakyat maluku. Hal inilah yang menyebabkan pemberontakan oleh rakyat
maluku kepada belanda atau yang dikenal juga dengan nama Perang Saparua.

3
Kumparan.com. Sedikit Mengenai Perang Saparua. 20 Januari 2017. https://m.kumparan.com/potongan-
nostalgia/perang-saparua-sebuah-perlawanan-berakar-dari-ideologi-religius/3 (diakses tanggal 13 Oktober
2022)
4
Memperoleh.com. Terangkan hal yang mengawali terjadinya perlawanan rakyat Maluku. 16 Juli 2022.
https://memperoleh.com/terangkan-hal-yang-mengawali-terjadinya-perlawanan-rakyat-maluku (diakses
tanggal 13 oktober 2022)
B. Rumusan Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis membuat rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses masuknya Bangsa Eropa ke Maluku?


2. Bagaimana awal mula Penguasaan Belanda di bumi Maluku?
3. Bagaimana awal mula pergerakan Perang Saparua?
4. Bagaimana proses terjadinya Perang Saparua?
5. Bagaimana akhir dari Peperangan Saparua?
6. Apa dampak dari Perang Saparua?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui proses masuknya Bangsa Eropa ke Maluku


2. Untuk mengetahui awal mula penguasaan Belanda di bumi Maluku
3. Untuk mengetahui awal mula pergerakan Perang Saparua
4. Untuk mengetahui proses terjadinya Perang Saparua
5. Untuk mengetahui bagaimana akhir dari Perang Saparua
6. Untuk mengetahui dampak dari Perang Saparua
BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Masuknya Bangsa Eropa Ke Maluku

Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku dan


tiba di Banda pada tahun 1512, disusul oleh Spanyol tahun 1521 di Tidore,
Belanda tahun 1590 tiba di Hitu dan kemudian Inggris tahun 1602 di Banda.
Terjadi persaingan antara ke empat Bangsa Eropa ini untuk merebut pengaruh,
kekuasaan atas Maluku dan memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-
rempah. Ternyata Belanda memenangi persaingan ini. Belanda dalam
menjalankan politik perdagangannya berusaha memperoleh memonopoli
perdagangan cengkih dan pala, melalui perjanjian yang mengikat dengan para
pemimpin Maluku. Perjanjian demi perjanjian yang dibuat antara Belanda
dengan para pemimpin di Maluku (Lease, Ambon, Seram dan Banda), ternyata
tidak ditaati. Rakyat Maluku tetap menjual hasil pempah-rempah mereka
kepada pedagang-pedagang Nusantara, Arab, Portugis, Spanyol dan Inggris
yang berani membayar dengan harga tinggi. Untuk menegakkan monopoli,
Belanda melakukan Pelayaran Hongi, yaitu pemusnahan terhadap tanaman
cengkih penduduk setahun sekali. Dalam perang ini digunakan kora-kora
(perahu) sebanyak 30 sampai 40 buah yang dilayani oleh 3000 atau lebih
pendayung Ambon, Leitimor dan Lease. Tindakan ini dilakukan untuk dapat
mengontrol hasil cengkih rakyat dan merintangi perdagangan bebas. Ternyata
Pelayaran Hongi-pun tidak dapat membendung perdagangan bebas yang
dilakukan rakyat Maluku. Belanda tiba pada keputusan bahwa, hanya dengan
tindakan kekerasan sajalah yang bisa menyelamatkan perdagangan mereka yaitu
dengan cara menghancurkan secara besar-besaran perkebunan cengkih rakyat.
Tindakan Belanda inipun mendapat perlawanan rakyat Maluku di mana-mana
(Lease, Seram, Hitu, dan Leitimor) dengan munculnya berbagai berbagai
perlawanan rakyat antara tahun 1620 s/d tahun 1656. Semua pemberontakan ini
dapat di patahkan oleh Belanda. Para pemimpin pemberontak dan keluarganya
ditangkap dan di hukum mati di Benteng Victoria. Untuk menghancurkan
berbagai perlawanan rakyat Maluku, Belanda dengan kejam membumi
hanguskan negeri-negeri dan menghancurkan struktur adat mereka, dengan cara,
membuang para pemimpin dan keluarganya ke Jawa. Rakyat kehilangan para
tokoh mereka sehingga mudah dikendalikan dengan jalan menunjuk pemimpin
baru bagi mereaka yang sama sekali tidak memiliki ikatan adat. Tindakan yang
lebih kejam lagi ialah dengan mencerai-beraikan penduduk dari negeri adatnya
dengan jalan memindahkan mereka untuk menempati negeri (desa) lain. Orang
tua dipisahkan dari anak-anaknya dan anak-anak dipisahkan satu dari yang lain
dan dipaksa menempati negeri yang berbeda. Inilah tragedi kemanusiaan
terbesar yang menimpa penduduk Lease, Ambon dan Seram. Mereka
diperlakukan tidak manusiawi, di tanah asalnya sendiri. Manusianya telah
menjadi korban penjajahan yang datang kedaerah ini bukan semata untuk
berdagang tetapi menguasai tanaman cengkih dengan cara menaklukan
pemiliknya dan menjajah mereka. Sejak itu Orang Maluku tidak lagi sebagai
pemilik hasil buminya (cengkihnya) sendiri, malahan mereka telah menjadi
budak para penjajah, ditindas dan dihancurkan sistem nilai adatnya. Pada saat
ini perlawanan menentang Belanda dapat diahiri oleh Kompeni Belanda, tetapi
jiwa dan semangat untuk merebut kembali kebebasan, dan kemandirian sebagai
satu bangsa tetap bergelora dalam jiwa setiap Anak Negeri Maluku. Hal ini
terbukti dengan munculnya Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura yang
pada 15 Mei 1817 bersama kawan-kawannya memberontak menentang Pejajah
Belanda. Pemberontakan ini dikenal sebagai Perang Pattimura.5

5
Prosiding Seminar Nasional Sejarah 2017 Vol. 1 no. 1 - hal. 6-19 Tahun 2017. hlm 7
B. Awal Mula Penguasaan Belanda di bumi Maluku

Maluku sejak dahulu kala dikenal di pasar Internasional sebagai daerah


penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Selain karena produksinya
yang banyak, juga disebabkan kualitasnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman yang sama dari daerah lain. Demikian barangkali salah satu
alasan mengapa wilayah Maluku menjadi rebutan bangsa-bangsa eropa selama
berabad-abad.6

Kekayaan yang ada didalamnya membuat bangsa Eropa datang


berbondong-bondong ke bumi Maluku. Kedatangan orang-orang Eropa
awalnya hanya untuk berdagang saja, namun seiring berjalannya waktu mereka
semakin berkuasa dan membuat masyarakat Maluku merasa terganggu. Pada
masa pemerintahan Inggris dibawah kepemimpinan Raffles, keadaan Maluku
cukup tenang karena Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku.
Kegiatan rodi berkurang dan para pemuda diberi kesempatan bekerja di dinas
angkatan perang Inggris.

Namun kondisi berubah sejak Belanda menerima penyerahan dari Inggris


pada 1816, rakyat Maluku semakin menderita di bawah pimpinan Residen
Saparua Van den Berg. Selama Residen Van den Bergh berkuasa. Kegiatan
monopoli perdagangan di Maluku kembali diperketat. Dengan demikian, beban
masyarakat semakin besar. Pasalnya, selain penyerahan wajib, masyarakat
Maluku juga wajib kerja paksa, menyerahkan ikan asin, dendeng, dan kopi. Jika
diketahui ada yang melanggar, maka pemerintah Hindia Belanda akan bertindak
tegas untuk menghukum. Selain penyerahan sejumlah hasil Bumi, pada masa
Hindia Belanda juga terjadi desas desus bahwa para guru akan diberhentikan
dan para pemuda akan dijadikan tentara di luar Maluku. Kabar tersebut
6
Marlyn Salhuteru, "Peninggalan Kolonial Di Kampung Makian". Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku
Utara. Vol, 3 No, 5. (2007). hlm 107
membuat situasi semakin panas. Hal lain yang juga menyulut kemarahan
masyarakat Maluku yaitu sikap arogan dan sewenang-wenang dari Residen
Saparua. Sikap tidak terpuji itu tercerminkan saat masyarakat menuntut
pembayaran atas perahu yang dijualnya ke Belanda. Ketika Van den Berg
mewajibkan rakyat Maluku untuk menyediakan perahu (orambai) guna
memenuhi keperluan administrasi dan militer Belanda. Rakyat Maluku
menuntut Belanda untuk membayar perahu yang telah dipesan dengan harga
yang sesuai. Akan tetapi, Residen Van den Berg menolaknya, sehingga para
rakyat Maluku berbondong-bondong melakukan aksi protes di kantor Residen
Saparua di Benteng Duurstedee.7

C. Awal Mula Pergerakan Perang Saparua

Akibat dari pihak Belanda yang tidak memberikan tanggapan atas aksi
protes yang dilayangkan oleh masyarakat pribumi Maluku, juga mereka tetap
saja bertindak kejam dan sewenang wenang. Akhirnya Rakyat maluku
melakukan musyawarah dan konsolidasi kekuatan yang mana pertemuan
tersebut diadakan di Pulau Haruku, pulau yang dihuni umat Islam. Selanjutnya
pada tanggal 14 Mei 1817, mereka kembali mengadakan pertemuan di Pulau
Saparua (pulau yang dihuni umat Kristiani) atau lebih tepatnya di Hutan Kayu
Putih. Dalam pertemuan itu dapat disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin
menderita. Maka dari itu mereka perlu melawan untuk menentang para Belanda.
Pada forum pertemuan tersebut Thomas Matulessi atau yang kemudian dikenal
sebagai Pattimura dipercaya sebagai kapten besar yang memimpin perjuangan.
Penunjukan tersebut dikarenakan Pattimura pernah bekerja didinas angkatan
perang Inggris. Dari pengalamanya tersebut, harapannya bisa membebaskan
rakyat Maluku dari kekejaman para Belanda.
7
Kelaspintar.id. Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Perang Saparua. 19 Agustus 2021.
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/cari-tahu-lebih-jauh-tentang-perang-saparua-13025/ (diakses
tanggal 15 Oktober 2022
Setelah dilantik sebagai kapten, Pattimura memilih beberapa orang
pembantunya yang juga berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips
Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa
Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu. Pattimura bersama
Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng
Duurstede.

D. Proses Terjadinya Perang Saparua

Pada 15 Mei 1817, operasi penyerangan pos-pos dan benteng Belanda di


Saparua dimulai oleh Kapiten Pattimura bersama Philips Latumahina, Lucas
Selano dan pasukannya. Operasi yang dikenal dengan Perang Saparua tersebut
berhasil merebut benteng Duurstede dan menewaskan kepala residen Saparua
Van den Berg beserta pasukannya.

Dibulan yang sama yaitu pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan rapat
raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan
perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan
nama Proklamasi Portho Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan
ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut. Proklamasi
ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front
pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.

Berita tentang jatuhnya benteng Duurstede ke tangan pasukan Pattimura


dan pemusnahan orang-orang Belanda, menggoncangkan dan membingungkan
pemerintah Belanda di kota Ambon. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris
Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan
mayor Beetjes. Ekspedisi tersebut kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes.
Mengetahui hal tersebut, dengan segera Kapitan Pattimura mengatur taktik dan
strategi pertempuran. Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam
pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk Haria, sampai ke teluk Saparua.
Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.

Belanda kemudian meminta bantuan dari Ambon sejumlah 300 prajurit


yang dipimpin oleh Mayor Beetjes. Namun bantuan ini berhasil digagalkan
pasukan Pattimura. Dalam peristiwa ini, Mayor Beetjes juga terbunuh.
Kemenangan tersebut membuat pejuang lain semakin bersemangat. Selanjutnya
Pattimura fokus menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat
strategi ini, maka pasukan Belanda, kemudian mempekuat pertahanan di
benteng. Patroli juga diperketat, sehingga Pattimura dan pasukannya gagal
menembus Benteng Zeelandia. Selain melakukan bergerak dengan perlawanan
fisik, upaya perundingan juga dilakukan. Sayangnya perundingan tersebut tidak
menemui kesepakatan antar kedua belah pihak. Hingga akhirnya Belanda
mengerahkan seluruh kekuatannya termasuk bantuan dari Batavia untuk
merebut Benteng Duurstede.

Pada Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede dikepung


berserta tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu persatu perlawanan di luar
benteng lumpuh. Daerah di kepualauan kemudian bisa dikuasai Belanda.
Kondisi tersebut membuat Pattimura memerintahkan pasukannya untuk
meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahannya. Dengan demikian,
Benteng Duurstede berhasil di kuasai Belanda. Pattimura dan pasukannya terus
melawan dengan cara bergerilya.Namun pada bukan November, beberapa
pasukan Pattimura tertangkap salah satunya Kapitan Paulus Tiahahu (ayah
Christina Martha Tiahahu). Kapitan Paulus kemudian dijatuhi hukuman mati.
Mendengar kabar tersebut, Christina Martha Tiahahu marah dan segera pergi ke
hutan untuk bergerilya. 8

8
Mulyatsyah. Perjuangan Pattimura dan Rakyat Maluku Mengusir Penjajah. 10 Agustus 2021.
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/perjuangan-pattimura-dan-rakyat-maluku-mengusir-penjajah/ (diakses
tanggal 15 Oktober 2022)
E. Akhir Dari Perang Saparua

Meskipun sudah menguasai benteng dan berhasil menghukum mati


Kapitan Paulus, Belanda belum puas sebelum berhasil menangkap Pattimura.
Bahkan, Belanda mengumumkan siapapun yang berhasil menangkap Pattimura
akan diberi hadiah 1000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan,
akhirnya Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat dipimpin Overste de
Groot menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme. Seluruh negeri di
jazirah Hatawano dibumi hanguskan. Siasat berunding, serang mendadak, aksi
vandalisme, dan adu domba dijalankan silih berganti. Belanda juga melancarkan
politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan para pembantunya.

Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi beberapa orang


pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Pattimura dan Philips
Latumahina. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri
pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota
Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan
sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh pemerintah Republik
Indonesia. Pahlawan Nasional Indonesia.9

Tokoh Perang Pattimura lainnya yaitu Christina Martha Tiahahu lalu


melanjutkan perang gerilya walaupun akhirnya tertangkap juga. Christina tidak
dihukum mati, namun dia dibuang bersama 39 orang lainnya ke Jawa untuk
melaksanakan kerja rodi. Dikisahkan bahwa dalam kapan, Christina Martha
Tiahahu melakukan aksi mogok makan dan enggan buka mulut. Ia kemudian
jatuh sakit dan meninggal dunia pada 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke
laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Meninggalnya Christina Martha Tiahahu
menjadi petanda berakhirnya Perang Pattimura.

9
Tiyas Septiana. Inilah sejarah perlawanan Pattimura dan rakyat Maluku terhadap penjajahan Belanda. 11
Agustus 2021. https://caritahu.kontan.co.id/news/inilah-sejarah-perlawanan-pattimura-dan-rakyat-maluku-
terhadap-penjajahan-belanda?page=2 (diakses tanggal 16 Oktober 2022)
F. Dampak Dari Perang Saparua

Pertarungan yang dilakukan oleh Pattimura dan para pejuang lainnya


ternyata memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Maluku saat itu.
Jika dilihat dari cerita sejarahnya, pertarungan tersebut berhasil merebut salah
satu benteng pertahanan Belanda, yaitu Fort Duurstede. Selain itu, Perang
Pattimura juga telah berhasil menyatukan dan mengobarkan semangat
perjuangan rakyat Maluku terhadap penindasan yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial Belanda. Walaupun pada akhirnya benteng kembali dikuasai Belanda,
setidaknya para pejuang Maluku telah membuktikan bahwa mereka tidak bisa
dipandang sebelah mata. Semangat itulah yang kemudian menjadi modal untuk
melakukan perlawanan berikutnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang Saparua adalah perlawanan rakyat Maluku di ambon terhadap


Belanda yang terjadi pada tanggal 15 Mei 1817 hingga tanggal 6 Desember,
dilakukan karena belanda selalu yang mana perang ini dimenangkan oleh
pasukan Belanda yang ditandai pengeksekusian Kapitan Pattimura dan Philips
Latumahina. Belanda juga telah berhasil merebut kembali kekuasaan benteng
Rakyat Maluku, Walaupun para pahlawan pemuka/pemimpin maluku telah
dieksekusi, setidaknya mereka telah mengobarkan jiwa semangat pada generasi
pahlawan yang akan datang. Jiwa pahlawan-pahlawan rakyat maluku pada
perang saparua seperti rela berkorban, cinta tanah air, berjiwa patriotisme, serta
pantang menyerah dapat diteladani dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari
hari.

B. Saran

Bagi peneliti, hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai pedoman


untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai Perang Saparua. Bagi
masyarakat, hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
dan evaluasi mengenai sejarah Perang Saparua.

Bagi Penulis Selanjutnya, hasil penulisan ini diharapkan dapat


dikembangkan sebagai tambahan khazanah keilmuan mengenai sejarah
indonesia khususnya Perang Saparua dengan judul yang serupa tetapi dengan
variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Kelaspintar.id, 2021, “Cari Tahu Lebih Jauh Tentang Perang Saparua”,


https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/cari-tahu-lebih-jauh-tentang-perang-saparua-
13025/ (diakses pada tanggal 15 Oktober 2022)

Kumparan.com., 2017, “Sedikit Mengenai Perang Saparua”,


https://m.kumparan.com/potongan-nostalgia/perang-saparua-sebuah-perlawanan-berakar-
dari-ideologi-religius/3, (diakses pada tanggal 13 Oktober 2022)

Memperoleh.com. 2022, “Terangkan Hal yang Mengawali Terjadinya Perlawanan Rakyat


Maluku”, https://memperoleh.com/terangkan-hal-yang-mengawali-terjadinya-perlawanan-
rakyat-maluku, (diakses pada tanggal 13 Oktober 2022)

Mulyatsyah. 2021. “Perjuangan Pattimura dan Rakyat Maluku Mengusir Penjajah”,


https://ditsmp.kemdikbud.go.id/perjuangan-pattimura-dan-rakyat-maluku-mengusir-
penjajah/ (diakses pada tanggal 15 Oktober 2022)

Pamungkas, Muhammad Fazil. 2019, “Ketika Bangsa Eropa Memperebutkan Maluku”, ,


https://historia.id/kuno/articles/ketika-bangsa-eropa-memperebutkan-maluku-P1RlK
(diakses pada tanggal 10 Oktober 2022)

Prosiding Seminar Nasional Sejarah, 2017 Vol. 1 no. 1 - hal. 6-19. hlm 7
Salhuteru, Marlyn, 2007. "Peninggalan Kolonial Di Kampung Makian". Jurnal Arkeologi
Wilayah Maluku dan Maluku Utara. Vol, 3 No, 5. Maluku: Balai Arkeologi Maluku
Septiana. Tiyas, 2021, “Inilah sejarah perlawanan Pattimura dan rakyat Maluku terhadap
penjajahan Belanda”, https://caritahu.kontan.co.id/news/inilah-sejarah-perlawanan-
pattimura-dan-rakyat-maluku-terhadap-penjajahan-belanda?page=2, (diakses pada tanggal
16 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai