Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia

secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan
pekerjaan berarti menurunkan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi, tidaklah
mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam
perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka
tawarkan akan membantu terciptanya lapangan kerja.
Para pelaku ekonomi mempelajari pengangguran untuk mengidentifikasi
penyebabnya dan untuk membantu memperbaiki kebijakan publik yang mempengaruhi
pengangguran. Sebagian dari kebijakan tersebut, seperti program pelatihan kerja
membantu orang untuk mengurangi kesulitan pekerjaan. Kebijakan lain, seperti asuransi
pengangguran, membantu mengurangi kesulitan dan dialami para pengangguran.
Namun, kebijakan lainnya tetap saja mempengaruhi munculnya pengangguran secara
tidak sengaja. Undang undang yang menetapkan upah minimum yang tinggi,
minsalnnya akan cenderung meningkatkan penggangguran di kalangan angkatan kerja
yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
permasalahan adalah :
1. Mengapa selalu ada pengangguran?
2. Apa yang menentukan tingkat pengangguran?
3. Determinan

dari

tingkat

penggangguran

alamiah

(natural

rate

unemployment)?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan adalah :
1. Untuk mengetahui mengapa selalu ada pengangguran.
2. Untuk mengetahui apa yang menentukan tingkat pengangguran.
3. Untuk mengetahui Determinan dari tingkat penggangguran alamiah.

of

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

MENGIDENTIFIKASI PENGANGGURAN

2.1.1 Bagaimana Tingkat Pengangguran Diukur?


Tingkat pengganguran alamiah (natural rate of uneployment) adalah tingkat
pengangguran rata-rata dalam perekonomian yang berfluktuasi. Tingkat pengangguran
alamiah bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran yang mempengaruhi gravitasi
dalam jangka panjang, dengan adanya ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja yang
menyulitkan pekerja dari proses perolehan pekerjaan dengan segera.
Setiap hari sebagian pekerja kehilangan pekerjaan atau keluar dari pekerjaannya,
dan sebagian dari yang menganggur diterima bekerja. Pasang surut yang terjadi secara
terus-menerus ini menentukan bagian dari angkatan kerja yang menganggur. Model
dinamika angkatan kerja yang menunjukkan hal-hal faktor-faktor penentu tingkat
pengangguran alamiah.
Masalah pengangguran dibagi ke dalam dua kategori, yaitu masalah jangka
panjang dan jangka pendek. Tingkat pengangguran alamiah suatu perekonomian adalah
jumlah pengangguran yang lazim terjadi dalam perekonomian tersebut. Pengangguran
siklis adalah fluktuasi pengangguran dari tahun ke tahun yang mendekati tingkat
alamiahnya dan terkait erat dengan pasang surut kegiatan perekonomian.
Mengukur jumlah pengangguran adalah tugas badan statistik Negara (Bureau of
Labor Statistic/BLS) yang menghimpun data pengangguran dan aspek-aspek pasar
tenaga kerja lain, seperti jenis pekerjaan, jam kerja rata-rata dan durasi pengangguran.
Angkatan kerja yaitu jumlah pekerja, termasuk mereka yang memiliki pekerjaan
ataupun yang tidak memiliki pekerjaan.
Berawal dari beberapa notasi. Notasi L menunjukkan angkatan kerja. E jumlah
orang yang bekerja, dan U jumlah pengangguran. Karena orang dalam usia kerja
berinvestasi antara bekerja atau menganggur, maka angkatan kerja adalah jumlah orang
yang bekerja dan menganggur :

L=E+U

Sedangkan
Tingkat pengangguran (unemployment rate) = jumlah orang yang tidak bekerja x 100
angkatan kerja

BLS membagi populasi


orang dewasa (Adult
Population) menjadi tiga
kategori: bekerja
(Employed), tidak bekerja
(Unemployed), dan tidak
termasuk angkatan kerja
(Not in labor force).
Angkatan kerja (Labor force)
adalah kategori bekerja

Dengan memakai data yang sama, BLS menghasilkan data menyangkut


partisipasi angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengukur persentase
jumlah populasi penduduk dewasa yang termasuk ke dalam angkatan kerja :
Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate)
= _____angkatan kerja_____ x 100
populasi penduduk dewasa
Nilai statistika ini dapat menggambarkan presentase dari populasi yang memilih untuk
berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Sama seperti tingkat pengangguran, tingkat
partisipasi angkatan kerja dapat dihitung, baik untuk seluruh populasi orang dewasa
maupun kelompok-kelompok yang lebih spesifik.

Data BLS mengenai pasar tenaga kerja juga membantu para ekonom dan pembuat
kebiakan mengawasi perubahan-perubahan perekonomian yang terjadi dari waktu ke
waktu yang ditunjukkan dengan tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
employment), yakni adalah tingkat pengangguran normal dari fluktuasi tingkat
pengangguran,

sedangkan

pengangguran

siklis

adalah

penyimpangan

pengangguran dari tingkat alamiahnya.


2.1.2 Apakah Tingkat Pengangguran Mengukur Apa yang Kita Inginkan?

Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
Laki-Laki dan
Perempuan:
Figure ini
menunjukkan bahwa
selama beberapa
decade terakhir,
banyak perempuan

Lebih dari sepertiga pengangguran merupakan populasi yang baru saja memasuki
angkatan kerja, termasuk pekerja muda yang baru saja mencarai pekerjaan pertama
mereka dan senior yang mencari pekerjaan baru.
Karena orang sering keluar masuk angkatan kerja, data statistik pengangguran sulit
ditafsirkan. Di satu sisi, sebagian orang yang mengaku sebagai pengangguran
sebenarnya belum berupaya keras untuk mencari pekerjaan. Di sisi lain, boleh jadi
sebagian orang yang mengaku sebagai pengangguran sebenarnya ingin bekerja.
Orang-orang ini mungkin telah berusaha untuk mencari pekerjaan, namun menyerah
karena gagal. Orang-orang semacam ini yang disebut pekerja putus asa, tidak
termasuk ke dalam data statistik pengangguran.
2.1.3 Berapa Lama Biasanya Orang Menganggur?
Untuk menilai betapa seriusnya masalah pengangguran, satu pertanyaan
harus dipertimbangkan adalah apakah pengangguran merupakan kondisi jangka
pendek atau jangka panjang. Mungkin, sebagian besar orang menganggur akan

mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat. Namun, masalah terbesar dalam


pengangguran yang kemudian menjadi serius dalam perekonomian, sebenarnya
berkaitan dengan sebagian kecil orang yang tidak mempunyai pekerjaan untuk
jangka waktu yang lama.
2.1.4 Mengapa Selalu Ada Orang Menganggur?
Terdapat beberapa alasan yang menjelaskan mengapa orang menganggur:
1. Pengangguran yang terjadi karena pekerja memerlukan waktu yang lama
untuk memperoleh pekerjaan yang paling cocok dengan minat dan
keterampilan mereka, biasa disebut pengangguran friksional. Pengangguran
jenis ini digunakan untuk menjelaskan pengangguran jangka pendek.
2. Kenyataan bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia di sebagian pasar tenaga
kerja tidak memadai untuk menyediakan pekerjaan bagi semua orang yang
menginginkannya, hal ini terjadi kerika jumlah penawaran tenaga kerja
melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Jenis pengangguran ini biasa
disebut pengangguran structural

2.2 PENCARIAN KERJA


Salah satu pengangguran selalu muncul dalam perekonomian adalah pencarian
kerja. Pencarian kerja adalah proses mencocokkan pekerja dengan pekerjaan yang
sesuai. Adapun kebijakan pemerintah dalam hal ini, yaitu melalui badan penempatan
kerja yang dijalankan oleh pemerintah yang menyiarkan informasi lowongan kerja.
Mereka butuh waktu untun mencocokkan antara para pekerja dengan pekerjaan. Model
equilibrium pasar tenaga kerja agregate yang mengasumsikan bahwa seluruh pekerja
dan seluruh pekerjaan adalah indentik. Jika ini benar dan pasar tenaga kerja berada
dalam

kondisi

equilibrium,

maka

kehilangan

pekerjaan

tidak

menyebabkan

pengangguran, pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera mendapatkan


pekerjaan baru pada upah besar.

2.2.1 Mengapa Sejumlah Pengangguran Friksional Tidak Dapat Dihindari?

Dalam kenyataannya, para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan


yang berbeda, dan pekerjaan memiliki karekteristik yang berbeda. Sementara itu arus
informasi tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna, serta mobilitas
geografis pekerjaan tidak instan. Untuk semua alasan ini, mencari pekerja yang tepat
membutuhkan waktu serta usaha, dan ini cenderung mengurangi tingkat perolehan kerja
tentu saja, karna pekerjaan yang berbeda membutuhkan keahlian yang berbeda oleh
waktu yang dibutuhkan orang untuk mencari pekerjaan tersebut pengangguran
friksional (friksional unemployment).
Pengangguran friksional tidak bisa diletakkan dalam perekonomian yang sedang
berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jnis barang yang dikonsumsi perusahaandan
rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan terhadap barang bergeser,
permintaan terhadap tenaga kerja yang memproduksi barang-barang tersebut juga
berubah.
2.2.2 Kebijakan Publik dan Pencarian Kerja
Banyak kebijakan publik berusaha munurunkan tingkat pengangguran alamiah
dengan mengurangi pengangguran friksional. Kantor ketenagakerjaan pemerintah
menyebarkan informasi tentang lowongan untuk mencocokkan pekerjaan dengan para
pekerja secara lebih efisien. Program pelatihan ulang yang di adakan oleh pemerintah
di rancang untuk memperlancar rtansisi pekerja dari industri yang sedang menurun
keindustri yang sedang tumbuh. Jika berhasil menaikkan tingkat pekerjaan, program ini
akan akan mengurangi tingkat pengangguran alamiah.
Beberapa program pemerintah antara lain:
1. Melalui badan tenaga kerja pemerintah, yang memberikan informasi lowongan
pekerjaan
2. Program pelatihan public, yang bertujuan mempermudah penyaluran tenaga
kerja dari perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan ke perusahaanperusahaan yang mengalami pertumbuhan untuk menolong kelompok-kelompok
tertentu keluar dari kemiskinan

2.2.4 Tunjangan/Asuransi Pengangguran

Sedangkan program pemerintah lain caranya secara tidak sengaja meningkatkan


pengangguran friksional. Salah satunya adalah asuransi pengangguran (uneployment
insurance). Menurut program ini, para penganggur bisa mengambil sebagian dari upah
mereka selama periode tertentu setelah mereka kehilamgan pekerjaan.
Dengan

mengurangi

kesulitan

ekonomi

para

pengangguran,

asuransi

pengangguran meningkatkan jumlah pengangguran friksional dan meningkatkan tingkat


pengangguran alamiah. Para pengangguran yang menerima tujuan

asuransi

pegangguran menjadi berkurang tekanannya dalam mencari pekerjaan baru dan


cenderung menolak tawaran pekerjaan yang tidak menarik. Kedua perubahan prilaku ini
mengurangi tingkat perolehan pekerjaan. Selain itu, karena para pekerja tahu bahwa
pendapatan mereka sebagian dilindungi oleh asuransi pengangguran, maka mereka
kurang suka mencari pekerjaan dengan prospek yang stabil dan tidak terlalu peduli pada
jaminan keamanan kerja. Perubahan prilaku ini meningkatkan

tingkat pemutusan

hubungan kerja.
Walaupun asuransi pengangguran meningkatkan tingkat pengangguran alamiah,
tidak berarti bahwa kebijakan tersebut keliru. Program ini juga memiliki manfaan
mengurangi ketidak pastian pekerja tentang pendapatannya. Lebih dari itu, dorongan
terhadap para pekerja untuk menolak tawaran pekerjaan yang tidak menarik dapat
mengarah pada pencocokan yang lebih baik antara pekerja dan pekerjaan.
2.3 PERATURAN UPAH MINIMUM
Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity), atau
diberlakukannya peraturan upah minimum, yakni gagalnya upah melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan. Dalam model
equilibrium pasar tenaga kerja, sebagai mana telah dijelaskan bahwa upah riil berubah
untuk menyeimbangkan penawan dan permintaan. Tetapi upah tidak selalu fleksibel.
Kadang-kadang upah-riil mengurangi tingkat kliring pasar (market clearing level) atau
tingkat equilibrium.
Kekakuan upah riil menyebabkan penjatahan pekerjaan jika upah riil tertahan di
atas tingkat equilibrium, maka penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya,
akibatnya adalah pengangguran.
Ketika upah riil berada diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta.

Pengangguran yang disebabkan yang disebabkan oleh kekakuan upah dan


permintaan pekerjaan disebut pengangguran struktural. Para pekerja yang tidak
dipekerjakan yang paling cocok dengan keahlian mereka, tetapi karena pada tingkat
upah berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Para pekerja ini hanya
menunggu pekerjaan yang akan tersedia.
Pengangguran
yang Disebabkan
oleh Upah di Atas
Tingkat
Keseimbangan.
Jika upah dipaksa
berada di atas titik
keseimbangan untuk
alasan apapun,
pengangguran akan
muncul

Ketika pemerintah mempertahankan upah agar tidak mencapai tingkat


equilibrium, hal itu dapat menimbulkan kekakuan upah. Undang-undang upah minimum
menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan kepada para
karyawannya. Sejak keluarnya undang-undang standar kerja yang adil tahun 1938 (fair
labor standards act of 1938), pemerintah federal AS memaksakan upah minimum yang
biasa nya berada di antara 30 sampai 50 persen dari upah rata-rata dalam industri
manufaktur. Bagi sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak berpengaruh, karena
mereka menikmati upah diatas upah minimum. Bagi sebagian lainnya, terutama yang
tidak terdidik dan kurang berpengalaman, upah minimum meningkatkan upah mereka
diatas tingkat equilibriumnya. Karena itu, upah minimum mengurangi sejauh tenaga
kerja yang di minta perusahaan.
Para ekonomi percaya bahwa upah minimum memiliki dampak terbesar
terhadap pengangguran usia muda. Upah equilibrium para pekerja usia muda cenderung
rendah karena dua alasan. Pertama, karena para pekerja usia muda termasuk anggota
angkatan yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman, mereka cenderung memiliki
produktifitas marginal yang rendah. Kedua, para pemuda seringkali mengambil
sebagian dari konfensasi mereka dalam bentuk on-the-job training ketimbang bayaran

langsung. Magang adalah contoh pelatihan klasik yang diberikan sebagai pengganti
upah. Untuk kedua alasan ini, upah yang menyeimbangkan penawaran pekerja usia
muda dengan permintaannya adalah rendah. Karena itu upah minimum seringkali
berpengaruh pada para pemuda ketimbang yang lainnya dalam angkatan kerja.
Upah minimum merupakan sumber perdebatan polotik yang tidak ada habisnya
para pendukung upah minimum yang lebih tinggi memandangnya sebagai sarana
meningkatkan pendapatan para pekerja miskin. Tentu saja, upah minimum hanya
memberikan standar kehidupan yang lebih kecil.
Banyak ekonom dan pembuat kebijakan kepercayaan bahwa keringanan pajak
adalah cara yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan para pekerja miskin.
Keringanan pajak pendapatan yang diterima adalah jumlah yang dikurangkan dari
pajak yang ditanggung oleh keluarga para pekerja minskin. Untuk keluarga dengan
pendapatan yang sangat rendah, keringanan melebihi pajaknya, dan keluarga menerima
pembayaran dari pemerintah. Tidak seperti upah minimum, keringanan pajak
pendapatan yang diterima tidak meningkatkan biaya tenaga kerja dan, karena itu, tidak
mengurangi jumlah tenaga kerja yang diterima. Namun demikian, keringanan pajak
memiliki kelemahan karena mengurangi penerimaan pajak pemerintah.
2.4 SERIKAT PEKERJA DAN POSISI TAWAR-MENAWAR KOLEKTIF
2.4.1 Kajian Ekonomi Serikat Pekerja
Penyebab dari kekakuan upah juga adalah kekakuan monopoli serikat kerja.
Serikat pekerja adalah asosiasi pekerja yang melakukan tawar-menawar dengan pemberi
kerja mengenai upah dan kondisi pekerjaan. Serikat pekerja juga dapat mengurangi
upah yang dibayar perusahaan yang memiliki angkatan kerja yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja karena ancaman pembentukan serikat pekerja bisa
mempertahankan upah diatas tingkat equilibrium. Serikat pekerja tidak hanya
meningkatkan upah tetapi meningkatkan kekuatan posisi tawar-menawar pekerja
terhadap pemberi kerja pada banyak hal lain, seperti jam kerja dan kondisi kerja.
Perusahaan bisa saja membayar para pekerja dengan upah yang tinggi agar mereka
tetap gembira untuk mencegah membentuk serikat pekerja. Kedua kelompok ini
cenderung memiliki kepentingan yang bertentanngan. Setiap proses ini disebut tawarmenawar kolektif (collective bargaining). Jika serikat pekerja dan perusahaan tidak

mencapain kesepakatan, serikat pekerja dapat mengorganisasikan para pekerja di


perusahaan tersebut untuk melakukan pemogokan (strike).
2.4.2 Apakah Serikat Pekerja Berdampak Baik atau Buruk bagi
Perekonomian?
Kritikan yang ditujukan atas serikat pekerja adalah bahwa serikat pekerja
hanyalah salah satu jenis kartel. Ketika serikat pekerja menaikkan upah di atas tingkat
yang berlaku di pasar kompetitif, mereka mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja,
sehingga menyebabkan beberapa pekerja menganggur, dan menurunkan upah di sektor
ekonomi lainnya. Pengakolakasian tenaga kerja yang menjadi akibat hal ini, menurut
para kritikus, menjadi tidak efisien dan tidak merata. Tidak efisien karena upah serikat
pekerja di bawah tingkat efisien dan kompetitifnya. Tidak merata karena beberapa
pekerja memperoleh manfaat di atas penderitaan pekerja lainnya.
Sedangkan pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja
diperlukan untuk mengimbangi kekuasaan perusahaan-perusahaan di pasar tenaga kerja.
Pada akhirnya, tidak ada kesepakatan di antara semua ekonom mengenai apakah
serikat pekerja berdampak baik atau buruk bagi perekonomian. Tergantung bagaimana
perspektif sosial menilai berlangsungnya kebijakan.
2.5 TEORI UPAH EFISIENSI
Teori upah efisiensi mengajukan penyebab ketiga dari kekakuan upah selain
undang-undang upah minimum dan pembentukan serikat kerja. Teori ini menyatakan
bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Pengaruh upah terhadap
efisiensi pekerja dapat menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah
meskipun terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan akan mengurangi tagihan upah
perusahaan, pengurangan upah juga akan memperendah produktivitas pekerja dan laba
perusahaan
Para ekonomi mengajukan berbagai teori untuk menjelaskan bagai mana upah
mempengaruhi produktifitas pekerja. Sebuah teori upah efisiensi yang pertama, yang
lebih banyak diterapkan di negara miskin, menyatakan bahwa upah mempengaruhi
nutrisi. Pera pekerja yang di bayar dengan upah memadai bisa membeli lebih banyak
nutrisi, dan para pekerja yang lebih sehat akan lebih produktif. Suatu perusahaan

mungkin akan membayar upah di atas tingkat equilibrium untuk menjaga agar tenaga
kerjanya tetap sehat.
Teori upah efisiensi yang kedua, yang lebih releven begi negara-negara maju,
menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja
keluar dari pekerjaannya karena sebagian alasan untuk menerima posisi yang lebih baik
di perusahaan lain, mengubah karier, ataupun pindah kewilayah lain. Semakin besar
perusahaan membayar pekerjaanya, semakin besar insentif mereka untuk tetap bekerja
dalam perusahaan tertentu. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan
mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru.
Teori upah efisiensi ketiga, kenyataan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja
perusahaan tergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan
mengurangi upahnya, maka pekerja terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain,
menininggalkan perusahaan dengan para pekerja tidak terdidik yang memiliki lebih
sedikit alternatif. Para ekonomi menyadari penyaringan yang tidak menyenangkan ini
sebagai contoh dari sleksi kebalikan adalah kecenderungan orang yang memiliki lebih
banyak informasi (dalam hal ini, pekerja, yang mengetahui peluang mereka sendiri
diluar) untuk menyeleksi sendiri dengan cara yang merugikan orang-orang yang
memiliki lebih sedikit informasi (perusahaan). Dengan membayar upah di atas tingkat
equilibrium perusahaan bisa menurunkan seleksi kebalikan, meningkatkan kualitas ratarata tenaga kerjanya dan mampu meningkatkan produktifitas.
Teori upah efisiansi keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan
upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan
sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana
mereka akan bekerja keras. Para pekerja dapat memilih untuk bekerja keras, atau
mereka dapat memilih untuk bermalas-malasan dengan resiko tertangkap basah dan
dipecat. para ekonomi menyadari kemungkinan ini adalah sebagai sebuah contoh
kejahatan moral adalah kecenderungan orang untuk berprilaku seenaknya ketika
perilaku mereka tidak dipantau dengan ketat. Perusahaan dapat mengurangi masalah
kejahatan moral dengan membayar upah yang tinggi. Semakin tinggi upah, semakin
besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat. Dengan membayar upah yang
lebih tinggi perusahaan memotifasi lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan
dan dengan demikian meningkatkan produktifitas mereka.

Meskipun keempat teori upah efisiansi ini secara rinci berbeda, namun teori-teori
taersebut menyarakan topik yang sama: karena perusahaan beroperasi lebih efisien jika
membayar pekerjaannya dengan upah yang tinggi, maka perusahaan dapat menganggap
bahwa mempertahankan upah diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan adalah menguntungkan. Hasil dari upah yang lebih tinggi dari pada upah
equilibrium ini adalah tingkat perolehan kerja yang lebih rendah dan pengangguran
yang lebih besar.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengangguran merupakan sumberdaya yang terbendung. Para pengangguran
memiliki potensi untuk memeberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi
mereka tidak melakukannya. Pencarian kerja yang cocok dengan keahlian mereka
merupakan hal yang mengembirakan jika pencarian itu berahir, dan orang-orang yang
menunggu pekerjaan diperusahaan yang membayar upah diatas equilibrium merasa
senang ketika lowongan terbuka.
Pengangguran friksional dan pengangguran struktural tidak bisa dengan mudah
dikurangi. Pemerintah tidak dapat membuat pencarian kerja bersifat instan, juga tidak
bisa dengan mudah membawa upah mendekati tingkat ekuilibrium. Tingkat
pengangguran nol adalah tujuan yang sulit terwujut dalam perekonomian pasar bebas.
Tetapi kebijakan publik bukannya tidak berbahaya mengurangi pengangguran. Programprogram pelatihan, sistem asuransi pengangguran, upah minimum dan undang-undang
yang mengarahkan posisi tawar-mawar korelatif adalah perbedaan politik yang sering
dibicarakan. Kebijakan yang di pilih sebaliknya memiliki dampak penting terhadap
tingkat pengangguran alamiah perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai