Anda di halaman 1dari 10

Makalah Sejarah Indonesia

Kelompok:

1.Ade Febril Arya

2.Alisya Nurfadila

3.Praystefan Jevil Mowendu

4.Yosafat Gabriel Amba

5.Tri Aprilia

6.Riskyana Rahmayani
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami kelompok 3 dapat menyelesaikan susunan tugas makalah ini untuk menambah nilai mata pelajaran
Sejarah Indonesia.

Kami juga berterimakasih kepada pembimbing, yaitu guru kami, Bapak Moh. Syamsir, S.Pd. Dan juga
pada teman-teman sekalian. Kami sungguh menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Sekian dari kami, kiranya makalah ini dapat digunakan sebagaimana diperlukan.
Daftar Isi

A.kata pengantar………………………………………………………………………………………………………….2

B.Isi………………………………………………………………………………………………………….……………………3

Bab 1. Pendahuluan……………………………………………………………………………………………

•Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………….

•Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………….

Bab 2.………………………………………………………………………………………………………….

•Pembahasan Masalah………………………………………………………………………………………………………….

Bab 3.………………………………………………………………………………………………………….

•Penutup………………………………………………………………………………………………………….

a.Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………….

b.Saran………………………………………………………………………………………………………….

C.Lampiran………………………………………………………………………………………………………….

D.Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………….
Bab 1

Pendahuluan

•Latar Belakang

Tindakkan Belanda yang memaksa raja-raja di Riau - Johor untuk mengakui seluruh daerah
kekuasaannya menjadi bagian dari kekuasaan Hindia Belanda mengakibatkan penguasa
setempat yakni Sultan Siak dan sultan Riau ,melancarkan perlawanan awal perlawanan terjadi
di kesultanan Siak dari tahun 1752-1753 yang di kenal dengan perang guntung dan meluas
hingga ke kesultanan Riau, pada 10 November 1784 perlawanan berakhir dengan
ditandatanganinnya perjanjian antara Belanda dan sultan Riau Mahmud

•Rumusan Masalah

Mengapa Kerajaan-kerajaan di Riau melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda?

• Siapa saja tokoh yang terlibat dalam perlawanan tersebut?

• Apa dampak dari perlawanan tersebut?

• Bagaimana perlawanan yang dilakuakn oleh Kerajaan Riau? 1.3 Tujuan Masalah

• Mendeskripsikan faktor pendorong aktivitas perlawanan Kerajaaan Riau

Terhadap belanda?

• Mengenalkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam perlawanan.

• Menjelaskan dampak dari perlawana tersenut, apakh merugiakan atau

menguntungkan

• Mendeskripsikan proses perlawanan oleh Kerajaan Riau

Bab 2
Pembahasan Masalah

A.Perlawanan Rakyat Riau

Sekitar abad 17-18 Masehi, Riau merupakan pelabuhan dagang di kawasan Selat Malaka
yang sangat menjanjikan, Banyak kapal dagang internasional yang melintas di Selat Malaka
dengan tujuan singgah maupun berdagang. Letak yang strategis tersebut menyebabkan
timbulnya keinginan dari bangsa Barat untuk menguasai kawasan Malaka. VOC memulai taktik
penguasaan di Selat Malaka dengan berusaha mengusir Portugis dari kawasan tersebut.

Perlawanan terhadap VOC yang pertama dilakukan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-
1744). Perlawanan disebabkan oleh VOC bermaksud untuk menguasai wilayah tersebut setelah
berhasil menguasai Malaka. Setelah berhasil merebut Johor kemudian la membuat benteng
pertahanan di Pulau Bintan. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat dalam suasana konfrontasi
dengan VOC

Kepemimpinan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah digantikan oleh putranya, yaitu Muhammad
Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760) yang juga anti-VOC di Malaka. Pada masa
pemerintahannya, pimpinan pasukan perang dipegang oleh Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751,
berkobar kembali peperangan melawan VOC. Untuk melemahkan pertahanan Siak, VOC
melakukan blokade Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung yang berada di muara
Sungai Siak. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Namun, rakyat dan
Kerajaan Siak Sri Inderapura pantang menyerah bahkan berani melakukan serangan besar-
besaran ke Pulau Guntung, pertahanan VOC. Pasukan Siak Sri Inderapura dalam penyerangan
tersebut dipimpin Raja Indra Pahlawan dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali.
Pertempuran hebat pun terjadi dan berlangsung hampir satu bulan lamanya.

Pertahanan VOC di Pulau Guntung sangat kuat sehingga membuat kewalahan rakyat dan
prajurit Sri Inderapura yang menyerangnya. Untuk itu, perlu dilakukan siasat baru untuk
menaklukkannya. Raja Indra Pahlawan mengusulkan agar Sultan Siak Sri Inderapura berpura-
pura berdamai. Ternyata siasat tersebut diterima sultan dan pembesar kerajaan lainnya.
Nantinya sebagai tanda bukti ajakan perdamaian tersebut, Sultan akan memberikan hadiah
kepada VOC. Itu sebabnya strategi ini dikenal dengan istilah "siasat hadiah sultan". VOC masuk
dalam jebakan dan setuju dengan ajakan perdamaian tersebut.Setelah meninggalnya
Hamengku

Buwana I Keraton Yogyakarta mengalami banyak pertikaian terutama akibat campur tangan
Belanda dalam urusan kerajaan. Campur tangan ini membuat Pangeran Diponegoro keluar dari
keraton dan mengangkat senjata. Hal ini dilakukan karena turut campur pihak Belanda
merupakan hal yang sangat bertentangan dengan hukum adat dan agama yang berlaku. Belum
lagi dengan adanya sekelompok bangsawan istana dan pejabat Belanda yang bersikap
sewenang-wenang terhadap rakyat.

Diadakanlah perundingan damai di loji VOC yang ada di Pulau Guntung. Dalam perundingan
tersebut, VOC yang merasa di atas angin kembali mendesak Sultan Siak Sri Inderapura agar
mengakui kekuasaannya sebagai tanda menyerah. Sultan Siak Sri Inderapura pun berpura-pura
berpikir keras menghadapi tuntutan tersebut. Pada saat VOC lengah, Sultan Siak Sri Inderapura
memberi kode khusus kepada para prajuritnya yang bersembunyi dan bersiaga sebelumnya
untuk menyerang dan menghancurkan loji tempat pertemuan tersebut. Kali ini VOC kena
batunya.

Loji berhasil dibakar dan pasukan VOC tercerai-berai menyelamatkan diri, namun banyak di
antara mereka yang tewas, Rombongan Sultan Siak Sri Inderapura kembali ke kerajaannya
dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka.
Atas jasa-jasa Raja Indra Pahlawan dalam mengatur siasat penghancuran loji VOC di Pulau
Guntung tersebut, beliau diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar
"Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh".

B.Perlawanan Orang-orang Tionghoa (Tiongkok) di Batavia

Sejak Batavia untuk orang Tionghoa, VOC berharap agar aktivitas perdagangan yang dijalankan
orang-orang Tionghoa dapat menambah pemasukan. J.P. Coen sangat menghargai bangsa
Tionghoa dan memberikan perlindungan terhadap kesewenang-wenangan bangsa Barat
lainnya. Hal ini membuat banyak orang-orang Tionghoa yang menetap di Batavia. Selain itu,
peningkatan usaha tebu membuat orang-orang Tionghoa secara ekonomi mengalami
peningkatan yang signifikan. Pemerintah juga memberikan kemudahan lain, seperti orang-
orang Tionghoa yang kaya raya diperkenankan tinggal di dalam tembok Batavia (di dalam Kota
Batavia).

Untuk membatasi banyaknya populasi Tionghoa di Batavia, pada tanggal 21 Mei 1690,
pemerintah melakukan pembatasan. Orang Tionghoa yang menetap di Batavia harus mengurus
izin bermukim (permissiebriefjes). Apabila tidak memiliki surat izin, akan ditangkap dan dibuang
ke Sailon (Sri Langka) atau dikembalikan ke Tiongkok. Biaya untuk mendapatkan surat izin itu
yang resmi dua ringgit (Rds.2,-) per orang. Namun, dalam pelaksanaannya terjadi
penyelewengan dengan pembayaran yang lebih mahal. Akibatnya, banyak warga Tionghoa yang
tidak memiliki surat izin. VOC bertindak tegas dengan menangkap semua orang Tionghoa yang
tidak memiliki surat izin bermukim.
Banyak warga Tionghoa yang dapat melarikan diri keluar kota. Mereka membentuk gerombolan
untuk melakukan perlawanan terhadap VOC di Batavia. Pada tahun 1740, terjadi kebakaran di
Batavia yang oleh VOC ditafsirkan sebagai gerakan pemberontakan orang-orang Tionghoa. Oleh
karena itu, VOC beraksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah orang Tionghoa
dan membunuh orang Tionghoa yang ditemukan di setiap rumah. Sementara yang berhasil
meloloskan diri, mereka melakukan perlawanan di berbagai daerah, misalnya, di Jawa Tengah.
Perlawanan dan kekacauan yang dilakukan orang-orang Tionghoa itu kemudian meluas di
berbagai tempat, terutama di daerah pesisir Jawa.

C.Perlawanan Rakyat terhadap Kekuasaan Hindia Belanda

Penjajahan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia memimbulkan


beberapa perlawanan rakyat Indonesia. Perlawanan yang dilakukan terhadap pemerintah
Hindia Belanda terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Puncak perlawanan yang dilakukan
rakyat Indonesia berlangsung pada abad ke-19, di mana hampir seluruh daerah di Indonesia
menentang pemerintah Hindia Belanda. Adanya perlawanan yang dilakukan ini, membuat
Belanda mengalami krisis keuangan dikarenakan memerlukan uang yang sangat banyak untuk
biaya perang. Berikut ini perlawanan yang diberikan rakyat Indonesia terhadap pemerintah
Hindia Belanda.

1. Perang Tondano

Perang Tondano yang terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang melibatkan orang Minahasa
di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang pada
permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia
Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa, terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih
menjadi tentara.

a. Perang Tondano I

Perang Tondano I merupakan pertempuran yang dilakukan rakyat Maesa (Minahasa pada
umumnya) melawan-VOC. Perang Tondano I disebabkan oleh penolakan rakyat Minahasa,
khususnya penduduk Tondano atas monopoli beras yang dilakukan oleh VOC. Kebencian ini
dimanifestasikan dalam bentuk perlawanan senjata atau perang yang dimulai sejak tahun 1661.
b. Perang Tondano II

Perang Tondano II terjadi pada abad ke-19. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur
Jenderal Daendels. Pada kebijakan itu, Minahasa diminta untuk mengumpulkan calon pasukan
sejumlah 2.000 orang yang akan dikirim ke Jawa. Orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju
dengan program Belanda untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial.
Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru mengadakan
perlawanan terhadap Belanda.

Gubernur Prediger mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa di


Tondano-Minawanua. Belanda menerapkan strategi dengan membendung Sungai Temberan
lagi. Namun, strategi ini seperti senjata makan tuan karena Sungai Temberan yang dibendung
mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri. Perang Tondano II berlangsung
sampai bulan Agustus 1809. Keadaan menjadi penat dan mulai kekurangan makanan. Namun,
dengan kekuatan dan semangat yang ada, para pejuang Tondano terus memberikan
perlawanan atas gempuran pasukan Belanda yang terjadi terus-menerus. Akhirnya, pada
tanggal 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama
rakyat yang berusaha mempertahankan.

Bab 3

Penutup

•kesimpulan

Setelah runtuhnya VOC, Kerajaan Belanda mulai menguasai wilayah wilayah di Nusantara dan
melakukan kegiatan kolonialisme. Tak luput juga wilayah Riau yang saat itu terdapat beberapa kerajaan
di dalamnya. Penguasaan Belanda terhadap wilayah Riau dilakukan dengan kekerasan dan
merugikan kerajaan setempat, sehingga memunculkan gelora rasa untuk membalas perbuatan
kejam dari kerajaan Belanda tersebut. Maka dimulailah perlawanan Sultan-sultan Riau terhadap
penjajah Belanda baik secara diplomatis maupun dengan peperangan. Kerajaan Siak melakukan
perlawanan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah yang juga dikenal
dengan nama Raja Kecil. Pada tahun 1717, Raja Kecil berhasil merebut Johor. Selanjutnya, pada tahun
1719-1722 ia membangun pertahanan di Pulau Bintan. Dari pusat pertahanannya di Bintan,
pasukan Raja Kecil yang dikomandani Raja Lela Muda melakukan serangan terhadap kedudukan
Belanda di Malaka, Kedah, dan perairan Kepulauan Riau. Pada 1752, Belanda mengetahui kekuatan
jalur perdagangan Kesultanan Siak yang melintasi sungai Siak, Kampar, dan Indra Giri. Untuk
memotong urat nadi perekonomian Siak, Belanda membangun loji dan benteng pertahanan di
sepanjang alur sungai tersebut hingga ke pulau Guntung di muara sungai Siak. Setelah
dibangunnya benteng-benteng pertahanan tersebut, dengan mudah Belanda melakukan pencegatan
terhadap nelayan dan pedagang Siak yang hendak menjual barang-barang dagangannya ke Malaka dan
Kepulauan Riau. Dari sini terjadilah perang yang dinamakan perang Guntung yang terjadi dari 1752
sapai 1753. Kemudian pada 1780, Belanda mengirimutusan ke Riau untuk menandatangani
perjanjian damai dengan Sultan Mahmud Syah 3 dan Raja Haji di istana. Perjanjian yang ditnadatangani
di atas kapal Malaka’s Welvaren itu berisi bahwa musuh Belanda juga merupakan musuh bagi Raja Riau
dan setiap rampasan.

perang nantinya akan dibagi dua. Namun, Belanda justru melanggarnya pada ssat ia merampas
kapal Inggris tanpa melibatkan Raja Riau. Kejadian ini kemudian memicu perangterbuka di wilayah
laut. Peperangan pertama dimenangi oleh Belanda, tetapi pada peperangan kedua Belanda
mengalamikewalahan akibat kegigihan yang dilakukan oleh Raja Haji. Melihat hal ini, Belanda
membuat rencana perdamaian dengan Riau, tetapi sebelum itu terjadi, bala bantuan dari Batavia
berdatangan dan akhirnya pecah Kembali peperangan yang menewaskan Raja Haji dan menjadikan
pasukan Kerjaan Riau mengalami kekalahan. Setelah Raja Haji gugur, diangkatlah Raja Ali menjadi Raja.
Saat itu banyak sekali masalah internal yang terjadi, sehingga Belanda melihat adanya peluang
untuk memusnahkan kerajaan Riau. Ternyata Raja Ali mengetahui rencana tersebut, dan membuat
persiapan berupa benteng dan kubu pertahanan di muara Sungai Riau di Teluk Keriting, Kampung
Bugis, dan Pulau Bayan. Kemudian pada 1784 terjadi peperangan yang sayangnya terdapat
pengkhianat yang tidak ingin terjadinya pertumpahan darah sehingga pasukan Raja Ali mengalami
kekalahan dan dipukul mundur hingga ke wilayah Kalimantan. Kemudian pada 10 November 1784,
Belanda memaksa Sultan Mahmud 3 untuk membuat perjanjian damai yang berisi pengakuan Riau
bahwa ia telah kalah oleh Belanda dan wajib untuk memberikan upah.

•Saran

Demikian makalah yang saya buat, Semoga para pembaca dapat memahami materi yang terdapat di
dalam makalah ini. Saya selaku penyusun makalah sangat berterimakasih apabila dari para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran terhadap kami. Karena kami sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari
para pembaca.

C.Lampiran

Anda mungkin juga menyukai