Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SKI
PERKEMBANGAN ILMU FIKIH DAN TASAWUF PADA MASA
DAULAH ABBASYIAH

KELAS : XI IPS 2

GURU PEMBIMBING : JULIANTI S.PD


NAMA KELOMPOK : 5
1. ELSY MAHARANI
2. LAILATUL FAJRIATI
3. AHMAT FERDI
4. AIDIL GATOT PRAYITNO

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KAPUAS HULU


TAHUN AJARAN
2022/2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era Kolonialisme belanda dibentuklah suatu kongsi dagang yang


bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi
dagang yang memonopoli dagang dan hasil bumi nusantara, di balik itu
rakyat indonesia tidak terima atas keserakahan VOC tersebut, sehingga
terjadilah perang dimana-mana. Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka
tidak terima atas monopoli yang dilakukan Belanda, sehingga mereka
melakukan genjatan senjata yang sering disebut “Rakyat Riau Angkat
Senjata”. Oleh karena itu untuk membahas lebih lanjut tentang akyat riau
angkat senjata maka kami membuat makalah yang berjudul “Sejarah
Rakyat Riau Angkat Senjata”.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang melatarbelakangi rakyat riau angkat senjata.


b. Kerajaan manakah yang melopori gerakan rakyat riau angkat senjata.
c. Bagaimana kornotogis perang tersebut.

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya peranga rayat Riau


dengan VOC.
b. Untuk mengetahui kerjaan pelopor gerakan rakyat Riau angkat.
Senjata.
c. Untuk mengetahui kornotoogis perang rakyat Riau.

BAB II
PEMBAHASAN

Rakyat Riau Angkat Senjata


Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai
daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai
Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau. Dengan politik
memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya di Riau.
Kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin
terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari
VOC. Oleh karena itu, beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.
Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang
dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC.
Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia membuat benteng pertahanan di
Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul
Jalil mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk
menyerang Malaka. Uniknya dalam pertempuran ini Raja Lela Muda selalu
mengikutsertakan puteranya yang bernama Raja Indra Pahlawan. Itulah
sebabnya sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah memiliki kepandaian
berperang. Sifaf bela negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja
Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama
Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -1760). Raja ini juga memiliki
naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka
dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC.

Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha


memutus jalur perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng
pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri,
Kampar, sampai Pulau Guntung yang berada di muara Sungai Siak. Kapal-
kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini merupakan
pukulan bagi Siak. Oleh karena itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih
besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan
dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku
Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang
“Harimau Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang
secukupnya. Terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 –
1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan
dilengkapi meriam-meriam besar.
Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu.
Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus
mendatangkan bantuan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina.
Pertempuran hampir berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima
perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan
Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati
bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura
berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.
Oleh karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC
setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau
Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa
untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada
anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di
loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan
membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari
Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh
karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima
Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra
Pahlawan Datuk Lima Puluh”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang antara rakyat Riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat
perang tersebut VOC mendatangkan bantuan dari china dan sekutunya,
sehingga pada saat itu rakyat Riau ditarik mundur untuk merundingkan
strategi perang baru, sehingga dalam perundingan tersebut didapatlah suatu
ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai. Sehingga pada saat
perundingan damai dengan VOC tersebut, kesempatan rakyat riau untuk
memukul habis para petinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau mendapat
kemenangan dari VOC. Walaupun belum berhasil mengenyahkan VOC dari
Malaka.

B. Saran

Dalam hal pembuatan makalah ini kami masih kekurangan materi, oleh
karena itu saran untuk makalah kami ini agar memperbanyak materi,
sehingga isi dari makalah ini dapat dikembangkan lebih meluas dan rinci.

Anda mungkin juga menyukai