PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan
pekerjaan berarti menurunkan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi, tidaklah
mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam
perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka
tawarkan akan membantu terciptanya lapangan kerja.
Para pelaku ekonomi mempelajari pengangguran untuk mengidentifikasi
penyebabnya dan untuk membantu memperbaiki kebijakan publik yang mempengaruhi
pengangguran. Sebagian dari kebijakan tersebut, seperti program pelatihan kerja
membantu orang untuk mengurangi kesulitan pekerjaan. Kebijakan lain, seperti asuransi
pengangguran, membantu mengurangi kesulitan dan dialami para pengangguran.
Namun, kebijakan lainnya tetap saja mempengaruhi munculnya pengangguran secara
tidak sengaja. Undang undang yang menetapkan upah minimum yang tinggi,
minsalnnya akan cenderung meningkatkan penggangguran di kalangan angkatan kerja
yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
permasalahan adalah :
1. Mengapa selalu ada pengangguran?
2. Apa yang menentukan tingkat pengangguran?
3. Determinan
dari
tingkat
penggangguran
alamiah
(natural
rate
unemployment)?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan adalah :
1. Untuk mengetahui mengapa selalu ada pengangguran.
2. Untuk mengetahui apa yang menentukan tingkat pengangguran.
3. Untuk mengetahui Determinan dari tingkat penggangguran alamiah.
of
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
MENGIDENTIFIKASI PENGANGGURAN
L=E+U
Sedangkan
Tingkat pengangguran (unemployment rate) = jumlah orang yang tidak bekerja x 100
angkatan kerja
Data BLS mengenai pasar tenaga kerja juga membantu para ekonom dan pembuat
kebiakan mengawasi perubahan-perubahan perekonomian yang terjadi dari waktu ke
waktu yang ditunjukkan dengan tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
employment), yakni adalah tingkat pengangguran normal dari fluktuasi tingkat
pengangguran,
sedangkan
pengangguran
siklis
adalah
penyimpangan
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
Laki-Laki dan
Perempuan:
Figure ini
menunjukkan bahwa
selama beberapa
decade terakhir,
banyak perempuan
Lebih dari sepertiga pengangguran merupakan populasi yang baru saja memasuki
angkatan kerja, termasuk pekerja muda yang baru saja mencarai pekerjaan pertama
mereka dan senior yang mencari pekerjaan baru.
Karena orang sering keluar masuk angkatan kerja, data statistik pengangguran sulit
ditafsirkan. Di satu sisi, sebagian orang yang mengaku sebagai pengangguran
sebenarnya belum berupaya keras untuk mencari pekerjaan. Di sisi lain, boleh jadi
sebagian orang yang mengaku sebagai pengangguran sebenarnya ingin bekerja.
Orang-orang ini mungkin telah berusaha untuk mencari pekerjaan, namun menyerah
karena gagal. Orang-orang semacam ini yang disebut pekerja putus asa, tidak
termasuk ke dalam data statistik pengangguran.
2.1.3 Berapa Lama Biasanya Orang Menganggur?
Untuk menilai betapa seriusnya masalah pengangguran, satu pertanyaan
harus dipertimbangkan adalah apakah pengangguran merupakan kondisi jangka
pendek atau jangka panjang. Mungkin, sebagian besar orang menganggur akan
kondisi
equilibrium,
maka
kehilangan
pekerjaan
tidak
menyebabkan
mengurangi
kesulitan
ekonomi
para
pengangguran,
asuransi
asuransi
tingkat pemutusan
hubungan kerja.
Walaupun asuransi pengangguran meningkatkan tingkat pengangguran alamiah,
tidak berarti bahwa kebijakan tersebut keliru. Program ini juga memiliki manfaan
mengurangi ketidak pastian pekerja tentang pendapatannya. Lebih dari itu, dorongan
terhadap para pekerja untuk menolak tawaran pekerjaan yang tidak menarik dapat
mengarah pada pencocokan yang lebih baik antara pekerja dan pekerjaan.
2.3 PERATURAN UPAH MINIMUM
Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity), atau
diberlakukannya peraturan upah minimum, yakni gagalnya upah melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan. Dalam model
equilibrium pasar tenaga kerja, sebagai mana telah dijelaskan bahwa upah riil berubah
untuk menyeimbangkan penawan dan permintaan. Tetapi upah tidak selalu fleksibel.
Kadang-kadang upah-riil mengurangi tingkat kliring pasar (market clearing level) atau
tingkat equilibrium.
Kekakuan upah riil menyebabkan penjatahan pekerjaan jika upah riil tertahan di
atas tingkat equilibrium, maka penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya,
akibatnya adalah pengangguran.
Ketika upah riil berada diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta.
langsung. Magang adalah contoh pelatihan klasik yang diberikan sebagai pengganti
upah. Untuk kedua alasan ini, upah yang menyeimbangkan penawaran pekerja usia
muda dengan permintaannya adalah rendah. Karena itu upah minimum seringkali
berpengaruh pada para pemuda ketimbang yang lainnya dalam angkatan kerja.
Upah minimum merupakan sumber perdebatan polotik yang tidak ada habisnya
para pendukung upah minimum yang lebih tinggi memandangnya sebagai sarana
meningkatkan pendapatan para pekerja miskin. Tentu saja, upah minimum hanya
memberikan standar kehidupan yang lebih kecil.
Banyak ekonom dan pembuat kebijakan kepercayaan bahwa keringanan pajak
adalah cara yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan para pekerja miskin.
Keringanan pajak pendapatan yang diterima adalah jumlah yang dikurangkan dari
pajak yang ditanggung oleh keluarga para pekerja minskin. Untuk keluarga dengan
pendapatan yang sangat rendah, keringanan melebihi pajaknya, dan keluarga menerima
pembayaran dari pemerintah. Tidak seperti upah minimum, keringanan pajak
pendapatan yang diterima tidak meningkatkan biaya tenaga kerja dan, karena itu, tidak
mengurangi jumlah tenaga kerja yang diterima. Namun demikian, keringanan pajak
memiliki kelemahan karena mengurangi penerimaan pajak pemerintah.
2.4 SERIKAT PEKERJA DAN POSISI TAWAR-MENAWAR KOLEKTIF
2.4.1 Kajian Ekonomi Serikat Pekerja
Penyebab dari kekakuan upah juga adalah kekakuan monopoli serikat kerja.
Serikat pekerja adalah asosiasi pekerja yang melakukan tawar-menawar dengan pemberi
kerja mengenai upah dan kondisi pekerjaan. Serikat pekerja juga dapat mengurangi
upah yang dibayar perusahaan yang memiliki angkatan kerja yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja karena ancaman pembentukan serikat pekerja bisa
mempertahankan upah diatas tingkat equilibrium. Serikat pekerja tidak hanya
meningkatkan upah tetapi meningkatkan kekuatan posisi tawar-menawar pekerja
terhadap pemberi kerja pada banyak hal lain, seperti jam kerja dan kondisi kerja.
Perusahaan bisa saja membayar para pekerja dengan upah yang tinggi agar mereka
tetap gembira untuk mencegah membentuk serikat pekerja. Kedua kelompok ini
cenderung memiliki kepentingan yang bertentanngan. Setiap proses ini disebut tawarmenawar kolektif (collective bargaining). Jika serikat pekerja dan perusahaan tidak
mungkin akan membayar upah di atas tingkat equilibrium untuk menjaga agar tenaga
kerjanya tetap sehat.
Teori upah efisiensi yang kedua, yang lebih releven begi negara-negara maju,
menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja
keluar dari pekerjaannya karena sebagian alasan untuk menerima posisi yang lebih baik
di perusahaan lain, mengubah karier, ataupun pindah kewilayah lain. Semakin besar
perusahaan membayar pekerjaanya, semakin besar insentif mereka untuk tetap bekerja
dalam perusahaan tertentu. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan
mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru.
Teori upah efisiensi ketiga, kenyataan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja
perusahaan tergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Jika perusahaan
mengurangi upahnya, maka pekerja terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain,
menininggalkan perusahaan dengan para pekerja tidak terdidik yang memiliki lebih
sedikit alternatif. Para ekonomi menyadari penyaringan yang tidak menyenangkan ini
sebagai contoh dari sleksi kebalikan adalah kecenderungan orang yang memiliki lebih
banyak informasi (dalam hal ini, pekerja, yang mengetahui peluang mereka sendiri
diluar) untuk menyeleksi sendiri dengan cara yang merugikan orang-orang yang
memiliki lebih sedikit informasi (perusahaan). Dengan membayar upah di atas tingkat
equilibrium perusahaan bisa menurunkan seleksi kebalikan, meningkatkan kualitas ratarata tenaga kerjanya dan mampu meningkatkan produktifitas.
Teori upah efisiansi keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan
upaya pekerja. Teori ini menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan
sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan sendiri sejauh mana
mereka akan bekerja keras. Para pekerja dapat memilih untuk bekerja keras, atau
mereka dapat memilih untuk bermalas-malasan dengan resiko tertangkap basah dan
dipecat. para ekonomi menyadari kemungkinan ini adalah sebagai sebuah contoh
kejahatan moral adalah kecenderungan orang untuk berprilaku seenaknya ketika
perilaku mereka tidak dipantau dengan ketat. Perusahaan dapat mengurangi masalah
kejahatan moral dengan membayar upah yang tinggi. Semakin tinggi upah, semakin
besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat. Dengan membayar upah yang
lebih tinggi perusahaan memotifasi lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan
dan dengan demikian meningkatkan produktifitas mereka.
Meskipun keempat teori upah efisiansi ini secara rinci berbeda, namun teori-teori
taersebut menyarakan topik yang sama: karena perusahaan beroperasi lebih efisien jika
membayar pekerjaannya dengan upah yang tinggi, maka perusahaan dapat menganggap
bahwa mempertahankan upah diatas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan
permintaan adalah menguntungkan. Hasil dari upah yang lebih tinggi dari pada upah
equilibrium ini adalah tingkat perolehan kerja yang lebih rendah dan pengangguran
yang lebih besar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengangguran merupakan sumberdaya yang terbendung. Para pengangguran
memiliki potensi untuk memeberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi
mereka tidak melakukannya. Pencarian kerja yang cocok dengan keahlian mereka
merupakan hal yang mengembirakan jika pencarian itu berahir, dan orang-orang yang
menunggu pekerjaan diperusahaan yang membayar upah diatas equilibrium merasa
senang ketika lowongan terbuka.
Pengangguran friksional dan pengangguran struktural tidak bisa dengan mudah
dikurangi. Pemerintah tidak dapat membuat pencarian kerja bersifat instan, juga tidak
bisa dengan mudah membawa upah mendekati tingkat ekuilibrium. Tingkat
pengangguran nol adalah tujuan yang sulit terwujut dalam perekonomian pasar bebas.
Tetapi kebijakan publik bukannya tidak berbahaya mengurangi pengangguran. Programprogram pelatihan, sistem asuransi pengangguran, upah minimum dan undang-undang
yang mengarahkan posisi tawar-mawar korelatif adalah perbedaan politik yang sering
dibicarakan. Kebijakan yang di pilih sebaliknya memiliki dampak penting terhadap
tingkat pengangguran alamiah perekonomian.