Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR PRODUKSI BAWAAN

DAN TEORI HECKSCHER-


OHLIN
KELOMPOK : 4 (EMPAT)

KELAS : 5 D (AKUNTANSI-SORE)

NAMA ANGGOTA :

- ANGELINA MAGDALENA H
-DESI SUKMAWATI
-DIYAN ANISAH
-DWI OKTAVIANI
-GINA LESTARY
-IQBAL ROYBAFIH
-ROHAYU MANALU
Teori Heckscher-Ohlin
 Teori Heckscher-Ohlin (H-O) yang dikemukakan oleh Eli
Heckscher dan seorang mahasiswanya bernama Bertil Ohlin
untuk pertama kalinya menelaah sebab-sebab munculnya
keunggulan komparatif bagi setiap negara dan dampak yang
ditimbulkan oleh hubungan perdagangan terhadap
pendapatan faktor produksi di kedua negara yang melakukan
hubungan perdagangan.
 Menurut teori H-O bahwa adanya hubungan perdagangan
berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu
negara, selain disebabkan oleh perbedaan produktivitas
tenaga kerja juga disebabkan oleh adanya perbedaan karunia
sumber daya, atau variasi dalam kepemilikan sumber daya di
negara yang satu dengan yang di miliki oleh negara lain.
Asumsi - Asumsi Teori
 Ada dua negara, dua komoditas, dan dua faktor produksi.
 Kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
produksi
 Komoditas X adalah padat karya, dan komoditas Y adalah
padat modal di kedua negara
 Kedua komoditas yang diproduksi diukur dalam skala hasil
konstan
 Ada spesialisasi tidak menyeluruh dalam produksi di kedua
negara
 Selera yang sama dikedua negara
 Ada persaingan sempurna dikedua komoditas dan pasar
faktor produksi di kedua negara
 Ada mobilitas faktor yang sempurna di dalam setiap
negara, tetapi tidak ada mobilitas faktor produksi secara
internasional
 Tidak ada biaya transportasi, tarif, atau penghalang lain
untuk arus bebas perdagangan internasional
 Semua sumber daya sepenuhnya digunakan di kedua
negara
 Perdagangan internasional antara dua negara seimbang
Intensitas Faktor Produksi

Berdasarkan asumsi dua barang (X dan Y) dan


dua faktor produksi (modal dan tenaga kerja) yang
dihasilkan dalam suatu perekonomian, maka kita
dapat menyatakan bahwa barang Y merupakan barang
padat modal apabila rasio modal-tenaga kerja (K/L)
yang digunakan dalam memproduksi Y lebih besar
dibanding rasio K/L yang digunakan dalam
memproduksi X.
Contoh :
 di negara A untuk memproduksi barang Y dibutuhkan dua
unit modal (2K) dan dua unit tenaga kerja (2L), maka rasio
modal-tenaga kerja untuk memproduksi satu unit Y adalah
K/L = 2/2 = 1. Bila dalam waktu yang sama untuk
memproduksi satu unit X dibutuhkan 1K dan 4L, maka rasio
K/L untuk memproduksi X adalah K/L = ¼. Oleh karena
rasio K/L = 1 untuk barang Y, sedangkan untuk barang X
rasio K/L = ¼, maka barang Y merupakan barang pada
modal dan barang X merupakan barang padat tenaga kerja.
Intensitas faktor negara A
Selanjutnya

 di negara B untuk memproduksi barang Y dibutuhkan dua unit


modal (2K) dan satu unit tenaga kerja (1L), maka rasio modal-
tenaga kerja untuk memproduksi satu unit Y adalah K/L = 2/1 =
2. Bila dalam waktu yang sama untuk memproduksi satu unit X
dibutuhkan 3K dan 2L, maka rasio K/L untuk memproduksi X
adalah K/L = 3/2 = 1,5. Oleh karena rasio K/L = 2 untuk barang
Y, sedangkan untuk barang X rasio K/L = 1,5, maka barang Y
merupakan barang padat modal dan barang X merupakan barang
padat tenaga kerja.
Intensitas Faktor Negara B

 
Berdasarkan pada unit-unit fisik

 negara B disebut sebagai negara yang berkelimpahan modal


apabila rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga
kerja (TK/TL) di negara B lebih besar dibanding di negara A
(TK/TLB > TK/TLA). Walaupun misalnya negara A memiliki total
jumlah modal yang lebih besar dari pada total jumlah modal
negara B, akan tetapi negara B dikatakan sebagai negara yang
berkelimpahan modal apabila : TK/TLB > TK/TLA, sebaliknya
negara A merupakan negara yang berkelimpahan tenaga kerja
karena TL/TKA > TL/TKB. Misalnya total jumlah modal di negara
A sebanyak 112 unit dan total jumlah tenaga kerja 160, maka
TK/TL = 112/160 = 0,70. Total jumlah modal di negara B
sebanyak 110 unit dan total jumlah tenaga kerja 88, maka TK/TL
= 110/88 = 1,25. Dengan demikian TK/TLB > TK/TLA, sehingga
negara B layak disebut negara yang berkelimpahan modal.
Berdasarkan Harga Relatif Faktor-
Faktor Produksi
 Negara B dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan
modal apabila rasio harga modal terhadap harga tenaga kerja
lebih kecil dibanding negara A, yaitu apabila r/wB < r/wA, di
mana r adalah harga atau sewa modal dan w adalah harga
atau upah tenaga kerja. Misalkan harga modal di negara A
Rp.1.250/unit dan harga tenaga kerja Rp.1000/tk, maka r/wA =
1.250/1.000 = 1,25. Harga modal di negara B sebesar
Rp.1.680/unit dan harga tenaga kerja Rp.2.100/tk, maka r/wB
= 1.680/2.100 = 0,80. Dengan demikian r/wB < r/wA,
sehingga negara B layak disebut negara yang berkelimpahan
modal.
Kelimpahan Faktor Produksi dan
Bentuk Garis Batas Produksi

 Bila negara B merupakan negara yang berkelimpahan modal,


dan barang Y merupakan barang padat modal, maka negara
B akan memproduksi lebih banyak Y dibanding negara A. Di
lain pihak, karena negara A adalah negara yang
berkelimpahan tenaga kerja, maka negara Akan
memproduksi barang X (barang padat tenaga kerja) dalam
jumlah yang lebih banyak dibanding negara B.
Gambar 3 : Kurva Kemungkinan
Produksi Negara A dan negara B
Theorema Heckscher-Ohlin
 Suatu negara akan mengekspor komoditas yang
produksinya memerlukan peng-gunaan intensif
faktor produksi negara yang jumlahnya relatif
berlimpah dan murah dan mengimpor komuditas
yang produksinya memerlukan penggunaan intensif
faktor produksi negara yang jumlahnya relatif
langka dan harganya mahal.
Kerangka Ekuilibrium Umum Teori
Heckscher-Ohlin
Teorema Penyeimbangan Harga
Faktor Produksi

 Teori Penyeimbangan Harga Faktor Produksi


(factor price equalization theorem – H-O-S
theorem)sebagai berikut. Perdagangan
internasioanal akan membawa pemerataan
dalam hasil relatif dan absolut untuk faktor
homogen di berbagai negara.Dengan demikian,
perdagangan internasional adalah penggantian
mobilitas internasional dari faktor produksi.
Penyeimbangan Harga Faktor Produksi
Relatif dan Absolut
Pengaruh Perdagangan terhadap
Distribusi Pendapatan

Jika perdagangan meningkatkan harga


faktor produksi yang berlimpah dan
murah di suatu negara dan secara
bersamaan mengurangi harga faktor
produksi yang langka dan mahal.
Model Faktor Produksi Spesifik
 Sebuah negara Yang relatif mempunyai tenaga
kerja berlimpah menghasilkan dua komoditas,
komoditas X yang L intensif dan komoditas Y
yang K intensif. Kedua komoditas tersebut
diproduksi dengan tenaga kerja dan modal tetapi
perpindahan tenaga kerja antara dua industri
berlangsung lebih mudah, sementara modal
bersifat spesifik untuk setiap industri.
Relevansi Empiris
 Jika perdagangan internasional
ditunjukan untuk mengurangi
perbedaan absolut dalam tingkat hasil
faktor produksi antar negara, banyak
kekuatan lain yang beroperasi pada
saat yang sama, yang menyebabkan
hubungan antara dua hal tersebut
menjadi kurang jelas.
Wassalamu’alaikum
wr.wb

Anda mungkin juga menyukai