Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ SEJARAH KEDATANGAN BANGSA BELANDA KE INDONESIA”

Guru Pembimbing: Ibu Emelia

Disusun Oleh:
(KELOMPOK 3)
Melly
Ismarlinda
Muhammad Ikhlas

Kelas XI IPS 2

SMA NEGERI 1 BURU


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufiq dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul SEJARAH KEDATANGAN BANGSA BELANDA KE
INDONESIA dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini dibuat
untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran sejarah Indonesia .
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman serta membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Buru Karimun, 24 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..........................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… ………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………….…………………………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….…………………………………….3
A. Awal Kedatangan Bangsa Belanda ke Negara
Indonesia……………………………………………………………………………………………………………………..3
B. Berdirinya Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia……………………….……………………..3
C. Berlangsungnya Penjajahan Belanda Di Nusantara …………………………………………………...4
D. Perlawanan Menentang Penjajahan Belanda……………………………………….……………………...5
E. Berakhirnya Masa Penjajahan Hindia Belanda di Indonesia…………………………….………..9
F. Kelemahan Perjuangan Bangsa Indonesia………………………………………………..………………...9
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………..………..10
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..…………………………………………….10
B. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………….11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang
delapan puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648).
Pada awalnya, perang antara Belanda dan Spanyol bersifat agama karena Belanda
mayoritas beragama kristen .
Jalan ke Indonesia dari Jan Huygen Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang
bekerja pada Portugis dan pernah sampai di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang
besar, belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah
dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya, belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada
tahun 1816, Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada
masa ”kedua” penjajahan ini, yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang
diterapkan oleh Van den Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830.
Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan sistem tanam paksa tersebut. Namun
pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat banyak penyimpangan-
penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh
Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya
membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia. Dalam
perkembangan sampai  dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain bidang
perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah Hindia-
Belanda, tetapi itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata. Dalam
periode itu pemerintah harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk
menumpas Perang Dipenogoro (1825-1830), dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.

1
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia,Belanda secara licik menjalankan
politik pecah belah,sehingga kerajaan-kerajaan yang saling bertentangan itu menjadi
lemah.Kesempatan inilah digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia.

B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kedatangan bangsa belanda di indonesia?
2. Bagaimana sejarah Berdirinya Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia?
3. Bagaimana Keberlangsungan Penjajahan Belanda Di Nusantara?
4. Bagaimana perlawanan Menentang Penjajahan Belanda?
5. Bagaimana berakhirnya penjajahan belanda terhadap Indonesia?
6. Apa kelemahan Perjuangan Bangsa Indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia

Tahun 1956 adalah awal kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia. Empat
buah kapal yang dipimpin oleh Pieter Keyzer serta Cornelis de Houtman ini sampai ke
pelabuhan Banten setelah menempuh perjalanan selama satu tahun lebih. Sayangnya,
kunjungan dari kapal Belanda ini ke daerah Banten kurang disambut baik karena sifat
arogan yang ditunjukkan oleh Cornelis de Houtman.
Kemudian dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1958 Belanda mencoba lagi
kembali ke Indonesia di bawah pimpinan Jacob Van Neck, dan mereka berhasil
disambut baik oleh penguasa Banten saat itu karena mereka telah belajar dari
kesalahan Cornelis de Houtman.
Akhirnya, Belanda diperbolehkan untuk melakukan perdagangan di kawasan
pelabuhan Banten. Tujuan awal Belanda adalah untuk berdagang rempah-rempah,
namun setelah mereka berhasil mendapatkan keuntungan melimpah serta menemukan
daerah sumber rempah-rempah, Belanda mulai melakukan aksi monopoli perdagangan
dan sejarah penjajahan Belanda di Indonesia pun dimulai.

B.  Berdirinya Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia

Kaisar Perancis yaitu Napoleon Bonaparte mengangkat Louis Bonaperte


sebagai kaisar Belanda. Kemudian setelah diangkat menjadi Raja, Louis Bonaparte
menunjuk Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal bagi Indonesia.
Tugasnya adalah untuk mengatur pemerintahan Indonesia, melakukan pertahanan dari
serangan pasukan Inggris terhadap pulau Jawa, serta mengatur masalah keuangan.
Namun, di bawah pemerintahannya Daendels telah melanggar undang-undang dengan
menjual tanah milik Negara kepada orang-orang partikelir. Oleh karena itu, atas
perintah Napoleon Daendels ditarik dari jabatannya.
Namun sebelum Daendels ditarik, selama masa pemerintahannya Daendels telah
banyak merugikan rakyat Indonesia serta menyengsarakan rakyat. Dia melakukan
eksploitasi baik kekayaan alam maupun tenaga kerja Indonesia. Kedudukan gubernur

3
jenderal Indonesia telah mengalami pergantian beberapa kali. Setelah Daendels maka
gubernur jendral Janssens giliran berkuasa dan saat Indonesia memasuki pemerintahan
Van Den Bosch di mana sistem tanam paksa pun dijalankan yang menimbulkan
kemiskinan, dan kelaparan rakyat Indonesia. Di pihak lain, Belanda mendapatkan
banyak keuntungan dalam bidang keuangan akibat sistem tanam paksa tersebut.
Saat sistem tanam paksa dihapuskan maka muncullah politik pintu terbuka di mana
penanaman modal asing diperbolehkan. Meskipun tanam paksa sudah dihapuskan,
nyatanya politik pintu terbuka tetap menimbulkan penderitaan bagi rakyat Indonesia.
Hal ini memicu perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai daerah seperti perang
Diponegoro, perang Bali, perang Paderi, perang Banjar, perang Aceh, Gerakan Protes
Petani, dan sebagainya. Saat semakin banyak rakyat yang melawan Belanda maka
penjajahan Belanda di Indonesia mulai menandakan akhirnya.

C.  Berlangsungnya Penjajahan Belanda Di Nusantara


Kedudukan Belanda di Nusantara berlangsung antara 1596-1942 diawali dengan
kedatangan armada dagang Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman pada
tahun 1596 yang berlabuh di Banten. Mulanya mencari barang dagangan atau rempah
rempah akan tetapi kemudian Belanda bukan sekedar ingin berdagang biasa,
melainkan ingin menguasai dan menjajah Nusantara. Tahun 1596 awal penjajahan
Belanda di Nusantara dengan mendirikan persekutuan dagang yang bernama VOC
(Vereeningde Oost-indische Compagnie) atau persekutuaan dagang  India timur yang
dibantu oleh pemerintahan Belanda. VOC menguasai dan mengekploitasi ekonomi di
Indonesia dari tahun 1602 – 1799.
Ketika terjadi peselisihan antara pangeran Jayakarta dan Banten dengan Belanda pada
tahun 1619, kota Jayakarta dibakar oleh Belanda dibawah pimpinan Jan Pieterzoon
Coen. Tahun 1619 Belanda membangun kota di atas puing-puing Jayakarta yang
diberi nama Batavia. Kekuasaan Belanda tahun 1799 diambil alih oleh pemerintah
Belanda dari VOC. VOC mengalami kerugian yang besar yang menyebabkan
kebangkrutan dan dibubarkan. Sebelumnya penjajahan Belanda atas Indonesia
dilakukan oleh VOC, sejak tahun 1799 secara resmi dilakukan oleh pemerintahan
Belanda.

4
Berdasarkan convention of london 1814 Belanda berkuasa kembali di Indonesia
setelah sempat sebelumnya tahun 1811 Inggris menyerang Hindia Belanda
menaklukkan kota Batavia. Jendral Belanda Jansens menyerah tanpa syarat kepada
Inggris. Tahun 1814 Inggris mengembalikan semua daerah jajahan Belanda ke pihak
Belanda lagi. Peristiwa ini karena kalahnya Napoleon Bonapoarte kaisar Prancis dalam
pertempuran di Leipzing Inggris menyerahkan Indonesia pada Belanda pada tahun
1816  saat itu yang menjadi pemimpin Inggris di Indonesia adalah Letnan Gubernur
Jhon Fendhal. Penjajahan dan eksploitasi manusia dan sumber daya alam manusia
dimulai lagi oleh pemerintah Belanda. Sistem eksploitasi yang dilakukan oleh Belanda
disebut sistem tanan paksa. Pada masa dimana modal modal swasta liberal masuk ke
Indonesia dan masa penerapan politik etis.

D.  Perlawanan Menentang Penjajahan Belanda


Monopoli perdagangan, kerja paksa, penarikan pajak, sewa tanah, dan tanam
paksa menimbulkan banyak kerugian dan membuat sengsara rakyat Indonesia. Rakyat
Indonesia tidak tahan lagi. Rakyat Indonesia melakukan perlawanan memperjuangkan
martabat dan kemerdekaannya. Dari seluruh penjuru tanah air timbul perlawanan
terhadap penjajah Belanda.
1.  Perlawanan terhadap VOC
Pada saat VOC berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali perlawanan. Pada tahun
1628 dan 1629, Mataram melancarkan serangan besar-besaran terhadap VOC di
Batavia. Sultan Agung mengirimkan ribuan prajurit untuk menggempur Batavia dari
darat dan laut. Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia
di bawah pimpinan Sultan Hassanuddin. Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa
Timur dipimpin oleh Untung Suropati. Sementara Sultan Ageng Tirtayasa
mengobarkan perlawanan di daerah Banten.

2.  Perlawanan Pattimura (1817)


Belanda melakukan monopoli perdagangan dan memaksa rakyat Maluku menjual hasil
rempah-rempah kepada Belanda, menentukan harga rempah-rempah secara semena-
mena, melakukan pelayaran hongi, dan menebangi tanaman rempahrempah milik
rakyat. Rakyat Maluku berontak atas perlakuan Belanda. Dipimpin oleh Thomas

5
Matulessi yang nantinya terkenal dengan nama Kapten Pattimura, rakyat Maluku
melakukan perlawanan pada tahun 1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok,
Philip Latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita Christina
Martha Tiahahu. Perang melawan Belanda meluas ke berbagai daerah di Maluku,
seperti Ambon, Seram, Hitu, dan lain-lain.
Belanda mengirim pasukan besarbesaran. Pasukan Pattimura terdesak dan bertahan di
dalam benteng. Akhirnya, Pattimura dan kawan-kawannya tertawan.
3.      Perang Paderi (1821 – 1838)
Pada mulanya Perang Paderi merupakan perang antara kaum adat dan kaum ulama.
Yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara kaum ulama dengan kaum
adat. Kaum  ulama terpengaruh gerakan Wahabi menghendaki pelaksanaan Ajaran
Agama Islam berdasarkan Al’Quran dan Hadist. Kaum ulama ingin memberantas
kebiasaan buruk yang dilakukan kaum adat, seperti berjudi, menyambung ayam dan
mabuk.
Karena terdesak kaum adat minta bantuan kepada Belanda, tetapi kemudian kaum adat
sadar bahwa Belanda ingin menguasai Sumatera Barat, kemudian kaum adat bersatu
dengan kaum Paderi untuk menghadapi Belanda, karena terdesak Belanda mengirim
bantuan dari Pulau Jawa yang diperketat oleh Pasukan Sentot Ali Basa Prawirodirjo,
tapi kemudian Sentot Ali Basa Prawirodirjo berpihak kepada kaum Paderi sehingga
Sentot Ali Basa Prawirodirjo ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dengan siasat
Benteng Stelsel pada tahun 1837 Belanda mengepung Bonjol, sehingga Imam Bonjol
ditangkap dan dibuang ke Cianjur kemudian dipindahkan ke Manado hingga wafat
tahun 1864.

4.      Perang Diponegoro (1925-1830)


Perang Diponegoro berawal dari kekecewaan Pangeran Diponegoro atas campur
tangan Belanda terhadap istana dan tanah tumpah darahnya. Kekecewaan itu
memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak
untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya. Dipimpin Pangeran
Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan perang melawan Belanda tanggal 20 Juli
1825. Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran

6
Ngabehi Jayakusuma sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai
panglima perang. Pangeran Diponegoro juga didukung oleh para ulama dan
bangsawan. Daerah-daerah lain di Jawa ikut berjuang melawan Belanda.

Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun 1825-1826
pasukan Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda. Pada tahun 1827, Belanda
mendatangkan bantuan dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock menerapkan
taktik perang benteng stelsel. Taktik ini berhasil mempersempit ruang gerak pasukan
Diponegoro. Banyak pemimpin pasukan Pangeran Diponegoro gugur dan tertangkap.
Namun demikian, pasukan Diponegoro tetap gigih. Akhirnya, Belanda mengajak
berunding. Dalam perundingan yang diadakan tanggal 28 Maret 1830 di Magelang,
Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Beliau diasingkan dan meninggal di
Makassar.
5.      Perang Banjarmasin (1859-1863)
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli perdagangan dan
mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah. Pada tahun 1862 Hidayatullah ditahan
Belanda dan dibuang ke Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan.
Setelah itu perang meletus kembali. Dalam perang itu Pangeran Antasari luka-luka dan
wafat.
6.      Perang Bali  (1846-1868)
Penyebab perang Bali adalah Belanda ingin menghapus hukum tawan karang dan
memaksa Raja-raja Bali mengakui kedaulatan Belanda di Bali. Isi hukum tawan
karang adalah kerajaan berhak merampas dan menyita barang serta kapal-kapal yang
terdampar di Pulau Bali. Raja-raja Bali menolak keinginan Belanda. Akhirnya,
Belanda menyerang Bali. Belanda melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun
1846, 1848, dan 1849. Rakyat Bali mempertahankan tanah air mereka. Setelah
Buleleng dapat ditaklukkan, rakyat Bali mengadakan perang puputan, yaitu berperang
sampai titik darah terakhir. Di antaranya Perang Puputan Badung (1906), Perang
Puputan Kusumba (1908), dan Perang Puputan Klungkung (1908). Salah saut

7
pemimpin perlawanan rakyat Bali yang terkenal adalah Raja Buleleng dibantu oleh
Gusti Ketut Jelantik.
7.      Perang Sisingamangaraja XII (1870-1907)
Pada saat Sisingamangaraja memerintah Kerajaan Bakara, Tapanuli, Sumatera Utara,
Belanda ingin menguasai Tapanuli. Sisingamangaraja beserta rakyat Bakara
mengadakan perlawanan. Tahun 1878, Belanda menyerang Tapanuli. Namun, pasukan
Belanda dapat dihalau oleh rakyat. Pada tahun 1904 Belanda kembali menyerang tanah
Gayo. Pada saat itu Belanda juga menyerang daerah Danau Toba. Pada tahun 1907,
pasukan Belanda menyerang kubu pertahanan pasukan Sisingamangaraja XII di
Pakpak. Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu. Jenazahnya dimakamkan di
Tarutung, kemudian dipindahkan ke Balige.
8.      Perang Aceh (1873-1906)
Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh makin penting baik dari
segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak
tahun 1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah
pemimpin-pemimpin Aceh antara lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku
Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Meskipun sejak tahun 1879 Belanda dapat
menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai pejuang-
pejuang Aceh. Perang gerilya membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda
menyiasatinya dengan stelsel konsentrasi, yaitu memusatkan pasukan supaya
pasukannya dapat lebih terkumpul.
Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk mempelajari sistem kemasyarakatan
penduduk Aceh. Dari penelitian yang dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa
kekuatan Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk
membuat siasat perang yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat
(Marchose) untuk mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan
marchose Belanda berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899,
Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang
menyingkir ke hutan dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan.

8
Dari beberapa perlawanan yang dilakukan oleh rakyat di berbagai daerah pada
awalnya mengalami kemenangan tetapi pada akhirnya mengalami kekalahan. Hal itu
disebabkan karena beberapa hal antara lain :
a.       Rakyat tidak bersatu, tetapi berjuang secara kedaerahan.
b.      Rakyat mudah diadu domba, ingat politik devide et impera (politik adu domba).
c.       Kurangnya persenjataan.
Satuhal yang patut ingat dan diteladani adalah :
a.       Semua para pahlawan berjuang dengan rela berkorban dan tanpa pamrih
b.      Para pahlawan memiliki jiwa dan semangat hidup gotong royong yang tinggi
c.       Perlawanan rakyat menunjukkan bahwa semua rakyat menolak segala bentuk
penjajahan

E.  Berakhirnya Masa Penjajahan Hindia Belanda di Indonesia


Penjajahan Belanda terhadap Indonesia benar-benar berakhir saat Pemerintah
Jepang melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil
mengalahkan armada gabungan dari Negara Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia.
Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai
menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura
mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya
setelah mengalami kekalahan terus menerus dari pihak Jepang, Tjarda van
Starkenborgh Stachouwer sebagai Jenderal Hindia Belanda menyerah dan dan
ditangkap. Hal ini menjadi tanda dimulainya masa penjajahan Jepang di Indonesia
sekaligus berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia.

F.      Kelemahan Perjuangan Bangsa Indonesia


1. Bersifat lokal atau kedaerahan, artinya terbatas daerah tertentu saja. Tidak ada
koordinasi antara pejuang satu daerah dengan daerah lain.
2. Perlawanan secara sporadic dan tidak serentak.
3. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan kharismatik sehingga tidak ada yang
melanjutkan
4. Sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan kekerasan senjata

9
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596-1811,dan yang kedua
kalinya pada tahun 1814-1904. Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Dan untuk
melancarkan usahanya, Belanda menempuh beberapa cara yaitu membentuk VOC
pada tahun 1902 dan membentuk pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Setelah
masa penjajahan itu usai, Belanda meninggalkan kebudayaan dan kebijakan-
kebijakan yang sebagian masih di pakai oleh Indonesia.
Indonesia pada masa pemerintahan Hindia-Belanda abad XIX sudah mengalami
berbagai pergantian Gubernur Jendral tetapi yang paling menyengsarakan rakyat
yaitu pada masa Gubjen, Rafles, Daendels, Van den Bosch, dan van Hogendrop.
Yang menerapkan system tanam paksa, penyerahan wajib hasil pertanian, penyewaan
tanah kepada rakyat, penyewaan desa pada pihak swasta dan pembuatan jalan dari
Anyer sampai Panarukan.

B.  Saran
Demikianlah tadi informasi mengenai sejarah Kedatangan Belanda di Indonesia,
semoga makalah diatas dapat menambah wawasan pengetahuan kita terhadap sejarah
dan rasa nasionalisme kita tentunya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak
melupakan sejarahnya. Marilah kita syukuri kemerdekaan yang telah kita rasakan saat
sekarang ini, terima kasih pahlawanku

10
DAFTAR PUSTAKA

http://ragungherditia.blogspot.com/2014/09/perlawanan-terhadap-kolonial-belanda.html
http://sejarahsemesta.blogspot.com/2013/01/perlawanan-terhadap-belanda.html
http://zonakisaran.blogspot.com/2014/11/makalah-perlawanan-rakyat-indonesia-terhadap-
kolonial-belanda.html
http://zonakisaran.blogspot.com/2014/11/makalah-perlawanan-rakyat-indonesia-terhadap-
kolonial-belanda.html

11

Anda mungkin juga menyukai