Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH INDONESIA

STRATEGI PERLAWANAN BANGSA INDONESIA


TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA BANGSA EROPA
HINGGA ABAD XX

Nama Kelompok :
1. Eka Yenita Salzabila (05)
2. Jihan Pratiwi (10)
3. Mayrsa Safitri (17)
4. Azizah (03)
5. Kiki Rezqi Alifia (12)

Kelas : XI IPA

MAN 2 SUMBAWA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan sejarah tentang “Perlawanan
Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang
kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Moyo, 07 November 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iii
BAB. I PENDAHULUAN…………………………………..………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 2
C. Tujuan……………………………………………………………………………. 2
BAB. II PEMBAHASAN………………………………………………………………. 3
A. Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Barat………..… 3
1. Perlawanan terhadap Portugis……………………………………………. 3
2. Perlawanan terhadap VOC-Hindia Belanda……………………………… 4
3. Perlawanan terhadap Inggris …………………………………………….. 4
B. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Eropa sebelum dan
sesudah abad ke-20………………………………………………………..……. 7
1. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Eropa sebelum
abad ke-20 ………………………………………………………………… 7
2. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah
abad ke-20 ………………………………………………………………… 9

BAB. III PENUTUP……………………………………………………………………. 17


DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang kedatangan Belanda ke Indonesia adalah akibat meletusnya perang
delapan puluh tahun antara Belanda dan Spanyol (1568-1648). Pada awalnya, perang antara
Belanda dan Spanyol bersifat agama karena Belanda mayoritas beragama kristen protestan
sedangkan orang Spanyol beragama kristen katolik. Perang tersebut kemudian menjadi
perang ekonomi dan politik. Raja philip II dari Spanyol memerintahkan kota Lisabon tertutup
bagi kapal Belanda pada tahun 1585 selain karena faktor tesebut juga karena adanya petunjuk
jalan ke Indonesia dari Jan Huygen Van Lischoten, mantan pelaut Belanda yang bekerja pada
Portugis dan pernah sampai di Indonesia.
Tujuan kedatangan belanda ke indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang besar,
belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah.
Untuk melancarkan usahanya, belanda menempuh beberapa cara seperti pembentukan VOC
dan pembentukan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Pada awal abad XIX Jawa Setelah pemerintahan Inggris berakhir, yaitu pada tahun
1816, Indonesia kembali dikuasai oleh Pemerintahan Hindia-Belanda. Pada masa ”kedua”
penjajahan ini, yang sangat terkenal adalah sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Van den
Bosch. Pelaksanaannya pun dimulai pada tahun 1830. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam
pelaksanaan sistem tanam paksa tersebut. Namun pada akhirnya, dalam praktek
sesungguhnya terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan.
Terdapat perbedaan antara penerapan sistem sewa tanah yang dilaksanakan oleh
Raffles serta sistem tanam paksa yang dilaksanakan oleh Van den Bosch. Keduanya
membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam perkembangan sampai dengan paruh pertama abad ke-19, kebijakan selain
bidang perekonomian, dalam bidang pendidikan juga tidak diabaikan oleh pemerintah
Hindia-Belanda, tetapi itu hanya masih berupa rencana dari pada tindakan nyata. Dalam
periode itu pemerintah harus melakukan penghematan anggaran, biaya untuk menumpas
Perang Dipenogoro (1825-1830), dan untuk pelaksanaan Culturstelsel.

iv
Dalam rangka usahanya menguasai Indonesia,Belanda secara licik menjalankan
politik pecah belah,sehingga kerajaan-kerajaan yang saling bertentangan itu menjadi
lemah.Kesempatan inilah digunakan oleh Belanda untuk menjajah Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah sejarah bangsa Indonesia melawan Bangsa Eropa ?
2) Bagaimana cara atau strategi para pahlawan Bangsa melawan penjajah ?

C. Tujuan.
1) Sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia.
2) Sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui strategi Bangsa dalam melawan
penjajah.
3) Sebagai motivasi untuk lebih mencintai Bangsa melalui sejarah para pahlawan.

BAB. II
PEMBAHASAN

A. Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Barat

v
1. Perlawanan terhadap Portugis
a) Perlawanan Rakyat Demak terhadap Portugis
Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka dengan
bantuan Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin oleh Adipati Unus yang terkenal dengan
sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan
blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan
Pajajaran oleh Fatahillah pada tahun 1527.Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda
Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak yang dipimpin
Fatahillah dan tentara Portugis. Portugis pun berhasil dipukuk mundur. Kemudian Pelabuhan
Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna oleh
Fatahillah.

b) Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis


Portugis mulai mengusik kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam saat berada di
Malaka. Portugis berusaha menguasai Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pusat
perdagangan baru setelah jatuhnya Malaka. Pada tahun 1513, Aceh bersama Demak
melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis pun sama juga gagal melancarkan
serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan persenjataan, militer, dan ahli perang dari Turki.
Dan bantuan dipenuhi oleh Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki datang, pada
tahun 1568 Aceh bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan
mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun, Portugis
dapat menggagalkan serangan dari Aceh.

c) Perlawanan Rakyat Ternate terhadap Portugis


vi
2. Perlawanan terhadap VOC-Hindia Belanda
a) Perlawanan terhadap VOC
b) Perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda
3. Perlawanan terhadap Inggris
a) Perlawanan Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekuasaan
di pusat adalah Raffles, sedangkan Karesidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu,
Karesidenan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh.
Sultan HB II terkenal keras dan sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat
orang Eropa (Inggris) terganggu. Sikap kerasnya tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama
kali datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat itu, Sultan HB II berani
bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812. Dalam
pertemuan ini ada insiden kecil yang terjadi ketika tempat duduk Raffles di Keraton
Yogyakarta dibuat lebih rendah dari Sultan HB II. Insiden ini pun berhasil diatasi.
Sultan HB II tidak puas dengan hasil pertemuannya dengan Raffles. Sultan HB II
semakin kecewa dengan pemerintah Inggris. Secara diam-diam, Sunan Pakubuwana IV
(Sultan PB IV) mengutus Tumenggung Ronowijoyo untuk menghadap Sultan HB II dengan
membawa surat. Dalam surat itu, Sunan PB IV mengusulkan kerja sama untuk melawan
Inggris dan bila berhasil akan membagi 2 wilayah yang telah dirampas oleh orang Eropa.
Sultan HB II menyetujui hal itu dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Kesepakatan
tercapai pada awal Mei 1812 di Klaten antara Ronowijoyo dan Sumodiningrat.
Tanpa sepengetahuan Sultan HB II, Sunan PB IV mengutus Patih Cokronegoro untuk
menemui putra mahkota Yogyakarta. Cokronegoro menyampaikan bahwa Sunan PB IV
menghendaki putra mahkota Surojo naik tahta dan bersedia membantunya. Sunan PB IV
menawarkan untuk kerja sama melawan Inggris dan ketika Inggris berhasil diusir dari Jawa,
wilayah Jawa akan dibagi 2 antara Surakarta dan Yogyakarta. Rencana ini pun tercium oleh
John Crawfurd yang segera mengirimkan berita itu pada Raffles. Setelah mendengar berita
tersebut, Raffles memerintahkan Mayor Jenderal Gillespie untuk berangkat ke Yogyakarta
dan menyerbu Keraton Yogyakarta.
Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta. Dalam
pertempuran 2 hari, Inggris berkekuatan 1000 serdadu berseragam merah. Jumlah itu masih
ditambah 500 prajurit Leguin Pangeran Prangwedono dari Mangkunegaran, Surakarta. Sultan
HB II yang menghadapi Inggris tidak mendapat bantuan dari Surakarta seperti yang tertulis
vii
dalam surat rahasia bahwa Surakarta akan membantu Yogyakarta dalam melakukan
perlawanan terhadap Inggris. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan
dimulainya penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Setelah
itu, Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II. Sultan HB II dibawa ke Batavia dan
menunggu pengadilan disana. Sultan HB II dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Penang
pada awal Juli 1812. PB IV pun dirampas sebagian wilayahnya.

b) Perlawanan Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris


Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh Richard Philips ke Palembang
untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak
kuasa sultan atas tambang timah di Pulau Bangka. Sultan Mahmud Badaruddin II menolak
permintaan itu dengan merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil
diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka. Raffles pun kaget luar biasa
setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikan isi
suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris.
Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya tersebut. Ia mengirim ekspedisi
perang di tahun 1812 yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai
dalam waktu 1 bulan di Sungai Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap
menghadapi gempuran tersebut.
Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan Inggris hanya dalam waktu 1 minggu
karena pertahanan di Pulau Borang sudah jebol tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik
sultan yang bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang
pengecut bagi pasukannya di pulau yang strategis itu. Mengetahui hal itu, Sultan Mahmud
Bdaruddin II segera meninggalkan keraton Palembang dengan membawa seluruh tanda
kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan perlawanan gerilya terhadap Inggris.
Tanggal 26 April 1812, bendera Inggris sudah berkibar di atas benteng Palembang.
Dan tanggal 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris
untuk menggantikan kakanya sebagai Sultan Palembang. Tambang timah di Pulau Bangka
dan Belitung akhirnya diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Robert Gillespie
ditarik pulang ke Batavia karena keberhasilannya dan digantikan oleh Kapten R. Mearers
menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus 1812, Mearers memimpin pasukannya
untuk menyerang Sultan Mahmud Badaruddin II di Buaya Langu, hulu Sungai Musi. Mearers
mengalami luka parah dalam pertempuran ini yang akhirnya meninggal di rumah sakit di
Muntok.
viii
Mearers digantikan oleh Mayor William Robinson. Tampaknya ia tidak cocok dengan Sultan
Najamuddin yang dinilai menjadi sultan yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat. Robinson
tidak setuju dengan keputusan Raffles yang mengangkat sultan tersebut, dan juga ia tidak
suka dengan kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga pembiaran yang dilakukan
Raffles pada peristiwa pembantain paukan Belanda. Atas inisiatifnya sendiri, Robinson
mengirim seorang perwira didampingi penerjemah untuk bernegosiasi dengan Sultan
Mahmud Badaruddin II, namun gagal.
Pada tangal 19 Juni 1813, Robinson datang sendiri untuk menemui Sultan Mahmud
Badaruddin II di Muara Rawas. Misi yang dilaksanakan Robinson pun berhasil. Sultan
Mahmud Badaruddin II mau kembali ke Palembang untuk menggantikan adiknya. Akhirnya,
tanggal 13 Juli 1813, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke istananya (keraton besar) di
Palembang, sementara adiknya bertempat tinggal di keraton lama.
Raffles sangat tersinggung dengan keputusan Robinson karena tidak meminta
pendapatnya dulu. Akhirnya, perjanjian Robinson dengan Sultan Mahmud Badaruddin II
dibatalkan sepihak. Robinson pun dipecat dan ditangkap dengan alasan menerima suap dari
Sultan Mahmud Badaruddin II. Tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W.
Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari
tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang dikatakan uang suap
untuk Robinson dikembalikan pihak Inggris ke Sultan Mahmud Badaruddin II lengkap
dengan bunganya. Dan tanggal 21 Agustus 1813, Sultan Najamuddin kembali menduduki
tahtanya di keraton besar.

B. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Eropa sebelum dan


sesudah abad ke-20

Pada abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis,
Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-rempah dan juga
menyebarkan agama kristen. Setelah sampai Nusantara keserakahan mereka timbul, yang
awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka ingin menguasai Nusantara. Keinginan
mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia melakukan perjuangan.

1. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Eropa sebelum abad


ke-20

ix
Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia.
Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa
Indonesia terhadap penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang
menjadi pusat kekuasaan penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai
pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram,
Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan
Iskandar Muda dari Aceh, Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau.
Sedangkan yang berjuang pada abad ke-19 antara lain :
a) Thomas Matulesy ata Pattimura dari Maluku (1817)
b) Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi di
Jawa (1825-1830)
c) Tuanku Imam Bonjoldari Minangkabau Sumatera Barat (1822-1837)
d) Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang (1817)
e) Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat dari Kalimantan (1859-1862)
f) I Gusti Kentut Jelantik dari Bali (1846-1849)
g) Anak Agung Made dari Lombok (1895)
h) Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Dien dari Aceh
(1873-1904)
i) Si Singamangaraja XII dari Batak (1878-1907)
Berbagai perlawanan rakyat Indonesia yang terjadi pada sebelum abad ke-20 seperti
perlawanan Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung serta perlawanan-perlawanan rakyat
lainnya masih dalam batas-batas wilayah yang sempit dan parsial. Akibatnya perlawanan-

x
perlawanan tersebut dapat diredam oleh kekuatan penjajah yang sudah menguasai secara
nasional di Indonesia.
Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan baik ketika melawan
Portugis, Belanda, maupun Inggris karena bangsa Indonesia mempunyai beberapa
kelemahan, sebagai berikut:
1) Perjuangan bersifat lokal / kedaerahan
2) Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang
bersamaan
3) Perjuangan pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik
4) Perjuangan menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan
senjata
5) Para pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin
di Indonesia

Bangsa Indonesia sadar bahwa penjajah yang terorganisasi dengan baik tidak mungkin dapat
dikalahkan oleh perjuangan yang bersifat lokal dan tidak terorganisasi, oleh karena itu
strategi perjuangan baru lebih diorganisasi dengan baik agar setelah abad ke-20
menggunakan strategi yang baru dan bisa mengalahkan penjajah.

2. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah abad ke-
20

xi
Perjuangan Bangsa Indonesia pada pada abad 20 ditandai dengan berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan.Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap
berikut.
a) Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam, dan Indische Partij.
b) Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
c) Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.

1) Budi Utomo (BU)


Pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr.
Sutomo.Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.Pada mulanya Budi Utomo bukanlah
sebuah partai politik.Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat
dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan
badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak
bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan
kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.

2) Sarekat Islam (SI)


Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu
koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan
memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam.Keanggotaan SDI masih
terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak.Oleh
karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal
18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).Organisasi Sarekat Islam (SI)
didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus
Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang
ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya.
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
xii
3) Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai,
yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian
IP ini dimaksudkan untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang
Indo dan Eropa di Indonesia.Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi
(diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran
(Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan
bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan
kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan
politik rasial yang dilakukan pemerintah kolonial.Tindakan ini terlihat nyata pada tahun
1913. Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda
dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh
pemerintah Hindia Belanda.Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara penjajah
melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai
penjajahnya.Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin
Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul
‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M.
Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang
dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi
tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat
rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam tulisannya di De
Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen
Soewardi Soerjaningrat

4) Perhimpunan Indonesia dan Manifesto Politik


Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging.Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM
Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
xiii
(Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk
memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia.Kedatangan
tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat
mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging.Masuk konsep “Hindia Bebas” dari
Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri.Perasaan
anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow
Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The
Right of Self Determination).Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki
media komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra.

5) Partai Komunis Indonesia ( PKI )


Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei
1920.Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia
bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan
Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin,
dan lain-lain.PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat.Salah satu upaya
yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat
dengan mudah dilakukan karena ada beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi
pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV
harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.

6) Partai Nasional Indonesia ( PNI )


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari studie
club.Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI).Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene
Studie Club.Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks.Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini
dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat karena
didorong oleh faktor-faktor berikut.
xiv
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno
(Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan
Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional,
kemauan nasional, dan perbuatan nasional.Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan
usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.

7) Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)


PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927.
Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), Budi
Utomo, PNI Pasundan, Sumatra Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan
dibentuknya PPPKI yaitu:
a. Menghindari perselisihan diantara anggota-anggotanya
b. Menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia; dan
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan
tesebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing
kelompoknya.
b. Kurangnya control pusat tehadap aktivitas local.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi PPPKI tersebut.

8) Partai Indonesia (Partindo)


Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka
PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru.Partindo didirikan oleh Sartono pada
tahun 1929.Sejak awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-
xv
aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga nonkooperasi. Partindo
semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah
dibebaskan dari penjara.Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal
menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat.Karena tidak bisa
berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.

9) Partai Indonesia Raya (Parindra)


Salah satu organisasi yang bersifat moderat adalah Partai Indonesia Raya (Parindra).
Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra
merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).Tujuan Parindra
adalah mencapai Indonesia Raya.
Asas politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi
maupun nonkooperasi.Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi
yang dihadapi, jadi luwes.Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan
rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil
volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai
Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda.Perjuangan Parindra
dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer
menjadi Indonesier.

10) Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)


Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937
oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan
Moh. Yamin.Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo
juga menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain :
a) Mencapai Indonesia merdeka
b) Memperkokoh ekonomi Indonesia
c) Mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d) Memberi bantuan bagi kaum pengangguran

11) Gabungan Politik Indonesia (Gapi)


Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan
xvi
suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri.Namun usul tersebut ditolak oleh
pemerintah kolonial Belanda.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai
parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan
Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda
membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai oleh Dr.
F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan
ketatanegaraan.Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan
kesimpulan yang mengecewakan bangsa Indonesia.

12) Organisasi Keagamaan


Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat
Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini memiliki harapan dapat mencontoh
segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai adalah
a. Memajukan pengajaran berdasarkan agama islam.
b. Memupuk keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, Muhammadiyah melakukan beberapa upaya berikut.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan
kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
13) Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo.Organisasi ini
berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan
Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti,
budhi, bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya.
Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga diberi nama

xvii
Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran
dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan kesatuan, diantara pemuda jawa, sunda, Madura,
Bali, dan Lombok
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesia.
Keanggotaannya terbatas pada para pemuda jawa, sunda, Madura, Bali, dan Lombok.

xviii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perjuangan bangsa pada awalnya sebelum abad 20 masih bersifat kelompok, kedaerahan
yang masih menggunakan fisik tapi setelah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kesadaran nasional untuk membebaskan bangsa ini dari penjajahan bangsa eropa, maka
setelah abad ke-20 merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan karakter yang bersifat
nasional. Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional.
Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan organisasi. Corak
perlawanan berubah dari pola perjuangan fisik (memakai senjata) menjadi non fisik
(diplomasi dan organisasi). Berubahnya corak perlawanan terhadap penjajah pada masa
pergerakan nasional terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian
melahirkan kelompok baru, yaitu kaum intelektual atau golongan terpelajar. Dan kelompok
yang sangat berjasa pada masa perjuangan dari pondok pesantren yang didalamnya para Kiai
dan santri. Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh seluruh Ulama-ulama pada masa itu berhasil
membakar semangat seluruh umat muslim untuk habis-habisan mengusir penjajah dari Bumi
pertiwi ini. Contohnya di Surabaya seandainya pada saat itu tidak ada perintah jihad dari
Bung Tomo yang berhasil membakar seluruh elemen masyarakat surabaya pada umumnya
dan umat islam khususnya. Allahuakbar..

xix
DAFTAR PUSTAKA

Pringgodigdo, A,K, 1966, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Pustaka


Rakyat.
Sartono Kartodirdjo, 1970, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sartono Kartodirjo, 1975, Sejarah Nasional Indonesia VI, jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sartono Kartodirdjo, 1992, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional
Jilid 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utam

xx

Anda mungkin juga menyukai