Anda di halaman 1dari 9

EKONOMI INTERNASIONAL

Tentang : “Isocost, Teori Modern, Kesamaan Harga Faktor Produksi, Teori


Permintaan Dan Penawaran Dalam Perdagangan Internasional”

OLEH :

KELOMPOK V

NAMA :

ANDRI ELIMANAFE (1901080045)


SEMUEL KRISTOFEL ABOR ( 1901080061)
ONESIMUS NDORI ( 1901080083)
YOHANA ELDA NAHA ( 1901080142)
YAKOB KORNELIS BATHU ( 1901080069)
VITO FERNANDO LINO ( 1901080094)
SARIDIANA TAPATAB ( 1901080010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN UNIVERSITAS NUSA CENDAA
KUPANG
2022
Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu
negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan
faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
1) Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu
negara.
2) Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
1) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
2) Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
3) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
4) Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena
negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk
memproduksinya.
5) Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan
sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli
Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan
mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori
Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat
terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang
secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak
memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut.
Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab
perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya
menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori
modern H-O ini dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya
negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam
memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor
barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika
negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam
memproduksinya.
1) Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan
hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
a) Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap
negara turun.
b) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
c) Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua negara
cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.
d) Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan negara yang kaya
Labor.
e) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga negara yang kaya
kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara
kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.
2) Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan
internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
a) Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi
adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi
yang berbeda.
b) Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih
menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara
industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa
dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
c) Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas faktor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan
kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini
merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O. Asumsi
spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan
perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak negara yang masih
memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor

Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva.

1. Isocost
Isocost adalah kurva anggaran produksi yang mencerminkan kombinasi dari dua
input (faktor produksi) yang mempunyai biaya yang sama. Misalkan untuk
produksi menggunakan input tenaga kerja sebanyak X1 dan mesin sebanyak Y1,
memiliki biaya yang sama bila menggunakan komposisi tenaga kerja sebanyak
X2 dan mesin sebanyak Y2. Konsep isocost disini yang perlu digaris bawahi
adalah biaya dari penggunaan dua faktor produksi tersebut mempunyai biaya
yang sama. Kalau pada isoquant merujuk pada output yang sama, meskipun biaya
pengunaan inputnya bisa saja tidak sama. Sebaliknya, pada isocost yang
ditekankan adalah penggunaan dua faktor produksi tersebut memberikan biaya
yang sama, meskipun output yang dihasilkan belum tentu sama.
Perhatikanlah kurva anggaran produksi (isocost) berikut:
Pada kurva isocost diatas kita melihat garis-garis miring. Garis-garis diatas
merupakan garis kurva isocost. Garis kurva isocost adalah garis anggaran yang
menggambarkan biaya untuk kombinasi penggunaan dua jenis input. Sehingga
kemiringan garis kurva isocost (I) diatas menggambarkan rasio penggunaan biaya
untuk kombinasi menggunakan dua jenis input produksi.

Perhatikanlah gambar A. Misalkan kita melihat kurva isocost I1, artinya garis
tersebut menggambarkan kombinasi penggunaan input berupa mesin dan tenaga
kerja yang mempunyai biaya/anggaran yang sama. Pada gambar diatas, I1, I2, I3
bukan menggambarkan sumbu tenaga kerja, tapi I diatas merupakan symbol
untuk garis isocost yang berbentuk miring. Kemiringan kurva isocost ini
bergantung pada kombinasi tenaga kerja dan modal. Pada gambar A digambarkan
adanya perubahan garis isocost (I). Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
harga input. Kurva isocost pada gambar A terjadi penurunan biaya input.
Perubahan kemiringan kurva isocost pada bagian tenaga kerja dari I1 ke I2,
menunjukkan bahwa perubahan tersebut mendorong penggunaan tenaga kerja
lebih banyak. Anggap saja harga tenaga kerja (upah) lebih murah sehingga
jumlah tenaga kerja ditambah. Begitu pula yang ditunjukkan pada I3.
Pada gambar B terlihat ada 3 kurva isocost yaitu I1, I2, I3. Pada gambar ini
diilustrasikan terjadi perubahan kemampuan anggaran. Misalkan kurva anggaran
isocost pada I1. Lalu terjadi penambahan kemampuan anggaran, misalkan
perusahaan menambah dana (investasi), sehingga anggaran yang dapat digunakan
untuk membeli mesin (modal) dan atau mengupah tenaga kerja bertambah.
Pergeseran kurva isocostnya akan terjadi dari I1 ke I2. Bila anggaran perusahaan
ditambah lagi maka garis isocost akan berubah ke I3.

Kesamaan harga faktor produksi


Perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama
di beberapa negara . Dari teori faktor proporsi Hecksher-Ohlin , selama negara
memperbanyak produksi barang X akan mengakibatkan bertambahnya
permintaan tenaga kerja , sebaliknya semakin berkurangnya produksi barang Y
berarti semakin sedikit permintaan akan kapital. Hal ini akan menurunkan upah
(harga daripada tenaga kerja) dan menaikkan harga daripada modal ( rate of
return) . Keadaan ini dapat dijelaskan pada Gambar 5.Sebelum berdagang dan
harga kapital di negara A adalah S1 dan R1 dengan kurva penawaran dan
permintaan S dan D1, sedang di negara S1 dan R1. upah di negara A lebih rendah
dan harga kapital lebih tinggi dari pada negara B. Setelah kedua negara tersebut
mengadakan perdagangan barang X (produk padat karya) bertambah dan barang
Y (produk padat modal) berkurang. tersedianya, bagi negara A bahwa permintaan
tenaga kerja meningkat dan permintaan kapital berkurang. Kurva permintaan
tenaga kerja bergeser ke D2 sehingga upah naik menjadi S2 dan jumlah tenaga
kerja yang digunakan adalah L2. Selanjutnya dengan berkurangnya permintaan
kapital, maka kurva permintaan akan kapital bergeser ke D2 sehingga harga
kapital turun menjadi R2 dan jumlah kapital yang digunakan adalah C2.
Negara B yang memiliki lebih banyak faktor produksi kapital dengan semakin
banyaknya produksi barang Y, permintaan kapital akan meningkat sehingga
harganya cenderung naik. Sebaliknya semakin sedikit produksi barang X, maka
permintaan akan tenaga kerja berkurang sehingga harganya turun. Sebelum
berdagang lebih tinggi di B, tetapi harga kapital lebih tinggi di A Dengan
berdagang tendensi upah dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut.

Teori Permintaan dan Penawaran dalam Perdagangan Internasional


Nopirin (1996: 26-27) menjelaskan bahwa perdagangan di antara dua negara akan
terjadi jika terdapat adanya perbedaan dalam permintaan dan penawaran.
Perbedaan dalam permintaan dapat disebabkan karena adanya perbedaan dalam
pendapatan dan selera. Untuk penawaran disebabkan adanya perbedaan dalam
jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi, dan eksternalitas.
Anggapan atau asumsi utama yang dipergunakan dalam teori permintaan dan
penawaran adalah:
1) Persaingan sempurna
2) Perubahan faktor produksi adalah tetap
3) Tidak ada biaya angkut
4) Kesempatan kerja penuh atau full employment
5) Tidak ada unsur perubahan teknologi
6) Produksi dengan ongkos yang menaik (increasing cos of production)
7) Tidak ada pemindahan kapital.
Sebelum terjadinya perdangan internasional, harga wool di negara A adalah PA
di mana kurva penawaran berpotongan dengan kurva permintaan. Harga wool di
negara B dikatakan sebesar PB di mana harga tersebut lebih tinggi daripada di
negara A. Jika produksi dilakukan dengan keadaan constant cost, maka negara A
dapat menjual wool dalam jumlah yang tidak terpada pada harga PA, sedangkan
negara B tidak dapat menjual wool satu unit pun pada harga yang lebih rendah
daripada PB. Dalam keadaan perdagangan internasional di mana terjadi kondisi
constant cost, maka akan terjadi spesialisasi. Wool hanya akan dihasilkan di
negara A, sedangkan Negara B akan mengimpor sejumlah OF’ pada harga PA.
Adapun ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini (Nopirin, 1996:
26).

Jika terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan
naik untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan
mengakibatkan kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya,
bagi negara B, produksi akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari
negara A sehingga harga akan terus menurun. Proses penyesuaian ini akan
berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh negara A (AB) sama dengan
jumlah yang diimpor oleh negara B (FC) dan harga yang terjadi adalah P. Jika
terjadi kondisi yang disebut increasing cost, maka produksi di negara A akan naik
untuk memenuhi permintaan di negara B. Kenaikan produksi ini akan
mengakibatkan kenaikan ongkos per unit, sehingga harga akan naik. Sebaliknya,
bagi negara B, produksi akan turun karena sebagian daripada wool diimpor dari
negara A sehingga harga akan terus menurun. Proses penyesuaian ini akan
berjalan terus sampai jumlah yang diekspor oleh negara A (AB) sama dengan
jumlah yang diimpor oleh negara B (FC) dan harga yang terjadi adalah P.
Pembebanan ongkos angkut (freight cost) sebesar PA’PB’ akan menyebabkan
volume perdagangan menjadi lebih rendah. Jumlah wool yang diekspor oelh
negara A (A’B’) sama dengan impor oleh negara B (F’G’). Berdasarkan
keterangan tersebut, ongkos angkut dapat menyebabkan adanya perbedaan harga
di antara kedua negara yang melakukan perdagangan.
Berdasarkan keterangan di atas, perdagangan internasional dapat dijelaskan
sebagai bentuk interaksi yang lebih luas dari aktivitas permintaan dan penawaran.
Sisi permintaan merepresentasikan pihak yang membutuhkan komoditas di pasar
internasional atau dikenal dengan istilah importir. Pihak yang disebut eksportir
adalah pihak yang menjalankan peran sisi penawaran. Dalam hal ini, sesuai
dengan model dasar teori permintaan dan penawaran, peran yang dijalankan
adalah interaksi keduanya terhadap adanya perubahan pada faktor harga (price)
dan kuantitas komoditas yang diperdagangkan. Pada perkembangan selanjutnya,
kedua unsur dasar dari permintaan dan penawaran tersebut masih tetap digunakan,
akan tetapi lebih berkembang lagi karena mulai disertakannya pembahasan
mengenai nilai tukar (kurs), pendapatan nasional, dan biaya produksi.
Faktor harga dalam perdagangan internasional merepresentasikan nilai komoditas
yang diperdagangkan. Besarnya nilai komoditas ditentukan oleh faktor kapasitas
produktif dari suatu perekonomian dan kekuatan mata uang dalam perdagangan
valuta asing. Faktor kuantitas tidak lagi menyempit pada aspek kelangkaan, akan
tetapi berkembang pada aspek pemenuhan selera internasional. Krugman dan
Obstfeld (1991: 115) menerangkan bahwa pada prinsipnya pola perdagangan
melalui mekanisme permintaan dan penawaran memiliki ciri-ciri umum sebagai
berikut:
 Kapasitas produktif suatu perekonomian dapat direpresentasikan melalui
batas-batas kemungkinan produksi dan perbedaan-perbedaan dalam
batasbatas kemungkinan produksi. Inilah yang selanjutnya membuka
peluang terjadinya perdagangan internasional.
 Batas-batas kemungkinan untuk menentukan skedul penawaran relatif
suatu negara.
 Keseimbangan dunia yang ditentukan oleh besarnya permintaan relatif
dunia dan skedul penawaran relatif dunia yang terletak di antara
skedul-skedul penawaran relatif nasional.
Berdasarkan ketiga ciri-ciri umum ini kemudian berkembang pembahasan
pembahasan sesuai dengan pokok permasalahannya. Misalnya pembahasan dalam
menentukan besarnya keseimbangan pada sisi permintaan internasional yang
dijelaskan melalui mekanisme pertukaran, permasalahan hutang luar neger, posisi
tawar di antara dua negara, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadsyafriadi6.blogspot.com/2016/01/makalah-perdagangan-internasion
al.html
pdf-teori-modern-perdagangan-internasional_compress.pdf
https://www.google.com/search?q=isocost+adalah&oq=isoco&aqs=chrome.1.69i57j6
9i59j0i512l3j0i395i512l4.3881j1j9&client=ms-android-oppo-rvo2&sourceid=chrome
-mobile&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=teori+modern&client=ms-android-oppo-rvo2&sxs
rf=APq-WBtWaoufksxKnuaZQnegWNTvRv0fjQ%3A1645019264894&ei=gAANYr
aXNueg4t4Pg9uXiAs&oq=teori+modern&gs_lcp=ChNtb2JpbGUtZ3dzLXdpei1zZXJ
wEAMyBwgjELADECcyBwgAEEcQsA

Anda mungkin juga menyukai