Anda di halaman 1dari 17

AKTIVA TETAP: AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI,

PABRIK, DAN PERALATAN

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. I Made Ryan Ananta Putra (1807531036 / Absen: 4)
2. Gusti Ayu Made Dwi Trisnadewi (1807531037 / Absen: 5)
3. Jesicha Isadora Illiony Minta (1807531099 / Absen:22)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Menurut PSAK (2004) pengertian aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut Ikatan Akuntansi Indonesia adalah aktiva
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

2. HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Terdapat berebapa cara dalam memperoleh aktiva tetap, beberaoa faktor yang
mempengaruhi harga perolehan aktiva tetap diantaranya:
A. Perolehan aktiva tetap Pembelian tunai,
B. Perolehan aktiva tetap Pembelian kredit,
C. Perolehan aktiva tetap dengan wesel bunga,
D. Perolehan aktiva tetap Pembelian gabungan (satu paket)
E. Perolehan aktiva tetap dengan penerbiatan saham
F. Perolehan aktiva tetap Membangun sendiri
G. Perolehan aktiva tetap adanya sumbangan/hadiah dari pihak lain
H. Perolehan aktiva tetap dengan Pertukaran
Pengertian Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang dikorbankan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan. Harga
perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan
menyiapkan hingga aktiva tetap tersebut siap digunakan.
Contoh Kasus:
Sebuah komputer merek acer dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dan mendapat potongan tunai
sebesar 10%. Biaya tambahan untuk install komputer dan pemasangan sehingga komputer siap
digunakan sebesar Rp. 250.000. maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai
berikut:
Harga beli 7.500.000
Potongan tunai 10 % (750.000 )

6.750.000
Biaya install dan pasang 250.000
Harga Perolehan 7.000.000
Jurnal transaksi tersebut adalah:
Komputer 7.000.000

Kas 7.000.000

A. Perolehan Aktiva Tetap Pembelian Tunai


Dalam pembelian secara tunai, harga perolehan adalah harga beli bersih setelah dikurangi
potongan tunai ditambah pengeluaran-pengelauaran.
Contoh Kasus
Dibeli mesin pabrik seharga Rp. 55.000.000, biaya tambahan yang terkait meliputi, PPN sebesar
Rp. 5.500.000, Premi asuransi sebesar Rp. 550.000 dan biaya pemasangan mesin sebesar Rp.
1.450.000. maka harga perolehannya dapat dihitung :
Harga beli 55.000.000
PPN 5.500.000
Premi asuransi 550.000
Biaya pemasangan 1.450.000

Harga perolehan 62.500.000


Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah
Mesin pabrik 62.500.000

Kas 62.500.000

B. Perolehan Aktiva Tetap Pembelian Kredit


Pembelian secara kredit jangka panjang umumnya melibatkan bunga kredit, bunga dapat
ditetapkan secara eksplisit dan implisit. Bunga eksplisit adalah bunga yang ditetapkan secara jelas
atau terus terang dalam pembelian kredit. Bunga implisit adalah bunga yang belum ditetapkan
atau tidak ditetapkan secara terus terang sehingga harus mencari dulu berapa besar bunganya.
Baik menggunakan bunga secara eksplisit maupun implisit, bunga tidak boleh dimasukkan
ke dalam menghitung harga perolehan, mengapa ? karena bunga bukan merupakan pengorbanan
untuk medapatkan aktiva tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana pihak lain.
C. Perolehan Aset Tetap Menggunakan Wesel Bunga
Pembelian aktiva tetap dengan jumlah rupiah yang besar biasanya akan dibayar perusahaan
dengan menggunakan wesel berbunga. Pembeli biasanya diwajibkan membayar uang muka dan
sisanya dibayar dengan wesel berbunga, dan pembayaran bunga dibayar pada saat jatuh tempo
wesel tersebut.
Harga perolehan aktiva dapat dihitung dengan jumlah uang muka ditambah nilai nominal
wesel. Biaya bunga merupakan biaya pendanaan (financing cost) yang dicatat dengan mendebet
rekening biaya bunga.
Contoh Kasus
PT Asio membeli peralatan pabrik seharga Rp. 120.000.000 secara tunai. Uang muka yang
diberikan sebesar Rp. 20.000.000 dan sisanya dibayar dengan wesel berbunga jangka waktu
setahun bunga 10%. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Peralatan pabrik 120.000.000

Kas 20.000.000

Utang wesel 100.000.000

(untuk mencatat uang muka dan penarikan utang wesel)


Dan pada saat jatuh tempo wesel, dibayarkan nilai nominal setelah ditambah dengan bunga sebesar
10.000.000 ( 100.000.000 x 10%) dan dicatat dalam jurnalnya:
Utang wesel 100.000.000

Biaya bunga 10.000.000

Kas 110.000.000

D. Pembelian Dalam Satu Paket/Gabungan/ Lump-Sum


Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut juga sebagai lump-sum. Harga
paket gabungan didasarkan pada harga perolehan masing-masing aktiva tetap yang ditentukan
dengan harga pasar.
Contoh Kasus
Pada tanggal 1 Januari, PT Lisa membeli tanah, gedung dan peralatan dengan harga total sebesar
Rp. 100.000.000. harga pasar masing-masing untuk tanah sebesar Rp. 45.000.000, untuk gedung
seharga Rp. 75.000.000 dan untuk peralatan seharga Rp. 30.000.000.:

Golongan Harga Pasar % dari HP & Perhitungan Alokasi

Tanah 45.000.000 30 % x 100.000.000 30.000.000

Gedung 75.000.000 50 % x 100.000.000 50.000.000

Peralatan 30.000.000 20 % x 100.000.000 20.000.000

150.000.000 100 % 100.000.000


Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan sebagai berikut:
Tanah gedung dan perlatan 100.000.000

Kas 100.000.000

Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan dari masing-masing aktiva adalah

Tanah 30.000.000

Gedung 50.000.000

Peralatan 20.000.000

Kas 100.000.000

E. Perolehan Aktiva Tetap Membangun Sendiri


Perusahaan terkadang membangun sendiri aktiva tetap/asset tetapnya, maka terdapat dua
situasi dalam penentuan harga pokok asset diantaranya:
1. Asset tetap yang dibangun sendiri dengan dana yang berasal dari dalam perusahaan.
Asset yang dibangun sendiri adalah bangunan yang timbul karena tidak harga
pembelian ataupun harga kontrak pembangunan. Maka perusahaan harus
mengalikasikan seluruh biaya yang dikeluarkan meliputi biaya (bahan, tenaga kerja
dan oberhead) yang berkaitan dengan pembangunan tersebut. Biaya overhead biasanya
seperti listrik, asuransi, peraltan pabrik dan pengawas pabrik. Cara yang boleh dipilih
dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik diantaranya:
a. Tidak mengalikasikan overhead pada biaya pembangunan
b. Mengalokasikan atas dasar produksi yang hilang
c. Mengalokasikan sebagian overhead pada biaya pembangunan
2. Asset tetap yang dibangun dengan dana dari pinjaman.
Untuk situasi ini, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu perlakuan biaya pinjaman
selama pembangunan. Perhitungan biaya pinjaman saat pembangunan dalam
mengakuisisi asset tetap boleh menggunakan beberapa cara alternative seperti:
a. Tidak mengkapitalisasi biaya pinjaman selama pembangunan.
b. Membebankan pembangunan dengan semua biaya dana yang digunakan , baik yang
bisa diidentifikasi maupun yang tidak.
c. Mengkapitalisasi hanya biaya pinjaman sebenarnya terjadi hanya selama
pembangunan.
F. Perolehan Aktiva Tetap Dengan Menerbitkan Saham
Asset yang diperoleh dengan menerbitkan saham dapat dinai atas dasar nilai tetapan saham
tersebut. Nilai pasar dari saham yang diterbitkan adalah petunjuk yang layak atas harga pokok dari
harta yang diakuisisi, mengapa ? karena saham itu merupakan ukuran yang baik dari harga
ekuivalen kas masa berjalan.
Contoh Kasus
Pada tanggal 1 mei, PT Abadi mengeluarkan saham sebanyak 5.000 lembar, nilai pari @10.000
untuk membeli tanah yang mempunyai harga pasar wajar saham @8.000. maka perhitungan dapat
dilakukan sebagai berikut:
Nilai nominal saham (5000 x Rp. 10.000,-) = Rp. 50.000.000,-
Harga pasar wajar (5000 x Rp. 8.000,-) =( ” 40.000.000,-)
Selisih lebih nilai nominal diatas harga
Pasar wajar (Disagio) Rp.10.000.000,00
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah
Tanah 40.000.000

Disago saham 10.000.000

Saham biasa 50.000.000

G. Pertukaran Asset Tetap Yang Serupa


Pertukaran asset tetap harus didasarkan pada nilai wajar dari asset yang diserahkan atau
nilai wajar dari asset yang diterima dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang
diakui.
Ada tiga situasi yang berkaitan dengan pertukaran asset yang sejenis, seperti:
1. Akuntansi pertukaran asset yang sejenis dengan tombokan
Pertukaran ini dicatat keuntungan dan kerugian yang diakui pada nilai wajar asset yang
diserahkan. Nilai wajar dari harta yang diterima harus digunakan hanya jika lebih jelas daripada
nilai wajar harta yang diserahkan.
Contoh Kasus
PT Mega menukarkan beberapa truk dengan nilai buku Rp. 420.000.000. pada saat ini truk tersebut
mempunyai harga pokok Rp. 640.000.000 dan akumulasi penyusutan sebesar Rp. 220.000.000.
harga pasar wajar truk tersebut Rp. 490.000.000. untuk pertukaran ini, PT. Mega megneluarkan
uang kas sebagai tombok sebesar Rp. 170.000.000. harga pasar wajar truk baru sebesar Rp.
660.000.000.:
Perhitungan yang dapat dilakukan adalah:
Perhitungan harga tanah
Nilai wajar truk-truk yang ditukar Rp. 490.000.000,-
Kas yang dibayarkan Rp. 170.000.000,-
Harga pasar wajar truk Rp. 660.000.000,-
Perhitungan keuntungan
Harga pasar wajar dari truk Rp. 490.000.000,-
Nilai buku dari truk (Rp. 420.000.000,-)
Keuntungan dari pelepasan truk Rp. 70.000.000,-
Jurnal untuk transaksi ini adalah:
Truk baru 660.000.000

Akm peny. Truk 220.000.000

Truk 640.000.000

Keuntungan pelep. Truk 70.000.000

Kas 170.000.000

2. Akuntansi pertukaran untuk asset yang serupa (situasi kerugian)


Harus segera di akui bila pertukaran asset menimbulkan kerugian/
Contoh Kasus
PT. Esa mendapatkan mesin baru seharga Rp. 160.000.000,- dengan cara menukar mesin lama
yang dimiilki PT. Jaka Purnama. Mesin lama terhitung mempunyai nilai buku Rp. 80.000.000
dengan harga pokok Rp. 120.000.000, akumulasi penyusutan sebesar Rp. 40.000.000. harga pasar
wajar mesin lama Rp. 60.000.000 dan tombokan penukaran disetujui sebesar Rp. 90.000.000.:
Perhitungannya adalah
Harga pokok mesin baru
Harga katalog mesin baru Rp. 160.000.000
Tombokan untuk mesin lama (Rp. 90.000.000)
Kas yang harus dibayarkan Rp. 70.000.000
Harga pasar wajar mesin lama Rp. 60.000.000

Harga pokok mesin baru Rp.130,000.000


Perhitungan kerugian pelepasan mesin lama
Perhitungan kerugian
Harga pasar wajar dari mesin Rp. 60.000.000,-
Nilai buku dari mesin lama Rp. 80.000.000
Kerugian pelepasan mesin Rp. 20.000.000
Jurnal yang dibuat adalah :
Mesin Baru 130.000.000

Ak. Peny. Mesin 40.000.000

Kerugian Pelep. Mesin 20.000.000

Peralatan 120.000.000

Kas 70.000.000

3. Akuntansi pertukaran untuk asset yang serupa (situasi keuntungan tetapi taka da
kas yang diterima)
Pertukaran asset yang menimbulkan keuntungan biasanya lebih rumit, karena jika pertukaran ini
belum menyelesaikan proses pencarian laba maka setiap keuntungan harus ditangguhkan.
Contoh Kasus
PT. Abadi menukar mobil lama dengan nilai buku Rp. 135.000.000 dari harga pokok sebesar Rp.
150.000.000. akumulasi penyusutan Rp. 15.000.000 dan harga pasar wajar mobil lama sebesar Rp.
160.000.000 dan harus membayar uang kas sebesar Rp. 10.000.000 yang ditukar dengan mobil
baru dengan harga pasar wajar Rp. 170.000.000.:
Perhitungannya sebagai berkut:
Perhitungan keuntungan
Harga pasar wajar mobil lama Rp. 160.000.000
Nilai buku mobil lama (Rp. 135.000.000)
Total keuntungan yang tidak diakui Rp. 25.000.000
Perhitungan lain dapat dilakukan
Nilai buku mobil baru PT. Abadi
Harga pasar wajar mobil baru Rp. 170.000.000
Keuntungan yang ditangguhkan (Rp. 25.000.000)
Dasar nilai yang dihitung Rp. 145.000.000
Atau dapat dilakukan dengan cara berikut:
Nilai buku dari mobil lama Rp. 135.000.000
Kas yang dibayarkan Rp. 10.000.000
Dasar nilai yang dihitung Rp. 145.000.000
Jurnalnya adalah
Mobil Baru 45.000.000
Ak. Peny. Mobil Lama 15.000.000
Mobil Lama 150.000.000
Kas 10.000.000
H. Akuisisi Dan Disposisi Dari Donasi Atau Hadiah
Pertukaran asset yang berasal dari donasi disebut juga transfer tanpa timbal balik (karena
transfer satu arah). Perlakuan ini dihitung dari nilai buku asset yang akan dicatat dalam buku.
Contoh Kasus
PT. Kartika menerima sebidang tanah dari donasi, harga pasar wajar dari tanah seharga Rp.
150.000.000 kemudian digunakan untuk pembangunan fasilitas umum.:
Jurnalnya adalah:
Tanah 150.000.000

Modal Donasi 150.000.000

Contoh Kasus
PT. Wijaya menghibahkan tanah seharga Rp. 80.000.000, namun tanah tersebut mempunyai harga
pasar wajar Rp. 110.000.000.:
Jurnal transaksi tersebut adalah:
Harta Donasi 110.000.000

Tanah 80.000.000

Keuntungan 30.000.000

3. PEROLEHAN AKTIVA TETAP DAN CARA PENCATATANNYA


A. Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam pembukuan dengan jumlah
sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
termasuk harga yang tercantum di faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap
tersebut siap dipakai.
Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut
merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat
atau tidak. Dan apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka
harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap.
Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan
untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga
pasar relatif masing-masing aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, maka dicari
harga pasar tanah dan harga pasar gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan
menjadi dasar alokasi harga perolehan.
B. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan
atau tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai
biaya bunga.
Cara pencatatannya adalah pembayaran setiap tahun dibuat jurnal yang mengurangi utang
sebesar pokok pinjaman yang dilunasi dan mendebit biaya bunga untuk tahun yang bersangkutan
dan kreditnya kas sebesar angsuran.
C. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan,
dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.
Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap
ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut.
Apabila harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar tidak diketahui, maka
dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai
pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat
berharga yang dikeluarkan.
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam
rekening Modal Saham atau Utang Obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran
dengan nilai nominal dicatat dalam rekening Agio/Disagio.
Aktiva tetap , misalnya mesin xxxx
Modal xxxx
Agio Saham xxxx
Bila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang muka harga perolehan mesin
adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan
penukar.
D. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar menukar atau istilah
populernya “tukar tambah”. Aktiva lama digunakan untuk membayar aktiva baru baik seluruhnya
atau sebagian di mana kekurangannya dibayar tunai. Kondisi seperti ini prinsip harga perolehan
tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga aktiva lama
ditambah uang yang dibayarkan (kalau ada) atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru
yang diterima.
E. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah seringkali juga dikeluarkan
biaya, namun biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Bila aktiva
tetap dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva
dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini
maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Depresiasi atau
penyusutan aktiva tetap yang diterima dari hadiah dihitung dengan cara yang sama dengan aktiva
tetap yang lain.
F. Aktiva yang Dibuat Sendiri
Melalui pertimbangan tertentu perusahaan seringkali membuat sendiri aktiva tetap yang
diperlukan seperti gedung, alat-alat, dan perabot.
Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau karyawan yang
masih idle. Semua biaya yang dibebankan untuk pembuatan aktiva sendiri seperti bahan, upah
langsung, dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga
pokok aktiva tetap yang dibuat. Tapi untuk biaya factory overhead tidak langsung menimbulkan
sebuah pertanyaan tentang berapa besar yang harus dialokasikan untuk aktiva yang sedang dibuat
itu? Ada 2 cara untuk membebankan biaya factory overhead yaitu:
1. Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat.
2. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif untuk pembuatan aktiva dan
produksi.

4. BIAYA-BIAYA SETELAH AKUSISI AKTIVA TETAP


Setelah aktiva tetap dipasang dan siap untuk digunakan, dapat terjadi biaya tambahan yang
berkisar dari reparasi biasa hingga penambahan yang signifikan. Masalah utamanya adalah
mengalokasikan biaya-biaya ini ke periode waktu yang tepat. Secara umum, biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar atau dikapitalisasi,
sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu
harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, tiga kondisi berikut harus
dipenuhi:
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat
2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan
Jenis-jenis pengeluaran utama:
A. Penambahan
Penambahan umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Menurut
definisinya setiap penambahan pada aktiva tetap akan dikapitalisasi karena aktiva baru telah
diciptakan. Sebagai contoh, penambahan suatu bangunan sayap pada rumah sakit, atau
penambahan system pendingin pada sebuah kantor, akan meningkatkan potensi pelayanan dari
fasilitas tersebut.
B. Perbaikan dan Penggantian
Perusahaan mengganti aktiva ke aktiva lainya melalui perbaikan dan penggantian. Dimana
perbaikan itu adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain yang
lebih baik seperti mengganti lantai kayu menjadi lanti semen, dan penggantian adalah substitusi
dari aktiva yang sama seperti mengganti lantai kayu dengan lantai kayu.
1. Menggunakan pendekatan substitusi
Pendekatan substitusi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva
lama tersedia. Jika nilai tercatat lama tidak diketahui cukup dengan menghapus biaya
aktiva lama dengan aktiva baru.
2. Mengapitalisasi biaya baru
Mengkapitulasi perbaiakn dan mencatat jumlah aktiva lama ke dalam buku.
3. Membebankan ke akumulasi penyusutan
Sewakttu-waktu kuntitas atau kualitas aktiva itu tidak bisa ditingkatkan tetapi dapat
diperpanjang usianya dalm hal ini perusahaan dapat mendebet pengeluaran ke
akumulasi penyusustan dan bukan keakun aktiva.
C. Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang
ditunjukkan untuk memberikan maanfaat di periode masa depan. Contohnya adalah penyusunan
kembali dan pemasangan kembali sekelompok mesin untuk memudahkan produksi dimasa depan.
D. Reparasi
Reparasi adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap berada
dalam kondisi siap operasi, seperti penggantian komponenkecil, pelumasan, penyetelan peralatan,
pengecatan kembali, dan pembersihan yang adalah contoh dari beban pemeliharaan yang
dikeluarkan secara teratur serta diperlakukan sebagai beban operasi biasa.
5. DISPOSISI AKTIVA TETAP
Disposisi aktiva tetap memiliki arti pemberhentian penggunaan aktiva tetap dengan alasan
tertentu. Nilai buku aktiva tetap dengan nilai pelepasannya umumnya tidak sama. Hal ini yang
mengakibatkan timbulnya suatu keuntungan atau kerugian. Setiap keuntungan atau kerugian dari
pemberhentian penggunaan aktiva tetap harus dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan
dari operasi yang dihentikan.
Disposisi aktiva dapat dilakukan dengan cara:
A. Penjualan Aktiva Tetap
Apabila aktiva tetap dijual, maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva
tersebut harus dihapus. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam penjualan aktiva yaitu:
1. Menentukan nilai buku aktiva yang dijual yaitu harga perolehan aktiva dikurangi
akumulasi penyusutan aktiva.
2. Bandingkan nilai buku dengan harga jual.
Apabila harga jual lebih besar dari nilai buku maka akan diperoleh keuntungan.
Sebaliknya apabila harga jual lebih kecil dari nilai buku maka akan diperoleh kerugian.
Contoh : PT ABC menjual mesin produksinya dengan harga Rp 50.000.000 secara tunai, harga
perolehan mesin tersebut Rp 70.000.000 dan akumulasi penyusutan mesin sampai saat penjualan
sebesar Rp 25.000.000
Penyelesaian :
Nilai buku = Rp 70.000.000 – Rp 25.000.000 = Rp 45.000.000
Harga jual = Rp 50.000
Harga jual lebih besar daripada nilai buku, maka PT ABC memperoleh keuntungan atas penjualan
aktiva tetap.
Jurnal :
Kas Rp 50.000.000
Akumulasi Penyusutan-Mesin Rp 25.000.000
Mesin Rp 70.000.000
Keuntungan atas Pelepasan Mesin Rp 5.000.000
B. Konversi Terpaksa
Terkadang pelepasan suatu aktiva tetap terjadi karena konversi terpaksa seperti kebakaran,
banjir, pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang dipulihkan dengan nilai buku
aktiva (jika ada), dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan dan kerugian yang
diperoleh dari konversi terpaksa diberlakukan tidak berbeda dari disposisi penjualan aktiva tetap.
C. Pertukaran
Apabila aktiva tetap suatu perusahaan ditukar, maka rekening yang berhubungan dengan
aktiva tetap tersebut harus dihapuskan. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pertukaran:
1. Menentukan nilai buku aktiva yang ditukarkan yaitu harga perolehan aktiva dikurangi
akumulasi penyusutan aktiva.
2. Bandingkan nilai buku dengan harga pasar.
Apabila harga pasar lebih besar dari nilai buku maka akan diperoleh Laba Pertukaran.
Sebaliknya apabila harga pasar lebih kecil dari nilai buku maka akan diperoleh Rugi
Pertukaran.
3. Harga perolehan aktiva baru = harga pasar aktiva tetap lama + tambahan uang yang
dibayarkan
4. Laba atau rugi dari pertukaran aktiva yang sejenis harus diakui
Contoh:
PT XYZ menukarkan kendaraan perusahaannya dengan mesin. PT XYZ menambah uang kas
sebesar Rp 10.000.000 dalam transaksi tersebut. Harga perolehan kendaraan sebesar Rp
35.000.000 dan akumulasi hingga pertukarannya sebesar Rp 7.000.000. Harga pasar kendaraan
tersebut saat ini sebesar Rp 25.000.000
Penyelesaian:
Nilai buku = Rp 35.000.000 – Rp 7.000.000 = Rp 28.000.000
Harga pasar = Rp 25.000.000
Nilai buku lebih besar daripada harga pasar, maka PT XYZ memperoleh kerugian pertukaran.
Jurnal :
Kendaraan Rp 25.000.000
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp 7.000.000
Kerugian pertukaran Rp 3.000.000
Mesin Rp 35.000.000
Kas Rp 10.000.000
D. Masalah Lainnya
Apabila aktiva tetap dibesitukan atau dibuang tanpa pemulihan kas, maka kerugian harus
diakui dalam jumlah yang sama dengan nilai buku aktiva. Jika terdapat nilai sisa, maka keuntungan
atau kerugian yang terjadi merupakan selisih antara nilai sisa aktiva dan nilai bukunya, Jika suatu
aktiva masih dapat digunakan meskipun telah disusutkan secara penuh, maka aktiva itu dapat
dicatat dalam pembukuan pada biaya historis dikurangi penyusutan. Pengungkapan jumlah aktiva
yang telah sepenuhnya disusutkan harus dibuat dalam catatan atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ekalana, Gede. tt. Aktiva Tetap Perolehan dan Disposisi. Tersedia pada
https://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 9 September 2019
Kieso, Donald E., dkk. 2008. Akuntansi Intermediate Edisi Keduabelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Ma’aruf, Sandi. 2019. Harga Perolehan Aktiva Tetap atau Aset Tetap Lengkap. Tersedia pada
https://www.akuntansilengkap.com. Diakses pada tanggal 9 September 2019
Novia. 2018. Aktiva Tetap Pengertian, Jenis, Karakteristik, Perolehan dan Cara Pencatataannya.
Tersedia pada https://www.jurnal.id/id/blog/2018. Diakses pada tanggal 9 September 2019

Anda mungkin juga menyukai