Anda di halaman 1dari 3

Nama: khanza naviza

nama mata kuliah: ekonomi internasional


kode mata kuliah: espa4226
prodi: ekonomi syariah

Jawaban:

1.) PERBEDAAN nilai mata uang Hambatan perdagangan internasional yang paling sering terjadi
adalah perbedaan nilai mata uang negara pengekspor dengan pengimpor. Jika nilai mata uang
negara pengekspor lebih tinggi ketimbang pengimpor, mereka yang mengimpor barang harus
mengeluarkan lebih banyak uang untuk mengikuti kurs.

Menurut Eddie Rinaldy, dkk dalam buku Perdagangan Internasional (2021), salah satu bentuk hambatan dalam
perdagangan internasional adalah peraturan pemerintah. Peraturan yang dimaksud ini lebih tertuju pada
kebijakan ekonomi pemerintah yang kadang menghambat proses perdagangan internasional

Hambatan perdagangan internasional juga bisa datang dari kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh lembaga
ekonomi internasional. Biasanya negara yang terdaftar sebagai anggota lembaga ekonomi tersebut akan
mendapat keuntungan. Sebaliknya, mereka yang tidak terdaftar akan mendapat sejumlah hambatan

Kondisi keamanan dan situasi suatu negara turut memengaruhi terlaksananya perdagangan internasional. Jika
sedang konflik atau rusuh, negara akan memilih menjalin perdagangan internasional dengan negara yang lebih
aman. Oleh sebab itu, konflik dan peperangan turut menjadi salah satu hambatan dalam perdagangan
internasional

2.) MENURUT pandangan merkantilisme, sebuah negara akan memiliki dua permasalahan yang berbeda, tetapi
saling terkait yaitu permasalahan domestik dan permasalahan luar negeri. PERTAMA, permasalahan domestik
adalah masalah persatuan (unity) yang dibutuhkan keberadaannya untuk membangun kekuatan nasional yang
lebih besar dibanding aliran lokalisme (localism) di abad ke-15 Masehi. Pada era merkantilisme, konflik
militer antarnegara (nation-states) merebak. Tentara dan angkatan laut tidak hanya bekerja sebagai kekuatan
sementara, tetapi juga bekerja full- time profesional. Dari aspek ekonomi, tujuan pemerintah adalah
mengumpulkan uang yang cukup untuk mendukung kekuatan militer sehingga mampu menangkal serangan
oleh negara-negara lain dan membantu memperluas teritorial. KEDUA, permasalahan luar negeri. Kebijakan
ekonomi politik mercantilism didukung oleh kelompok bullionist. Kelompok ini berpendapat bahwa untuk
mencapai kemakmuran suatu negara maka negara harus mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah
barang yang diimpor. Untuk memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan, ekspor harus didorong,
seperti pemberian subsidi ekspor dan proteksi terhadap barang modal dan SDA (Sumber Daya Alam),
sedangkan impor harus dibatasi. Pembatasan impor ini dapat berupa pengenaan tarif yang tinggi untuk barang
dari negara lain dan pelarangan impor bagi barang yang bisa diproduksi sendiri. Untuk kebijakan perdagangan,
pemerintah membantu industri domestik dengan mengenakan tarif impor yang tinggi, kuota, dan bahkan
pelarangan impor bagi produk-produk pesaing industri domestik. Pemerintah juga melarang ekspor barang-
barang peralatan mesin dan kapital serta emigrasi tenaga kerja terampil ke negara lain termasuk koloni untuk
menghindari persaingan dengan produk domestik.
3.) PENGERTIAN keunggulan absolut dihitung sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya
jam/hari kerja yang dibutuhkan oleh unit tenaga kerja dalam menghasilkan output (terkenal dengan nama teori
nilai tenaga kerja, the labor theory of value). Adam Smith menjelaskan keunggulan absolut dengan
mengasumsikan tenaga kerja (labor) sebagai satu-satunya input produksi. Jadi, Adam Smith menekankan
produktivitas tenaga kerja. Keuntungan ini akan diperoleh jika masing-masing negara mampu
memproduksikan output tertentu dengan jam/hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan negara lain
dalam memproduksi output yang sejenis atau keunggulan yang dimiliki dalam memproduksi output dengan
biaya yang relatif lebih rendah.

MENGENAI teori keunggulan absolut dalam perdagangan internasional, DIGUNAKAN BEBERAPA ASUMSI: 1.
Hanya terdapat dua negara yang terlibat dalam perdagangan internasional. 2. Masing-masing negara
menghasilkan dua barang yang sama/sejenis. 3. Berlaku labor theory of value (nilai suatu barang tergantung
hanya atas jumlah tenaga kerja (jam/hari kerja) yang dibutuhkan dalam membuat suatu barang). 4.) Skala hasil
konstan (Constant Return to Scale, CRS), yaitu ketika input-input secara proporsional dinaikkan sebanyak n
kali maka output juga naik n kali. Tidak ada biaya transaksi dan transportasi. Persaingan sempurna. 7. Tidak
ada perubahan teknologi.

4.) David Ricardo menggunakan asumsi-asumsi, seperti dijelaskan sebelumnya, dalam hukum keunggulan
komparatif Asumsi terkait teori nilai tenaga kerja (the labor theory of value) adalah tidak tepat dan seharusnya
tidak digunakan untuk menerangkan keunggulan komparatif (Salvatore, 2004). Teori nilai tenaga kerja
menyatakan bahwa nilai atau harga suatu komoditas tergantung dari jumlah tenaga kerja yang terkait dengan
produksi komoditas tersebut. Hal ini menunjukkan dua hal. Pertama, tenaga kerja hanya satu-satunya faktor
produksi atau tenaga kerja digunakan dalam proporsi tetap dalam produksi semua komoditas. Kedua, tenaga
kerja adalah homogen. Dalam dunia nyata, tenaga kerja bukan hanya satu-satunya faktor produksi ataupun
digunakan dalam proporsi yang tetap dalam produksi semua komoditas. Produksi komoditas pasti juga
membutuhkan faktor produksi lainnya seperti modal, bahan baku, dan lain-lain. Adanya substitusi di antara
faktor produksi kemungkinan besar terjadi. Misal, substitusi antara kapital dan tenaga kerja. Kenyataan lain
adalah bahwa tenaga kerja tidak homogen. Masing-masing tenaga kerja memiliki spesialisasi-spesialisasi
sendiri sehingga upah dan produktivitas kemungkinan juga berbeda.. Harberler (1936) menjelaskan
keunggulan komparatif berdasarkan atas teori biaya oportunitas (opportunity cost theory). Oleh karena itu,
hukum keunggulan komparatif juga sering disebut hukum biaya komparatif (the law of comparative cost).
Menurut hukum biaya oportunitas, biaya oportunitas sebuah komoditas adalah jumlah komoditas lain yang
tidak bisa diproduksi karena sumber dayanya sudah digunakan untuk memproduksi satu unit komoditas
tersebut. Misal, di perekonomian ada dua komoditas: X dan Y. Biaya oportunitas komoditas X adalah jumlah
komoditas Y yang tidak bisa diproduksi karena sumber dayanya dialokasikan untuk tambahan satu unit
komoditas X. Konsekuensinya, negara dengan biaya oportunitas lebih yang rendah dibanding negara lain
dalam produksi sebuah komoditas (misal X) maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif pada
komoditas tersebut (X), dan tidak memiliki keunggulan komparatif pada komoditas lainnya (Y).

Biaya oportunitas (opportunity cost), yaitu keseluruhan konsekuensi atas hilangnya kesempatan lain, dan tidak
merefleksikan apakah hal tersebut masuk dalam kategori transaksi moneter atau tidak.

5.) Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam
faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi, yang menghasilkan tingkat produksi
yang sama. Isoquant menunjukkan berbagai kombinasi dari dua faktor produksi yang memproduksi
output pada tingkat yang sama.

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang membutuhkan biaya yang sama.

Isoquant merupakan konsep hubungan antara output yang dipengaruhi oleh input dan menunjukkan
berbagai kombinasi dari dua faktor produksi yang memproduksi output pada tingkat yang sama. Kurva
isoquant ber-slope negatif karena hubungan substitusi antar input, artinya untuk mendapatkan tingkat
output yang sama jika suatu input ditambah, input yang lain harus dikurangi. Isocost adalah kurva yang
menunjukkan berbagai kombinasi input yang membutuhkan biaya yang sama. Titik persinggungan
antara isoquant dan isocost merupakan titik keseimbangan produsen, yang menunjukkan kombinasi
berbagai input untuk memproduksi sejumlah output tertentu dengan biaya yang paling minimum. Kurva
batas kemungkinan produksi (Production Possibity Frontier, PPF) adalah kurva yang menunjukkan
seluruh kombinasi dua barang yang mampu dihasilkan sebuah negara dari input yang dimiliki oleh
negara tersebut, teknologi yang ada, dan penggunaan input secara efisien dan efektif. Pada konsep
klasik, negara diasumsikan memiliki kurva PPF yang biaya tetap (constant-cost PPF), sedangkan konsep
neo-klasik mengasumsikan bahwa negara memiliki kurva PPF yang increasing-cost (increasing-cost PPF)
di mana untuk setiap perpindahan produksi barang akan menambah biaya (bentuk kurva cembung).
Kurva indiferen masyarakat (community indifferent curve, CI) adalah kurva yang menunjukan berbagai
kombinasi barang x dan y yang dikonsumsi masyarakat untuk mendapatkan tingkat utilitas tertentu.
Keseimbangan sebelum perdagangan (autarky equilibrium) ditunjukkan oleh titik persinggungan
antara PPC dan CI.

Kurva indiferen tidak saling berpotongan, karena apabila saling berpotongan maka tidak konsisten
dengan difinisi yang telah dijelaskan diatas. Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada kurva indiferen
yang sama akan memberikan kepuasan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai