Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN KE-6

PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


INDIVIDU

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini, Anda harus mampu:
6.1 Mendefinisikan persepsi dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhinya .
6.2 Menjelaskan teori atribusi, dan mengetahui tiga penentu atribusi.
6.3 Mengidentifikasi jalan pintas yang individu gunakan dalam membuat penilaian
mengenai orang lain.
6.4 Menjelaskan hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan
6.5 Memperbandingkan model rasional pengambilan keputusan dengan rasionalitas
terbatas dan intuisi
6.6 Menjelaskan bagaimana perbedaan-perbedaan individu dan batasan-batasan
organisasi memengaruhi pengambilan keputusan.
6.7 Menjelaskan bagaimana perbedaan-perbedaan individu dan batasan-batasan
organisasi memengaruhi pengambilan keputusan.
6.8 Memperbandingkan tiga criteria keputusan etis.
6.9 Mendefinisikan kreativitas dan menjelaskan model tiga tahap dari kreativitas.

B. URAIAN MATERI

Kreativitas individu dapat berujung pada inovasi nyata yang menyelesaikan


masalah. Untuk memahami dengan lebih baik, pertama-tama mari kita gali persepsi
kita dan bagaimana persepsi tersebut memengaruhi proses pengambilan keputusan
kita.

49
Apakah yang Dimaksud Persepsi

Persepsi (Perception) adalah proses individu mengorganisasikan dan


menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada
lingkungannya.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutar-balik persepsi. Faktor ini


dapat berada pada pihak pelaku persepsi dalam objeknya atau target yang
dipersepsikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan. Lihat
Tampilan 6.1

Tampilan 6.1 Faktor-faktor yang memengaruhi

Faktor-faktor pada penilai


 Sikap
 Motif
 Minat
 Pengalaman
 ekspektasi
Faktor-faktor pada situasi
 Waktu
 Latar kerja Persepsi
 Latar sosial

Faktor-faktor pada target


 Inovasi
 Pergerakan
 Suara
 Ukuran
 Latar belakang
 Proksimitas
 Kesamaan

50
Pelaku Persepsi

Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba


menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi dari pelaku persepsi individu ini. Di antara karakteristik pribadi yang lebih
relevan adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman di masa lalu, dan
pengharapan.

Target

Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi


apa yang dipersepsikan. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi,
hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti
kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benad yang berdekatan atau
mirip.

Situasi

Penting bagi kita untuk melihat konteks suatu peristiwa. Unsur-unsur


lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Saya mungkin tidak memperhatikan
seorang wanita berusia 25-tahun dalam gaun malam dan makeup yang tebal di suatu
klub malam pada sabtu malam. Tapi wanita yang sama bersolek dan berpakaian
semacam itu kuliah manajemen senin pagi, tentu saja pasti akan menarik perhatian
saya (dan perhatian seluruh kelas).

Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain

Teori Atribusi

Teori Atribusi (Attribution Theory) adalah sebuah percobaan untuk


menentukan apakah perilaku seorang individu disebabkan dari internal atau eksternal.
Perilaku yang disebabkan internal adalah yang dipercaya pengamat berada dalam

51
kendali perilaku pribadi individu. Sedangkan perilaku yang disebablan eksternal
adalah apa yang kita bayangkan situasi memaksa individu untuk melakukannya.

Kesalahan Atribusi Fundamental (fundamental attribution error )adalah sebuah


kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan
pengaruh faktor-faktor internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai
perilaku orang lain.

Bias Pelayanan Diri (Self-Serving Bias) adalah sebuah kecerendungan untuk


mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan
atau usaha, tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.

Jalan Pintas Dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

Persepsi Selektif (Selective Perception) adalah sebuah kecenderungan untuk


secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat, latar
belakang, pengalaman dan sikap seseorang.

Efek Halo (Halo Effect) adalah sebuah kecenderungan untuk menggambarkan


impresi umum mengenai seseorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.

Efek Kontras (Contrast Effect) adalah evaluasi atas karakteristik seseorang


yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.

Stereotip (Stereotype) adalah Menilai seseorag berdasar persepsi


mengenaikelompok asalnya. Satu masalah dari stereotip adalah adanya generalisasi
yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika
Diaplikasikan Pada Prang Atau Situasi Tertentu.

Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi

Wawancara Kerja. Sedikit orang yang direkrut tanpa melalui wawancara.


Namun, pewawancara membuat penilaian perseptual yang sering kali tidak akurat.

52
Ekspektasi Kinerja, Prediksi pemenuhan diri dan efek pygmalion menjelaskan
bagaimana perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Prediksi
Pemenuhan Diri (Self-Fulfilling Prophecy) adalah sebuah situasi dimana seseorang
secara tidak akurat menilai orang kedua dan ekspektasi yang dihasilkan menyebabkan
orang kedua itu berperilaku dengan cara yang konsisten dengan persepsi asli.

Evaluasi kinerja, Evaluasi kinerja sangat tergantung pada proses perseptual.


Evaluasi yang bersifat subjektif meskipun kadang perlu , adalah problematik karena
kesalahan yang kita diskusikan-persepsi selektif, efek kontras, efek halo dan
seterusnya. Kadang-kadang peringkat kinerja mengatakan tentang evaluator sebanyak
yang dikatakannya tentang pekerja.

Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual

Individu melakukan pengambilan keputusan (decision), pilihan yang dibuat


dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas
masalah (problem), yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang
diinginkan. setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan
mengevalasi informasi. kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. sekali lagi, proses perseptual kita akan
memengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan
perceptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Model Rasional, Rasionalitas Terbatas, dan Intuisi

Dalam perilaku organisasi, ada konsep pengambilan keputusan yang


umumnya diterima oleh masing-masaing individu untuk membuat determinasi:
pengambilan keputusan, rasional, rasionalitas terbatas, dan intuisi. Meskipun

53
prosesnya secara eksternal masuk akal, mereka bisa saj tidak mengarah pada
keputusan paling akurat (atau terbaik). Lebih penting lagi pada saat-saat dimana satu
strategi bisa mengarah pada hasil yang lebih baik dibandingkan yang lainnya pada
situasi tertentu.

Rasionalisasi yang dibatasi : Membuat keputusan dengan membuat berbagai


model sederhana yang menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapatkan semua
kerumitannya.

Pengambilan Keputusan Rasional, Pengambil keputusan harus membuat pilihan


memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah
dalam model pengambilan keputusan yang rasional, yaitu :

1. Definisikan masalah,
2. Identifikasi kriteria keputusan,
3. Alokasikan bobot pada kriteria,
4. Kembangkanlah alternatif,
5. Evaluasi alternatif,
6. Pilihlah alternatif terbaik.

Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi,


yaitu :

1. Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan


dengan situasi keputusan.
2. Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua
kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
3. Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
4. Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada
mereka stabil sepanjang waktu.
5. Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh
tentang kriteria dan alternatif.

54
6. Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.

Rasionalitas terbatas: Sebuah proses pengambilan keputusan dengan membangun


model-model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari
masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya. Bila berhadapan pada masalah
yang kompleks, kebanyakan orang menanggapi dengan mengurangi masalah pada
level mana masalah itu dapat dipahami. Ini disebabkan karena kemampuan manusia
mengolah informasi terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan
memahami semua informasi yang perlu untuk optimisasi.

Intuisi: Penggunaan intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi dianggap tak
rasional atau tak efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis
rasional terlalu ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada
intuisi dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa
definisi intuitif dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisis
rasional.

Bias dan Kesalahan Umum dalam Pengambilan Keputusan

Pengambil keputusan terlibat dalam rasionalitas terbatas, tetapi mereka juga


mengizinkan bias dan kesalahan sistematis merusak penilaian mereka. Untuk
meminimalkan usaha dan menghindari trade off,orang cenderung terlalu
mengandalkan pengalaman, impuls, tebakan, dan aturan jempol yang menyenangkan.
Jalan pintas bisa membantu; meskipun demikian mereka dapat mengganggu
rasionalitas. Berikut adalah bias-bias paling umum dalam pengambilan keputusan.

Bias Terlalu Percaya Diri (Over confidence Bias), Tidak ada masalah dalam
penilaian dan keputusan yang lebih umum dan berpotensi menimbulkan bencana
besar dari pada kepercayaan diri yang berlebih.

Bias Jangkar, Kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal, darimana
kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang berikutnya;

55
Bias Konfirmasi, Kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan
pilihan-pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan
penilaian-penilaian masa lalu.

Bias Ketersedian, kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada


informasi yang siap tersedia bagi mereka.

Eskalasi Komitmen, Komitmen yang meningkat untuk sebuah keputusan meskipun


terdapat informasi negatif.

Kesalahan Acak, Kecenderungan individu untuk percaya bahwa ia mampu


memprediksi hasil dari peristiwa acak. Keputusan yang didasarkan pada kejadian
acak dapat mencacatkan kita ketika mereka memengaruhi penilaian kita atau
membiaskan keputusan utama kita.

Aversi Risiko, Kecenderungan untuk lebih memilih hasil yang pasti dari jumlah yang
menengah daripada hasil yang lebih berisiko. Bahkan sekalipun hasil yang lebih
berisiko itu memiliki ekspektasi payoff lebih tinggi.

Bias Retropeksi, Kecenderungan yang salah dalam mempercayai sesudah hasil dari
suatu peristiwa sebenarnya diketahui, bahwa seseorang tadinya akan dapat
memprediksinya secara akurat.

Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan Batasan


Organisasi

Perbedaan Individu, meliputi :

Kepribadian, Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menunjukkan


bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi keputusan seseorang.

Jenis Kelamin, Sebuah studi selama dua puluh tahun menemukan bahwa wanita
menghabiskan lebih banyak waktu daripada pria dalam menganalisis masa lalu, masa

56
kini, dan masa depan. Mereka lebih cenderung menganalisis masalah secara
berlebihan sebelum membuat sebuah keputusan dan mengolah keputusan yang telah
dibuat. Hal ini dapat menimbulkan pertimbangan masalah dan alternatif penyelesaian
yang lebih hati-hati. Namun, hal ini dapat membuat masalah lebih sulit diselesaikan,
meningkatkan penyesalan atas keputusan-keputusan masa lalu, dan meningkatkan
depresi.

Kemampuan Mental, Orang-orang dengan tingkat kemampuan mental yang lebih


tinggi dari mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih
akurat, dan belajar lebih cepat, sehingga mereka juga lebih sedikit berisiko salah
dalam mengambil keputusan umum. Namun, kemampuan mental tersebut hanya
membantu orang-orang untuk menghindari mereka dari beberapa masalah tersebut.

Perbedaan Budaya, Latar belakang budaya dalam pengambilan keputusan secara


signifikan dapat mempengaruhi pemilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya
logika dan rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi harus dibuat autokrat oleh
seorang manajer atau secara kolektif dalam kelompok.

Batasan Organisasi, meliputi :

Evaluasi Kinerja, Jika manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik di bawah
tanggung jawabnya beroperasi dengan baik ketika dia tidak mendengar hal negatif,
maka manajer yang menangani pabrik tersebut akan berusaha agar hal negatif
tersebut tidak sampai kepada atasannya yaitu manajer divisi.

Sistem Imbalan, Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambil keputusan


dalam menentukan pilihan pembayaran pribadi mana yang lebih baik. Jika organisasi
menghindari risiko pemberian imbalan, maka manajer itu kemungkinan besar
menggunakan keputusan konservatif.

Peraturan Baku, Semua organisasi kecuali organisasi yang kecil membuat peraturan
dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak

57
sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan
keputusan.

Batasan Waktu Akibat Sistem, Hampir semua keputusan penting ada deadline nya.
Kondisi ini sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi para manajer untuk
mengumpulkan semua informasi sebelum membuat keputusan.

Contoh Historis, Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus


pilihan yang dibuat pada masa lampau. Jadi, pilihan yang dibuat hari ini sebagian
besar merupakan hasil dari pilihan yang dibuat selama bertahun-tahun.

Bagaimana Mengenai Etika dalam Pengambilan Keputusan?

Etika juga termasuk hal yang perlu diperhatikan dalam segala bentuk
pembuatan keputusan. Ada tiga kriteria yang digunakan untuk melakukan sebuah
keputusan, yaitu :

1. Utilitarianisme, yaitu Pembuatan keputusannya semata mata berdasarkan


outcome/keluaran, untuk menghasilkan sesuatu yang baik dalam jumlah yang
besar dan umumnya dapat ditemukan dalam pembuatan keputusan berbisnis.
Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah pencapaian efisiensi dan
produktivitas, sementara kelemahannya ialah mengesampingkan hak-hak yang
dimiliki oleh individu.
2. Whistle-blower, yaitu Pembuatan keputusan yang didasarkan pada hak-hak yang
dimiliki, seperti saling menghargai dan melindungi hak-hak dasar tiap individu.
Hal ini diterapkan untuk memberikan kepada whistle-blower, yaitu individu yang
membuka masalah organisasi secara tidak pantas pada media atau pemerintah
menggunakan hak untuk berbicaranya. Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini
ialah perlindungan pada individu dari kecelakaan dan mengutamakan kebebasan
dan privasi, sementara kelemahannya ialah mencegah tercapainya efisiensi dan
produktivitas.

58
3. Etika Perilaku, yaitu Pembuatan keputusannya berdasarkan melaksanakan tiap
peraturan yang dibuat secara adil dan fair, atau adanya keseimbangan dalam
distribusi keuntungan dan biaya. Umumnya digunakan oleh Serikat pekerja, agar
mereka mendapatkan upah yang sama dengan job desk yang dilaksanakan.
Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah perlindungan pada individu yang
lebih lemah, sementara kelemahannya ialah mengurangi inovasi, produktivitas dan
pengambilan resiko.

Kreativitas, Pengambilan Keputusan, dan Inovasi dalam Organisasi

Dalam pengambilan sebuah keputusan,seorang pengambil keputusan tidak


hanya memerlukan pengambilan keputusan rasional saja,melainkan mereka juga
membutuhkan kreativitas. Kreativitas mendorong pengambil keputusan untuk menilai
dan memahami masalah.

Model Tiga Tahap dari Kreativitas dalam Organisasi

Penyebab perilaku kreatif

Potensi kreatif Lingkungan Kreatif

Perilaku Kreatif

Formulasi Pengumpulan Pemunculan Evaluasi


Masalah Informasi Ide-ide Ide

Hasil kreatif (Inovasi)

Berdayaguna

59
Kreativitas melibatkan tiga tahapan, yaitu penyebab perilaku kreatif, perilaku
kreatif, dan hasil kreatif atau inovasi.

Perilaku Kreatif

1. Formulasi Masalah, Formulasi masalah adalah tahap pertama dalam perilaku


kreatif, yaitu tahapan pengidentifikasian masalah atau peluang yang belum ada
solusinya.
2. Pengumpulan Informasi, Adalah tahapan ketika kita mulai mengumpulkan
informasi dalam upaya mencari solusi dari suatu masalah,contohnya ketika
bertemu seseorang di luar bidang keahlian kita untuk membahas solusi.
3. Pemunculan Ide, Adalah tahapan ketika kita berusaha untuk mengembangkan
solusi yang memungkinkan,berdasar informasi-informasi relevan yang telah
terkumpul.
4. Evaluasi Ide, Evaluasi ide merupakan tahapan terkahir dalam perilaku
kreatif,yaitu mengidentifikasi ide-ide atau solusi yang paling tepat.

Penyebab Perilaku Kreatif

1. Potensi Kreatif, Potensi kreatif berasal dari banyak hal,yaitu kepribadian kreatif
yang dimilki seseorang, kecerdasan, sifat keterbukaan terhadap pengalaman, dan
keahlian.
a. Kepribadian Kreatif, Seseorang yang memilki karateristik kepribadian kreatif
memilki potensi kreatif yang tinggi, contohnya Steve Jobs yang memilki
kreatiftas dalam hal bisnis,dan Pablo Picaso yang memilki kreatifitas yang
tinggi dalam bidang seni melukis.
b. Kecerdasan, Orang-orang yang cerdas mereka mampu memecahkan masalah
yang kompeks karena memiliki kreatifitas yang lebih, selain itu mereka juga
mamu menampung dan mengingat informasi yang lebih banyak,dimana

60
informasi informasi tersebut tentu mendorong mereka untuk mengembangkan
kreatifitas.
c. Sifat Keterbukaan Terhadap Pengalaman, Orang-orang yang terbuka terhadap
pengalaman bersifat lebih terbuka terhadap keragaman dan mau mencoba hal
baru,tentu saja mereka memilki pengalaman dan pengetahuan yang lebih
dibanding orang-orang yang tertutup terhadap pengalaman,dimana
pengalaman dan pengetahuan yang lebih akan mendorong mereka untuk lebih
kreatif.
d. Keahlian, Keahlian merupakan hal utama dala semua pekerjaan kreatif,karena
orang yang ahli dalam bidang tertentu memilki kemampuan,pengetahuan,dan
kecakapan yang dibutuhkan untuk mengembangkan kreatifitas dalam bidang
tersebut.

2. Lingkungan Kreatif

Potensi kreatif tentunya harus didukung juga oleh lingkungan yang dapat
merealisasikan potensi kreatif tersebut,faktor-faktor lingkungan kreatif mencakup :

a. Motivasi Internal, Motivasi internal (keinginan dari dalam diri untuk


mengerjakan sesuatu) mendorong seseorang untuk berperilaku kreatif,
sehingga menghasilkan sesuatu yang kreatif pula.
b. Lingkungan Organisasi, Kreativitas juga dipengaruhi oelh lingkungan
organisasi. Aturan dalam organisasi harus memberikan kebebasan para
anggotanya untuk mengembangkan ide,sehingga akan mendorong kreativitas
mereka.
c. Budaya, Negara-negara yang memilki budaya individualistis yang tinggi
warga negaranya cenderung lebih kreatif,sifat individual membentuk pola
pikir mereka untuk melakukan suatu hal secara individual sehingga
mendorong mereka untuk lebih kreatif. Contoh negara-negara yang memilki
budaya individualistis yang tinggi adalah USA, Rusia,Jerman,dan Belgia.

61
d. Kepemimpinan, Sifat kepemimpinan seorang pemimpin juga berpengaruh
terhadap perkembangan kreativitas dari para bawahannya. Seorang pemimpin
yang berperilaku transparan,memacu dan mendorong para pekerjanya untuk
berkembang, akan mendorong para pekerjanya untuk lebih kreatif, sebaliknya
pemimpin yang berperilaku menghukum dan tidak mendukung akan membuat
para pekerjanya merasa tertekan sehingga menghambat perkembangan
kreatifitas mereka sendiri.
e. Keberagaman Anggota Tim, Dengan adanya keberagaman dalam anggota tim
memungkinkan para anggota untuk saling bertukar pikiran dan pengetahuan
yang akan mendorong perkembangan kreativitas dari anggota tim itu sendiri.

Keluaran dari Kreatif (inovasi)

Perilaku kreatif tidak selalu menghasilkan hasil kreatif atau inovatif. Keluaran
atau outcome dari perilaku kreatif adalah ide atau solusi-solusi yang baru dan berguna
bagi mereka yang berkepentingan. Sebuah ide atau solusi mampu dikatakan kreatif
apabila mampu memecahkan suatu masalah. Ide-ide kreatif akan percuma jika tidak
diimplementasikan, para individu dapat mengimplementasikan ide-ide tersebut ketika
mereka termotivasi untuk mengimplementasikan dalam praktik nyata. Selain itu iklim
organisasi harus mendukung adanya pengembangan kreativitas sehingga mampu
menciptakan inovasi.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apaka persepsi, dan apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi persepsi


kita?
2. Apakah teori atribusi? Apakah ketiga penentu atribusi? Apakah implikasinya
dalam menjelaskan perilaku organisasi?
3. Apakah jalan pintas yang orang-orang sering gunakan dalam membuat
penilaian mengenai orang lain?

62
4. Apakah kaitan antara persepsi dan pengambilan keputusan? Bagaimana yang
satu memengaruhi yang lainnya?

D. DAFTAR PUSTAKA

Robbins. 2018. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

63

Anda mungkin juga menyukai