Populasi orang
dewasa (5,9
juta) Tidak bekerja (6,7 juta)
Angkatan kerja = Jumlah orang yang bekerja + Jumlah yang tidak bekerja.
Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase angkatan kerja yang tidak
bekerja:
Setelah itu, tingkat pengangguran untuk seluruh populasi penduduk dewasa dan untuk kelompok
yang lebih sempit, seperti laki-laki dan perempuan, dapat dihitung.
Survei serupa terhadap rumah tangga juga digunakan untuk memperoleh data partisipasi
angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkutan kerja (labor-force participation rate) mengukur
persentase jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk ke dalam angkatan kerja.
Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = x 100
Populasi Penduduk Dewasa
Statistik ini memberikan informasi tentang jumlah populasi yang memilih untuk berpartisipasi
menjadi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja, sama seperti tingkat pengangguran,
dihitung, baik untuk populasi seluruh penduduk dewasa maupun kelompok populasi lain yang
lebih spesifik.
Untuk melihat perhitungan data tersebut, perhatikan angka-angka tahun 2005. Pada tahun
itu, 3,4 juta orang memiliki pekerjaan dan 0,2 juta orang tidak bekerja.
Angkatan kerja adalah
Karena populasi penduduk dewasa sebanyak 5,9 juta maka tingkat partisipasi angkatan
kerja adalah
Dengan demikian, pada tahun 2005, 61 persen dari populasi penduduk dewasa Hongkong
berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, dan 5,6 persen dari partisipan pasar tenaga kerja tersebut
tidak memiliki pekerjaan.
Tabel 1 memperlihatkan statistik pengangguran dan partisipasi angkatan kerja berbagai
kelompok dalam populasi penduduk Hongkong. Ada tiga perbandingan yang paling jelas terlihat.
Pertama, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah daripada laki-laki, namun
setelah termasuk ke dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran perempuan sama dengan laki-
laki. Kedua, kalangan remaja memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja yang lebih rendah dan
tingkat pengangguran yang lebih tinggi daripada seluruh populasi. Lebih luas lagi, data ini
memperlihatkan beragamnya pengalaman berbagai kelompok di pasar tenaga kerja dalam
perekonomian.
Kelompok Demografis Tingkat Pengangguran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Dewasa usia 15 dan diatasnya
Jumlah 5.6% 60.9%
Laki laki 6.5% 71.1%
Perempuan 4.4% 51.8%
Remaja usia 15-19
Jumlah 7.1% 14.5%
Laki laki 8.9% 16.0%
Perempuan 5.5% 13.4%
Tabel 1. Statistik Pengangguran dan Partisipasi Angkatan Kerja Berbagai Kelompok
dalam Populasi Penduduk Hongkong
Data pasar tenaga kerja juga memungkinkan para ekonom dan pembuat kebijakan untuk
memonitor perubahan ekonomi seiring berjalannya waktu. Figur 2 memperlihatkan tingkat
pengangguran di Hongkong sejak tahun 1975. Figur tersebut memperlihatkan bahwa
perekonomian senantiasa memiliki tingkat pengangguran dan bahwa tingkat tersebut berubah dari
tahun ke tahun. Tingkat pengangguran disebut dengan tingkat pengangguran alamiah (natural rate
of unemployment), dan penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiahnya disebut dengan
pengangguran siklis (cyclical unemployment). Pada figur tersebut, tingkat alamiahnya
diperlihatkan sebagai garis horizontal pada tingkat 4,0 persen yang merupakan perkiraan kasar
tingkat alamiah pengangguran dalam perekonomian Hongkong selama periode itu.
Studi Kasus
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
DALAM PEREKONOMIAN HONGKONG
Peran perempuan di masyarakat telah banyak berubah sepanjang satu abad terakhir. Para
pengamat sosial telah membahas berbagai penyebab perubahan ini. Perubahan ini salah satunya
disebabkan oleh teknologi baru, seperti mesin cuci, pengering pakaian, lemari es, pendingin, dan
mesin pencuci piring yang menghemat waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas rumah
tangga sehari-hari. Penyebab lainnya adalah sistem pencegah kehamilan (birth control) yang
semakin canggih yang menurunkan tingkat kelahiran pada banyak keluarga. Tentu saja, perubahan
peran perempuan ini juga disebabkan oleh perubahan pandangan sosial dan politik. Faktor-faktor
ini secara bersamaan menimbulkan pengaruh besar terhadap masyarakat secara umum dan
perekonomian secara khusus.
Pengaruh tersebut terlihat jelas dalam data partisipasi angkatan kerja. Figur 3
memperlihatkan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan di Hongkong sejak
tahun 1979. Pada tahun 1979, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda di
masyarakat. Hanya 44 persen saja perempuan yang bekerja atau mencari pekerjaan, berkebalikan
dengan 80 persen laki laki. Selama beberapa dekade terakhir, perbedaan tingkat partisipasi
angkatan kerja laki-laki dan perempuan semakin menipis dengan bertambahnya jumlah perempuan
yang memasuki angkatan kerja dan berkurangnya laki-laki di angkatan kerja. Data tahun 2005
memperlihatkan bahwa 52 persen perempuan termasuk ke dalam angkatan kerja, sedangkan laki-
laki sebesar 71 persen. Seperti terukur oleh partisipasi angkatan kerja, laki-laki dan perempuan
memainkan peran yang lebih setara dalam perekonomian.
Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mudah dipahami, namun
menurunnya partisipasi laki-laki sulit dipahami. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, kaum muda sekarang mengenyam pendidikan yang lebih lama daripada orang tua
mereka. Kedua, laki-laki pensiun lebih dini dan hidup lebih lama. Ketiga, dengan semakin
banyaknya perempuan yang bekerja, jumlah kaum ayah yang tinggal di rumah untuk merawat anak
semakin bertambah. Mahasiswa penuh waktu, pensiunan, dan ayah rumah tangga semuanya
dianggap tidak termasuk ke dalam angkatan kerja..
Studi Kasus
TINGKAT PENGANGGURAN ALAMIAH DI SINGAPURA
Tingkat pengangguran alamiah merupakan tingkat normal pengangguran yang mendekati fluktuasi
tingkat pengangguran sebenarnya. Meskipun tidak dapat diukur dengan mudah, tingkat
pengangguran alamiah mencerminkan kebijakan, struktur, dan lembaga yang terkait dengan pasar
barang dan tenaga kerja, selain berbagai faktor demografis yang dapat berubah ubah seiring
berjalannya waktu. Pada bulan Oktober 2004, Otoritas Moneter Singapura (MAS), yaitu bank
sentralnya, mengungkapkan sejumlah estimasi dalam Macroeconomic Review yang diterbitkan
tentang tingkat pengangguran alamiah di Singapura dari awal tahun 1980-an serta
membandingkannya dengan tingkat pengangguran sebenarnya pada periode yang sama. Figur 4
memperlihatkan estimasi serupa dari tahun 1988 hingga 2007.
Pada awal periode, baik tingkat pengangguran aktual maupun tingkat pengangguran alami
relatif tinggi, yaitu antara 3 hingga 3,5 persen, yang terjadi setelah depresi ekonomi pertama yang
dialami Singapura tahun 1985-1986 sejak kemerdekaannya tahun 1965. Puncakaya, pada triwulan
pertama tahun 1985, tingkat pengangguran aktual mencapai 6 aktual maupun alami perlahan
menurun seiring dengan bangkitnya ekonomi dari resesi, dengan tingkat pengangguran aktual
mencapai titik rendah sekitar 1,6 persen pada paruh pertama 1990. Setelah itu, kedua tingkat
pengangguran menjadi stabil di tingkat antara 1,5 tingga 2,0 persen hingga triwulan ketiga 1997.
Penurunan tingkat pengangguran alamiah selama periode ini menurut MAS disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama, cepatnya Singapura dalam mengejar ketertinggalan teknologi yang
dibantu oleh kebijakan perdagangan bebas dan pasar modal terbuka, menyebabkan pertumbuhan
ekonomi jauh melebihi ekspektasi pekerjanya sehingga “upah terjangkau” yang bersedia dibayar
oleh perusahaan-perusahaan jauh melebihi “upah aspirasi” pekerja. Oleh karena itu, perusahaan-
perusahaan mampu mempekerjakan lebih banyak pekerja pada tingkat upah yang berlaku yang
menekan tingkat pengangguran alamiah. Secara bersamaan keberadaaan pekerja asing dalam
jumlah banyakmencegah agar upah tidak terlalu cepat meningkat. Pemerintah Singapura juga
melakukan reformasi untuk mengurangi kakunya system upah guna memudahkan perusahaan-
perusahaan untuk menyesuaikan biaya pegawai sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar.
Sebagai contoh, terjadi peralihan dari sistem penetapan upah terpusat yang terkait dengan kinerja
perekonomian nasional yang lebih terdesentralisasi berdasarkan kinerja perusahaan.
Setelah krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, terjadi peningkatan tingkat alami bertahap
dengan titik puncak 3,4 persen (sementara tingkat pengangguran aktual mencapai puncak 4,7
persen) pada triwulan ketiga 2003. Penyebab hal ini sulit dijelaskan, namun menurut para ekonom
MAS hal ini dapat jadi disebabkan oleh banyaknya guncangan ekonomi yang melebihi kewajaran
sepanjang periode ini, termasuk runtuhnya bisnis Internet (era kehancuran dot.com) tahun 2001,
dan laju cepat globalisasi yang meningkatkan tekanan persaingan terhadap perusahaan-perusahaan
untuk merestrukturisasi dan mengefisienkan tenaga kerja mereka. Peralihan industri manufaktur
menjadi lebih padat modal pun kemungkinan memperparah masalah ini karena menyebabkan
meningkatnya ketidakcookan antara pekerja dengan keterampilan yang dimiliki pekerja dan
keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan, terutama di kalangan pekerja lulusan
sekolah menengah dan lebih rendah yang usianya lebih tua. Kemungkinan lain adalah aspirasi
pekerja meningkat terlalu tinggi dibandingkan dengan upah terjangkau yang bersedia dibayar oleh
perusahaan di lingkungan yang sarat dengan ketidakpastian akibat guncangan dari luar. Oleh
karena itu, perusahaan perusahan terpaksa merumahkan pekerja mereka dan tingkat alami
pengangguran pun meningkat.
Meskipun secara rata-rata lebih tinggi daripada pada periode ledakan sebelum krisis Asia,
tingkat alami pengangguran menurun secara signifikan pada tahun-tahun terakhir seiring dengan
membaiknya ekonomi berkat pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan, dengan tingkat rata-rata
mencapai 7.7 persen antara tahun 2004 dan 2006. Pemerintah juga melakukan tindakan sejak tahun
2005 untuk meningkatkan penyerapan pekerja yang berusia lebih tua dengan meningkatkan
keterampilan mereka serta mengubah persepsi mereka.