Disetujui Oleh:
Palembang, Desember 2018
Pembimbing, Ketua kelompok …,
Mengetahui,
Kepala SMAN 21 Palembang
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya
perang delapan puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada
awalnya, perang antara Belanda dan Spanyol bersifat agama, karena Belanda
mayoritas beragama kristen protestan sedangkan orang Spanyol beragama kristen
katolik. Perang tersebut kemudian menjadi perang ekonomi dan politik. Raja
Philip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup bagi kapal Belanda
pada tahun 1585 selain karena faktor tesebut, juga karena adanya petunjuk jalan
ke Indonesia dari Jan Huygen Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja
pada Portugis dan pernah sampai di Indonesia.
Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-
rempah. Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
keuntungan yang besar, Belanda berusaha untuk mengadakan monopoli
perdagangan rempah-rempah dan menjajah. Untuk melancarkan usahanya,
Belanda menempuh beberapa cara seperti pembentukan VOC dan pembentukan
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu
pada tahun 1816, Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Kolonial
Belanda. Pada masa kedua penjajahan ini, yang sangat terkenal adalah sistem
tanam paksa yang diterapkan oleh Van den Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai
pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan sistem tanam
paksa tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek sesungguhnya terdapat
banyak penyimpangan-penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang
dilaksanakan oleh Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van
den Bosch. Keduanya membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan
bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19,
kebijakan selain bidang perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak
diabaikan oleh pemerintah Hindia-Belanda, tetapi itu hanya masih berupa rencana
dari pada tindakan nyata. Dalam periode itu pemerintah harus melakukan
penghematan anggaran, biaya untuk menumpas Perang Dipenogoro (1825-1830),
dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia, Belanda secara licik
menjalankan politik pecah belah, sehingga kerajaan-kerajaan yang saling
bertentangan itu menjadi lemah. Kesempatan inilah digunakan oleh Belanda untuk
menjajah Indonesia.
I. 2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya bangsa Belanda ke Indonesia?
2. Bagaimana sejarah Penjajahan Belanda dan Era Kolonialisme?
3. Bagaimana sejarah kemunculan VOC?
4. Apa saja kegiatan VOC di Indonesia?
5. Mengapa VOC dibubarkan?
6. Bagaimana sejarah lahirnya pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia?
7. Bagaimana sistem pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia?
8. Apa saja Perlawanan Rakyat terhadap pemerintahan Kolonial Belanda?
9. Apa penyebab berakhirnya sistem pemerintahan Kolonial Belanda di
Indonesia?
10. Apa itu Agresi Militer II (2)?
11. Bagaimana Berakhirnya Kekuasaan belanda di Indonesia?
12. Kapan Berakhirnya Kekuasaan Belanda di Indonesia?
13. Faktor-faktor Penyebab Keluarnya Belanda dari Indonesia
1.3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sejarah masuknya bangsa Belanda ke Indonesia
2. Mengetahui sejarah Penjajahan Belanda dan Era kolonialisme
3. Mengetahui sejarah kedatangan Kolonial Belanda di Indonesia.
4. Mengetahui sejarah kemunculan VOC.
5. Mengetahui kegiatan VOC di Indonesia.
6. Mengetahui alasan VOC dibubarkan.
7. Mengetahui sejarah lahirnya pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia.
8. Mengetahui sistem pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia.
9. Mengetahui perlawanan rakyat terhadap pemerintahan Kolonial Belanda.
10. Mengetahui penyebab berakhirnya sistem pemerintahan Kolonial Belanda
di Indonesia.
11. Mengetahui Sejarah Berakhirnya Kekuasaan Belanda di Indonesia
12. Mengetahui Faktor-faktor penyebab keluarnya Belanda dari Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. AWAL MASUKNYA BELANDA KE INDONESIA
A. Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia
Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di
Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah
penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-
rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya
hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong
bangsa Belanda untuk mengadakan
penjelajahan samudra.
Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan
empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya
menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika –Tanjung
Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten.
Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580–
1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik
oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten.
Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga orang Belanda kemudian
diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda meneruskan perjalanan ke
timur akhirnya sampai di Bali.
Rombongan kedua dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dan
Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten pada bulan
November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang
memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap
Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa
Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah
(lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain
menuju ke Maluku.
Beberapa cara yang di lakukan Daendels untuk mendapatkan dana agar dapat
menjalankan tugasnya antara lain:
a. Contingenten: mewajibkan penduduk untuk menyerahkan sebagian hasil
buminya sebagai pajak.
b. Verplichte Leverentie: mewajibkan penduduk menjual hasil buminya
kepada pemerintahan Belanda dengan harga yang ditentukan.
c. Menjual tanah negara kepada pihak swasta.
d. Pringer Stelsel: mewajibkan penduduk priangan untuk menanam kopi yang
hasilnya di serahkan kepada pemerintahan Belanda.
Pemerintahan Daendels di Indonesia menimbulkan penderitaan rakyat
karena Daendels bertindak kejam terhadap rakyat. Daendels mengeksploitasi
kekayaan alam dan tenaga rakyat Indonesia yang menimbulkan kebencian rakyat.
Selain itu Daendels melakukan kesalahan dengan menjual tanah pemerintahan
kepada para pengusaha swasta. Akibatnya pada tahun 1811 Daendels di tarik
kembali ke Belanda dan di gantikan oleh Janssens.
b) Kebijakan Pemerintahan Pada Masa JANSSENS
Gubernur Jendral Janssens ternyata seorang Gubernur Jendral yang lemah,
buktinya ketika Inggris menyerang Janssens terpaksa harus menyerah dan
menandatangani perjanjian Kapitulasi Tuntang 17 Desember 1811.
Isi perjanjian Kapitulasi Tuntang adalah:
a. Seluruh militer Belanda menjadi tawanan Inggris.
b. Utang pemerintahan Belanda tidak di akui Inggris.
c. Indonesia harus diserahkan kepada Inggris.
Kekalahan Janssens disebabkan oleh :
a. Tidak terjalinnya hubungan kerjasama dengan raja-raja di Indonesia.
b. Angkatan perang warisan Daendels kurang kuat.
c. Janssens kurang cakap memimpin pemerintahan.
c) Kebijakan Pemerintahan pada Masa RAFFLES
Dengan penandatangan Kapitulasi Tuntang tanggal 17 Desember 1811,
Belanda harus menyerahkan Indonesia kepada Inggris di bawah pimpinan
Stamoford Raffles yang berkedudukan di Batavia.
Raffles menerapkan kebijakan-kebijakan antara lain :
a. Membagi pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
b. Melarang perdagangan budak
c. Menghapus segala bentuk penyerahan wajib semasa Daendels
d. Menghapus peran Bupati sebagai pemungut pajak
e. Memberlakukan sistem sewa tanah (Landrent)
Akan tetapi sistem pajak sewa tanah (Land rent) pada masa Raffles mengalami
kegagalan,sebab:
a. Sulit menentukan jumlah pajak yang harus di bayar
b. Tidak ada dukungan dari para Bupati
C.Pajak sewa tanah harus dibayar dengan uang, padahal rakyat belum
mengenal sistem peredaran uang.
A. Mardijkers
Sejak zaman VOC, keturunan dari mereka yang telah bebas dari
perbudakan atau yang dapat membeli kemerdekaannya, Dan kemudian bersedia
menjadi Serdadu "Kumpeni" dinamakan mardijkers. Mereka kebanyakan
keturunan serdadu-serdadu pribumi yang ditawan oleh Spanyol dan Portugis
Ketika Belanda perang melawan kedua negara tersebut. Setelah dibebaskan
mereka bertugas kembali di ketentaraan VOC dan secara tradisional, keturunan
Mereka pun menjadi Serdadu "Kumpeni".
Hampir seluruhnya menganut agama kristen. mereka berpakaian seperti
orang Portugis yang menggunakan bahasa portugis-Kreol. Sampai abad 18 orang-
orang Mardijkers tinggal di kampung-kampung di Batavia.
Tahun 1777, masih terdapat enam kompi Mardijkers (sekitar 1.200
orang) di dinas ketentaraan VOC yang bertugas menjaga perumahan Belanda di
dalam kota. Tahun 1803 masih tersisa satu Kompi dan Kompi terakhir dibubarkan
tahun 1808.
Ketika masih berlangsung perbudakan di india Belanda di mana
diberlakukan passenstelsel (semacam kartu Tanda penduduk-KTP), maka Apabila
mereka ingin bepergian keluar tempat mereka tinggal mereka diminta untuk
menunjukkan KTP para mardijker biasanya hanya mengangkat satu tangan ke atas
sambil mengatakan mardijker yang lama kelamaan diartikan sebagai "merdeka".
B. Marechaussee
Marechaussee sendiri sebenarnya merupakan unit pasukan kepolisian
yang berakar pada masa penjajahan Perancis di Belanda, berdasarkan dekrit
Republik Bataaf yang didirikan oleh Perancis pada 4 Februari 1803 dibentuk unit
kepolisian yang dinamakan Marechaussee, namun tidak langsung dilaksanakan.
Pada 1805 dibentuk satu unit gendarmerie (semacam brigade mobil Brimob) dan
baru pada 26 oktober 1814 setelah Republik Bataaf diganti dengan kerajaan
Belanda (Wangsa oranye), berdasarkan dekrit no. 498 yang dikeluarkan oleh Raja
Belanda, Willem Ini, secara definitif dibentuk Koninklijke Marechaussee.
Kata Marechaussee sendiri mempunyai akar yang sangat panjang yaitu
sejak masa pengadilan kuno di Paris tahun 1370 yang dinamakan tribunal of
constable and Marshals of france. Constable dan Marshall ini kemudian menjadi
anggota gendarmerie yang merupakan kekuatan kepolisian untuk Belanda dan
Belgia. Marerchausse yang dikenal di Indonesia sebagai marsose dan berkembang
menjadi kekuatan tempur untuk mengamankan wilayah dan jalanan di kerajaan
Belanda selain tugas-tugas kepolisian eracau juga ditugaskan untuk membantu
Angkatan Perang terutama di waktu perang dunia I tahun 1914 sampai 1918 di
masa ini juga Marerchausse ditugaskan di India Belanda antara lain dalam Perang
Aceh dan perang melawan Sisingamangaraja XII di tanah Batak di mana
Kemudian pada tahun 1917 satuan mereka berhasil mengalahkan dan
menewaskan Sisingamangaraja XII.
- Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia. Ketika
membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin sebuah negara
di Jawa, Belanda ditolak.
- Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan
umum.
3.2.SARAN
Dengan ditulisnya karya tulis ini! penulis berharap agar dapat diman
%aatkan sebagaimedia pembelajaran yang e%ekti% untuk mengenal dan
mengetahui kronologi kedatangan Belanda di Indonesia. Dengan demikian
diharapkanagar rasa kebangsaan dan nasionalisme dari setiap generasi muda dapat
tumbuhdengan mengenali sejarah bangsanya.
BIODATA ANGOTA
Nama Hanif Muthawally
Ttl Palembang,09
September 2001
Alamat Jln.LUKMAN
IDRIS
LR.PENUKAL.
NO. 009 Rt.12
Rw.3
Hobi Bermain Vidio
Game
Cita-cita _
No.hp 081379385182
Sosmed anip_25 (IG)
Cita-cita PENGUSAHA
No.hp 081273259592
Sosmed _