Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH

"Periode Setelah Abad Ke-19"

Disusun oleh:

I Gede Bendesa Masna (1)

I Nyoman Agus Aditya Putra (11)

I Nyoman Diky Andriana (12)

I Putu Eka Mas Hartawan (16)

I Putu Gitza Ramaditya Pranatha (17)

SMA NEGERI 1 ABIANSEMAL

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Periode Setelah Abad Ke-19 ” dengan tepat
waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang materi diatas bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ayu selaku guru Mata
Pelajaran Sejarah.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................ii


BAB I .................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 4
2.1 Sejarah .......................................................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................................. 6
3.1 K .................................................................................................................................. 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad ke-19, masyarakat Indonesia berupaya keras untuk melakukan perlawanan. Tujuan
utamanya untuk mengusir penjajahan dari Nusantara. Namun sifat perlawanan lokal dari para
raja atau sultan dan rakyat terhadap VOC masih sangat lokal.

Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), perlawanan


Bangsa Indonesia pada abad ke-19 memiliki beberapa ciri, yakni:

A. Perjuangan yang dilakukan masih bersifat lokal atau kedaerahan. Hal ini dikarenakan
kurangnya persatuan dan kesatuan di masyarakat Indonesia saat itu.
B. Perlawanan dilakukan secara fisik dan menggunakan senjata tradisional.
C. Perjuangan dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik atau yang disegani oleh masyarakat
saat itu. Contohnya kaum bangsawan atau tokoh agama.
D. Perlawanan yang dilakukan masih bersifat sporadis atau musiman.
E. Strategi perjuangan masih belum terorganisir dengan baik.
F. Masyarakat saat itu masih dengan mudah diadu domba oleh Belanda

Namun, upaya ini selalu gagal, karena pihak penjajah selalu berhasil membendung perlawanan
tersebut.

Bangsa Eropa mulai datang ke Nusantara pada abad ke-16. Tujuan awalnya untuk berdagang
rempah-rempah. Namun, secara perlahan tujuan utama ini berubah menjadi penerapan
kolonialisme dan imperialisme.

Pada abad ke-19, masyarakat Indonesia berupaya keras untuk melakukan perlawanan. Tujuan
utamanya untuk mengusir penjajahan dari Nusantara.

Namun sifat perlawanan lokal dari para raja atau sultan dan rakyat terhadap VOC masih sangat
lokal.

1
Sebagian besar perlawanan tersebut memang tidak berhasil dalam mengusir penjajahan.
Bahkan tidak sedikit masyarakat yang gugur dalam perlawanan tersebut.

Menurut Dina Dwikurniarini dalam diktat yang berjudul Sejarah Indonesia Masa Pergerakan,
perjuangan Bangsa Indonesia pada abad ke-19 didominasi oleh perlawanan kerajaan di
Nusantara, yang merasa aktivitas perekonomiannya terganggu.

Selain itu, kerajaan juga merasa dirugikan dengan datangnya bangsa asing ke Nusantara. Maka
dari itu, banyak perlawanan dilakukan untuk mengusir penjajah dari daerah kekuasaannya.

Perlawanan yang masih bersifat melokal atau kedaerahan dan tidak serentak, dipandang
Belanda sebagai sebuah keuntungan. Belanda dengan mudah mengirimkan pasukan militernya
ke berbagai daerah untuk membendung perlawanan tersebut.

Hingga akhir abad ke-19, perlawanan Bangsa Indonesia masih dilakukan secara fisik dan
kedaerahan. Namun, mulai awal abad ke-20, masyarakat Indonesia mulai bersatu untuk
memerdekakan diri dari tangan penjajahan

1.2 Rumusan Masalah


- Pembubaran VOC
- Praktik monopoli perdagangan dan kerja rodi
- perlawanan pahlawan nasional dari berbagi daerah

1.3 Manfaat
manfaat, dari kajian materi yang kami dapat, telah kami rangkum kedalam makalah
yang kelompok kami buat, ada pula manfaat yang telah kita dapat dari mengkaji materi
ini. Berikut manfaat yg kami dapat :
1. Mengetahui bagaimana perkembangan sejarah setelah abad ke-19.
2. Mengetahui Pemerintahan di wilayah Hindia Belanda setelah abad ke-19.
3. Mengetahui Perlawanan tokoh-tokoh pahlawan indonesia terhadap penjajah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Pada penghujung abad ke-19, VOC dibubarkan dan penguasaan negara negara koloni berada
dibawah langsung pemerintah Belanda. Maluku adalah wilayah perdagangan rempah-rempah
yang sudah diperebutkan oleh bangsa Eropa sejak abad ke-15. Memasuki abad ke-19 rakyat
Maluku berjuang untuk melawan penjajah karena tidak ingin orang Belanda kembali
menguasai wilayah ini. Ketika Inggris di bawah Raffles berkuasa di Hindia Belanda, praktik
monopoli dagang dan kerja rodi tidak pernah diterapkan.

Namun, setelah penendatanganan Traktat London pada 1817, Belanda kembali


memberlakukan praktik monopoli perdagangan cengkeh dan kerja rodi. Thomas Matulessy
atau Kapitan Pattimura bersama dengan panglima perang perempuan Martha Christina Tiahahu
kemudian melaksanakan serangan dalam rangka menentang kebijakan Belanda. Keduanya
terlibat beberapa kali pertempuran hebat yang berhasil menguasai Benteng Duurstede yang
dibangun Belanda. Namun akhirnya perjuangan mereka harus berakhir setelah berhasil
ditangkap. Pattimura kemudian dihukum gantung pada Desember 1817, sedangkan Martha
Christina Tiahahu dalam perjalanannya untuk menjalani pengasingan akhirnya wafat di atas
perahu karena menolak makan dan obat dari Belanda.

Perlawanan rakyat Jawa di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dipimpin oleh Pangeran
Diponegoro pada 1925-1930. Perlawanan ini merupakan perlawanan paling sulit yang pernah
dihadapi Belanda di Tanah Hindia. Alasannya karena perlawanan Pangeran Diponegoro
mendapat banyak dukungan seperti kaum ulama, pihak istana bahkan rakyat Yogyakarta.

Untuk dapat meredam perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda menggunakan siasat perang
Benteng Stelsel pada tahun 1927. Caranya adalah mendirikan Benteng disetiap daerah yang
dapat dikuasai untuk kemudian mengawasi daerah sekitarnya. Akan tetapi taktik Benteng
Stelsel tidak mampu menahan perlawanan dari pasukan Diponegoro. Dengan iming-iming
untuk mengadakan perundingan damai, Belanda secara licik menangkap Pangeran Diponegoro
di Magelang.

4
Perlawanan rakyat terhadap Belanda di Pulau Sumatera diantaranya terjadi di Palembang,
dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin. Penyerangan dilakukan ke benteng-benteng
pertahanan Belanda. Ketika terjadi pergantian kekuasaan akibat Perjanjian Tuntang, Inggris
memfokuskan perhatiannya ke Pulau Jawa. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Sultan dengan
menyerang sisa garnasium Belanda di Palembang. Akan tetapi setelah Palembang berhasil
dikuasai kembali oleh Belanda, Sultan Mahmud Badaruddin ditangkap dan diasingkan ke
Ternate.

Selanjutnya adalah perlawanan rakyat Sumatera Barat atau dikenal dengan Perang Padri
tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung. Perang ini berawal dari konflik internal masyarakat
Minangkabau yakni golongan adat dan kaum Padri (golongan ulama). Perseteruan bermula
tahun 1803 dan berakhir dengan kekalahan Kaum adat pada 1838. Kondisi ini dimanfaatkan
Belanda untuk melancarkan politik Device et impera. Tuanku Imam Bonjol adalah tokoh yang
memimpin Kaum Padri. Perang Padri berlangsung antara tahun 1821 hingga 1838.

Perjuangan rakyat Tapanuli, Sumatera Utara melawan penjajah dilancarkan di bawah


kepemimpinan Raja Sisingamangaraja XII pada1870-1907. Perlawanan ini didasari karena
pemerintah kolonial Belanda membentuk Pax Nerrlandica atau ambisi Belanda untuk
menguasai Nusantara dengan menjajah wilayah Tapanuli.

Perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Bali Bermula karena tindakan protes Belanda terhadap
kebijakan Kerajaan Bali yang disebut Hak Tawan Karang. Namun protes Belanda kepada
penguasa lokal di Bali tidak membuahkan hasil. Hak Tawan Karang tetap berlaku sehingga
memicu terjadinya Perang Puputan Margarana atau perang habis-habisan antara kerajaan-
kerajaan Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik melawan bangsa kolonial Belanda.

Perlawanan rakyat di Kalimantan dikenal dengan Perang Banjar pada 1859-1905. Hal ini
terjadi karena monopoli perdagangan Belanda di Kalimantan sangat merugikan pedagang
pribumi. Pemimpin perlawanan ini yakni Pangeran Antasari yang merupakan sepupu Pangeran
Hidayatullah. Pasukannya berhasil menyerang pos-pos pertahanan Belanda dan Benteng
Belanda di Tabanio hingga menenggelamkan kapal-kapal Belanda. Ia mendapatkan julukan
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin yang diberikan oleh para pengikutnya.

5
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan
kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah Hindia
Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31 Desember 1799, peran VOC
diambil alih Pemerintah Hindia Belanda.

penyebab munculnya perlawanan daerah disebabkan oleh praktik monopoli perdagangan,


penerapan politik adu domba dan campur tangan pemerintah Belanda dalam masalah internal
di kerajaan-kerajaan Nusantara yang sangat merugikan Nusantara.

Pada abad ke 19 merupakan puncak perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah


menentang pemerintah Hindia Belanda Sebutkan perlawanan apa saja?
Perlawanan bangsa Indonesia di abad ke-19 di antaranya yaitu perlawanan rakyat Maluku yang
dipimpin Pattimura, Perang Padri yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol, Perang Diponegoro,
dam perlawanan rakyat Bali yang dipimpin Raja Buleleng dan Patih Ketut Jelantik.

Anda mungkin juga menyukai