Anda di halaman 1dari 3

2

KELOMPOK 2 :
1. Amanah Yassin Rizkia 5. Nur Cahyani Tahir
2. Ahmad Faizal Ramadhan 6. Salshabila Sawitri A. Paputungan
3. Dwi Septian Sabihi 7. Tania Aurelia M. K. Hiola
4. Junita Fauzia Bakari 8. Trizki Diva Maharani

Perlawanan Rakyat Riau Terhadap VOC “Rakyat Riau Angkat Senjata”


Pada era Kolonialisme belanda di bentuklah suatu kongsi dagang yang bernama
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi dagang yang memonopoli dagang
dan hasil bumi nusantara, di balik itu rayat indonesia tida terima atas keserakahan VOC itu,
sehingga terjadilah perang dimana-mana. Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka tidak terima
atas monopoli yang dilakukan belanda, sehingga mereka melaksanakan genjatan senjata yang
sering disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata”.
Ambisi untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai bermacam-macam
daerah di Nusantara terus dilakukan VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai
mengincar Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan
pengaruhnya di Riau. Kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar
semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh
sebab itu, beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.
Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan
Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin
rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor lalu ia membuat benteng
pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil
mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya
dalam pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang bernama Raja
Indra Pahlawan.

Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah

Itulah sebabnya sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah mempunyai kepandaian
berperang. Sifaf bela negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -
1760). Raja ini juga mempunyai naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC
di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan.
Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja
Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng
pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau
Guntung yang berada di muara Sungai Siak. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan
oleh VOC. Hal ini adalah pukulan untuk Siak. Oleh sebab itu segera dipersiapkan kekuatan yang
lebih besar untuk menyerang VOC.
Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima
Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau
Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung
itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar. Dengan demikian pasukan Siak sulit
menembus benteng pertahanan itu.
Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib mendatangkan
pertolongan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran nyaris berlangsung satu
bulan. Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua
panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak
bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC wajib
dilawan dengan tipu daya.
Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.
Oleh sebab itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai
ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai
justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode
pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji
segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan,
sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka.
Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh sebab itu, atas
jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar:
“Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”. Perang antara rakayat riau dengan
VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang itu VOC mendatangkan pertolongan dari china dan
sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau ditarik mundur untuk merundingkan strategi
perang baru, sehingga dalam perundingan itu di dapatlah suatu ide untuk berpura-pura mengajak
VOC berdamai. Sehingga pada saat perundingan damai dengan VOC itu, kesempatan rakyat riau
untuk memukul habis para pentinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau memperoleh kemenangan
dari VOC.
2

Anda mungkin juga menyukai