Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

SITI AISYAH RAHMAWATI


MUHAMMAD NABIL UMAR
LINTA NIKHLATIN AINI

KELAS XI MIA I

MADRASAH ALIYAH NEGEGI I BOLAANG MONGONDOW


PLUS KETERAMPILAN

T.A 2021/2022
Rakyat Riau Angkat Senjata

Latar Belakang Rakyat Riau Angkat Senjata


Pada era Kolonialisme belanda dibentuklah suatu kongsi dagang yang
bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi dagang yang memonopoli
dagang dan hasil bumi nusantara, di balik itu rakyat indonesia tidak terima atas keserakahan
VOC tersebut, sehingga terjadilah perang dimana-mana. Salah satunya adalah rakyat Riau,
mereka tidak terima atas monopoli yang dilakukan Belanda, sehingga mereka melakukan
genjatan senjata yang sering disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata”.
Naluri VOC untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai daerah-daerah
di Nusantara, nyatanya belum usai. Setelah menguasai Malaka, VOC mengincar Kepulauan
Riau. VOC mulai menanamkan pengaruhnya di Riau, mereka melakukan politik memecah belah
( politik devide et impera). Maka dampaknya, kerajaan-kerajaan kecil di Riau, seperti Siak,
Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak akibat perlakuan jajahan VOC yang bertindak
sewenang-wenang dan meluluh lantahkan perekonomian rakyat.

Perlawanan Rakyat Riau Angkat Senjata


Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di
Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar
Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya
di Riau. Kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak
oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh karena itu,
beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.
Salah satu perlawanan yang cukup berhasil di Riau adalah Perlawanan yang dilancarkan
oleh kerajaan Siak Si Inderapura. Raja sekaligus pendiri kerajaan ini yaitu Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah ( 1723-1744 ) memimpin langsung proses perlawanan terhadap VOC. Beliau
senantiasa mengikutsertakan putranya. Raja Indra Pahlawan, dalam setiap pertempuran. Itulah
sebabnya sifat bela negara telah tertanam sejak muda di diri Raja Indra Pahlawan. Setelah
berhasil merebut Johor, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah membangun benteng di Pulau Bintan
untuk memperkuat pertahanan sebelum penyerangan untuk merebut Malaka. Dalam suasana
konfrontasi perebutan kekuasaan dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Maka
diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760). Ia juga
memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC.
Sebagai strategis menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan
menuju Siak. VOC memperkuat pertahanan dengan membangun benteng-benteng. Kapak-
kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Oleh karena itu segera dipersiapkan
kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan
dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam
serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan
perlengkapan perang secukupnya. Tahun 1752 terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung
( 1752-1753 ). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung itu berlais-lapis dan dilengkapi meriam-
meriam besar. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus mendatangkan
bantuan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran hampir berlangsung satu
bulan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya
untuk mundur kembali Siak. Sultan Siak bersama para panglima dan penasehat mengatur siasat
baru. Disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura
berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh karena itu, siasat ini dikenal
dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan diadakan di
loji Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk
kepada pemerintah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap
dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak
kembali ke Siak dengan membawa kemenangan. sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC
dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas
jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar:
“Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”

Strategi Perlawanan Rakyat Riau Angkat Senjata


Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur
perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang
menghubungkan Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung yang berada di muara Sungai
Siak. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini merupakan pukulan
bagi Siak. Oleh karena itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih besar untuk menyerang
VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima
Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau
Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung
itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.

Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu. Namun banyak
pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus mendatangkan bantuan kekuatan termasuk
juga orang-orang Cina. Pertempuran hampir berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak
menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak bersama para panglima
dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya.
Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. Siasat
ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan
damai diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak
dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah
dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa
kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak
terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan.

Akhir perlawanan
Perang antara rakyat Riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang tersebut
VOC mendatangkan bantuan dari china dan sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau
ditarik mundur untuk merundingkan strategi perang baru, sehingga dalam perundingan
tersebut didapatlah suatu ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai.Sehingga pada saat
perundingan damai dengan VOC tersebut, kesempatan rakyat riau untuk memukul habis para
petinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau mendapat kemenangan dari VOC. Walaupun belum
berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka.
Sebab perlawanan
1. VOC ingin memonopoli kepulauan Riau
2. VOC memecah belah kerajaan Riau menjadi kerajaan kerajaan kecil menyerupai Siak, Indragiri, dan
Kampar yang kemudian merasa terdesak dengan tindakan sewenang wenang VOC

Dampak positif & negatif

Positif :
1. Munculnya taktik perang gres bagi riau
2. Memicu semangat kemerdekaan bagi warga riau
Negatif:
1. Memecah belahkan kerajaan riau
2. Warga riau menderta kekalahan terhadap VOC

Tokoh Rakyat Riau Angkat Senjata


Berikut ini terdapat beberapa tokoh rakyat riau angkat senjata, yaitu sebagai berikut:

1. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah

1) Berhasil merebut Johor kemudian membuat Benteng Pertahanan di pulau Bintan


2) Mengirim pasukan dibawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka
bersama putranya Raja Indra Pahlawan.
2. Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah

1) Tahun 1751 berkobar lagi melawan VOC setelah kematian ayahnya


2) VOC memutus jalur perdagangan menuju Siak
3) VOC mendirikan Benteng Pertahanan sepanjang sungai Indragiri, Kampar, Sampai Pulau
Guntung yang berapa di muara sungai Siak
4) Pertemputan puncak terjadi di pulau Guntung (1752 – 1753) yang diperkuat dengan
kapal perang “Harimau Buas”. Pertempuran berlangsung satu bulan. Banyak korban
berjatuhan dari kedua pihak.
5) Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan VOC yang dikenal dengan “siasat hadiah
sultan” yang diadakan di Loji, Pulau Guntung
6) Saat perundingan sultan dipaksa tunduk kepada VOC. Sultan memberi kode kepada
anak buahnya untuk menyergap. Loji dibakar dan sultan kembali ke Siak membawa
kemenangan
7) Siasat perang ini tidak lepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena jasanya Raja
Indra Pahlwan diangkat menjadi Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar
“Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.
Jalannya perang
Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai majemuk kawasan di
Nusantara terus dilakukan VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar
Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya
di Riau. Kerajaan kerajaan kecil menyerupai Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin
terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan absolut dari VOC. Oleh alasannya yakni itu,
beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.

Salah satu pola perlawanan di Riau yakni perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri
Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin rakyatnya untuk
melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia menciptakan benteng pertahanan
di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim
pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya dalam
pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang berjulukan Raja Indra
Pahlawan. Itulah sebabnya semenjak cukup umur Raja Indra Pahlawan sudah memiliki
kepandaian berperang. Sifaf bela negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra
Pahlawan.

Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang berjulukan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746
-1760). Raja ini juga memiliki naluri menyerupai ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC
di Malaka dan sebagai komandan perangnya yakni Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar
perang melawan VOC.

Sebagai taktik menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan
menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan
Sungai Indragiri, Kampar, hingga Pulau Guntung yang berada di muara Sungai Siak. Kapal-kapal
dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini yakni pukulan untuk Siak. Oleh
alasannya yakni itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC.
Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar
Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas”
yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung
itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.

Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu. Namun banyak pula
jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib mendatangkan pertolongan kekuatan termasuk
juga orang-orang Cina. Pertempuran nyaris berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak
menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak bersama para panglima
dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC wajib dilawan dengan tipu daya.
Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memperlihatkan hadiah kepada Belanda.

Oleh alasannya yakni itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC oke dengan
undangan tenang ini. Perundingan tenang diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada ketika
negosiasi gres mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan
segera memberi instruksi pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang
Belanda di loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa
kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak
terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh alasannya yakni itu, atas jasanya Raja Indra
Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang
Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.

Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada ketika perang itu VOC
mendatangkan pertolongan dari china dan sekutunya, sehingga pada ketika itu rakyat Riau
ditarik mundur untuk merundingkan taktik perang baru, sehingga dalam negosiasi itu di
dapatlah suatu wangsit untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai. Sehingga pada ketika
negosiasi tenang dengan VOC itu, kesempatan rakyat riau untuk memukul habis para pentinggi
VOC. Pada balasannya rakyat Riau memperoleh kemenangan dari VOC

Anda mungkin juga menyukai